UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
MEDAN
TUGAS AKHIR DIAJUKAN OLEH
JULISDAR C. H. SINAGA 102101049
DIII KEUANGAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program D-III
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : JULISDAR C. H. SINAGA
NIM : 102101049
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN
JUDUL TUGAS AKIR : ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN III MEDAN
Tanggal April 2013 Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak NIP : 19750909 200801 1 012
Tanggal April 2013 Sekretaris Prodi DIII Keuangan
Syafrizal Helmi Situmorang SE,M.Si NIP. 19760214 200501 1 002
Tanggal April 2013 Dekan Fakultas Ekonomi USU
Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec,Ac
iii
iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MEDAN
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : JULISDAR C. H. SINAGA
NIM : 102101049
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN
JUDUL TUGAS AKHIR : ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN
Medan, April 2013
iv
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah
Roh Kudus untuk segala berkat, kesempatan, dan kebijaksanaan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya, pada Fakultas Ekonomi Program Studi Diploma
III Keuangan Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi kewajiban
tersebut maka penulis menyusun tugas akhir ini dengan judul “Analisis Rasio Keuangan pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan”.
Dalam penulisan tugas akhir ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan
tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Penulis
dengan segala rasa hormat mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan
yang selalu diberikan, kepada semua pihak yang terlibat.
1. Ayahanda Emlar Sinaga, Spd dan Ibunda Finna Simorangkir (Alm.), tiada
kata yang bisa penulis ucapkan selain terimakasih untuk semua doa, kasih
sayang, dukungan mental dan material, kesabaran dan kesanggupan dalam
membimbing penulis yang tidak akan mungkin terbalas. Serta untuk abang
dan adik tersayang, Hardi dan Samuel. Terima kasih buat semuanya,
keluargaku sumber semangatku.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec,Ac, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
v
v
3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang SE, selaku Plt. Ketua Program Studi
Diploma III Keuangani Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
5. Bapak/Ibu Pimpinan dan seluruh pegawai pada PT. Perkebunan Nusantara III
Medan, terutama untuk ibu Hartati dan pak Herman, terima kasih atas
bantuannya dalam penulsian tugas akhir ini.
6. KK Godelva, Kakak Kelompok Kecilku kak Yanti serta teman-teman
kelompok kecil ku kak Echa dan Vita.
7. Sahabat-sahabat ku Theodosia, Fitri, Tari, kak Tika, Kathrina, Gabe, Yolanda,
Mentari, Rotua, kak Fiona yang selama ini telah berbagi doa, semangat, suka
maupun duka dengan penulis, serta sahabat-sahabat lain yang pernah mengisi
perjalanan hidup penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kririk dan saran untuk penyempurnaan tugas akhir ini
di masa yang akan datang. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan
masukan bagi pembaca sehingga dapat membantu penulisan tugas akhir lainnya.
Medan, 18 April 2013
Hormat Penulis
Julisdar C. H. Sinaga
vi
A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 6
B. Struktur Organisasi ... 9
D. Rasio Profitabilitas ... 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1:Rasio Lancar………. 24
Tabel 3.2:Rasio Cepat ………. 25
Tabel 3.3:Rasio Kas atas Aktiva Lancar ………. 27
Tabel 3.4: Total Debt to Assets Ratio ……….. 28
Tabel 3.5: Total Debt to Equity Ratio ……….. 30
Tabel 3.6: Long Term Debt to Equity Ratio ………. 31
Tabel 3.7: Times Interest Earned ………. 32
Tabel 3.8: Total Assets Turn Over ………... 34
Tabel 3.9: Working Capital Turn Over ……… 36
Tabel 3.10: Fixed Assets Turn Over ……… 37
Tabel 3.11: Inventory Turn Over ………. 38
Tabel 3.12: Gross Profit Margin ………. 40
Tabel 3.13: Retun On Investment (ROI) ………. 41
Tabel 3.14: Retun On Equity (ROE) ……… 42
Tabel 3.15:Ringkasan Perhitungan Rasio Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Medan……… 44
viii
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III
Medan ……….... ………….. 11
ix
ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Berkembangnya dunia usaha yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, maupun industri. Setiap
perusahaan yang didirikan masing-masing mempunyai maksud dan tujuan
tertentu. Pada umumnya tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk
mendapatkan laba atau keuntungan agar dapat mengembangkan dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan sampai masa yang akan datang.
Tujuan tersebut akan tercapai tentunya apabila setiap tingkat operasional
perusahaan dilakukan secara teliti dan akurat.
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, selalu berkaitan
erat dengan masalah keuangan. Untuk mengukur berhasil tidaknya usaha yang
dijalankan perusahaan, efek tidaknya dana yang diinvestasikan bagi
perkembangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan perusahaan
terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
laporan catatan atas laporan kas dan laporan keuangan. Namun yang utama
digunakan adalah laporan neraca dan laporan laba rugi.
Laporan neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi aktiva,
kewajiban, dan modal suatu perusahaaan pada periode tertentu. Laporan neraca
biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu atau dapat pula dibuat sesuai
x
x
kebutuhan dari pemilik dan manajemen perusahaan. Laporan laba rugi
menunjukkan kondisi usaha guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan
biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam
kondisi menguntungkan atau merugikan.
Bagi kreditur, Laporan keuangan berguna untuk penilaian pinjaman yang
diberikan kepada perusahaan apakah akan dipergunakan seefisien mungkin,
sehingga perusahaan mampu membayar setiap pinjaman yang telah jatuh tempo.
Kemudian dapat dipergunakan untuk melihat prospek keuntungan di masa yang
akan datang dan perkembangan perusahaan berikutnya. Bagi karyawan laporan
keuangan juga dapat digunakan sebagai pertimbangan apakah gaji yang
diterimanya adil atau tidak. Pemerintah berkepentingan terhadap laporan
keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung
oleh perusahaan.
Rasio keuangan adalah relasi atau hubungan antara satu akun dengan akun yang
lain yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan
angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen lain dalam satu laporan keuangan. Kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
periode.
Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Dari kinerja yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal
yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau
xi
xi
oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang
duduk dalam manajemen ke depan. Dari hasil rasio keuangan ini juga akan terlihat
kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio-rasio keuangan. Setiap rasio-rasio
keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari
rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan
keputusan. Bentuk-bentuk rasio keuangan tersebut yaitu rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio solvabilitas (laverage ratio), rasio aktivitas (activity ratio), dan rasio profitabilitas (profitability ratio).
Rasio likuiditas atau sering juga disebut sebagai rasio modal kerja merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek. Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik
kewajiban pada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun dalam
perusahaan (likuiditas perusahaan.
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang
digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan
menggunakan modal sendiri. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
xii
xii
piutang, dan lainnya). Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan
rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam
mengelola asset yang dimiliki.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan atau laba daalm suatu periode tertentu. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan
dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Dikatakan
perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu memenuhi target laba yang telah
ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya.
Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan
hubungan antara akun (pada aktiva mupun passiva) tertentu dengan akun (pada aktiva
maupun passiva) lainnya, dengan penyederhanaan ini perusahaan dapat menilai
secara cepat hubungan anatara akun-akun tadi dan dapat membandingkannya dengan
rasio lain sehingga memperoleh informasi keuangan dan memperoleh penilaian.
Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi
keuangan perusahaan dan mengingat pentingnya laporan keuangan bagi perusahaan
dan banyak pihak, maka penulis merasa tertarik untuk merencanakan penelitian
dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat suatu
masalah pokok yaitu bagaimana kondisi keuangan PT. Perkebunan Nusantara III
Medan yang ditinjau dari sudut likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas
xiii
xiii
untuk periode 2010 dan 2011.
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui secara jelas bagaimana kondisi keuangan PT. Perkebunan
Nusantara III Medan yang ditinjau dari sudut likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan
profitabilitas untuk periode 2010 dan 2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, dipergunakan sebagai bahan masukan dalam
pengambilan keputusan dan sebagai bahan pertimbangan dalam
memutuskan kebijaksanaan yang diambil di masa yang akan datang,
sehingga diharapkan perusahaan akan terus mengalami perkembangan
yang lebih baik.
2. Bagi penulis, untuk menambah dan memperluas wawasan mengenai rasio
keuangan dalam praktek yang sebenarnya, dengan menerapkan
teori-teori yang diperoleh selama dalam perkuliahan.
3. Bagi pembaca, digunakan sebagai bahan acuan dan memperluas wawasan
xiv
xiv BAB II
PROFIL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berada di jalan Sei. Batanghari
No. 2 Medan. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) selanjutnya disebut
perusahaan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8
tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, dalam rangka restrukturisasi Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) di bidang perkebunan.
Pemerintah telah melakukan realokasi pengelolan areal perkebunan dibawah
BUMN perkebunan, di mana PT Perkebunan III, IV, V telah dinyatakan bubar
dan sejak tanggal tersebut digabung dalam perusahaan baru yaitu PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero), walaupun substansinya masih meneruskan usaha
sebelumnya, dengan perubahan dalam struktur ekuitas (jumlah laba dan saldo
laba) dan penambahan dan pengurangan beberapa aset dan kewajiban. Perusahaan
didirikan berdasarkan akta No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, SH.
Notaris di Jakarta dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-8331 HT.01,01.Th.96
tanggal 8 Agustus 1996, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, tambahan No. 8674.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan akta No. 6 tanggal 12 Agustus 2008 dari Syafril Gani,
SH,M.Hum, notaris di kota Medan, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar
Perusahaan dengan ketentuan Undang - Undang No. 19 tahun 2003 tentang Bdan
xv
xv
Usaha Milik Negara dan Undang – Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas serta peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 tentang pendirian,
pengurusan, pengawasan dan pembubaran Badan Usaha Milik Negara, akta
perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri hukum dan hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No. AHU-73169.AH.01.02
Tahun 2008 tanggal 14 Oktober 2008.
Pada saat ini PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki lahan
perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing
komoditi. Lahan perkebunan PTPN III tersebar di 6 (enam) Daerah Tingkat II di
Propinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai,
Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Samapai dengan tahun
2009, luas lahan yang dikelola mencapai 159.655.87 ha yang terdiri dari tanaman
Karet seluas 37.788.31 ha, tanaman Kelapa Sawit seluas 105.026,89 ha dan areal
lain-lain seluas 16.840,67 ha, yang didukung oleh 11 Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
dengan total kapasitas 423.33 ton Tandan Buah Segar (TBS)/Jam, 11 unit Pabrik
Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 142,41 ton karet kering(KK)/hari.
Perseroan melakukan pengolah hasil tanaman dari Kebun Sendiri, Kebun PIR
Plasma maupun dari pihak-pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang
jadi dengan bentuk-bentuk produk sebagai berikut:
a. Komoditi Karet : Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet.
b. Komoditi Kelapa Sawit : Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK).
Perseroan juga melakukan kegiatan pemasaran komoditi kelapa sawit, karet di
xvi
xvi
yang dihasilkan, seluruh BUMN di Indonesia telah membentuk Kantor Pemasaran
Bersama (KPB) yang berkedudukan di Jakarta-Indonesia.
1. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan
kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis yang baik.
b. Misi Perusahaan
Adapun misi perusahaan meliputi:
1)Mengembangkan Industri Hilir berbasis perkebunan secara
berkesinambungan.
2)Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
3)Memperlakkukan Karyawan sebagai Asset strategic dan mengembangkannya secara optimal.
4)Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil terbaik
bagi para investor-investor.
5)Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
6)Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan
komunitas.
7)Melaaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan
lingkungan.
xvii
xvii c. Tata Nilai Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki komitmen untuk
menjunjung tinggi integritas profesional dan melaksanakan tata nilai yang
berbasis:
1) Proactivity – selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan
mengevaluasi resiko yang mungkin terjadi.
2) Excellence – selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha
bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi kita.
3) Team Work – selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu
menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.
4) Innovation – selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inovasi
dalam metoda dan produk yang baru.
5) Responsibillity – selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.
B. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
sumber wewenangnya berasal dari Direktur Utama yang selanjutnya
didelegasikan kepada direktur terkait yang terdiri dari empat bagian; Produksi,
Keuangan, Perencanaan dan Pengembangan, Sumber Daya Manusia (SDM).
Struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berbentuk
organisasi garis dan staff dimana tanggung jawab dan wewenag didalam
perusahaan secara vertikal dan mencerminkan hubungan antara bagian-bagian
xviii
xviii
Menteri Negara Pendayagunaan BUMN RI / Kepala Badan Pembinaan BUMN
Nomor : KEP 213/M-MBU/2003 tanggal 05 Juni 2003.
Berikut adalah uraian struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan adalah:
xix
xix
xx
xx C. Uraian Tugas (Job Description)
Adapun susunan organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
adalah:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Rapat Umum Pemegang Saham adalah pimpinan tertinggi yang membawahi
Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah. Tugas dan wewenangnya
adalah:
a. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris.
b. Bertanggung jwab atas pelaksanaan dan penggunaan modal atau asset
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
c. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas yang telah
dibebabnkan kepadanya oleh pemegang saham.
2. Dewan Komisaris
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia
No. SK-88/MBU/2012 tentang pemberhentian dan pengangkatan Anggota Dewan
Komisaris Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan Nusantara III tanggal 1 Maret
2012, susunan anggota Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani
Komisaris : Deddy Suardy
S. Marbun
S. Herry Sucipto
Herman Hidayat
Heri Sebayang
xxi
xxi Tugas dan wewenang Dewan Komisaris:
a. Memberikan nasehat kepada pimpinan
b. Membantu pimpinan didalam menginvestasikan dana perusahaan
c. Mengawasi jalannya perusahaan
3. Anggota Direksi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik
Indonesia No. SK-88/MBU/2012 Tanggal 1 Maret 2012, sususnan anggota
Direksi Perseroan adalah sebagai berikut:
Direktur Utama : Megananda daryono
Wakil Direktur Utama : Kusumandaru NS
Direktur : Bagas Angkasa
Direktur : Nurhidayat
Direktur : Erwan Pelawi
Direktur : Balaman Tarigan
Direktur : Rachmat Prawirakesumah
a. Direktur Utama
Direktur Utama mengkoordinir seluruh fungsi dan langsung
mengkoordinir anggota direksi lainnya yang terdiri dari Direktur Produksi,
Direktur Keuangan, Direktur SDM, dan Direktur Perencanaan dan
Pengembangan. Tugas dan wewenang:
1) Membangun perusahaan kelas dunia yang berbasis Agribisnis
2) Mewujudkan portofolio bussinness perusahaan yang memberikan keuntungan dan nilai tambah
xxii
xxii
3) Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi
Informasi yang terintegritas dan berbasis data base, serta
memberdayagunakan secara maksimal.
4) Melaksanakan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik di semua jajaran
5) Meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaksanaan The business Success Modal seperti tercermin dalam Indikator Kinerja Utama (IKU)
6) Mensukseskan pelaksanaan system Manajemen ISO 9000, ISO 14000 dan
SMK3
7) Terciptanaya perusahaan kelas dunia yang berbasis Agribisnis dengan
Score Baldrige minimum 750
8) Terciptanya Net Profit Margin (NPM) 15% dan Return On Asset (ROA) 20%
b. Direktur Produksi
Direktur Produksi dalam melaksanakan tugasnya mengkoordidnir Kepala
Bagian Tanaman, Kepala Bagian Teknik dan Kepala Bagian Teknologi. Tugas
dan wewenang Direktur Produksi:
1) Menetapkan dan mewujudkan sarana strategic di bidang produksi
2) Mengendalikan biaya produksi pada tingkat yang lebih efisien
3) Merencanakan program sertifikasi ISO 9000 dan ISO 14000 dan SMK3
4) Menetapkan sistem kerja (Work System) dibidang produksi untuk mewujudkan operational excellence
5) Menterjemahkan kebutuhan pasar menjadi pelaksanaan operasional
dibidang produksi
xxiii
xxiii
6) Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000 dan
SMK3
7) Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi
Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis data base, serta
memberdayagunakan secara maksimal
Sasarannya adalah:
a) Tercapainya komposisi umur tanaman, kelapa sawit (TBM 12% dan
TM 84%), karet (TBM 16% dan TM 80%), peremajaan tanaman
kelapa sawit / karet 4% setiap tahun, komposisi komoditi tanaman
kelapa sawit 70% dan tanaman karet 30%.
b) Produktivitas tanaman kelapa sawit sebesar 25 ton TBS/Ha/Thn dan
produksi tanaman karet sebesar 1600 Kg K/Ha/Thn.
c) Tercapainya Rendemen CPO sebesar 24% dan inti sawit sebesar 5% d) Tercapainya kualitas hasil olah produksi sesuai standar.
e) Tercapainya hasil pokok produksi (harga pokok kebun) 65% terhadap
harga jual
f) Tersedianya kapasitas oleh PKS minimum 90% untuk 30 ton TBS/ jam
dan 83% untuk 60 ton/ jam dengan tingkat efesiensi sebesar 91%-93%
dan kapasitas pabrik karet sesuai permintaan dan tidak melampaui
kapasitas yang tersedia.
g) Terwujudnya proses produksi sesuai standart ISO 9000, ISO 14000,
dan SMK3.
xxiv
xxiv c. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan dalam melaksanakan tugasnya mengkoordidnir Kepala
Bagian Keuangan, Kepala Bagian Akuntansi dan Kepala Bagian Komersil.
Fungsi utamanya adalah mengelola dan memberdayakan sumber daya
keuangan secara tepat guna, sehingga tercapai cash flow, dan biaya opersional perusahaan yang efektif dan efisien.
Tugas dan wewenangnya:
1) Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.
2) Melaksanakan Asset Assessment secara berkesinambungan untuk memberdayakan asset potensial.
3) Menganalisis laporan keuangan untuk menilai apakah perusahaan
mempunyai posisi keuangan yang baik.
4) Mengkoordinasi dan memberikan pengarahan dalam penyusunan RKAP/
RKO dan RJP.
5) Memonitor dan mengevaluasi biaya produksi (harga pokok FOB) melalui
pemanfaatan Activity Based Requirement minimum 2 (dua) bulan kebutuhan dana professional.
6) Mencari sumber dana bagi pertumbuhan perusahaan.
7) Membuat Laporan Manajemen Interim dan Laporan Keuangan
Konsilidasian.
8) Membangun sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi
Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis data base, serta
memberdayagunakan secara maksimal.
xxv
xxv
9) Menjalin hubungan yang harmonis dengan Stake Holders
10)Mensukseskan pelaksanaan Sistem Manajemen ISO 9000, ISO 14000, dan
SMK3.
Sasarannya adalah:
a) Terciptanya Cost Eventiveness pada tingkat harga pokok (FOB) < 80% dari nilai penjualan, dan tercapainya Asset Turn Over (ATO) sebesar 1,1 kali.
b) Terpeliharanya Solvabilitas pada tingkat DER < 40 : 60. c) Terpilihnya Likuiditas pada tingkat > 150%.
d. Direktur SDM
Dalam melaksanakan tugas, Direktur SDM mengkoordinir Kepala Bagian
Umum, Kepala Bagian SDM, Kepala Bagian KBL dan Kepala Bagian
Kepatuhan dan Manajemen Resiko. Fungsi utamanya adalah mengelola dan
memberdayakan sumber daya manusia dan sarana pendukung lainnya
sehingga tercapai kinerja bidang SDM yang optimal.
Tugas dan wewenang:
1) Menetapkan kebutuhan SDM (kompetensi, kualitas, dan waktu) sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
2) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan, penyelesaian hukum dan
agraria, kesepakatan, kesehatan, dan keamanan serta sosial umum.
3) Menjalin hubungan yang harmonis dengan stake holder. 4) Menetapkan dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan.
5) Menetapkan sistem konpensasi dan renumerasi.
xxvi
xxvi
6) Menetapkan sistem jenjang karir karyawan.
7) Menetapkan sistem rekruitmen karyawan.
8) Menetapkan program peningkatan kesejahteraan (Quality Of Life). 9) Menetapkan sistem survey kepuasan karyawan.
10)Menetapkan kebijakan dan memenuhi aspek legal perusahaan.
11)Menetapkan kebijakan dan mengevaluasi pelaksanaan bina lingkungan.
12)Mengendalikan biaya pembinaan SDM secara efisien.
13)Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000, dan
SMK3.
14)Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi
Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis data base, serta
memberdayagunakan secara maksimal
Sasarannya adalah:
a) Terwujudnya jumlah tenaga kerja sesuai dengan rasio yang ditetapkan.
b) Terwujudnya Complete Level Index (CLI) 10.
c) Terwujudnya Employee Satisfaction Index (ESI) : 75%.
d) Terwujudnya seluruh aspek legal perusahaan pada tingkat Zero Risk. e) Terwujudnya lingkungan kerja yang aman pada tingkat Zero Cinfict
dan Zero Accident.
e. Direktur Perencanaan dan Pengembangan
Direktur Perencanaan dan Pengembangan dalam melaksanakan tugasnya
mengkoordidnir Kepala Bagian Perencanaan dan Pengkajian, Kepala Bagian
xxvii
xxvii
dan wewenangnya dalam masa proses oleh Direksi dan akan segera
diumumkan.
4. Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan
Melaksanakan fungsi manajemen dengan memberdayakan sumber daya yang
berhubungan aspek legal dan kebutuhan perusahaan, aspek manajemen yang
berhubungan dengan industri sehingga terwujud korporat image yang positif dari
stake holders.
5. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Melaksanakan pemberdayaan sumber daya dalam melaksanakan
pengawasan, analisa, dan evaluasi, untuk mencapai kinerja yang optimal
sehingga terwujud good cooperate governance. 6. Distrik Manajer (DM)
Distrik manajer melaksanakan pemantauan, analisa, evaluasi, member
keputusan, dan terobosan-terobosan serta memberdayakan sumber daya
perusahaan yang ada di distriknya untuk mencapai kinerja yang optimal.
7. Manajer
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memberdayakan seluruh unit
kerja secara optimal untuk mewujudkan operional excellent.
xxviii
xxviii D. Jaringan Usaha
PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang berkantor pusat di Medan,
mempunyai jaringan usaha di 6 (enam) daerah Tingkat II di Provinsi Sumatera
Utara yakni:
1. Kabupaten Deli Serdang
2. Kotamadya Tebing Tinggi
3. Kabupaten Asahan
4. Kabupaten Simalungun
5. Kabupaten Labuhan Batu
6. Kabupaten Tapanuli Selatan
Kebun-kebun yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara III berjumlah 33
kebun, terdiri dari kebun sendiri dan kebun plasma yang dikelompokkan ke
dalam 3 wilayah kerja dengan luas area seluruhnya adalah 186.910,72 Ha,
dimana 166.606,94 Ha luas kebun sendiri dan 20.303,78 Ha luas kebun plasma.
E. Kinerja Usaha Terkini
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadikan minyak dan inti sawit
sebagai komoditi utama yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan
perusahaan. Produk minyak dan inti sawit yang dihasilkan perusahaan sudah
dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada
pembeli dengan mutu yang dihasilkan sebagai berikut:
1. Crude Palm Oil (CPO)
2. Palm Karnel Oil (PKO)
3. Palm Kernel (PK)
xxix
xxix 4. Palm Karnel Meal (PKM)
Di dunia, Sumatera dikenal sebagai penghasil karet bermutu tinggi, lebih dari
54.000 hektar lahan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) diusahakan untuk
menghasilkan karet kualitas terbaik dunia. Mutu produk karet yang dihasilkan
oleh PT. Perkebunan Nusantara III antara lain :
a) Lateks Pekat
b) SIR-10
c) SIR-20
d) RSS-I
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memasarkan hasil komoditas kelapa
sawit dan karet ke pasar lokal dan luar negri melalui PT. Kharisma Pemasaran
Bersama Nusantara (KPBN) yang berkedudukan di Jakarta serta pemasaran CPO
melalui Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).
Total penjualan pada tahun 2012 mencapai nilai Rp 5,941 Milyar, sedangkan
total penjualan pada tahun 2011 sebesar Rp 6,541 Milyar. Dengan demikian,
pada tahun 2012 nilai penjualan mengalami penurunan sebesar 0,600 Milyar atau
sebesar 9,18%. Penurunan nilai penjualan pada tahun 2012 disebabkan antara
lain oleh melemahnya permintaan pasar akibat krisis global dan pergerakan
harga minyak mentah di pasar dunia yang berfluktuasi.
(1) Nilai Penjualan Ekspor
Bila ditinjau dari nilai penjualan ekspor, mengalami penurunan sebesar
1,17% dari Rp 1,293 Milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 0,595 Milyar pada
xxx
xxx
akibat dari kondisi ekonomi global yang tidak menentu terutama krisis ekonomi
di Eropa, Amerika Serikat, dan China, sehingga pelaku pasar pada umumya
cenderung mengambil sikap berhati-hati.
(2) Nilai Penjualan Domestik
Nilai penjulan domestik mengalami peningkatan sebesar 0,02% dari Rp
5,248 Milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 5,346 Milyar pada tahun 2012. Hal ini
disebabkan adanya permintaan minyak nabati untuk industry hilir makanan dan
biofuel.
xxxi
xxxi BAB III
TOPIK PENELITIAN
Dalam menganalisis laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara III
Medan digunakan beberapa perhitungan antara lain dengan penggunaan Analisis
Rasio Likuiditas, Analisis Rasio Solvabilitas, Analisis Rasio Aktivitas dan
Analisis Rasio Profitabilitas. Laporan keuangPPan yang akan dianalisis berupa
neraca dan laporan laba-rugi dari tahun 2010 dan tahun 2011.
Rasio Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Medan A. Rasio Likuiditas
Menurut Abdullah (2005:44) “Likuiditas suatu perusahaan merupakan
kemampuan keuangan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendek
(maksimal satu tahun) dengan sejumlah aktiva lancar yang dimiliki”. Rasio
likuiditas biasanya digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas
berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas
perusahaan adalah kreditur-kreditur jangka pendek seperti pemasok dan bankir.
Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing
rasio likuiditas mencerminkan perspektif yang berbeda dalam mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
likuiditas tersebut antara lain rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas atas aktiva
lancar”.
xxxii
xxxii 1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Kasmir (2008:134) “Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat tagih secara
keseluruhan.” Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Rumus untuk menghitung rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Rasio Lancar = Total Aktiva Lancar
Total Hutang Lancar
Tabel 3.1 Rasio Lancar
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Aktiva Lancar 1.707.554.451.751 2.388.855.261.533 Total Hutang Lancar 1.378.144.413.619 2.082.890.151.582 Rasio Lancar Tahun 2010 = 1.707.554.451.751
1.378.144.413.619
= 1,24 kali
Rasio Lancar Tahun 2011= 2.388.855.261.533
2.082.890.151.582
= 1,15 kali
Melalui perhitungan di atas maka dapat dilihat bahwa rasio lancar untuk
tahun 2010 diperoleh sebesar 1,24 kali yang berarti setiap rupiah hutang lancar
dijamin Rp 1,24,- aktiva lancar. Sedangkan pada tahun 2011 rasio lancar
xxxiii
xxxiii
dengan Rp 1,15 kali,- aktiva lancar. Jika dibandingkan rasio lancar pada tahun
2010 dan 2011 maka dapat disimpulkan terjadi penurunan rasio lancar sebesar
0,09. Maka dapat disimpulkan bahwa keadaan perusahaan selama dua tahun
terakhir menunjukkan menurunnya kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Menurut Munawir (2007:74) “ Rasio cepat merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif
lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang dapat
direalisir menjadi kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid
dari pada piutang.
Rumus untuk menghitung rasio cepat atau quick ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Rasio Cepat = Total Aktiva Lancar - Persediaan
Total Hutang Lancar
Tabel 3.2 Rasio Cepat
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Aktiva Lancar 1.707.554.451.751 2.388.855.261.533 Total Hutang Lancar 1.378.144.413.619 2.082.890.151.582 Persediaan 121.949.485.706 187.093.118.445 Rasio Cepat Tahun 2010 = 1.707.554.451.751 - 121.949.485.706
1.378.144.413.619
= 1,15 kali
xxxiv
xxxiv
Rasio Cepat Tahun 2011 = 2.388.855.261.533 - 187.093.118.445
2.082.890.151.582
= 1,06 kali
Melalui perhitungan di atas maka dapat dilihat bahwa rasio cepat diperoleh
pada tahun 2010 sebesar 1,15 kali yang berarti setiap Rupiah hutang lancar dijamin
Rp 1,15,- rasio cepat. Sedangkan pada tahun 2011 rasio cepat diperoleh sebesar
1,06 kali yang berarti setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp 1,06,- rasio
cepat. Jika dibandingkan rasio cepat pada tahun 2010 dan 2011 maka dapat
disimpulkan terjadi penurunan rasio cepat sebesar 0,09. Hal ini terjadi karena
kenaikan persediaan yang menyebabkan berkurangnya total aktiva lancar untuk
melunasi utang jangka pendeknya. Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi
perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membayar hutang-hutang jangka
pendeknya.
3. Rasio Kas atas Aktiva Lancar
Rasio kas atas aktiva lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk membayarhutang perusahaan yang harus segera terpenuhi dengan kas yang
tersedia dalam perusahaan. Rasio ini lebih mencerminkan kemampuan perusahaan
untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat waktu.
Rumus untuk menghitung Rasio Kas atas Aktiva Lancar dapat digunakan
sebagai berikut:
Rasio Kas atas Aktiva Lancar = Kas
Total Aktiva Lancar
xxxv
xxxv Tabel 3.3
Rasio Kas atas Aktiva Lancar
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Kas 1.297.227.157.273 1.962.513.602.760 Total Aktiva Lancar 1.707.554.451.751 2.388.855.261.533 Rasio Kas atas Aktiva Lancar Tahun 2010 = 1.297.227.157.273
1.707.554.451.751
= 0,76 kali
Rasio Kas atas Aktiva Lancar Tahun 2011 = 1.962.513.602.760
2.388.855.261.533
= 0,82 kali
Melalui perhitungan di atas maka dapat dilihat bahwa rasio kas atas aktiva
lancar diperoleh yang diperoleh pada tahun 2010 sebesar 0,76 kali yang berarti
setiap Rupiah aktiva lancar dijamin Rp 0,76,- rasio kas. Sedangkan tahun 2011
rasio kas atas aktiva lancar diperoleh sebesar 0,82 kali yang berarti setiap Rupiah
aktiva lancar dijamin dengan Rp0,82,- rasio kas. Jika dibandingkan rasio kas atas
aktiva lancar pada tahun 2010 dan 2011 terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 0,06.
Hal ini terjadi karena kenaikan kas. Maka dapat disimpulkan bahwa selama dua
tahun walaupun kas mengalami peningkatan, namun belum mampu untuk
menutupi besarnya hutang jangka pendek perusahaan.
B. Rasio Solvabilitas
Menurut Harahap (2008:303) “Rasio solvabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.” Rasio ini dapat dihitung dari
xxxvi
xxxvi
Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin kondisi
keuangan yang baik pula dalam jangka panjang.
Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan
menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan
dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja
keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
1. Total Debt to Assets Ratio
Total Debt to Total Assets Ratio adalah perbandingan Hutang dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan berapa total aktiva yang tersedia untuk
menjamin hutang perusahaan. Semakin tinggi Debt Ratio semakin besar pinjaman yang digunakan dalam menghasikan keuntungan perusahaan.
Rumus untuk menghitung Total Debt to Assets Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
Total Debt to Assets Ratio = Total Debt Total Assets
Tabel 3.4
Total Debt to Assets Ratio
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Debt 3.628.473.275.921 4.519.035.644.418
Total Assets 7.201.591.422.486 9.081.357.260.004
Total Debt to Assets Ratio Tahun 2010 = 3.628.473.275.921 7.201.591.422.486
= 0,50 kali
xxxvii
xxxvii
Total Debt to Assets Ratio Tahun 2011 = 4.519.035.644.418 9.081.357.260.004
= 0,49 kali
Dari perhitungan dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2010 sebesar 0,50 kali
yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva
sebesar Rp 0,50,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,49 kali yang berarti
setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,49,-. Jika
dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,01
di mana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai
dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.
2. Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2008:157) “Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.” Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.
Rumus untuk menghitung Total Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
Total Debt to Equity Ratio= Total Hutang (Debt) Ekuitas (Equity)
xxxviii
xxxviii Tabel 3.5
Total Debt to Equity Ratio
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Debt 3.628.473.275.921 4.519.035.644.418
Equity 3.573.118.146.565 4.499.321.615.586
Total Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 3.628.473.275.921 3.573.118.146.565
= 1,02 kali
Total Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 4.519.035.644.418 4.499.321.615.586
= 1,01 kali
Dari perhitungan di atas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2010 sebesar
1,02 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 1,02,-. Sedangkan pada tahun 2011
sebesar 0,01 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan
untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 1,01,-. Jika dibandingkan
tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,01 yang
disebabkan oleh terjadinya kenaikan total hutang.
3. Long Term Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2008:159) “ Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.” Tujuannya adalah untuk
mengukur berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan utang
jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
xxxix
xxxix
Rumus untuk menghitung Long Term Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Long Term Debt to Equity Ratio = Long Term Debt Equity
Tabel 3.6
Long Term Debt to Equity Ratio
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Total Long Term Debt 2.250.328.862.302 2.436.145.492.836
Equity 3.573.118.146.565 4.499.321.615.586
Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 2.250.328.862.302 3.573.118.146.565
= 0,63 kali
Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 2.436.145.492.836
4.499.321.615.586
= 0,54 kali
Dari perhitungan di atas dapat dilihat rasio hutang jangka panjang pada tahun
2010 sebesar 0,63 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah modal sendiri dijadikan
jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,63,-. Sedangkan
pada tahun 2011 sebesar 0,54 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri
dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,54,-.
Jika dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar
0,09.
4. Timed Interest Earned
Timed Interest Earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana
xl
xl
mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu
membayar bunga, dalam jangka panjang akan menghilangkan kepercayaan dari
kreditur. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemungkinan perusahaan dapat
membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh
tambahan pinjaman baru pada kreditur, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk menghitung Times Interest Earned dapat digunakan sebagai berikut :
Times Interest Earned = Earned Before Interest and Tax (EBIT) Biaya Bunga (Interest)
Tabel 3.7 Times Interest Earned
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Earning Before Interest and Tax 1.366.220.739.893 1.680.764.119.663
Interest 165.636.888.145 166.887.548.333
Times Interest Earned Tahun 2010 = 1.366.220.739.893 165.636.888.145
= 8,25 kali
Times Interest Earned Tahun 2011 = 1.680.764.119.663 166.887.548.333
= 10,07 kali
Dari perhitungan di atas dapat dilihat Times Interest Earned pada tahun 2010 sebesar 8,25 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah laba bersih perusahaan
dijadikan jaminan untuk membayar bunga sebesar Rp 8,25,-. Sedangkan pada
tahun 2011 sebesar 10,07 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan
xli
xli
dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi kenaikan rasio sebesar 1,82
yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan laba bersih sebelum pajak perusahaan.
C. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio
aktivitas ini melibatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat
keseimbangan yang layak antar penjualan dan berbagai unsure aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap, dan aktiva lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat
penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang
tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila
ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
1. Total Assets Turn Over
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19). Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi
manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya
penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.
Rumus untuk menghitung Total Assets Turn Over dapat digunakan sebagai berikut :
Total Assets Turn Over = Penjualan Total Aktiva
xlii
xlii Tabel 3.8 Total Assets Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Total Aktiva 7.201.591.422.486 9.018.357.260.004 Total Assets Turn Over Tahun 2010 = 5.519.581.879.493
7.201.591.422.486
= 0,77 kali
Total Assets Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056 9.018.357.260.004
= 0,72 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Total Assets Turnover perusahaan pada periode tahun 2010 menunjukkan keadaan 0,77 kali. Artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam satu tahun
berputar 0,77 kali atau setiap Rp 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan
revenue/ pendapatan sebesar Rp. 0,77.
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam satu
tahun perputarannya 0,72 kali atau setiap 1,00 aktiva selama satu tahun
menghasilkan revenue/pendapatan sebesar Rp0,72. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2011 mengalami penurunan 0,05 kali, sehingga turun
pula tingkat efektivitas dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Maka dapat
disimpulkan bahwa Total Assets Tunover pada PT. Perkebunan Nusantara III periode tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan.
xliii
xliii
2. Working Capital Turn Over
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap
kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya
penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah
modal kerja (Sawir, 2009:16).
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan
selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran
modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat
kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat
perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran
dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Rumus untuk menghitung Working Capital Turn Over dapat digunakan sebagai berikut :
Working Capital Turn Over = Penjualan
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Tabel 3.9
Working Capital Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Aktiva Lancar 1.707.554.451.751 2.388.855.261.533 Hutang Lancar 1.378.144.413.619 2.082.890.151.582
Working Capital Turn Over Tahun 2010 = 5.519.581.879.493
1.707.554.451.751-1.378.144.413.619
= 16,76 kali
xliv
xliv
Working Capital Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056
2.388.855.261.533-2.082.890.151.582
= 21,08 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Working Capital Turnover perusahaan pada periode 2010 menunjukkan keadaan 16,76 kali. Artinya dana yang tertanam pada modal kerja dalam satu tahun berputar 16,76
kali atau setiap Rp 1,00 modal kerja selama satu tahun menghasilkan revenue atau pendapatan Rp 16,76 .
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada modal kerja dalam satu tahun
perputarannya 21,08 kali atau setiap Rp 1,00 modal kerja selama setahun dapat
menghasilkan revenue sebesar Rp 21,08. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, maka dana yang tertanam tahun 2011 mengalami kenaikan 4,31 kali sehingga
efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya meningkat.
3. Fixed Assets Turn Over
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva
tetap. Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka
menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan
oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003 : 17).
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau
perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau
xlv
xlv
halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan
dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti
semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Rumus untuk menghitung Fixed Assets Turn Over dapat digunakan sebagai berikut:
Fixed Assets Turn Over = Penjualan Aktiva Tetap
Tabel 3.10 Fixed Assets Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Aktiva Tetap 1.326.975.883.144 1.884.865.106.250 Fixed Assets Turn Over Tahun2010 = 5.519.581.879.493
1.326.975.883.144
= 4,16 kali
Fixed Assets Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056
1.884.865.106.250
= 3,42 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Fixed Assets Turnover perusahaan pada periode tahun 2010 menunjukkan keadaan 4,16 kali. Artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva t e t a p dalam satu tahun
berputar 4,16 kali atau setiap Rp 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan
revenue/ pendapatan sebesar Rp 4,16.
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam satu
xlvi
xlvi
menghasilkan revenue/pendapatan sebesar Rp 3,42. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2011 mengalami penurunan 0,74 kali, sehingga turun
pula tingkat efektivitas dalam menghasilkan pendapatan.
4. Inventory Turn Over
Invrentory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334). Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini
merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang
memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada
persediaan.
Rumus untuk menghitung Inventory Turn Over dapat digunakan sebagai berikut:
Inventory Turn Over = Penjualan Persediaan
Tabel 3.11 Inventory Turn Over
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Persediaan 121.949.485.706 187.093.118.445 Inventory Turn Over Tahun 2010 = 5.519.581.879.493
121.949.485.706
= 45,26 kali
xlvii
xlvii
Inventory Turn Over Tahun 2011 = 6.451.118.061.056
187.093.118.445
= 34,48 kali
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka diketahui bahwa Inventory Turnover perusahaan pada periode tahun 2010 menunjukkan keadaan 45,26 kali. Artinya dana yang tertanam pada persediaan dalam satu tahun berputar 45,26
kali atau setiap Rp 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan revenue/ pendapatan sebesar Rp 45,26.
Pada tahun 2011 dana yang tertanam pada persediaan dalam satu tahun
perputarannya 34,48 kali atau setiap 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan
revenue/pendapatan sebesar Rp 34,48. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2011 mengalami penurunan 10,78 kali, sehingga turun pula tingkat
efektivitas dalam menghasilkan pendapatan.
D. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut
juga rasio rentabilitas.
1. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan
xlviii
xlviii
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif
lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin
rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin,
2009:61).
Rumus untuk menghitung Gross Profit Margin dapat digunakan sebagai berikut:
Gross Profit Margin = Laba Kotor x 100% Penjualan
Tabel 3.12 Gross Profit Margin
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Laba Kotor 2.329.956.762.971 2.724.673.158.749 Penjualan 5.519.581.879.493 6.451.118.061.056 Gross Profit Margin Tahun 2010 = 2.329.956.762.971 x 100%
5.519.581.879.493
= 42,21%
Gross Profit Margin Tahun 2011 = 2.724.673.158.749 x 100% 6.451.118.061.056
= 42,23%
Pada tahun 2010 Gross Profit Margin perusahaan menunjukkan sebesar 42,21% artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebelum
pajak sebesar Rp 42,21. Sedangkan tahun 2011 Gross Profit Margin Perusahaan menunjukkan sebesar 42,23% artinya setiap Rp 1,00 penjualan mampu
menghasilkan laba kotor sebelum pajak sebesar Rp 42,23. Jika dilihat Gross Profit Margin dua tahun maka disimpulkan mengalami kenaikan sebesar 0,02.
xlix
xlix
2. Retun On Investment (ROI)
Retun On Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di samping itu,
hasil pengembalian investasi juga menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil/ rendah
rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi karyawan.
Rumus untuk menghitung Retun On Investment (ROI) dapat digunakan sebagai berikut :
Retun On Investment (ROI) = Earning After Interest and Tax x 100% Total Assets
Tabel 3.13
Retun On Investment (ROI)
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Earning After Interest and Tax 1.011.355.530.518 1.257.712.514.811
Total Assets 7.201.591.422.486 9.018.357.260.004
Retun On Investment (ROI) Tahun 2010 = 1.011.355.530.518 x 100%
7.201.591.422.486
= 14,04%
Retun On Investment (ROI) Tahun 2011 = 1.257.712.514.811 x 100%
9.018.357.260.004
= 13,95%
Pada Tahun 2010 Return on Investmen (ROI) sebesar 14,04%. Dalam hal ini setiap Rp 1,00 investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan
l
l
laba setelah pajak sebesar Rp 14,04. Pada tahun 2011 Return on Investment (ROI) sebesar 13,95%. Dalam hal ini setiap Rp 1,00 investasi yang ditanamkan dalam
perusahaan menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp 13,95. Jika dilihat
Return On Investment tahun 2010 dan 2011 maka dapat disimpulkan bahwa
Return On Investment mengalami penurunan sebesar 0,09.
3. Return On Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk menghitung Retun On Investment (ROI) dapat digunakan sebagai berikut :
Retun On Equity (ROE) = Earning After Interest and Tax x 100% Equity
Tabel 3.14
Retun On Equity (ROE)
Komponen Laporan Keuangan 2010 2011
Earning After Interest and Tax 1.011.355.530.518 1.257.712.514.811
Equity 3.573.118.146.565 4.499.321.615.586
Retun On Equity (ROE) Tahun 2010 = 1.011.355.530.518 x 100%
3.573.118.146.565
= 28,30%
Retun On Equity (ROE) Tahun 2011 = 1.257.712.514.811
4.499.321.615.586
li
li = 27,95%
Pada Tahun 2010 Return on Equity (ROE) sebesar 28,30%. Dalam hal ini setiap Rp 1,00 investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba
setelah pajak sebesar Rp 28,30. Pada tahun 2011 Return on Equity (ROE) sebesar 27,95%. Dalam hal ini setiap Rp 1,00 investasi yang ditanamkan dalam
perusahaan menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp 27,95. Jika dilihat
Return On Equity tahun 2010 dan 2011 maka dapat disimpulkan bahwa Return
On Equity mengalami penurunan sebesar 0,35.
lii
lii
Tabel 3.15
Ringkasan Perhitungan Rasio Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Medan
NO. KRITERIA PENILAIAN 2010 2011
1. Rasio Likuiditas a.Current Ratio 2. Rasio Solvabilitas
a.Total Debt to Assets Ratio b.Total Debt to Equity Ratio c. Long Term Debt to Equity
Ratio
d.Times Interest Earned
0,50 kali 3. Rasio Aktivitas
a. Total Assets Turn Over
b.Working Capital Turn
Over
c. Fixed Assets Turn Over d.Inventory Turn Over 4. Rasio Profitabilitas
a. Gross Profit Margin
1
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis terhadap Analisis Rasio
Keuangan Pada PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III Medan, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Current Ratio dan Quick Ratio periode tahun 2010 dan 2011 mengalami
penurunan sebesar 0,09 kali yang berarti berkurang pula kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Hal ini disebabkan tingginya kenaikan hutang
lancar yang tidak sebanding dengan aktiva lancar. Sedangkan rasio kas atas aktiva
lancar mengalami kenaikan sebesar 0,76 kali. Akan tetapi kenaikan rasio kas atas
aktiva lancar juga masih belum mampu untuk menjamin hutang lancar perusahaan
dapat dibayar tepat waktu.
2. Ratio Solvabilitas
Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Capital Assets maupun Long Term
Debt to Equity Ratio pada perusahaan ini mengalami penurunan yang tidak begitu
besar pada tahun 2010 dan 2011. Dengan penurunan tersebut perusahaan pun masih
solvable, karena perbandingan antara jumlah hutang dengan total modal dan total
aktiva sangat tinggi, maka solvabilitas perusahaan sudah mampu untuk memenuhi
kewajiban jangka panjang perusahaan.
2
3. Rasio Aktivitas
Total Assets Turn Over menunjukkan bahwa efektivitas perusahaan dalam
mengelola sumber-sumber dananya semakin menurun. Sedangkan Working Capital
Turn Over menunjukkan bahwa perusahaan lebih efektif dalam mengelola
sumber-sumber dananya dibandingkan dengan Total Assets Turn Over dan Inventory Turn
Over yang sama-sama mengalami penurunan.
4. Rasio Profitabilitas
Dari segi profitabilitas dapat disimpulkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba kotor pada tahun 2010 dan 2011 mengalami peningkatan. Akan
tetapi di sisi lain perusahaan mengalami penurunan dalam pengembalian investasi. Hal
ini disebabkan oleh berkurangnya efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya. Begitu juga dengan pengembalian ekuitas yang juga menurun karena
kurangnya efisiensi dalam mengelola modalnya sendiri.
B. Saran
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas lebih cenderung mengalami fluktuasi, hendaknya perusahaan
tetap memperhatikan aktiva lancarnya sehingga modal kerja perusahaan mengalami
kenaikan, dan sebaiknya manajemen perusahaan membuat suatu program di masa yang
akan datang untuk meningkatkan aktiva lancarnya, misalnya dengan mendapatkan
tambahan modal sendiri.
3
2. Rasio Solvabilitas
Walaupun rasio solvabilitas perusahaan mengalami penurunan, tapi perusahaan
tetap masih solvable, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri.
Keadaan ini harus tetap dijaga agar perusahaan dapat membayar hutang jangka
panjangnya tepat waktu.
3. Rasio Aktivitas
Dalam meningkatkan efektivitas dalam mengelola sumber daya yang dimiliki,
perusahaan dapat melakukan dengan menempatkan dana yang dimiliki ke dalam
aktiva-aktiva yang mempunyai produktivitas tinggi, sehingga dapat diharapkan
penjualan bersihnya dapat meningkat. Dengan asumsi bahwa peningkatan penjualan
bersih lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan total aktiva dan modal kerja,
maka rasio yang dihasilkan akan semakin meningkat atau perputarannya semakin
efektif.
4. Rasio Profitabilitas
Perusahaan memiliki rasio profitabilitas yang baik Karena laba kotor perusahaan
yang mengalami peningkatan. Keadaan ini harus tetap dijaga agar setiap tahunnya
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Selain itu, diperlukan pula peningkatan
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya dan efisiensi dalam mengelola
modalnya sendiri agar terjadi peningkatan dalam mengembalian investasi dan ekuitas
perusahaan.
4
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal, 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Cetakan kelima, Universitas Muhammadiyah Malang; Malang.
Harahap, Sofyan Syafri, 2008. Analisis Kritis Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.
Munawir, 2007. Analisis Laporan Keuangan, Liberty; Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE; Yogyakarta.
Sawir, Agnes, 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
Syamsuddin, Lukman, 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.