• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN BANDUNG

3. Daerah dengan AKB di bawah 30 per seribu kelahiran bayi hidup diklasifikasikan sebagai daerah hard-rock, yaitu hanya sebagian kecil saja

3.3.3. Rata-rata Lama Sekolah

Dari sisi pemerataan pendidikan khususnya bagi penduduk perempuan masih relatif rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Menurut data Suseda 2007 penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang mampu melanjutkan pendidikan SLTP keatas sekitar 45,35 persen dan sedikit menurun menjadi 36,91 persen pada tahun 2008 jauh tertinggal dibandingkan penduduk laki-laki yang mencapai 45,35 persen (tahun 2006) dan 45,67 persen (tahun 2007).

Pola pendidikan anak di Kabupaten Bandung, pada sebagian besar masyarakatnya sudah tidak lagi mengedepankan pendidikan anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Pada setiap jenjang pendidikan yang ditamatkannya, kesenjangan pendidikan antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif tidak jauh berbeda pada tingkat SLTP ke bawah. Menurut data Suseda 2008, persentase penduduk perempuan yang tamat SD mencapai 39,36 persen relatif lebih baik dibandingkan laki-laki yang hanya mencapai 34,87 persen. Pola yang sama terjadi pula pada tingkat pendidikan SLTP, persentase penduduk perempuan yang tamat SLTP mencapai 21,17 persen sedikit diatas penduduk laki-laki yang mencapai 23,89 persen.

Perbedaan mulai terlihat pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pada tingkat pendidikan SLTA misalnya, pada tahun 2008 persentase penduduk perempuan yang menamatkan pendidikan SLTA baru mencapai 15,30 persen jauh lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki yang mencapai 21,17 persen. Kondisi ini dapat dimaklumi, karena pada umumnya lokasi sekolah SLTA relatif lebih jauh, sehingga ada kecenderungan orang tua untuk lebih berani mengirimkan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan untuk bersekolah ke tempat yang relatif jauh Juga karena ada pemikiran bahwa suatu saat setelah dewasa, anak laki-laki lebih berkewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sehingga perlu bekal pendidikan yang cukup sebagai bekal untuk mencari nafkah pada saat memasuki dunia kerja.

Tabel 3.5.

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jenis kelamin

di Kabupaten Bandung, Tahun 2007-2008

Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2007-2008

Pendidikan merupakan elemen penting pembangunan dan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat. Tidak itu saja, pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup individu, masyarakat dan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan kebutuhan jaman. Penduduk dengan kemampuannya sendiri diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya dalam berbagai kegiatan, sehingga di masa mendatang mereka dapat hidup lebih layak.

3.4. Ketenagakerjaan

Tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Begitu pula dengan beragamnya kegiatan perekonomian yang ada, sangat tergantung pada sumber daya yang tersedia. Salah satu indikator yang biasa dipakai dalam

Pendidikan yang 2007 2008 Ditamatkan L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Belum /Tidak tamat SD 16,56 20,10 18,28 16,32 18,23 17,27 SD 39,89 42,45 41,16 34,87 39,36 37,11 SLTP 21,17 21.05 21.11 23,89 24,17 24,03 SLTA 18,46 13,19 15,85 21,17 15,30 18,24 Perguruan Tinggi 3,92 3,21 3,57 3,75 2,94 3,35

melihat atau menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap di lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah akan menggerakan perekonomian daerah tersebut. Apabila hal sebaliknya terjadi, dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna untuk melihat prospek ekonomi Kabupaten Bandung. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak.

Secara sederhana untuk melihat kualitas pembangunan manusia dapat disandarkan kepada dua pendapat Ramirez dkk (1998):

Pertama, bahwa kinerja ekonomi mempengaruhi pembanguan manusia, khususnya melalui aktivitas rumahtangga dan pemeritah, aktivitas rumahtangga yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia antara lain kecenderungan rumahtangga untuk membelanjakan pendapatan bersih untuk memenuhi kebutuhan (pola konsumsi), tingkat dan distribusi pendapatan antar rumahtangga, dan makin tinggi tingkat pendidikan terutama pendidikan perempuan akan semakin positif bagi pembangunan manusia berkaitan dengan andil yang tidak kecil dalam mengatur pengeluaran rumahtangga.

Kedua, pembangunan manusia yang tinggi akan mempengaruhi perekonomian melalui produktifitas dan kreatifitas masyarakat. Pendidikan dan kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk mengelola dan menyerap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.

Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi berhubungan secara simultan, dengan kata lain tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai pemerataan distribusi pendapatan, maka tingkat daya beli, kesehatan dan pendidikan akan lebih baik. Dan pada giliranya akan memperbaiki tingkat produktifitas tenaga kerja yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Karakteristik suatu wilayah dapat pula dilihat dari aspek pendidikan, dimana tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyrakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh seorang pekerja, maka pekerja tersebut akan memiliki produktivitas yang relatif baik dan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Target pertumbuhan ekonomi sebenarnya tidak hanya untuk mencapai tinggi atau rendahnya angka pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah pertumbuhan yang berkualitas dan digerakkan oleh peningkatan kapasitas produksi masyarakat. Walaupun angka pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, namun kualitas yang jauh lebih tinggi akan mempengaruhi pembangunan manusia. Pertumbuhan yang berkualitas dapat menggerakan pendapatan perkapita, dan menyerap tenaga kerja yang pada akhirnya dapat memperbaiki pola distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat. Sehingga banyak penduduk yang memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya untuk membeli kebutuhan makanan, pendidikan, kesehatan dan perumahan sehingga dapat mempercepat pembangunan manusia dalam jurnalnya menguraikan adanya hubugan simultan antara kinerja ekonomi dan pembangunan manusia). Sebaliknya pertumbuhan yang didasarkan pada suntikan modal luar negeri berdampak menimbulkan ketergantungan dan keuntungannya cenderung kembali ke negara pemilik modal.

Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama (principal means) bagi pembangunan manusia untuk dapat berlangsung secara berkesinambungan. Oleh karenanya pernyataan diatas tidak mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak penting. Hal ini sejalan

dengan banyak bukti empiris yang menunjukkan bahwa tidak ada suatu negara pun yang dapat membangun manusia secara berkesinambungan tanpa tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi pembangunan manusia. Antara keduanya tidak ada hubungan otomatis tetapi berlangsung melalui berbagai jalur antara lain yang penting ketenagakerjaan. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan dapat ditransformasikan menjadi peningkatan kapabilitas manusia jika pertumbuhan itu berdampak secara positif terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha. Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan rumahtangga yang memungkinkannya “membiayai” peningkatan kualitas manusia anggotanya. Kualitas manusia yang meningkat pada sisi lain akan berdampak pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan mempengaruhi ketenagakerjaan dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran (meningkatkan kualitas tenaga kerja).

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Bandung pada tahun 2008 mencapai 52,48 persen. Jika dilihat berdasarkan perspektif jender, TPAK perempuan di Kabupaten Bandung yang mencapai 26,06 persen relatif jauh tertinggal dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang mencapai lebih dari 78,77 persen. Terdapat ketimpangan yang sangat tajam dalam pasar kerja, dimana perempuan cenderung kurang memiliki akses untuk memasuki dunia kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar perempuan usia produktif di kabupaten Bandung berada pada posisi sebagai ibu rumah tangga. Kondisi tersebut menunjukkan perempuan masih mengalami perlakuan tidak berimbang dengan laki-laki dalam dunia kerja, dimana laki-laki lebih diprioritaskan daripada perempuan, sehingga kesempatan kerja bagi perempuan cenderung sangat kompetitif.

Gambar 3.11.

Tingkat Kesempatan Kerja, Pengangguran dan TPAK Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung, Tahun 2008

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Laki-laki 78.77 88.95 11.05 Perempuan 26.06 80.31 19.69 Laki-laki+Perempuan 52.48 86.81 13.19

TPAK Kesempatan Kerja Pengangguran

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008

TPAK merupakan indikator yang menggambarkan seberapa banyak dari angkatan kerja yang aktif secara ekonomi. Pendapatan rumahtangga perlu diberi perhatian lebih, mengingat dampaknya yang luas terhadap taraf kesejahteraan terhadap kemiskinan. Kemiskinan, sejauh didefinisikan sebagai deprivasi ekonomi, sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga karena hampir semua rumahtangga mengandalkan upah/gaji (bagi yang berstatus buruh/karyawan) atau keuntungan usaha (bagi yang berstatus berusaha). Dengan demikian masalah ketenagakerjaan secara langsung berkaitan dengan masalah kemiskinan. Implikasi logisnya jelas: upaya pengentasan kemiskinan yang merupakan keprihatinan nasional bahkan global (tercermin dari sasaran pertama dan utama Millenimum Development Goals, MDG) mestinya harus ditempuh melalui upaya penyelesaian masalah ketenagakerjaan. Dalam hal ini masalah ketenagakerjaan, paling tidak

mengandung dua aspek pokok: penyediaan lapangan kerja/usaha dan peningkatan produktifitas tenaga kerja.

Berdasarkan Suseda tahun 2008 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung sebesar 13,19 persen. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan kondisi tahun 2007 yang mencapai 14,64 persen. Mengingat masih tingginya angka pengangguran, maka harus terus diupayakan penyediaan lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka umumnya didominasi oleh penduduk perempuan yang mencapai sebesar 19.69 persen. Kondisi tersebut lebih banyak disebabkan karena lapangan kerja yang ada belum sesuai dengan ketersediaan kualitas tenaga kerja perempuan di Kabupaten Bandung. Untuk meningkatkan daya saing kaum perempuan, maka peningkatan kualitas pekerja perempuan menjadi mutlak terus dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun informal.

Pergeseran penyerapan lapangan pekerjaan ke sektor industri dapat menjadi indikator meningkatnya kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Berdasarkan data pada tabel 3.6 berikut diperlihatkan lapangan pekerjaan penduduk 10 tahun ke atas mengalami pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri, transportasi, dan komunikasi. Sektor pertanian mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar 26,25 persen, menjadi 25,86 persen pada tahun 2006. Kemudian menjadi 25,02 persen pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 menurun drastis menjadi 20,66 persen.

Sektor industri pada tahun 2008 proporsinya tidak mengalami perumbahan dibandingkan dengan proporsi pada tahun 2005, yaitu sekitar 27 persen. Proporsi rumah tangga yang bekerja di sektor perdagangan mengalami berada pada kisaran 19 persen. Proporsi pada tahun 2008 merupakan kondisi tertinggi pada empat tahun terakhir. Ada inidikasi perpindahan lapangan usaha penduduk dari sektor pertanian ke sektor sektor lainnya (pertambangan, listrik gas dan air, angkutan dan komukasi, koperasi dan lembaga keuangan), sehingga proporsi sektor lainnya mencapai 22,54 persen. Proporsi lapangan usaha pada tahun 2008 menyerupai pola yang sama dengan tahun 2005. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya kebijakan ekonomi makro yang dilakukan oleh pemerintah, seperti diberlakukannya

kenaikan bahan bakar minyak pada tahun 2008, seperti halnya yang dilakukan pada tahun 2005.

Tabel 3.6.

Persentase Lapangan Pekerjaan

Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas, Tahun 2005-2008

Lapangan Pekerjaan 2005 2006 2007 2008 (1) (2) (3) (4) (5) Angkatan Kerja yang Bekerja Pertanian 26,25 25,86 25,02 20,66 Industri 27,00 26,42 23,56 27,08 Perdagangan 18,92 19,06 18,54 19,51 Jasa 10,57 10,76 21,19 10,21 Lainnya 17,26 17,90 11,69 22,54 Angkatan Kerja yang Menganggur 14,97 14,73 14,64 13,19

Pembangunan manusia pada hakekatnya merupakan suatu proses investasi. Upaya pemerintah Kabupaten Bandung untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi agar dapat berjalan seiring dengan pembangunan manusia diupayakan melalui berbagai program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas penduduk. Dengan adanya peningkatan kualitas hidup manusia yang cukup signifikan baik dari sisi kesehatan, pendidikan maupun ekonomi maka akan terlahir generasi-generasi penerus yang berkualitas. Hingga suatu saat nanti penduduk Kabupaten Bandung tidak lagi menjadi beban dalam pembangunan, namun dapat menjadi penggerak pembangunan.

Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan akan berpengaruh langsung terhadap produktifitas pekerja, yang akhirnya akan menunjang akselerasi perekonomian. Pembangunan manusia adalah tujuan akhir, dan kegagalan untuk mencapainya dapat mengakibatkan ketidakstabilan sosial dan politik, dan konseksuensinya berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pada paparan berikut akan digambarkan pencapaian IPM Kabupaten Bandung beserta komponen pembentuknya, serta pencapaian yang telah terjadi di wilayah tingkat kecamatan.

Dokumen terkait