• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Ratio Decidendi Hakim Dalam Putusan 45/Pid.Sus/TPK/2011/PN.BDG

4.2.1 Ratio Decidendi Hakim

Menurut Sudarto, putusan hakim tersebut merupakan puncak dari pengujian dan persidangan perkara yang dilakukan majelis hakim. Hakim membuat keputusan tentang:

1. Putusan atas kejadian tersebut, apakah terdakwa melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya

2. Mengenai hukum, putusan apakah perbuatan terdakwa termasuk tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dihukum 3. Putusan hukuman, jika terdakwa memang bisa dihukum pidana Sebelum hakim menjatuhkan putusan, harus diasumsikan bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dan diadili tidak bersalah sampai pengadilan menjatuhkan putusan dan menyatakan bersalah serta memperoleh kekuatan hukum tetap. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.

Dalam pengambilan putusan, hakim tidak tunduk pada segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak selain kewenangan peradilan, kecuali jika dipengaruhi oleh keadaan yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak dan Pasal 24 UUD 1945, yang mengatur penyelenggaraan keadilan untuk menegakkan hukum dan keadilan.

Sebelum mengambil putusan, ada tahapan dimana majelis hakim akan mempertimbangkan fakta-fakta yang diungkap dalam persidangan, inilah yang disebut pertimbangan hakim. Isi yang dipertimbangkan hakim adalah alasan atau dalil hakim yang dijadikan sebagai faktor pertimbangan dalam putusan hakim. Mempertimbangkan alasan hakim secara hukum atau argumen hakim disebut ratio decidendi.

Dalam putusan nomor 45/Pid.Sus/TPK/2011/PN.BDG pada saat putusan tindak pidana korupsi terhadap Yoyo Iryadi bin Djaya Dinata selaku terdakwa, hakim memiliki pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut

1. Pertimbangan Non Yuridis

Pertimbangan non yuridis didasarkan pada pertimbangan yang tidak terikat oleh undang-undang, tetapi kondisinya melekat pada pelaku tindak pidana, atau terkait dengan masalah sosial dan struktur sosial.

Pertimbangan yang bersifat yuridis hakim dalam menjatuhkan putusan membuat pertimbangan yang bersifat non yuridis. Tanpa dukungan pertimbangan yuridis yang bersifat sosial, psikologis, kriminologis dan filosofis non yuridis, pertimbangan yuridis saja tidak cukup untuk menentukan nilai keadilan dalam pidana di bawah umur. Hakim membutuhkan pertimbangan yuridis. Oleh karena itu, tidak cukup apabila hanya berdasarkan sudut pandang normatif dan sudut visi kerugianya, tetapi harus juga melibatkan faktor internal

dan eksternal yang melakukan tindak pidana atau tindak pidana tersebut. Hakim di persidangan mempertimbangkan hal ini dengan bijaksana.

Aspek sosiologi membantu mempelajari latar belakang sosial mengapa melakukan tindak pidana, aspek psikologis membantu untuk mengetahui kondisi psikologis terdakwa selama dan setelah terjadinya tindak pidana, sedangkan aspek kriminologi perlu menelaah alasan terjadinya tindak pidana dan sikap serta perilakunya.

Dalam Pasal 197 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menjelaskan bahwa putusan pemidanaan memuat keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa

a. Hal-hal yang memberatkan

Pemberatan tersebut muncul karena kedudukan yang diatur dalam Pasal 52 KUHP yang menjelaskan bahwa jika seorang pejabat melakukan tindak pidana, melanggar tugas khusus jabatannya, atau melakukan tindak pidana, kekuatan, peluang dan sarana menggunakan jabatan yang diberikan kepadanya dengan jabatannya maka, hukuman dapat ditingkatkan sepertiga. Dalam perkara ini terdakwa memiliki jabatan sebagai Kepala Desa Linggar oleh karena itu hal ini dapat memberatkan.

1. Sikap dan rasa hormat terdakwa yang benar terhadap pengadilan dan pengakuan yang jujur

2. Dalam persidangan, terdakwa telah mengakui perbuatanya. 2. Pertimbangan Yuridis

Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan hakim, didasarkan pada faktor-faktor yang diungkapkan dalam persidangan dan telah ditentukan oleh undang-undang sebagai hal yang harus dimasukkan dalam putusan. Pertimbangan hukum lainnya yaitu:

a. Tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum

Dalam perkara Nomor 45/Pid.Sus/TPK/2011/Pn.Bdg Jaksa Penuntut Umum mengajukan dakwaan dakwaan yang bersifat alternatif. Jika tidak yakin kejahatan mana yang dapat dibuktikan paling akurat, dakwaan alternatif digunakan. Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaannya terdiri dari beberapa tingkatan, namun dakwaan satu hanya perlu dibuktikan tanpa memperhatikan perintahnya, jika terbukti sah tidak perlu membuktikan dakwaan lain lagi. Oleh karena jaksa penuntut umum mengajukan dakwaan yang bersifat aternatif maka hakim akan membuktikan dakwaan pertama dan majelis sependapat dengan Jaksa Pendapat Umum yang berpendapat dakwaan yang mendekati dengan perbuatan terdakwa adalah dakwaan pertama yang unsur-unsurnya sebagai berikut :

Kata “setiap orang” identik dengan kata “barang siapa” menunjukan kepada siapa orang yang harus bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan. Jika mengacu pada Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Buku II dari Mahkamah Agung Republik Indonesia dan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1398K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 terminologi kata “barang siapa” sebagai siapa saja yang harus dijadikan terdakwa atau setiap orang sebagai subjek hukum yang dapat dimintai pertanggungjawaban dalam segala tindakanya. Oleh karena itu perkataan “barang siapa” atau “setiap orang” secara historis kronologis manusia sebagai subyek hukum telah dengan sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab dab sebagai konsekuensi maka adanya kemampuan bertanggung jawanb tidak perlu dibuktikan lagi karena setiap subjek hukum melekat erat dengan kemampuan bertanggung jawab sebaimana ditegaskan dalam Memore van Toelichting (MvT).

Mrerujuk dari penjelasan diatas maka dalam hal ini terdakwa yaitu Yoyo Iryadi Bin Djaya Dinata adalah subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai pelakunya. Oleh karena itu terdakwa telah memenuhi unsut tersebut

Yang dimaksud dengan unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri diartikan bahwa terdakwa mempunyai tujuan untuk mementingkan diri sendiri atau orang lain ataupun suatu korporasi. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang di dakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum tidak memberikan penjelasan kalau keuntungan yang menjadi tujuan dari orang yang melakukan tindak pidana korupsi itu harus berupa keuntungan materiil. Undang-Undang Nomor 31 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menganut kerugian negara dalam arti formil yang artinya Tindak Pidana Korupsi cukup dibuktikan adanya potesi kerugian dan tidak perlu adanya kerugian nyata sesuai dengan frasa “dapat” dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Tindak Pidana Korupsi.

Dalam berdasarkan hasil pemeriksaan dari Inspektorat Kabupaten Bandung Nomor 7007/713C/IRBAN III tanggal 02 Desember 2010 perihal Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Pekerjaan Yang Direalisasikan dan Keterangan Saksi Drs. Dede Ismail, Sadad Udia Putra, Neneng Nurelah, dan Ir. Asep Nanang Suryana serta barank bukti yang ada dan keterangan terdakwa terungkap fakta bahwa terdapat

sebagian dana Alokasi Dana Desa (ADD) dan Program Penguatan Pembangungan Pedesaan yang tidak terdakwa realisasikan sesuai dengan peruntukanya dan telah terdakwa alihkan untuk kepentingan lain dan tidak sesuai dengan tercantum dalam Dokumen Kegiatan Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung dan Proposal Surat Nomor 413.1/099/Sekret tanggal 06 November 2009. Oleh karena itu tidak ada kerugian negara tetapi adanya frasa yang mengatakan “dapat” yang berarti meskipun tidak terdapat adanya kerugian negara akan tetapi dengan dialihkanya penggunaan Alokasi Dana Perimbangan Desa dan Program Penguatan Pembangunan Desa dapat berpotensi menimbulkan kerugian negara maka unsur kedua telah terpenuhi

3. Menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

Menyalahgunakan wewenang adalah suatu perbuatan penyalahgunaan, penyimpangan atau melanggar salah satu kewajiban jabatan atau kedudukan oleh seorang yang diangkat sebagai pegawai negeri atau menerima dari fasilitas uang negara dengan memangku jabatan umum atau yang melakukan sebagian dari tugas pemerintah atau bagian-bagianya.

Berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan, terdakwa berdasarkan keputusan Rancaekek Kabupaten Bandung Nomor 141.1/Kep.02/II/2009 tertanggal 12 Februari 2009 telah diangkat sebagai Kepala Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Selaku Kepala Desa Linggar berdasarkan Pasal 17 Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 bertanggungjawab atas pengelolaan dana perimbangan desa tersebut. Dengan demikian Kepala Desa mempunyai kewenangan dan tanggungjawab atas pengelolaan dana perimbangan desa tersebut. Sebagai aparat desa yang mempunyai kewenangan dan tanggungjawab mengelola Alokasi Dana Desa seharusnya terdakwa mengelola dana-dana tersebut diatas sesuai dengan peruntukannya, namun pada kenyataannya terdakwa telah mengelola Alokasi Dana Desa tersebut tidak sesuai dengan tujuannya antara lain terdapat sebagian Alokasi Dana Desa sebesar Rp 38.000.000,00. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka unsur dari menyalahgunakan wewenang kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan telah terpenuhi 4. Yang dapat merugikan keuangan negara

Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terdapat kata dapat

sebelum frasa “merugikan keuagan atau perekonomian negara” menunjukan bahwa tindak pidana korupsi di Indonesia merupaka tindak pidana formil yang artinya tidak adanya kerugian nyata tetapi tindakn pidana korupsi cukup dibuktikan dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan.

Berdasarkan fakta dalam persidangan diantaranya keterangan saksi Ir. Asep Nanang Suryana, Neneng Nurelah dan keterangan terdakwa selaku Kepala Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung berdasarkan surat Nomor 46/2004/Sekr tanggal 15 Juni 2009 telah mengajukan Permohonan Pencairan Biaya Publik dan Pemberdayaan Masyarakat dari Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran 2009 dan Surat Nomor : 413.1/099/Sekret tanggal 06 Nopember 2009 mengajukan proposal Permohonan Bantuan Dana Program Penguatan Pembangunan Perdesaan (P4) Tahun Anggaran 2009 kepada Bupati Bandung yang bersumber dari APBD Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2009 Terdapat pengalihan dana yang dilakukan oleh terdakwa tetapi meskipun ada pengalihan dana-dana tersebut tersalurkan untuk kegiatan kegiatan kemasyarakatan. Dana kegiatan pemberdayaan sumber daya desa untuk pelatihan peningkatan SDM bagi

LPMD tahap II sebesar Rp.1.500.000 terealisasikan sebesar Rp.1.000.000 sedangkan sisanya ole terdakwa sebesar Rp.500.000 dipergunakan untuk pembelian makan dan minum serta untuk ongkos becak pengangkutan makanan dan minuman untuk kegiatan peningkatan SDM bagi LPMD dimana pada waktu pemeriksaan dilakukan oleh Inspektorat belum dapat dibuktikan dipertanggungjawabkan oleh Terdakwa. Tetapi berdasarkan fakta persindangan uang sebesar Rp. 500.000 oleh terdakwa dapat dibuktikan dipergunakan untuk kegiatan dimaksud. Namun demikian karena terdapat frasa “dapat” maka unsur ini telah terpehuni. 5. Melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing harus

dipandang sebagai perbuatan sendiri

Dalam persidangan terungkap bahwa Dana Alokasi Dana Desa dan Dana Program Penguatan Pembangunan Pedesaan yang tidak terdakwa realisasikan sesuai peruntukanya bersumber dari APBD Kabupaten Bandung tahun 2009 antara lain;

1. Dana perbaikan mesjid Al-Ikhlas Rt.02 Rw.08 Kampung Bangkuang sebesar Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) namun telah direalisasikan untuk kegiatan lain 2. Dana wajardiknas sebesar Rp 5.500.000,00 (lima juta

sekolah bagi siswa yang tidak mampu sejumlah 55 siswa masing-masing sebesar Rp. 100.000,00 terdakwa realisasikan antara lain untuk

3. Bantuan untuk Paud Aurora sebesar Rp. 4.500.000,00 4. Bantuan untuk Paud Miftahul Huda sebesar Rp.

1.000.000,00

5. Dana pengerasan jalan lingkungan Rw.08 sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dialihkan ke pembangunan gorong-gorong diwilayah Rt.02 Rw.01 6. Dana Kegiatan Pemberdayaan Sumber Daya Aparatur

Desa untuk Pelatihan Peningkatan SDM bagi LPMD tahap II sebesar Rp. 1.500.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.000.000,00 sehingga terdapat sisa dana sebesar Rp. 500.000,00,- dipergunakan untuk pembelian makan dan minum serta untuk ongkos becak pengangkutan makanan dan minuman untuk kegiatan peningkatan SDM bagi LPMD dan pada waktu pemeriksaan dilakukan oleh Inspektorat belum dapat dipertanggungjawabkan oleh Terdakwa.

Berdasarkan pembuktian diatas maka unsur melakukan perbuatan yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan sendiri sendiri telah terpenuhi

Pada saat menjatuhi putusan hakim harus memperhatikan barang bukti untuk membuktikan apakah orang tersebut melakukan tindak pidana atau tidak. Dalam hakim telah mempertimbangkan bukti yang membuktikan Dana Alokasi Dana Perimbangan Desa dan Dana Program Penguatan Pembangunan Pedesaan (P4) telah dialihkan oleh Terdakwa selaku Kepala Desa Linggar barang bukti tersebut berupa 1 berkas berita acara Hasil Musyawarah yang dihadiri terdakwa selaku Kepala Desa Linggar, Adang Sadad selaku Ketua Badan Pengawas Desa Linggar, Suyud Kusnadi dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa serta dihadiri oleh tokoh masyarakat dan tokoh pemuda maupun para Ketua RT dan Ketua RW Desa Linggar serta diketahui oleh Drs. Meman Nurjaman selaku Camat Rancaekek dan Kapten Nanang Sulitiono selaku Danramil Rancaekek. Hasil dari musyawarah tersebut yaitu seluruh peserta yang hadir setuju atas tindakan pengalihan sebagian dana ADPD dan dana P4 yang dilakukan oleh terdakwa selaku Kepala Desa Linggar dan segala permasalahan yang terjadi terkait dengan sebagian dana ADPD maupun dana P4 dianggap telah selesai.

Barang bukti lain yaitu Keputusan dari Kepala Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Nomor 141.1/Kep-02-2004/2010 tertanggal 28 Juni 2010 untuk memenuhi

persyaratan administrasi atas pengalihan beberapa dana ADPD dan P4 Desa Linggar berserta lampirannya tentang Perubahan Penetapan Sasaran Kegiatan Fisik yang akan dibiayai dari Dana Program P4 Tambahan dan Alokasi Dana Perimbangan Desa Tahun 2009 di Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, pemberitahuan hasil rapat klarifikasi BPD dengan mantan Kepala Desa yang isinya memberitahuka kepada pemerintah Desa untuk membayar hutang kepada Kepala Desa yang lama dan barang bukti lain yaitu berkas proposal P4 dan berkas proposal ADPD, kwitans-kwitansi sebagai bukti kegiatan yang terealisasikan dan sebagai bukti bahwa dana ADPD dan dana P4 telah dialihkan untuk kegiatan kemasyarakatan tersebut. 3. Keterangan Saksi

Hakim dalam menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan keterangan dari saksi dan menulisnya dalam putusan tersebut apabila tidak maka putusan tersebut batal demi hukum. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana definisi dari saksi tercantum dalam Pasal 1 ayat (26) yaitu orang yang dapat memberikan yaitu orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri dan ia alami sendiri.

Untuk membuktikan dakwaan nya Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan 24 saksi dan penasehat hukum terdakwa telah mengajukan 2 saksi a de charge. Saksi-saksi tersebut di muka persidangan telah memberikan keterangan dibawah sumpah atau janji menurut tata cara agamanya masing-masing. Hakim telah mempertimbangkan keterangan dari saksi. dari keterangan saksi didapat fakta sebagai berikut:

a. Prosedur pengajuan proposal dana bantuan Desa Linggar Kecamatan Rancaekek kepada Pemerintah Kabupaten Bandung yaitu sebelumnya pemerintahan desa melakukan Musyawarah Pembangunan (musrembang) dengan lembaga pemerintah yang terdiri dari perangkat desa, BPD, LPMD, Karang Taruna, RT/RW dan lain-lain b. Proposal diajukan keada Pemerintah Kabupaten melalui Kecamatan untuk dilakukan ferifikasi oleh Tim Pembina ADPD dan P4 Kecamatan dengan dilengkapi dokumen-dokumen pengajuan proposalnya, apabila dipandang lengkap maka Kecamatan membuatkan rekomendasi yang ditujukan kepada Bupati Bandung untuk direalisasikan melalui BPMPD Kabupaten Bandung, yang selanjutnya proposal dana bantuan yang diajukan oleh Desa Linggar Keamatan Rancaekek Kabupaten Bandung disetujui oleh Pemerintah Kabupaten Bandung

c. Pada tanggal 15 Juni 2009 terdakwa telah mengajukan Permohonan Pencairan Biaya Publik dan Pemberdayaan Masyarakat dari Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran 2009 kepada Bupati Bandung dengan surat Nomor 046/2004/Sekret

d. Dana wajardikdas dialihkan PAUD Aurora dan PAUD Miftahul Huda dengan alasan sesuai dengan anjuran Ibu Ketua PKK Kabupaten Bandung supaya disetiap Desa memiliki PAUD, dimana Terdakwa terkait dengan pembangunan Paud Aurora tersebut menghibahkan lahan milik keluarga ke Desa Linggar,Adanya proposal yang diajukan ke Desa Linggar untuk bantuan Paud Miftahul Huda dan Lebih banyak dinikmati oleh anak-anak yang tidak mampu daripada diserahkan untuk 55 anak yang tidak mampu yang dikhawatirkan akan terjadi suatu kecemburuan diantara anak-anak yang tidak mampu

e. Dana Pengerasan Jalan Lingkungan RW 08 sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dialihkan untuk pembangunan gorong-gorong di wilayah Rt 02 Rw 01, dengan alasan Agar Terdakwa tidak dikatakan mementingkan kepentingan warga disekitarnya dikarenakan lokasi Jalan Lingkungan di RW. 08 berada

didepan rumah Terdakwa, sedangkan gorong-gorong di RT.02 RW.01 sering banjir apabila terjadi hujan dikrenakan saluran air yang tersumbat dan adanya surat permohonan yang ditujukan oleh Ketua RT.02 RW.01c beserta dukungan-dukungan warga RT.02 RW.01 f. Bahwa benar dana-dana P4 yang dialihkan oleh

Terdakwa selaku Kepala Desa Linggar adalah dana Masjid Al-Ikhlas senilai Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) dialihkan untuk:

a. Perbaikan Masjid Al-Hijrah di Rancapait sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dikarenakan Masjid Al-Hijrah sedang membutuhkan dana untuk perbaikan Masjid Al-Hijrah.

b. Pengerasan Beton Bojong Kalong Babakan Cereme sebesar Rp 5.628.000,- (lima juta enam ratus dua puluh delapan ribu rupiah) alasan dialihkan dikarenakan dijalan Bojong Kalong Babakan Cereme apabila hujan sering terjadi banjir yang mengakibatkan kerusakan pada jalur transportasi.

c. Pengerasan Jalan Cihaur di RW. 05 sebesar Rp. 12.850.000,- (dua belas juta delapan ratus lima

puluh ribu rupiah) alasan dialihkan dikarenakan Jalan Cihaur sering terjadi banjir apabila musim hujan

d. Pengurugan Jalan Depok di RW. 03 sebesar Rp. 1.522.000,- (satu juta lima ratus dua puluh dua ribu rupiah) untuk pembelian pasir dan batu dijalan Depok.

g. Normalisasi Kali Cikijing dialihkan karena sesuai dengan surat BPD yaitu pemerintah Desa Linggar melalui Terdakwa selaku Kepala Desa harus membayar hutang kepada mantan Kades lama. Disamping itu normalisasi Kali Cikijing ditunda karena saat itu sedang musim hujan, akan tetapi normalisasi Kali Cikijing tetap dikerjakan dengan menggunakan dana pribadi milik Terdakwa sebesar Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah)

h. Pengalihan dana tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan dilakukan musyawarah, dimana sebelumnya dilakukan musyawarah di Kecamatan yang dihadiri oleh perangkat desa, dimana dalam musyawarah diKecamatan tersebut mayoritas perangkat desa yang hadir menyetujui atas beberapa dana ADPD maupun dana P4 yang dialihkan oleh Terdakwa.

i. Dalam musyawarah di Kecamatan Rancaekek pada tanggal 12 Juni 2010, Ketua BPD keberatan dengan hasil musyawarah karena dianggap pihak-pihak yang hadir didalam musyawarah tersebut pihak-pihak yang pro terhadap Kepala Desa Linggar, yang kemudian atas keinginan dari Ketua BPD dilakukan musyawarah ulang didesa Linggar dengan dibuatkan undangan secara resmi yang ditandatangani oleh Ketua BPD Desa Linggar dan Kepala Desa Linggar yang mana daktar hadir para peserta undangan ditentukan oleh pihak BPD

j. Pada tanggal 27 Juni 2010 dilakukan musyawarah dan dibuatkan Berita Acara Musyawarahnya ditandatangani oleh terdakwa selaku Kepala Desa Linggar waktu itu dan Adang sadad selaku Ketua BPD Desa Linggar serta Suyud Kusnadi dari LPMD Desa Linggar, dan dihadiri oleh tokoh masyarakat dan tokoh pemuda maupun para Ketua RT dan Ketua RW Desa Linggar serta diketahui oleh Drs. Meman Nurjaman selaku Camat Rancaekek dan Kapt. Nanang Sulitiono selaku Danramil Rancaekek, dimana hasil musyawarah tersebut seluruh peserta yang hadir setuju atas tindakan pengalihan sebagian dana ADPD dan dana P4 yang dilakukan oleh Terdakwa selaku Kepala Desa dan segala permasalahan yang

terjadi terkait dengan sebagian dana ADPD maupun P4 dianggap telah selesai

k. Berdasarkan hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Bandung Nomor : 700/713C/IRBAN III tanggal 02 Desember 2010 perihal Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Pekerjaan Yang Direalisasikan pada kesimpulannya terdapat dana Alokasi Dana Perimbangan Desa (ADPD) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh terdakwa selaku Kepala Desa Linggar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dari kegiatan Pemberdayaan Sumber Daya Aparatur Desa untuk Pelatihan Peningkatan SDM bagi LPMD sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah), dimana dana sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) tersebut pada saat Inspektorat melakukan pemeriksaan Terdakwa belum dapat menunjukan kwitansi-kwitansi pembelian makanan dan ongkos pengangkutan makanan (ongkos beca) untuk kegiatan pemberdayaan Sumber daya Aparatur Desa untuk Pelatihan peningkatan SDM bagi LPMD.

l. Bahwa benar dana sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) yang sesuai dengan bukti-bukti kwitansi yang ada penggunaannya untuk pembelian makanan dan

ongkos pengangkutan makanan (ongkos becak) untuk kegiatan pemberdayaan Sumber Daya Aparatur Desa untuk Pelatihan Peningkatan SDM bagi LPMD. Dikuat pula saksi NENENG NURELAH Binti ADANG HODRUK

m. Bahwa benar setelah dilakukan Musyawarah tertanggal 27 Juni 2010, untuk memenuhi persyaratan administrasi atas pengalihan beberapa dana ADPD dan dana P4 Desa Linggar, terdakwa selaku Kepala Desa Linggar mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Nomor:141.1/Kep.02-2004/2010 tertanggal 28 Juni 2010 beserta lampirannya tentang Perubahan Penetapan Sasaran kegiatan fisik yang akan dibiayai dari Program P4 Tambahan dan Alokasi Dana Perimbangan Desa TA 2009 di Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung

Keterangan dari Drs Dede Ismail yang selaku PNS di Inspektur Pembantu Wil III Kabupten Bandung yang ditugaskan oleh Inspektur Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung untuk melakukan pemeriksaan terhadap point-point pekerjaan kegiatan desa yang diduga tidak dilaksanakan oleh terdakwa selaku Kepala Desa Linggar terkait bantuan dana ADPD dan P4 Tahun

2009 dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung kepada Desa Linggar. Saksi memberikan keterangan bahwa benar terdapat adanya pengalihan dana Alokasi Dana Perimbangan Desa dan dana Program Penguatan Pembangunan Pedesaan (P4). Saksi melakukan pemeriksaan ke Desa Linggar yang diduga menyalahgunakan atau menyelewengkan dana ADPD dan dana P4 tahun 2009 dikarenakan adanya surat tembusan dari Badan Pengawas Desa Linggar yang ditujukan pada Kapolres Bandung diperkuat dengan adanya Surat Perintah Tugas dari Dinas Inspektorat Kabupaten Bandung. Saksi melakukan pemeriksaan pada awalnya dengan melakukan konfirmasi terhadap terdakwa

Dokumen terkait