• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KRITERIA HADIS SAHIH MENURUT ULAMA HADIS

B. Kriteria Hadis Sahih Menurut Ulama Hadis

3. Rawi D{a>bit}

52

5. Ta‘di>l hanya dikarenakan tidak adanya jaha>lah al-‘ayn dari rawi yang tidak diketahui jarh}-nya, ini adalah pendapat al-Ima>m ibn H{ibba>n dan gurunya yaitu Ibn Khuzaymah.79

3. Rawi D{a>bit}

Secara bahasa d}a>bit} adalah ism fa>‘il dari kata d}abat}a-yad}bit}u yang berarti menahan, menangkap, menyita, merampas, mengontrol, bermawas diri, melakukan sesuatu dengan akurat, melakukan verifikasi, membetulkan, memberi tanda harakat:80 Sedangkan menurut istilah ulama hadis, d}a>bit} adalah:

ا مَ امَ دُهمَ ادُ مَ مَلخاااِ وْ مَااِإادُ دُ وْ مَ اىاِ تَّااااِ اِا مَتاِكاوْ اِ اوْىاِ وْ مَ يا تَّ مَئاِاا ذٍ اِقوْتدُ ا مَ مَ اذٍظوْقمَ يامَ وْ مَ ا ذً مَلوْغدُ ادُ وْ دُ مَيا مَ

ادُ اِ وْ دُ مَ فاطُّ مَتوْ دُموْااااِ اِ وْلاِلآاوْ اِ اوْ مَأا دُ دُلوْشمَي

.

81

‚Yaitu (d}a>bit}) adalah seseorang yang tidak lalai, tidak penuh perhatian, tidak sempurna, sehingga tidak terjadi seorang rawi meriwayatkan dari tulisannya yang terdapat di dalamnya kerancuan dan dia tidak merasakan, atau meriwayatkan dari hafalanya yang terganggu sehingga menimbulkan kesalahan‛.

Menurut ‘Ajja>j al-Khati>b d}a>bit} adalah sadarnya seorang rawi ketika mendapatkan hadis dan faham terhadap apa yang ia dengar dan hafal semenjak ia mendapatkan hadis sampai ia menyampaikan hadis tersebut, atau seoarang rawi yang hafal dan mengerti terhadap apa yang ia riwayatkan jika meriwayatkan dengan hafalannya, faham jika ia meriwayatkan dengan makna, dan mampu menjaga tulisannya dari masuknya kesalahan atau perubahan atau

79 Ibid., 96-97.

80 Atabik Ali, Kamus Kontemporer, 1202.

53

kekurangan jika ia meriwayatkan hadis dari tulisannya, dengan demikian maka keluarlah jenis hadis al-mughfal dan hadis kathi>r al-khat}a’.82

Menurut ‘Abd al-Kari>m Isma>‘i>l S{aba>h} al-d}a>bit min al-ruwa>h adalah seorang rawi yang kesalahannya sedikit dalam periwayatan, sedangkan ghayr al-d}a>bit} adalah seorang rawi yang banyak kesalahannya dan keraguannya dalam riwayat, baik itu dikarenakan kelemahan dalam perisiapannya maupun kurangnya dalam kesungguhan.83

Wajib bagi seorang rawi untuk memastikan bahwa riwayat tersebut benar-benar d}a>bit} harus detail dan cermat dalam periwayatannya, pendengarannya dan hafalannya, jadi tidak ada keragu-raguan dalam hafalannya dan tetap dalam ingatan yang kuat dari waktu ia mendengarkan sampai ia menyampaikan, dikarenakan terkadang seorang rawi berubah hafalannya dan kecermatannya pada akhir masa hidupnya. Ulama sendiri membedakan antara ikhtila>t}84 sebelum meriwayatkan hadis dan ikhtila>t sesudah meriwayatkan hadis. Pada kesimpulan akhirnya ulama menerima hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang ikhtila>t} tersebut terjadi setelah ia meriwayatkan hadis.85

D{abt} dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1). D{abt} s}adr (kecermatan hafalan) dan 2). D{abt}} kita>b (kecermatan tulisan). D{abt{ s}adr adalah rawi yang mampu menjaga apa yang ia dengarkan dan mampu menghadirkan kembali hal

82 al-Khati>b, Us}u>l al-H{adi>th, 305- al-Sakha>wi>, Sharh al-Taqri>b, 39.

83 S{aba>h{, al-H{adi>th al-S{ah}i>h}, 91.

84Ikhtila>t} secara bahasa berarti rusaknya akal, sedangkan secara istilah berarti rusaknya akal atau tidak adanya kepastian dalam ucapannya baik disebabkan oleh usia yang tua, pikun, buta, atau disebabkan karena tulisannya terbakar atau lainnya. Lihat al-T{ah}h}a>n, Taysi>r Mus}t}alah}, 226.

54

tersebut kapanpun, sedangkan d}abt} kita>b adalah pertolongan rawi terhadap tulisannya dari kesalahan semenjak ia mendengarkan riwayat tersebut sampai ia memberikan riwayat tersebut ke rawi lain.86 Disyaratkan bagi rawi yang meriwayatkan hadis dengan tulisannya agar tidak meminjamkannya kepada orang lain, kecuali jika ia mempunyai banyak naskah atau meminjamkannya kepada ummi> (orang yang tidak bisa membaca dan menulis).87

Untuk mengetahui apakah rawi tersebut d}a>bit} atau ghayr d}a>bit}, maka jalan yang digunakan menurut ulama hadis, fikih dan us}u>l fikih adalah dengan cara mengujinya, yaitu dengan cara membandingkan riwayat-riwayatnya dengan riwayat-riwayat rawi thiqah yang terkenal dengan kedabitan dan itqa>n (kecakapan), jika kebanyakan riwayatnya sesuai dengan riwayat-riwayat rawi thiqah tersebut walaupun kesesuaian tersebut hanya dari segi makna, maka ia adalah d}a>bit}, sedangkan jika kebanyakan riwayatnya bertentangan dengan rawi yang thiqah maka rusaklah kedabitannya dan tidak bisa dijadikan h}ujjah riwayatnya baik kerusakannya itu dari segi hafalannya maupun tulisanya.88

D{abt} mempunyai beberapa tingkatan, yaitu;

a) Tingkatan pertama yaitu tingkatan yang utama yakni al-d}abt} ta>m.

b) Tingkatan kedua yaitu tingkatan pertengahan yakni d}abt} yang lebih rendah sedikit dari tingkat pertama.

86 al-Sakha>wi>, Fath{ al-Mughi>th, 24.

87 S{aba>h{, al-H{adi>th al-S{ah}i>h}, 92.

55

c) Tingkatan ketiga yaitu al-d}abt} yang lebih bawah dari dua tingkatan di atas.89

Walaupun ada beberapa pendapat yang membagi tingkatan d}abt}, penulis lebih lebih condong kepada pendapat ‘Abd al-Kari>m Isma>‘il S{aba>h yang mengatakan bahwasanya d}abt} hanya terdapat dua gambaran saja yaitu ta>m dan khafi>f, hal ini sesuai dengan pendapat Ibn H{ajar dalam kitabnya Nuzhah al-Naz}ar karena seorang rawi hanya ada dua bentuk yaitu d}a>bit} dan ghayr d}a>bit}, dan rawi yang d}a>bit}, pasti di antara dua pilihan jika ia tidak d}a>bit} ta>m maka kedabitannya berkurang yang disebut dengan khafi>f al-d}abt}, sedangkan rawi yang ghayr d}a>bit} maka tertolaka riwayatnya menurut muh}addtihi>n baik itu disebabkan karena kesalahannya sama dengan kebenerannya atau lebih sedikit atau lebih banyak.90

D{abt} yang dimaksud di sini (dalam pembahasan hadis sahih) adalah ta>m d}abt} (kecermatan yang sempurna), atau pada tingkatan d}abt} yang pertama, hal ini untuk membedakan antara hadis s}ah}i>h lidha>tih dengan hadis h}asan lidha>tih, karena hadis h}asan lidha>tih adalah kha>f al-d}abt} (kecermatannya kurang sempurna) akan tetapi jika terdapat jalur riwayat lain maka akan menjadi hadis s}ah}i>h} lighayrih.91

89 Ha>shim, Qawa>‘id Us}u>l, 41 -42.

90 S{aba>h{, al-H{adi>th al-S{ah}i>h}, 93.

56

Dokumen terkait