• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Re-epitelisasi Epidermis

Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan luka bakar pada bagian punggung. Tikus diberikan perlakuan selama lima hari kemudian dibuat preparat setiap jaringan kulit. Berikut gambar hasil pembuatan luka bakar.

Gambar 4.1 Hasil makroskopik hari ke lima A: kontrol positif; B: kontrol negatif; C: P1 (konsentrasi 10%); D: P2 (konsentrasi 20%) dan E: P3 (konsentrasi 40%)Hasil pembuatan luka bakar; tanda panah: luka bakar paparan plat besi

selama 10 detik

A B

C D

Re-epitelisasi epidermis luka bakar dihitung rata–ratanya setelah diberikan perlakuan. Dari hasil penghitungan, salep ekstrak daun binahong mempunyai pengaruh dalam proses re-epitelisasi. Hal ini dapat kita lihat dari ketebalan epidermis yang sudah terbentuk pada penilaian secara mikroskopik.

Gambar 4.2 Hasil pengambilan gambar preparat HE dengan perbesaran 100x. A: kontrol positif; B: kontrol negatif; C: P1 (konsentrasi 10%); D: P2 (konsentrasi 20%) dan E: P3 (konsentrasi 40%); tanda panah: tepi luka

A

E

D C

0 20 40 60 80 100 kontrol + kontrol - P1 (10%) P2 (20%) P3 (40%)

µm

Re-epitelisasi epidermis

Gambar 4.3 Hasil penghitungan re-epitelisasi epidermis

Re-epitelisasi epidermis yang terjadi dihitung menggunakan aplikasi

ImageJ. Re-epitelisasi epidermis yang tertinggi terdapat pada pemberian salep ekstrak daun binahong konsentrasi 40% (P3) dengan rata-rata 88,39 µm, sedangkan yang terendah adalah kontrol negatif dengan rata-rata 11,14 µm. Dapat dilihat hasil pengambilan gambar preparat HE dengan perbesaran 100x.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran re-epitelisasi epidermis

Perlakuan Sampel Re-epitelisasi (µm) Mean(µm) P1 a 25,897 28,00894 b 23,5507 c 35,065 d 24,0936 e 31,4384 P2 a 59,6049 57,54424 b 67,2944 c 60,0677 d 54,0968 e 46,6574 P3 a 88,4058 88,3884 b 89,2271 c 86,8914 d 81,7777 e 95,64 Kontrol + a 39,5556 45,03772 b 36,8429 c 45,6903 d 53,8449 e 49,2549 Kontrol - a 10,1783 11,14028 b 9,296 c 12,1409 d 12,7226 e 11,3636

Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong, maka re-epitelisasi epidermis akan semakin meningkat. Bahkan dalam penelitian ini, pemberian salep ekstrak daun binahong konsentrasi 20% (P2) re-epitelisasi melebihi kontrol positif.

Data yang telah didapatkan pertama kali dilakukan uji normalitas. Didapatkan data distribusinya normal dengan nilai P value 0,075 (>0,05). Kemudian dilakukan uji homogenitas dan didapatkan P value 0,216 (>0,05). Nilai ini menujukkan data tersebut homogen.

Setelah data dinyatakan normal dan homogen, kemudian dilakukan uji

One-way ANOVA. P value didapatkan nilai 0,000 (<0,05). Nilai tersebut menunjukkan hubungan pemberian salep ekstrak daun binahong terhadap re-epitelisasi epidermis luka bakar.

4.1.2 Pembahasan

Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa konsentrasi ekstrak daun binahong 20 % dan 40% yang terjadi re-epitelisasi lebih besar dibanding dengan re-epitelisasi kontrol positif yang menggunakan silver sulfatiazin. Hal ni membuktikan daun binahong mempunyai peran dalam membantu proses re-epitelisasi pada epidermis kulit bahkan efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan silver sulfatiazin.

Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Isnatin Miladiayah (2012), tentang efek ekstrak daun binahong pada penyembuhan luka sayat di marmut. Menggunakan ekstrak etanol daun binahong dengan konsentrasi mulai dari 20% mampu membantu dalam proses penyembuhan luka bila dibandingkan kontrol positifnya (povidone iodine). Hasil penelitian Isnatin sesuai dengan hasil penelitian. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Syuhar, Windarti dan Kurniawati (2012) melakukan uji daun binahong yang hanya ditumbuk lalu ditempel pada luka bakar derajat II, ternyata hasilnya tidak efektif. Luka dinilai dari secara mikroskopik tidak ada perbedaaan bermakna antara pemberian daun binahong dengan kontrol. Hal tersebut mungkin disebabkan daun binahong tidak dijadikan ekstrak dan dikombinasi dengan vehikulum (untuk dijadikan salep)

sehingga mampu meningkatkan efektifitas dari senyawa pada daun binahong tersebut. 3, 26

Daun binahong memiliki kandungan beberapa senyawa seperti saponin, terpenoid, steroid, glycoside dan alkaloid. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Sri Murni Astuti DKK (2011), seluruh bagian dari tumbuhan binahong memiliki kandungan saponin baik itu dalam keadaan sampel kering ataupun segar.3 Selain itu juga dalam penelitian Isnatin (2012), terdapat juga beberapa senyawa lain yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka, seperti flavonoid, tanin, dan polifenol.

Selain itu juga pada penelitian Sri Murni Astuti DKK (2011) didapatkan bahwa pada daun binahong memiliki kandungan saponin 28,14 ± 0,22 persen untuk setiap 20 mg sampel kering. Sedangkan untuk tangkai tanaman binahong hanya mengandung 3, 65 ± 0,11 persen. Namun, untuk bagian akar mengandung paling banyak saponin yakni 43,15 ± 0,10 persen dari setiap 20 mg sampel kering. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah daun walaupun kandungan saponan paling tinggi pada akar. Namun di masyarakat paling banyak menggunakan daun binahong sebagai obat tradisional luka bakar.27

Saponin berperan dalam mekanisme pada penyembuhan luka dengan cara menstimulasi produksi kolagen tipe I yang mana akan berperan penting dalam penutupan luka dan peningkatan re-epitelisasi jaringan.3 Kim YS (2011) melakukan penelitian, mendapatkan pada kelompok yang diberikan saponin kecepatan migrasi sel-sel keratinosit lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Disimpulkan dari hasil penelitian tersebut bahwa saponin meningkatkan kecepatan migrasi sel keratinosit yang berpengaruh pada re-epitelisasi epidermis.30

Sedangkan flavonoid beraksi dalam respon terhadap radikal bebas yang mencegahan dan memperlambat proses nekrosis sel serta meningkatkan vaskularisasi pada darah yang mengalami luka. Sedangkan untuk tannin, glikosida dan flavonoid berperan sebagai antibakteri. Kegunaan dari antioksidan pada proses penyembuhan dalam proliferasi sel, menekan proses inflamasi dan kontraksi pada jaringan kolagen dengan cara menghambat adanya radikal bebas. Selain itu daun binahong mengandung asam askorbat dan asam oleanolik. Asam

askorbat mampu meningkatkan daya tahan terhadap infeksi sekunder, memelihara mebran mukosa dan mempersingkat proses penyembuhan luka. Sedangkan asam oleanolik mempunyai manfaat sebagai anti inflamasi dan mampu mengurangi rasa nyeri pada luka.29

Pada daerah luka, tingkat kelembaban sangat berpengaruh karena dapat mempercepat pembentukkan growth factor pada re-epitelisasi yang membentuk stratum korneum dan angiogenesis. Proses tersebut semakin meningkat jika, keadaan lingkungan yang lembab. Proses re-epitelisai pada luka terbuka menyebabkan reduksi dari ukuran luka. Pada tahap inflamasi, proses ini semakin lama jika terjadi infeksi sekunder. Oleh karena itu, pada kasus luka diberikan antibiotik sehingga menurunkan risiko terjadinya infeksi sekunder.29

Dalam penelitian ini proses untuk mengubah daun binahong menjadi ekstrak kental menggunakan metode maserasi alasan pemilihan metode ini karena pengerjaannya mudah dan sederhana. Metode maserasi hanya mampu mengambil semua senyawa aktif dalam sampel, namun tidak bisa memisahkan senyawa aktif satu persatu. Sehingga pada penelitian ini tidak dapat ditentukan kadar senyawa aktif. Namun dapat kita asumsikan bahwa senyawa saponin, alkaloid dan flavonoid mempunyai peran besar dalam proses re-epitelisasi epidermis. Selain itu juga ekstrak daun binahong dijadikan sediaan salep dengan tujuan dapat membantu proses penyerapan dari zat aktif yang terkandung pada daun binahong ke kulit.

Dokumen terkait