CHAPTER V: CONCLUSION
Appendix 4: Readability Assessment Questionaire
Kuisioner Keterbacaan
Responden yang terhormat,
berikut ini adalah sejumlah kutipan dari novel berjudul Safe Haven karangan Nicholas Sparks. Anda dimohon memberi nilai 1, 2, atau 3 dengan memberi tanda centang (V) pada kolom yang telah disediakan dengan ketentuan pemberian nilai sebagai berikut:
Skor Kriteria Keterbacaan
Indikator Keterbacaan
1 Terbaca
Teks Bahasa Indonesia mudah dibaca serta dipahami oleh pembaca.
2 Dapat Dibaca
Teks Bahasa Indonesia dapat dibaca serta dapat dipahami oleh pembaca.
3 Tidak Terbaca
Teks Bahasa Indonesia tidak dapat dibaca serta tidak dapat dipahami oleh pembaca.
Silahkan mengisi dengan sebenar-benarnya. Terima kasih.
Nomor Teks Bahasa Indonesia Skor
1 2 3
1
"Bagaimana dengan Melody? Apa ia masih saja mengoceh tentang betapa cakepnya para pelanggan?"
"Setiap shift."
"Dan Ricky? Apa ia masih menggoda para pelayan baru?" Waktu Katie mengangguk lagi, Jo tertawa. "Tempat itu tidak pernah berubah."
2
"Jadi, kenapa kau pindah ke Southport? Tentunya bukan karena potensi karier di Resto Ivan, kan? Apa kau punya keluarga di sekitar sini? Orangtua? Kakak atau adik?"
"Tidak," kata Katie. "Hanya aku." "Mengikuti pacarmu?"
"Tidak."
"Jadi kau pindah kemari begitu saja?" "Ya."
3
"Bagaimana menurutmu, Daddy?" Kristen menarik-narik kaki celananya sambil mengangkat boneka.
"Wow! Dia cantik sekali." Alex berjongkok di sebelah Kristen. "Dan aku suka sekali matel itu. Vanessa kadang-kadang kedinginan, kan?"
"Tul," kata Kristen. "Tapi ia bilang ia mau naik ayunan, jadi ia mungkin perlu ganti baju."
4
"Tali pancingku tersangkut di kapal yang bergerak menjauh dan aku tidak mau kehilangan alat pancingku. Kupikir talinya akan langsung putus, tapi aku malah terseret dan tercebur. Aku menelan banyak air. Lalu aku tidak bisa bernapas dan rasanya ada yang menarikku ke bawah." Josh kelihatan ragu. "Kayaknya pancingku jatuh ke sungai."
5
"Aku ingin berterima kasih atas apa yang kaulakukan."
"Aku tidak melakukan apa-apa," protes Katie. "Ya," kata Alex. "Kau berjasa. Seandainya kau tidak mengawasi monitor, aku tidak akan tahu apa yang terjadi. Aku mungkin terlambat menolongnya. Selain itu, terima kasih karena sudah menjaga Kristen. Ia gadis kecil yang sangat manis, tapi ia sensitif. Aku lega kau tidak meninggalkannya sendirian. Bahkan saat kami berganti pakaian."
6
"Aku pergi belanja."
"Kelihatan. Apa kau menemukan barang yang kau sukai?"
"Kurasa begitu," Katie mengaku.
"Well, jangan duduk saja dong,tunjukkan padaku belanjaanmu."
7
"Kau pasti menemukan ini di toko Anna Jean. Aku suka sekali tempat itu."
"Dari mana kau tahu aku pergi ke toko Anna Jean?"
"Karena toko-toko di sekitar sini tidak akan menjual barang-barang sebagus ini. Ini pasti berasal dari lemari seseorang. Pasti dari lemari perempuan kaya raya. Sebagian besar barang di situ lumayan baru."
8
Katie terkikik. "Apa kau mau aku ke situ dan membantumu?"
"Tentu saja tidak. Aku memang ahli menunda- nunda pekerjaan, tapi aku tidak ingin kau menganggapku tidak mampu. Karena sebenarnya aku lumayan jago dalam bidangku."
9
"Kau harus mengantar Miss Katie pulang," kata Kristen. "Ia tidak punya mobil dan hujannya deras sekali."
"Apa kau mau kuantar pulang?" kata Alex.
10
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jo.
"Ya," jawab Katie. "Aku senang sekali kau datang."
Jo mengamati wajahnya. "Kurasa kau sedikit mabuk."
"Kurasa kau benar," Katie setuju.
"Well, baiklah kalau begitu. Apa yang ingin kaulakukan? Karena kau sedikit mabuk dan siap untuk bersenang-senang."
11 "Luar biasa sekali!" kata Josh. "Aku menangkap ratusan kupu-kupu! Lalu kami pergi berenang."
12
"Mungkin kami akan datang dan mengganggumu lagi."
"Kalian tidak menggangguku sama sekali." Katie menatap Alex dari balik gelas anggur. "Well, yang jelas anak-anak tidak menggangguku. Seingatku kau mengeluh soal kualitas pelayanan kami." 13
"Ini satu-satunya hari liburku dan kau memilih hari ini untuk ke salon di tengah kota! Lalu
14
Katie ke beranda dan menaruh barang-barang belanjaannya. "Kau dari mana saja?"
Jo mengangkat bahu."Kau tahu sendirilah. Pulang larut, pergi pagi-pagi, ke sana kemari. Aku sering merasa ditarik ke berbagai arah." Jo menunjuk kursi goyang. "Kau keberatan tidak? Aku perlu istirahat. Aku membersihkan rumah sepagian ini dan baru saja menggantung benda itu. Aku suka bunyinya, kau tahu."
15
"Silahkan ambil. Bagaimana acara mengecatnya?" "Well, ruang tengah sudah selesai. Tapi setelah itu, hariku kurang mulus."
16
"Hidup memang seperti itu. Seringnya memang tidak mudah. Kita hanya perlu berusaha melakukan yang terbaik. Kau paham kan maksudku?"
"Yeah," kata Katie. "Kurasa aku paham."
17
"Tidak, tapi ini kota kecil dan resto Ivan sudah terkenal dari dulu. Selain itu, semakin lama kau tinggal di sini, kau akan semakin paham bahwa tidak ada rahasia di tempat ini. Semua orang tahu urusan orang lain, dan beberapa orang, seperti,
katakanlah... Melody... sudah menganggap gosip sebagai karya seni. Dulu itu membuatku gila. Tentu saja, separuh penduduk Southport seperti itu. Tidak banyak yang bisa dilakukan di sini kecuali bergosip."
18
"Aku pernah punya pengalaman buruk, kata Katie. "Maksudku, berkencan dengan cowok teman kerjaku. Sejak itu, sudah jadi prinsipku untuk tidak melakukannya lagi."
19
"Mungkin kami akan datang dan mengganggumu lagi."
"Kalian tidak menggangguku sama sekali." Katie menatap Alex dari balik gelas anggur. "Well, yang jelas anak-anak tidak menggangguku. Seingatku kau mengeluh soal kualitas pelayanan kami." 20
"Kau tidak mau bertemu orang-orang?" "Aku lebih baik sendiri."
Jo mengusap pinggiran mug sebelum berkata lagi. "Percayalah, tidak seorang pun lebih baik sendiri."
21
Katie melirik jumlah total di mesin kasir. "Apa kau yakin kau sudah menghitung sayur-sayurannya?" "Tentu saja."
"Karena jumlah totalnya sepertinya masih seperti biasanya."
22
"Menurutku masuk akal. Kadang-kadang seseorang butuh memulai segalanya dari awal. Menurutku itu mengagumkan. Banyak orang tidak punya keberanian melakukan sesuatu seperti itu."
"Menurutmu begitu?"
"Jelas," kata Jo. "Jadi apa rencanamu hari ini? Sementara aku menggerutu, mengeluarkan barang- barang, dan bersih-bersih rumah sampai tanganku perih."
23
Katie merenungkan hal itu. "Perlu kugarisbawahi, aku menarik tawaranku membantumu mengecat rumah."
"Kau sudah bilang kau akan melakukannya." "Aku tahu, tapi aku menarik kembali tawaran itu." Jo tertawa. "Oke," katanya. "Hei, kau ngapain nanti malam?"
24
"Hei, Daddy," katanya. "Kita mulai berbekyunya yuk, aku lapar banget."
"Tentu, Sayang."
25 "Tapi jangan ada lagi barang gratis, ya. Kau sudah melakukan banyak hal buatku."
APPENDIX 5: RECAPITULATION OF READABILITY