• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Kondisi Tapak

5.3.1 Sifat-sifat Tanah

5.3.1.2 Sifat Kimia Tanah

5.3.1.2.1 Reaksi Tanah (pH Tanah)

Nilai pH dapat digunakan sebagai indikasi kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Dari kesepuluh tutupan lahan hutan alam 1 dan perkebunan sawit 2 memiliki pH tanah terkecil yaitu 4,4, sedangkan kandungan pH terbesar dimiliki oleh hutan mangrove 1 dengan besar pH 6,1. pH pada perkebunan sawit dan hutan alam lebih basa dapat diakibatkan tanah didaerah tersebut lebih kering dibandingkan

35

dengan hutan mangrove 1, karena pada umumnya kandungan OHˉ lebih tinggi dari ion H+. Kandungan pH tahan keseluruhan tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kandungan pH tanah

No Jenis tutupan Lahan pH(H2O)

1 Kebun Sawit 1 5,40 2 Kebun Sawit 2 4,40 3 Mangrove 1 6,10 4 Mangrove 2 6,00 5 Kebun campuran 1 5,90 6 Kebun campuran 2 5,90 7 Hutan campuran 1 4,40 8 Hutan campuran 2 5,00 9 Tegalan 4,80 10 Rawa 5,00

Menurut Hardjowigeno (2003), pada umumnya pH tanah berkisar antara 3,0 – 9,0. Unsur hara lebih mudah diserap akar tanaman pada pH netral, selain itu pada pH netral kandungan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman juga tersedia dalam jumlah yang banyak.

Pada kebun sawit 2 yang memiliki jumlah karbon total terbesar memiliki nilai pH yang sangat asam. Namun pada kenyataanya tanaman sawit dapat hidup pada tanah yang sangat asam.

5.3.1.2.2 C-Organik

C-Organik merupakan penyusun utama bahan organic yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Sehingga, ketersediaan C-Organik harus tetap dipertahankan agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak berkurang. Berdasarkan lampiran 2 hutan alam 2 memiliki C-Organik terkecil dengan nilai 0,56 termasuk pada kategori sangat rendah sedangkan, nilai C-Organik terbesar dengan nilai 10,93 terdapat pada jenis tutupan lahan berupa rawa. Nilai C-Organik terkecil pada hutan alam 2 dapat diakibatkan oleh kerusakan tanah yang dilakukan oleh

manusia seperti eksploitasi oleh manusia terhadap lahan tersebut. Kandungan C- organik pada kesepuluh lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kandungan C-organik tanah

No Jenis tutupan Lahan C-Organik(%)

1 Kebun Sawit 1 3,12 2 Kebun Sawit 2 1,43 3 Mangrove 1 6,33 4 Mangrove 2 6,76 5 Kebun campuran 1 1,09 6 Kebun campuran 2 2,14 7 Hutan campuran 1 1,51 8 Hutan campuran 2 0,56 9 Tegalan 0,94 10 Rawa 10,93

Kebun sawit 2 sebagai tutupan lahan yang memiliki karbon total terbesar memiliki kandungan C-Organik dalam kategori rendah. Hal ini dapat disebabkan kondisi tanah pada kebun sawit 2 yang memiliki tekstur halus sehingga sulit untuk menyimpan air.

5.3.1.2.3 N-Total

Jumlah N-Total terbesar adalah pada rawa dengan persentase sebesar 0,60 persen. Sedangkan nilai N-Total terkecil terdapat pada hutan alam 2 dengan persentase sebesar 0,05% . Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik yang dimiliki oleh rawa lebih tinggi dibanding tutupan lahan yang lain.

Tabel 9 Kandungan N-Total tanah

No Jenis tutupan Lahan N-Total(%)

1 Kebun Sawit 1 0,24 2 Kebun Sawit 2 0,12 3 Mangrove 1 0,19 4 Mangrove 2 0,32 5 Kebun campuran 1 0,09 6 Kebun campuran 2 0,19 7 Hutan campuran 1 0,12 8 Hutan campuran 2 0,05 9 Tegalan 0,07 10 Rawa 0,60

37

Pada kebun sawit 2 yang memiliki karbon total tebesar, kandungan N-total yang dimiliki hanya sebesar 0,12% dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori rendah. Menurut Mengel dan Kirkby (1978), unsur N berkolerasi sangat erat dengan perkembangan jaringan meristem, sehingga sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Namun pada kebun sawit 2 ini tanaman sawit memiliki diameter yang cukup besar, ini dapat dikarenakan pada saat penanaman lahan ini diberikan pupuk yang cukup namun ketika contoh tanah ini diambil lahan kebun sawit ini tidak lagi diberikan pupuk sehingga menyebabkan berkurangnya unsur N yang dimiliki. Kandungan N-Total kesepuluh tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 9.

5.3.1.2.4 P (P2O5)

Pada penelitian diperoleh nilai P2O5 terbesar pada jenis tutupan lahan mangrove 1 sebesar 140 mg/100g yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, sebab P tersedia dalam jumlah yang optimal pada pH diatas 6,0 (Foth 1988). sedangkan tutupan lahan berupa rawa memiliki nilai P2O5 sebesar 26 mg/100g yang termasuk dalam kategori sedang. Sedikitnya unsur P2O5 pada tanah rawa ini dapat diakibatkan terjadinya fiksasi oleh Al yang banyak terkandung dalam tanah masam rawa.

Tabel 10 Kandungan P (P2O5) tanah No Jenis tutupan Lahan P (P2O5)

(mg/100g) 1 Kebun Sawit 1 106 2 Kebun Sawit 2 29 3 Mangrove 1 140 4 Mangrove 2 58 5 Kebun campuran 1 114 6 Kebun campuran 2 61 7 Hutan campuran 1 47 8 Hutan campuran 2 62 9 Tegalan 40 10 Rawa 26

Pada tutupan lahan kebun sawit 2 yang memiliki karbon total terbesar ditemukan nilai P2O5 sebesar 29 mg/100g dimana nilai ini termasuk dalam

kategori sedang. Dengan nilai P2O5 ini sudah cukup oleh tanaman sawit di lokasi ini karena tidak dapat ditemukan gejala-gejala kekurangan unusr P pada tanaman. Kandungan P2O5 pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 10.

5.3.1.2.5 K (K2O)

Kalium merupakan salah satu unsur yang cukup tinggi dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi ketersediaan kalium pada tanah adalah pH tanah. Berdasarkan Foth (1988) kalium tersedia dalam jumlah yang cukup pada pH diatas 6,0. Dari kesepuluh tutupan lahan kedua lokasi hutan mangrove memiliki kadar K yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan kedua tutupan lahan tersebut memiliki pH 6,0 dan 6,1 yang sangat cocok dengan unsur kalium ini.

Tabel 11 Kandungan K (K2O) tanah No Jenis tutupan Lahan K (K2O) (mg/100g) 1 Kebun Sawit 1 17 2 Kebun Sawit 2 5 3 Mangrove 1 341 4 Mangrove 2 387 5 Kebun campuran 1 44 6 Kebun campuran 2 84 7 Hutan campuran 1 6 8 Hutan campuran 2 66 9 Tegalan 150 10 Rawa 9

Pada kebun sawit 2 yang memiliki jumlah karbon total terbesar memiliki nilai unsur kalium yang kecil hal ini disebabkan pH pada tutupan lahan ini masam. Kandungan K pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 11.

5.3.1.2.6 Kalsium (Ca)

Pada kesepuluh tutupan lahan ditemukan ketersediaan kalsium yang sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang masam dengan pH yang

39

rendah (Foth 1988). Kandungan kalsium yang cukup tersedia pada kisaran pH 7,0–8,5 dan kandungan kalsium menurun pada pH kurang dari 7,0 serta lebih tinggi dari 8,5 , jika dibandingkan dengan lokasi tutupan lahan lainya lokasi kebun sawit 1 memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi sebab pada tanah sawit 1 masih terdapat mineral-mineral primer yang dapat menghasilkan kalsium dalam bentuk Ca2+. Kandungan kalsium pada kebun sawit 1 termasuk kriteria rendah (2–5 m%), sedangkan pada jenis tutupan lahan yang lain termasuk pada kategori rendah yaitu kurang dari 2 Ca(%). Kandungan Kalsium pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Kandungan Kalsium (Ca) tanah No Jenis tutupan Lahan Ca(%)

1 Kebun Sawit 1 4,04 2 Kebun Sawit 2 0,01 3 Mangrove 1 0,40 4 Mangrove 2 0,34 5 Kebun campuran 1 0,17 6 Kebun campuran 2 0,44 7 Hutan campuran 1 0,01 8 Hutan campuran 2 0,12 9 Tegalan 0,05 10 Rawa 0,66 5.3.1.2.7 Magnesium (Mg)

Magnesium juga termasuk unsur yang berasal dari mineral-mineral tanah yang dikeluarkan dalam bentuk Mg+. Kandungan magnesium pada tutupan lahan hutan campuran 2 lebih tinggi dibanding kesepuluh tutupan lahan yang lainya. Hal ini dapat disebabkan tanah pada hutan campuran 2 masih mengandung banyak mineral-mineral tanah. Kandungan Mg pada hutan alam 2 termasuk dalam kategori rendah yaitu berkisar dari 0,1−2,1 Mg(%), sedangkan kandungan Mg pada tutupan lahan yang lain juga tidak jauh berbeda terletak pada kategori rendah dan sangat rendah. Secara keseluruhan kandungan magnesium termasuk kurang, karena magnesium tersedia cukup pada pH 6,5−9,0 (Foth 1988).

Tabel 13 Kandungan Magnesium (Mg) tanah No Jenis tutupan Lahan Mg(%)

1 Kebun Sawit 1 0,18 2 Kebun Sawit 2 0,10 3 Mangrove 1 0,78 4 Mangrove 2 0,68 5 Kebun campuran 1 0,66 6 Kebun campuran 2 0,60 7 Hutan campuran 1 0,14 8 Hutan campuran 2 0,79 9 Tegalan 0,55 10 Rawa 0,26

Pada tutupan lahan kebun sawit 2 yang memiliki jumlah karbon total terbesar, kandungan magnesium yang dimiliki hanya sebesar 0,10 Mg(%) termasuk dalam kategori sangat rendah. Kandungan Mg pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 13.

5.3.2 Topografi

Topografi yang di teliti dalam penelitian ini mencakupi kemiringan lahan dan ketinggian tempat penelitian pada kesepuluh tutupan lahan tersebut. Dari kesepuluh tutupan lahan, tutupan lahan berupa hutan campuran 2 memiliki nilai lereng terbesar yaitu 35%. Berdasarkan klasifikasi Arsyad (2010) nilai tersebut termasuk dalam kategori yang agak curam. Semakin besar kemiringan lereng semakin menunjukan daerah tersebut mudah mengalami erosi.

Pada kebun sawit 2 yang memiliki karbon total terbesar, memiliki kemiringan lereng sebesar 9% yang termasuk kategori landau dan berombak. Dengan kondisi kemiringan seperti ini dalam kesesuaian lahan untuk tanaman sawit termasuk dalam kelas lahan S3.

Ketinggian tempat lokasi penelitian cukup rendah karena lokasi penelitian di lakukan pada daerah tepi pantai. Lokasi yang memiliki ketinggian tempat yang paling tinggi yaitu hutan alam karena lokasi ini terletak pada topografi yang berbukit-bukit.

41

Dokumen terkait