• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

B. REALISASI ANGGARAN

Dari total anggaran di dalam DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015

dengan total sebesar Rp. 354.789.761.000,- telah terealisasi sebesar Rp. 293.694.567.000,- atau sebesar 82,78 persen. Realisasi DIPA sampai dengan

31 Desember 2015 berdasarkan Kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.31. Penyerapan Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015 Berdasarkan Kegiatan

No. Uraian Kegiatan (Eselon II) Pagu Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian (%) 1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan

42.749.623.000 35.759.231.000 83,65

2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman dan Tembakau

37.011.200.000 30.504.369.000 82,42

3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

100.655.511.000 68.897.361.000 68,45

4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Agro

158.373.427.000 146.813.850.000 92,70

Tingkat realisasi penyerapan anggaran pada tahun 2015 sebesar 82,78 persen lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2014 sebesar 85,30 persen. Realisasi tertinggi adalah pada kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Agroyang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal Industri Agro dengan realisasi sebesar 92,30 persen dan terendah pada kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang dilaksanakan oleh Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dengan realisasi sebesar 66,68 persen.

Anggaran ditargetkan 90,95 persen dan terealisasi sebesar 83,04 persen pada tahun 2015. Melihat kondisi tersebut di atas, maka realisasinya dibawah dari target. Tidak tercapainya target dikarenakan olehrendahnya realisasi anggaran Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang hanya 66,68 persen. Beberapa penyebab rendahnya realisasi anggaran Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan antara lain :

1. Kegiatan Revitalisasi Industri Gula Nasional tidak dapat dilaksanakan dikarenakan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) selaku Holding BUMN Perkebunan tidak dapat mengakomodir (menolak) alokasi anggaran dari Kementerian Perindustrian, dikarenakan sudah mendapat Penyertaan Modal Negara dalam bentuk dana segar (fresh money) tahun 2015 melalui Kementerian BUMN sehinggaanggaran direalokasi untuk kegiatan mendukung hilirisasi Industri Agro.

2. Kegiatan hasil realokasi anggaran Kegiatan Reviitalisasi Industri Gula Nasional berupa Kegiatan Bantuan Peralatan Laboratorium Dalam Rangka Mendukung Riset Dan Standarisasi IMHLP tidak dapat dilaksanakan seluruhnya, yaitu bantuan alat laboratorium di Baristand Industri Padang dikarenakan gagal lelang, dan tidak mungkin lagi untuk dilakukan lelang ulang karena waktu tidak mencukupi.

3. Kegiatan hasil realokasi anggaran Kegiatan Reviitalisasi Industri Gula Nasional berupa Kegiatan Bantuan Mesin Dan Peralatan Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Industri Pangan tidak dapat dilaksanakan seluruhnya, yaitu bantuan Alat Pengolahan Tepung Beras di Bojonegoro dikarenakan gagal lelang, dan tidak mungkin lagi untuk dilakukan lelang ulang karena waktu tidak mencukupi.

4. Meningkatnya kapasitas produksi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan stok bahan baku sehingga menyebabkan utilitas produksi dibawah target.

5. Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-24/-PJ/2014, sekaligus memperkuat Keputusan MA Nomor 70/P/-HUM/2013 yang menegaskan bahwa semua komoditas pertanian, perkebunan, dan kehutanan dikenakan PPN 10%, hal ini mengakibatkan berkurangnya stok bahan baku industri agro dalam negeri.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2015 telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan di dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2015 serta dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian. Pencapaian tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis perspektif stakeholders, perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan, dimana masing-masing perspektif mendukung perspektif diatasnya sesuai dengan yang tercantum pada peta strategi Direktorat Jenderal Industri Agro. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sasaran-sasaran strategis pada perspektif stakeholder berhasil dicapai Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata capaian sebesar 115,18 persen, melebihi capaian pada tahun 2014 yang sebesar 96,22 persen. Sasaran-sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fungsi telah berhasil dicapai pada tahun 2015 dengan tingkat pencapaian rata-rata sebesar 105,51 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebesar 97,55 persen. Sasaran strategis perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan realisasi capaiannya pada tahun 2015 meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 100 persen, lebih tinggi dari realisasi tahun 2014 yang hanya sebesar 90,37 persen. Selain capaian kinerja tersebut, capaian kinerja realisasi anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2015 dari sisi mencapai 82,78%, realisasi fisik sebesar 97,85%, dan capaian Renstra 2015-2019 pada tahun 2015 sebesar 112,52%.

2. Direktorat Jenderal Industri Agro telah mencapai sebagian besar target yang telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja maupun pada dokumen Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015 telah berjalan cukup baik.

3. Beberapa kendala yang dihadapi didalam melaksanakan kegiatan dan pencapaian target kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015 antara lain:

a. Kegiatan Reviitalisasi Industri Gula Nasional tidak dapat dilaksanakan dikarenakan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) selaku Holding BUMN Perkebunan tidak dapat mengakomodir (menolak) alokasi anggaran dari Kementerian Perindustrian, dikarenakan sudah mendapat Penyertaan Modal Negara dalam bentuk dana segar (fresh money) tahun 2015 melalui Kementerian BUMN sehinggaanggaran direalokasi untuk kegiatan mendukung hilirisasi Industri Agro.

b. Kegiatan hasil realokasi anggaran Kegiatan Reviitalisasi Industri Gula Nasional berupa Kegiatan Bantuan Peralatan Laboratorium Dalam Rangka Mendukung Riset Dan Standarisasi IMHLP tidak dapat dilaksanakan seluruhnya, yaitu bantuan alat laboratorium di Baristand Industri Padang dikarenakan gagal lelang, dan tidak mungkin lagi untuk dilakukan lelang ulang karena waktu tidak mencukupi.

c. Kegiatan hasil realokasi anggaran Kegiatan Reviitalisasi Industri Gula Nasional berupa Kegiatan Bantuan Mesin Dan Peralatan Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Industri Pangan tidak dapat dilaksanakan seluruhnya, yaitu bantuan Alat Pengolahan Tepung Beras di Bojonegoro dikarenakan gagal lelang, dan tidak mungkin lagi untuk dilakukan lelang ulang karena waktu tidak mencukupi.

d. Meningkatnya kapasitas produksi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan stok bahan baku sehingga menyebabkan utilitas produksi dibawah target.

e. Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-24/-PJ/2014, sekaligus memperkuat Keputusan MA Nomor 70/P/-HUM/2013 yang menegaskan bahwa semua

hal ini mengakibatkan berkurangnya stok bahan baku industri agro dalam negeri.

B. REKOMENDASI

Agar kinerja yang dicapai dapat berkelanjutan, diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak sehingga sasaran strategis Direktorat Jenderal Industri Agro khususnya perspektif stakeholder dapat tercapai. Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas antara lain:

1) Membuat rencana penyerapan anggaran dengan cermat sesuai jadwal yang telah ditetapkan agar pelaksanaan kegiatan tepat waktu dengan serapan anggaran yang akurat.

2) Melaksanakan kegiatan secara konsisten sesuai dengan yang telah direncanakan selama 12 bulan dan berdasarkan pada Rencana Penarikan Anggaran (RPA). 3) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait khususnya dalam menjamin

ketersediaan bahan baku untuk industri.

4) Pemberlakuan Bea Keluar pada beberapa komoditi bahan baku yang digunakan untuk industri dalam negeri sehingga nilai tambah industri yang dihasilkan dalam negeri meningkat.