• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reengagement Goal Imam dan mantan Imam Katolik

Dalam dokumen T1 802007058 Full text (Halaman 29-42)

No. Item 2 4 5 7 9 10 Subjek A 2 1 2 4 4 2 Subjek B 2 4 4 2 4 4 Total 4 5 6 6 8 6 Rata-rata 2 2,5 3 3 4 3 Tabel 1.

Dari tabel di atas, pada item nomer 5 dan 7 menjelaskan mengenai kemampuan mereka dalam mengidentifikasi pada tujuan baru yang ingin dicapai. Pada item nomer 5 dan 7, hasil rata-rata skor subjek A adalah 3 sedangkan subjek B adalah 3. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua Imam sama-sama cukup mudah dalam mengidentifikasi tujuan baru. Kemudian pada item nomer 2 dan 9, menjelaskan mengenai kemampuan mereka dalam menjalin komitmen pada tujuan baru yang ingin dicapainya. Pada item ini, hasil rata-rata skor subjek A adalah 2,5 sedangkan subjek B adalah 4. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan antara kedua Imam dalam menjalin komitmen pada tujuan baru yang ingin dicapainya. Kemudian pada item nomer 4 dan 10, menjelaskan mengenai peningkatan usaha untuk memulai melakukan pencapaian tujuan baru tersebut. Pada item ini, hasil rata-rata skor subjek A adalah 1,5 sedangkan subjek B adalah 4. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan antara kedua Imam dalam meningkatkan usahanya untuk memulai melakukan pencapaian tujuan baru tersebut.

Tujuan baru yang ingin dicapai subjek A, adalah melaksanakan Arah Dasar Keuskupan yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan di Gereja. Subjek A memilih untuk mewujudkan tujuan tersebut, disebabkan dirinya menyadari bahwa sebagai Imam Diosesan maka harus menaati apa pun yang diinginkan Uskup dan terlebih lagi subjek A berstatus sebagai Imam Kepala tentunya memiliki tanggung jawab yang besar di dalam Gereja. Oleh karena itu, hal inilah yang membuat subjek

A memutuskan untuk tidak lagi memikirkan mengenai tujuan baru lainnya secara pribadi untuk dikejar dan lebih mementingkan tujuan yang diinginkan Uskup (Arah Dasar Keuskupan).

Berikut, ungkapan subjek A :

- ”..sebagai seorang Imam yang ada di bawah Bapak Uskup ya yang mengikuti bagaimana Arah Dasar Keuskupan. Bapak Uskup mau apa, kita sebagai Imam yang melaksanakan. Menjadi Imam Projo harus siap ditugaskan oleh Bapak Uskup apa pun tugasnya. Baru berapa tahun saya ditugaskan di Paroki dan harus melaksanakan apa yang menjadi amanat Bapak Uskup. Kalau menyambut program-program apa pun juga bukan obsesi saya pribadi ya..

Sedangkan subjek B, dalam hal ini juga ingin melakukan hal yang tercantum dalam Arah Dasar Keuskupan. Subjek B mengungkapkan, - ”Ya tujuannya itu kan, sebagaimana sudah dicanangkan dalam

ARDAS ya.”

Hal ini disebabkan, subjek B tidak ingin hidup hanya penuh dengan pelayanan saja. Dirinya justru ingin dapat semakin dewasa dalam iman, melakukan berbagai hal demi menciptakan kekompakan dan dapat pula menjadi individu yang missioner.

Ini adalah ungkapannya :

- “Menjadi persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan Missioner. Itu sajalah.. Nilai-nilai itu sajalah.. Terus disosialisasikan dan diwujudkan, saya kira sudah cukup.”

Sehingga selain dirinya melakukan pelayanan kepada umat Gereja, dirinya pun berusaha melakukan pelayanan di luar Gereja. Hal inilah yang menunjukkan bahwa subjek B selalu ingin berfikir tentang aktifitas baru lainnya untuk dilakukan demi mewujudkan tujuannya dan buktinya

sampai saat ini sudah banyak kegiatan yang dilakukannya. Secara umum dalam menentukan suatu tujuan yang ingin dijadikan sumber aktifitas dalam hidup berpastoralnya, subjek B tidak pernah menentukan tujuan yang dicari tersebut harus bermakna. Hal ini disebabkan subjek B hanya ingin dapat membuat orang lain yang mendapatkan pelayanan hidup darinya bisa guyub atau kompak.

Subjek B mengatakan :

- ”Cuma memang mesti ada ukuran tertentu dimana dapat melihat sejauh mana sebenarnya itu manusia guyub atau kompak.”

Selain itu juga dalam menentukan tujuan baru, subjek B tidak yakin pada dirinya bahwa tujuan baru yang dimiliki bermakna walaupun dirinya tertarik untuk mencapainya.

No. Item 2 4 5 7 9 10 Subjek C 5 4 4 4 4 4 Subjek D 4 4 4 4 4 4 Total 9 8 8 8 8 8 Rata-rata 4,5 4 4 4 4 4 Tabel 2.

Hasil Rata-rata Skor Reengagement Goal Mantan Imam

kedua mantan Imam sama-sama cukup mudah dalam mengidentifikasi tujuan baru. Kemudian pada item nomer 2 dan 9, hasil rata-rata skor subjek C dan subjek D sama-sama 4. Hasil ini juga menunjukkan apabila kedua mantan Imam sama-sama cukup mudah dalam menjalin komitmen pada tujuan baru yang akan dicapai. Selain itu juga pada item nomer 4 dan 10, hasil rata-rata skor subjek C dan subjek D sama-sama 4. Hasil ini juga menunjukkan apabila kedua mantan Imam sama-sama memiliki semangat yang cukup tinggi dalam berusaha untuk memulai melakukan pencapaian tujuan yang baru.

Setelah memiliki waktu dalam melepaskan diri dari sifat spesifik tujuan yang sulit dicapai, subjek C mulai berusaha berfikir untuk mengejar tujuan baru yang lebih bermakna. Sehingga dapat mengarahkan pikiran dan energi yang dimiliki oleh subjek C. Tujuan baru tersebut adalah menanggapi panggilan Tuhan dalam menjalani kehidupan berkeluarga.

- “Tetap menanggapi panggilan Tuhan dalam berkeluarga, berkembang biaklah dan akhirnya berkeluarga..

Subjek C tertarik pada tujuan baru tersebut untuk dicapai dan memiliki keyakinan diri bahwa tujuan baru yang dimiliki bermakna, disebabkan tujuan tersebut merupakan suatu arah hidup yang Tuhan kehendaki. - “Tujuan hidup saya memang pertama-tama apa pun bentuknya, saya

mencoba dalam hidup saya itu menanggapi panggilan Tuhan. Panggilan Tuhan waktu saya menjadi Romo, saya akan melaksanakan itu. Terus sekarang keluar, maka saya akan melaksanakan panggilan dalam keluarga ini dan tentunya dengan segala konsekuensinya..

Setelah subjek C menemukan tujuan baru yang bermakna ini, dirinya menjadi memiliki pula keinginan untuk segera mengejar tujuan tersebut. Misalnya, dalam mendidik anak.

Subjek C mengungkapkan :

- “..Kalau saya di keluarga, maka saya mendidik anak-anak supaya nanti menjadi anak yang berguna.

Selain itu juga subjek C menambahkan :

..Bagi saya, saya tidak pernah menyuruh begini-begini. Tapi kegiatan Gereja itu kok mengalir terus. Tapi tentunya, ya doa saya. Doa itu kan pasangan pribadi untuk anak-anak dalam menghadapi persoalan itu mengalir. Tuhan membimbing..

Berdasarkan realitanya pun, saat ini anak-anaknya banyak yang menjadi aktivis di dalam Gereja. Sedangkan tujuan baru yang saat ini ingin dicapai subjek D, adalah mampu memberikan kehangatan bagi keluarga yang dibangunnya.

- ”Ya..,saya lebih mengarah pada memberikan adanya kehangatan hidup bagi keluarga saya..

Sehingga, dari situlah dapat menunjukkan usaha subjek D dalam menjaga keutuhan keluarga yang dibangunnya. Subjek D tertarik pada tujuan baru tersebut untuk dicapai dan memiliki keyakinan diri bahwa tujuan baru yang dimiliki bermakna, disebabkan tujuan tersebut dapat membantu anak dan istri agar lebih mudah dalam menanggapi berbagai hal yang dialami selama menjalani kehidupan.

Subjek D mengatakan :

- ”..Karena dengan kehangatan hidup maka dapat memberikan segala kemudahan yang akan dilakukan setiap manusia, terlebih keluarga saya.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya yang selalu dilakukan subjek D kepada istri dan anaknya.

- “Ya, banyak ya. Saya berusaha untuk mengajarkan kepada istri dan anak saya untuk dapat mengutamakan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena iman tentunya selalu menjadi pendukung setiap manusia dalam melakukan berbagai hal. Kemudian menanamkan pada diri saya untuk memiliki semangat yang tinggi dalam menjalin komunikasi dengan anak dan juga istri dengan cara berusaha untuk selalu menjadi tempat curahat hati mereka. Sehingga dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah hidupnya. Terlebih lagi ya, berusaha untuk menjadi pribadi yang bertanggung-jawab.

Seperti halnya subjek C, setelah subjek D menemukan tujuan baru yang bermakna ini dirinya pun memiliki pula keinginan untuk segera mengejar. Selain itu, dirinya mendapat dukungan sosial dari keluarga maupun berbagai Rekan Imamnya dulu. Dukungan keluarga tersebut, didapatkan oleh subjek D dari Ibunya.

Subjek D mengatakan :

- ”Ya, tentunya pasti Ibu saya. Karena saya merasa lebih dekat dengan dia. Berkat dia, saya selalu mendapatkan motivasi berupa pengarahan yang bermanfaat bagi saya. Kemudian dari berbagai Rekan Imam saya, tentunya juga Rekan Imam di Gereja Paroki yang saya tempati dulu.

Diagram 2.

Diagram Hasil Skor Reengagement Goal Imam dan Mantan Imam Katolik

Diagram di atas menunjukkan mengenai tingkat kemampuan Imam dan mantan Imam Katolik dalam memaksimalkan usaha untuk dapat mencapai tujuan baru yang ingin dicapai. Pada item 5 dan item 7, menunjukkan mengenai kemampuan mereka dalam mengidentifikasi pada tujuan baru yang ingin dicapai. Lalu pada item 2 dan item 9, menunjukkan mengenai kemampuan mereka dalam menjalin komitmen pada tujuan baru tersebut. Kemudian pada item 4 dan item 10, menunjukkan mengenai kemampuan mereka dalam memulai melakukan pencapaian tujuan tersebut. Dari gambar diagram di atas, pada item nomer 5 dan 7 hasil rata-rata skor Imam adalah 3 sedangkan mantan Imam adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa mantan Imam lebih mampu mengidentifikasi tujuan yang baru untuk dicapai bila

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 2 4 5 7 9 10 Imam Ex-Imam

dibandingkan dengan Imam. Kemudian pada item nomer 2 dan 9 hasil rata-rata skor Imam adalah 3 sedangkan hasil rata-rata-rata-rata skor mantan Imam adalah 4,25. Hal ini menunjukkan bahwa mantan Imam lebih mudah melakukan usaha untuk menjalin komitmen pada tujuan baru yang ingin dicapai bila dibandingkan dengan Imam. Kemudian pada item nomer 4 dan 10 hasil rata-rata skor Imam adalah 2,75 sedangkan hasil rata-rata-rata-rata skor mantan Imam adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa mantan Imam lebih mudah dalam mengejar atau memulai usaha untuk mencapai tujuan baru bila dibandingkan dengan Imam.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil data di atas, peneliti menggambarkan bahwa terdapat adanya perbedaan reaksi antara Imam dengan mantan Imam Katolik dalam melakukan penyesuaian tujuan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengambilan data dari angket dan didukung dari hasil wawancara.

Pada tahap disengagement goal, hasil analisis data dari angket menggambarkan bahwa Imam kurang mampu bereaksi dengan mudah dalam melakukan pelepasan komitmen bila dibandingkan dengan mantan Imam. Dalam hal ini, sangat berkaitan erat dengan komitmen hidup berupa janji Imamatnya yaitu menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dan juga sesama (Nggagur, 2009). Dalam hal ini, monomer-duakan atau bahkan sampai menghilangkan kepentingan pribadi. Sedangkan mantan Imam, tidak

harus mengutamakan komitmen dalam menjalani berbagai aktifitas selama dirinya mampu memberikan kesejahteraan hidup bagi keluarga yang dibangunnya (Elia, 2000). Sehingga hal ini dapat berpengaruh pada kemampuan Imam dan mantan Imam dalam berusaha maksimal untuk mencapai tujuan. Apabila dalam berusaha mencapai tujuan, umat di Gereja maupun semua orang di tempat dirinya melakukan karya hidup berpastoral merasa tidak menyetujui untuk tetap memaksimalkan usaha dalam mencapai tujuan yang mereka diinginkan maka Imam harus bisa mengurangi usaha untuk melakukan pencapaiannya. Sedangkan mantan Imam, justru sebaliknya. Dirinya dapat menentukan berbagai tindakan sesuai dengan keinginannya sendiri.

Pada tahap reengagement goal, hasil analisis data dari angket menggambarkan bahwa Imam kurang mampu bereaksi dengan mudah dalam melakukan berbagai hal ini bila dibandingkan dengan mantan Imam. Dalam mengidentifikasi tujuan baru yang akan dipilih, tentunya tidak mengutamakan pada kepentingan pribadi melainkan kepentingan sosial (Nggagur, 2009). Sedangkan mantan Imam, secara umum dapat mengutamakan kepentingan pribadinya. Kemudian dalam menjalin komitmen pada tujuan baru tersebut, Imam juga kurang mampu bereaksi dengan mudah seperti mantan Imam. Hal ini disebabkan dalam melakukan berbagai tindakan (khususnya, dalam melakukan pelayanan), pola kehidupan yang dijalaninya harus cenderung mengutamakan orang lain dan melibatkan semua pihak (Sutrisnaatmaka, 2012). Sehingga dalam memutuskan suatu

tindakan yang akan dilakukan selalu mementingkan keinginan bersama. Dalam hal ini, umat di Gereja maupun semua orang di tempat dirinya melakukan karya hidup berpastoral. Sedangkan mantan Imam, secara umum pola kehidupan yang dijalaninya dapat sesuai dengan keinginan dirinya tanpa ada yang mengatur. Lalu yang terakhir dalam melakukan proses pelaksanaan, hasil analisis data dari angket juga menggambarkan bahwa Imam kurang mampu bereaksi secara cepat bila dibandingkan dengan mantan Imam. Hal ini semakin mengorientasikan bahwa Imam harus dapat menunggu kesiapan dari umat maupun masyarakat, sehingga dampak yang dirasakan dalam menjalankan karya kehidupan berpastoral berhasil, berguna dan tepat sasaran bagi umat maupun masyarakat yang dilayaninya (Sutrisnaatmaka, 2012). Sedangkan mantan Imam, secara umum dalam menentukan waktu melaksanakan sesuai dengan keinginan diri mereka masing-masing.

Dalam penelitian ini tentunya juga memiliki kelemahan, dimana kelemahannya adalah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki perbedaan periode waktu. Dalam hal ini, periode waktu Imam dalam menjalani maupun mantan Imam dalam meninggalkan kehidupan berpastoral sehingga dapat berpengaruh dalam bereaksi saat melakukan penyesuaian tujuan. Dalam hal ini, pada mentalitas mereka dalam menentukan cara atau tindakan yang dipilih dan dimunculkan dalam melakukan penyesuaian tujuan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan gambaran reaksi penyesuaian tujuan antara Imam dengan mantan Imam Katolik. Dalam disengagement goal, Imam lebih sulit melepaskan komitmen dan lebih mudah dalam mengurangi usaha. Sedangkan mantan Imam justru sebaliknya, dimana mereka lebih mudah melepaskan komitmen dan lebih sulit mengurangi usaha. Kemudian dalam melakukan reengagement goal, baik dalam hal mengidentifikasi tujuan baru, menjalin komitmen pada tujuan baru, maupun memulai usaha untuk melaksanakan tujuan baru tersebut mantan Imam justru lebih mudah melakukannya bila dibandingkan dengan Imam.

SARAN

Adapun saran yang diberikan peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain:

1. Imam Katolik

Dalam mencapai suatu tujuan, Imam tetap harus dapat memegang komitmen tujuan demi mewujudkan tujuan hidup yang ingin dicapainya tersebut dan dapat menjadi sosok pemimpin agama yang mampu mengabdikan dirinya bagi Gereja serta masyarakat.

2. Mantan Imam Katolik

Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa mantan Imam tetap memiliki semangat yang tinggi melakukan penyesuaian tujuan dalam

hidupnya. Tidak boleh mengenal takut, khawatir atau malu untuk kembali berkumpul dalam lingkup Gereja untuk mengenal orang lain.

3. Peneliti selanjutnya

Pada kesempatan selanjutnya dapat diteliti lebih lanjut tentang motivasi Imam atau pun mantan Imam dalam mewujudkan suatu tujuan, karena setiap manusia dalam mewujudkan suatu tujuan hidup yang baru yang ingin dicapai tentu membutuhkan suatu motivasi pada dirinya.

Dalam dokumen T1 802007058 Full text (Halaman 29-42)

Dokumen terkait