• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.6 Refleksi

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa menggunakan metode inkuiri dilakukan dengan dua siklus. Sebelum peneliti melakukan tindakan siklus I, peneliti memberikan tes prasiklus agar dapat mengetahui kondisi awal siswa. Tes ini diberikan dengan tujuan untuk mengukur seberapa tinggi kemampuan membaca kritis siswa. Peneliti memberikan tes kemampuan membaca kritis dan hasil yang didapatkan adalah sebanyak 28 siswa yang mengerjakan tes tersebut tidak tuntas atau tidak dapat mencapai KKM yang ditetapkan yaitu nilai 80.

Berdasarkan hasil tes kemampuan membaca kritis siswa pada prasiklus, peneliti melakukan tindakan perbaikan pada siklus I. Peneliti mengajarkan materi membedakan fakta dan opini melalui membaca kritis dengan metode inkuri. Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus I adalah sebanyak 32,14% siswa yang dapat tuntas dari KKM. Pada kondisi awal (prasiklus) tidak ada siswa yang tuntas mencapai KKM. Penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa sedikit meningkat dari kondisi awal.

Peneliti merefleksikan hal-hal atau faktor-faktor yang memengaruhi ketuntasan dan ketidaktuntasan siswa. Berdasarkan hasil observasi dan nilai siswa, peneliti melakukan perbaikan untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Kendala waktu, panjangnya bacaan, dan banyaknya soal menjadi hambatan untuk ketuntasan siswa.

Pada pelaksanaan siklus II peneliti melaksanakan penelitian dengan beberapa tindakan yang berbeda dari siklus sebelumnya. Hasil dari siklus II menunjukkan

peningkatan yang jauh lebih tinggi dari siklus sebelumnya. Sebanyak 81,14% siswa tuntas dalam tes kemampuan membaca kritis. Meskipun masih ada sedikit siswa yang masih belum dapat mencapai batas KKM, data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca kritis pada siklus II.

Hasil data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan meliputi nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan siswa. Peningkatan ketuntasan nilai siswa yaitu dari 0% menjadi 32% dan 81% yang terjadi pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata kelas siswa pun meningkat dari 60,5 pada prasiklus, menjadi 67,32 pada siklus I dan 81,8 pada siklus II. Data-data yang dihasilkan pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca kritis siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Peneliti juga akan memberikan saran yang akan diberikan kepada guru, sekolah maupun peneliti lain. Saran yang diberikan ini, diharapkan dapat berguna bagi pembaca dan pihak yang bersangkutan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan, data hasil penelitian, dan pembahasan penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa, kemampuan membaca kritis siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta 2012/2013 dapat ditingkatkan menggunakan metode inkuiri.

Berdasarkan analisis data penelitian, hasil tes kemampuan membaca kritis siswa kelas XI IPS 2 mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi pada nilai rata-rata kelas dan jumlah ketuntasan siswa. Berikut ini merupakan paparan hasil nilai rata-rata kelas kemampuan membaca kritis siswa.

1. Pada kondisi awal (prasiklus) nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah

sebesar 60,5. Semua siswa yang mengerjakan tes kemampuan membaca kritis

tidak ada yang dapat mencapai nilai 80. Artinya dari semua siswa yang

mengerjakan tes kemampuan membaca kritis tidak ada yang dapat mencapai batas KKM.

2. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan membaca kritis siswa sebesar 67,32. Hasil nilai rata-rata kelas ini meningkat dari hasil nilai rata-rata siswa pada prasiklus. Ada sebanyak 9 siswa yang dapat mencapai nilai batas ketuntasan. Jika dipresentasikan, sebesar 32,14% siswa yang dapat tuntas atau mendapat nilai ≥80 dan sebesar 67,86% siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan. Adanya tindakan dari peneliti, hasil ketuntasan dan nilai rata-rata kelas menjadi meningkat pada siklus I dari kondisi awal atau prasiklus.

3. Pada siklus II nilai rata-rata kelas kemampuan membaca kritis siswa

mengalami peningkatan lebih tinggi dari prasiklus dan siklus I. Nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 81,8. Artinya, jumlah siswa yang tuntas juga meningkat. Siswa yang dapat mencapai ketuntasan sebanyak 23 siswa. Sejumlah 23 siswa yang dapat mencapai ketuntasan, jika dipresentasikan berarti sebesar 82,14% siswa mengalami ketuntasan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan nilai kemampuan membaca kritis siswa dari kondisi awal dan siklus I. Ketuntasan siswa pada kondisi awal sebesar 0% meningkat menjadi 32,14% pada siklus I dan sebesar 82,14% pada siklus II.

Dari pemaparan nilai rata-rata kelas kemampuan membaca kritis siswa dan presentasi ketuntasan siswa dari kondisi awal (prasiklus), siklus I, siklus II ternyata terjadi peningkatan. Hasil tes pada kondisi awal atau prasiklus tidak dapat menghasilkan ketuntasan siswa. Hal ini dikarenakan pada kondisi awal (prasiklus) belum mengalami tindakan dari peneliti.

Hasil tes kemampuan membaca kritis pada kondisi awal (pra siklus) atau pada saat siswa belum mengalami tindakan dari peneliti ternyata hasilnya masih sangat rendah. Dari hasil tes tersebut tersebut, ternyata hasil yang diperoleh belum ada siswa yang tuntas dari tes yang diberikan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk tindakan pada siklus I.

Kegiatan pembelajaran pada siklus I berjalan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun oleh peneliti, meskipun masih ada siswa yang belum bisa dikendalikan. Masih banyak siswa yang susah berkonsentrasi. Siswa dalam kelompok masih banyak yang belum aktif dan masih sibuk berdiskusi di luar topik pembelajaran. Masih banyak siswa yang bermalas-malasan untuk membaca teks yang diberikan. Waktu yang digunakan banyak yang terbuang karena diskusi siswa di luar topik pembelajaran.

Pada siklus II kondisi siswa sedikit lebih terkontrol, dapat dikendalikan daripada siklus sebelumnya. Keaktifan siswa dalam menemukan dan mengemukakan idenya lebih banyak daripada siklus sebelumnya. Bahan bacaan yang diberikan kepada siswa relatif mudah dan singkat sehingga siswa tidak malas lagi dalam membaca. Waktu pelaksanaan tindakan lebih efektif karena siswa lebih dapat dikendalikan. Waktu untuk mengerjakan tes juga sudah cukup sehingga siswa dapat lebih berkonsentrasi mengerjakan tes.

Dengan demikian, berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil kemampuan membaca kritis siswa mulai dari prasiklus

atau sebelum ada tindakan dari peneliti yang menghasilkan bahwa tidak ada satupun siswa yang dapat mencapai ketuntasan. Setelah peneliti melakukan tindakan (siklus I dan siklus II) kemampuan membaca kritis siswa dapat meningkat. Ketuntasan nilai kemampuan membaca kritis siswa meningkat dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. 5.2Saran

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti memberikan beberapa saran untuk guru mata pelajaran bahasa Indonesia, sekolah, dan peneliti lain. Saran dari peneliti akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Bagi Guru Bahasa Indonesia

Guru bahasa Indonesia diharapkan dapat menggunakan metode inkuiri pada pada kegiatan membaca supaya kegiatan pembelajaran lebih menarik. Siswa dapat lebih aktif menemukan dan mengemukakan pendapatnya. Guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa. Ketika menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan waktu penggunaan metode. Metode inkuiri memerlukan waktu yang cukup lama karena menuntut siswa untuk menemukan jawabannya sendiri terhadap kesulitan yang dihadapi. Topik pemberian materi sebaiknya sesuai dengan dunia siswa sehingga siswa tertarik dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode yang menarik dan bervariasi dapat membuat siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Sekolah memberikan fasilitas sumber bacaan yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Sumber bacaan terbaru dan dekat dengan dunia siswa akan lebih membuat siswa tertarik dalam proses pembelajaran. Sekolah memberikan program budaya baca agar siswa tidak bermalas-malasan dalam membaca. Sekolah melaksanaan budaya baca supaya siswa terbiasa dalam melakukan kegiatan membaca.

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain sebaiknya melanjutkan penelitian tindakan kelas menggunakan metode inkuiri pada kemampuan membaca cepat misalnya atau pada kemampuan menulis karya ilmiah siswa. Ketika menggunakan metode inkuiri, sebaiknya peneliti lebih mempertimbangkan waktu dan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa.

72

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djiwandono, Soenardji. 2008. Tes Bahasa. Jakarta: Indeks.

Johnson, Elaine. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC.

Komputer, Wahana. 2009. Pengelolaan Data Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Salemba Infotek.

Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Statistik Terapan. Yogyakarta: UGM Press.

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: CV Sinar Baru.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Soedarso. 2005. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tampubolon, D.P. 1990. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta Timur: Bumi Aksara.

http://dedah-handini.blogspot.com/2012/11/membaca-kritis-dan-membaca-ide.html.

Membaca Kritis dan Membaca Ide. Diakses pada tanggal 20 November 2012.

http://himitsuqalbu.wordpress.com/2011/11/03/metode-inkuiri/. Metode Inkuiri. Diakses pada tanggal 20 November 2012.

http://rizqiii.blogspot.com/2013/01/membaca-intensif-membedakan-fakta-dan.html .

Perbedaan Fakta dan Opini. Diakses pada tanggal 17 Februari 2013.

http://timewatchmemorizet.blogspot.com/2010/11/opini.html Materi Fakta dan Opini. Diakses pada tanggal 17 Februari 2013.

74 

Dokumen terkait