• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Matematika Siklus2

4.3.4 Refleksi Siklus II

a. Penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) oleh guru dan siswa, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran oleh guru sudah berjalan dengan baik, karena semua kegiatan yang direncanakan berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Guru membenahi kekurangan pada pelaksanaan siklus I

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan siswa, dengan mengkondisikan siswa agar tetap tenang saat berkumpul dengan kelompok

dan saat bekerja kelompok. Meningkatkan bimbingan kepada siswa dalam bekerja kelompok dengan cara berkeliling pada siklus sebelumnya dan juga pengerjaan tugas secara individu serta guru memantau siswa dalam bekerja kelompok dapat mengurangi aktivitas siswa diluar proses pembelajaran, sehingga siswa ikut berperan aktif mengerjakan LKS bersama kelompoknya, tidak ada yang asik bermain sendiri.

b. Hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Tukang

Berdasarkan nilai evaluasi yang dikerjakan oleh siswa, hasil tes pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang semula pada siklus I hanya 70 denga presentase sebesar 58,38%, pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 76,55 dengan presentase sebesar 89,66% c. Tindak Lanjut

Dilihat dari observasi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray (TSTS) pada siklus II oleh guru menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk siswa, meskipun dalam pelaksanaan masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengikuti dengan baik, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

Guru telah memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus I dalam pelaksanaan siklus II ini, sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai target yang telah ditetapkan yaitu persentase ketuntasan mencapai 80%. Persentase ketuntasan yang dicapai pada siklus II telah mencapai 89,66% dimana 26 siswa tuntas dan 3 siswa belum tuntas, maka penelitian ini dikatakan telah berhasil karena persentase ketuntasan lebih dari 80%. Karena, target indikator kerja telah tercapai pada siklus II, maka penelitian ini hanya dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. 4.4Hasil Analisis Data

Berdasarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II terlihat peningkatan yang cukup signifikan. Pada kegiatan siklus II hasil belajar dinyatakan berhasil. Berikut ini

disajikan rekap hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II serta perbandingan hasil belajarnya dalam tabel 4.7 di bawah ini

Tabel 4.7

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

N o

Ketuntasan hasil Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

(f) (%) (f) (%) (f) (%) 1 Tuntas 11 37,93 % 17 58,38 % 26 89,66 % 2 Tidak Tuntas 18 62,07 % 12 41,38 % 3 10,34 % Jumlah 29 100% 29 100% 29 100% Nilai Rata-rata 64,2 70 76,55 Nilai Tertinggi 85 90 95 Nilai Terendah 46 50 60

Dari tabel 4.7 dapat dilihat terdapat kenaikan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dari kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II. Perolehan nilai rata-rata antara pra siklus, siklus I, dan siklus II meningkat. Pada kegiatan pra siklus jumlah rata-rata klasikal sebesar 64,2. Pada siklus I meningkat menjadi 70 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 76,55. Jumlah siswa pada kegiatan pra siklus sebanyak 11 siswa yang tuntas dengan presentase 37,93% sedangkan sebanyak 18 siswa tidak tuntas dengan presentase 62,007%. Pada kegitan siklus I siswa yang mendapat nilai tuntas meningkat dari 11 siswa menjadi 17 siswa dengan presentase 58,38% dan dari 18 siswa menjadi 12 siswa yang tidak tuntas dengan presentase 41,38%. Pada kegiatan siklus I hasil pembelajaran belum maksimal maka dilakukan kegiatan siklus II dengan hasil siswa yang mendapat nilai tuntas meningkat menjadi 26 siswa dengan presentase 89,66% dan 3 siswa mendaptkan nilai tidak tuntas dengan presentase 10,34%. Berdasarkan data jumlah siswa yang tidak tuntas dari tahap pra siklus, siklus I, dan

siklus II, meskipun tidak semua siswa tuntas namun jumlah angka ketidaktuntasan mengalami penurunan.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, berikut ini disajikan gambar diagram batang perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus 1, dan siklus II yang dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4

Diagram Batang Persentase Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Dari gambar 4.4 mengenai diagram batang perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II, menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan. Pada pra siklus persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 37,93%. Kemudian pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 58,38% dan pada siklus II persentase ketuntasan meningkat lagi menjadi 89,66%. Meskipun tidak semua peserta didik memperoleh nilai tuntas (diatas KKM), namun persentase ketuntasan telah mencapai lebih dari indikator kerja yang ditetapkan, yaitu sebesar 80%.

Hal ini membuktikan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat mengurangi jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray (TSTS) juga dapat meningkatkan hasil belajar atematika siswa kelas 5 SD Negeri Tukang sebesar 89,66%.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

4.5Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri Tukang, diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil tes akhir semster ganjil, 18 siswa dari 29 siswa dengan persentase 62,07% mendapatkan nilai dibawah nilai KKM. Selain persentase ketidaktuntas an yang lebih dari 50%, pemerolehan nilai dikelas 5 juga masih rendah, meskipun nilai tertinggi mencapai 85 namun nilai terendah hanya 46. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa kekurangan yang membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, siswa kurang fokus dalam pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajarnya yang masih rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam mengajar matematika Interaksi antar siswa kurang. Siswa juga menganggap pembelajaran matematika sebagai pembelajaran yang sulit. Kemudian dalam penyampaian materi kepada siswa guru belum menyertakan contoh yang konkret dan masih abstrak yang mana hal ini tidak sesuai dengan karakteristik anak usia SD yang dalam tahap operasional konkret. Selain itu, selama pembelajaran siswa cenderung pasif, gurulah yang aktif. Sehingga banyak siswa yang sibuk dengan kegitannya sendiri, seperti bermain alat tulis, menghadap kebelakang, atau bahkan berbicara dengan teman lainnya.

Sedangkan seharusnya pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) harus dapat menciptakan kondisi yang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru, melaikan harus terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika diperlukan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa senang sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas 5 SD Negeri Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang pada materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matemetika siswa.

Dokumen terkait