• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regionalisme Kritis; Sudut Pandang Erorika

Dalam dokumen JATIDIRI ARSITEKTUR INDONESIA (Halaman 176-181)

Westernisasi terkait erat dengan sudut pandang Eropa dan Amerika dalam membahas regionalisme kritis. Salah satu hal terpenting adalah ketika mendefinisikan pengertian universal adalah yang menjadi tolok ukurnya adalah kondisi Erorika itu sendiri. Sedangkan pada saat melakukan pembahasan dan analisis terhadap konsep regionalisme kritis diperlukan kesamaan berfikir yaitu melalui kesamaan pengertian dalam membahas setiap aspek dan membedah permasalahan agar obyek bahasan mendapatkan titik temu dalam apresiasi yang sama. Berikut ini jabaran pengertian regionalisme berdasarkan akar kata, pengertian dan posisi dalam perkembangan arsitektur dunia. Selanjutnya sebagai upaya pencarian kebenaran pengetahuan terkait dengan regionalisme kritis perlu dilakukan penjelajahan secara epistemologis. Telaah yang dilakukan secara epistemologis terhadap regionalisme akan mengarahkan pada tercetus-nya kejernihan pengertian regionalisme arsitektur. Pada kasus regionalisme di Indonesia, yang akan dibahas pada sub bab selanjutnya, menjadi mudah karena akan dapat dicapai sesuai dengan apa yang dimaksud dengan pengertian regionalisme tersebut.

15

7

Epistemologi adalah ’teori tentang pengetahuan’, sehingga teori tentang regionalisme arsitektur dapat di capai sesuai dengan kedudukannya yang tepat dalam pengertian yang sebenarnya [Bagus, 2000]. Dengan demikian dapat dilihat bahwa epistemologi merupakan sebuah tindakan intelektual untukmendudukkan dan memutuskan mana pengetahuan yang benar dan yang tidak benar serta menempatkan pengetahuan ditempat yang sebenarnya [Watoly, 2001:26].

Untuk bisa mendapatkan pengertian tentang regionalisme yang sesuai dan tepat memerlukan penelusuran yang dilakukan tanpa melihat latar belakang dari mana sebutan itu lahir, baik dari Erorika ataukah dari Indonesia. Artinya bahwa yang penting nantinya adalah didapatkannya pengertian dan pemahaman terhadap regionalisme secara umum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelusuran ini dilakukan sebagai langkah awal untuk memahami maknaregionalisme arsitektur yang menunju pada pengertian dasar yang sama. Regionalisme berasal dari kata region yang berarti:[n] tract of land, space, place, having more or less definitely marked boundaries or characteristic, separate part of world [Oxfort Dictionary, 1979]. Sedangkan menurut kamus Echols & Shadily [1986] region berarti daerah, wilayah atau bagian dari. Definisi yang mempunyai arti mendekati pengertian yang sama adalah tract of land dengan wilayah, dan separate part of world dengan bagian dari.

Pengertian mengenai region tersebut memberikan penjelasan tentang sebuah tempat yang merupakan bagian dari tempat yang lebih besar. Kesamaan pengertian yang didapat dari penjelasan kedua kamus tersebut menunjukkan

15

8

bahwa region dapat diinterpretasikan sebagai wilayah atau daerah. Regional menurut kamus Echols & Shadily [1986] mempunyai arti kedaerahan, sedaerah, pemerintah daerah dan otonomi daerah. Sementara itu menurut kamus Poerwadarminta [2006] regional berarti bersifat atau mengenai daerah [kawasan, lingkungan] atau bagian dunia yang batas luasnya tidak tertentu [dapat mengenai bagian di satu negara, benua atau dunia]. Pengertian regional dari kamus Poerwadarminta lebih mempunyai kesamaan dengan region dalam kamus Oxford, yakni having more or less defi-nitely marked boundaries or characteristic dengan bagian dunia yang batas luasnya tidak tertentu tapi mempunyai karakteristik yang spesifik.

Mempelajari arti berdasarkan akar kata dapatlah dimengerti bahwa antara region dan regional dapat saja mempunyai pemahaman yang sama atas keduanya tergantung pada konteks yang menjadi fokus pembahasannya. Dengan dasar pengertian tersebut di atas maka regionalisme dapat diuraikan sebagai berikut; regionalisme berasal dari kata ’region’ yang berarti wilayah atau daerah, sedangkan isme berarti aliran atau faham. Secara umum, prinsip regionalisme adalah suatu aliran yang mencoba memunculkan ciri khas serta identitas regional [baik daerah maupun lokal]. Sebagaimana pengertian yang terdapat dalam kamus Inggris Indonesia versi Echols & Shadily [1986] dijelaskan bahwa regionalisme adalah sebuah kata benda yang mempunyai makna ’daerahisme’ atau sifat ’kedaerahan’. Definisi yang diperoleh dari Echols dan Shadily lebih mengerucut menjadi pengertian yang memberikan sudut pandang lebih menyempit dibandingkan dengan pengertian yang didapat dengan cara menguraikan akar katanya. Pengertian regionalisme dalam hal ini

15

9

dapat saja memberikan pemahaman sebagai sebuah faham atau aliran tentang sifat kedaerahan atau pemahamannya hanya pada sifat yang dimiliki daerah tersebut.

Selanjutnya pengertian tentang regionalisme yang akan dipakai sebagai acuan dalam epistemologi ini ditentukan melalui penelusuran pengertian dan pemahaman regionalisme yang dilakukan dengan melihat dan mempelajari dari berbagai sudut pandang yang lebih luas dan terfokus. Menurut versi Departemen Pendidikan Nasional [2000; 940]dinyatakan bahwa regionalisme adalah sebuah paham atau kecenderungan untuk mengadakan kerjasama yang erat antar negara dalam satu kawasan. Pengertian ini berkaitan erat dengan proses terjadinya globalisasi yang memberikan situasi serba kompleks dalam hubungan antar negara diranah dunia internasional. Dengan demikian maka didalam hubungan internasional regionalisme merupakan ekspresi dari identitas dan bentuk aksi kolektif dalam suatu wilayah geografis seperti yang dijelaskan oleh Ethier [1998] yakni sebagai berikut:

“In international relations, regionalism is the expression of a common sense of identity and purpose combined with the creation and implementation of institutions that express a particular identity and shape collective action within a geographical region “.

Dalam perspektif politik, Nye [1968], seorang American political scientist dan mantan dekan dari John F. Kennedy School of Government di Harvard University mengatakan bahwa regionalisme sebagai pembentukan asosiasi antar

16

0

negara atau pengelompokan berdasarkan daerah, seperti yang dikatakan sebagai berikut:

“Regionalism as the formation of interstate associations or groupings on the basis of regions"

Penjabaran di atas tersebut dapat dipahami bahwa regionalisme merupakan konsep yang memiliki arti saling berbeda-beda sesuai dengan disiplin ilmunya atau berbeda secara epistemologinya. Dalam geografi, acuan tentang regionalisme adalah wilayah geografis yang memiliki spesifikasi karakteristik bentang alam dan batuan tertentu. Dalam khasanah politik, regionalisme adalah sebuah ideologi yang berfokus pada menggunakan penolok geografi-kewilayahan yang unik untuk memajukan tujuan-tujuan politik tertentu seperti otonomi atau kegiatan separatisme. Dalam dunia seni, sebutlah salah satu contoh untuk wilayah Amerika, regionalisme telah menjadi gerakan moderen realis yang berkembang di Amerika untuk menghindari kehidupan kota dan berfokus pada praktek di jantung pedesaan dan aspek-aspek imajiner.

Dalam khasanah arsitektur, regionalisme dapat merupakan sebuah pendekatan yang berusaha untuk memahami bangunan pemikiran yang memanfaatkan potensi setempat dan lingkungan sekelilingnya, tetapi hal ini kemudian berkembang menjadi sebuah cara berpikir yang khas yakni kembali pada akar kata regional yang berarti sifat kedaerahan. Sifat kedaerahan ini dapat merujuk mulai dari potensi lingkungan alam sampai kepada pengetahuan daerah atau kondisi setempat yang dimiliki oleh para pendukungnya atau masyarakat ditempat tersebut.

16

1

Dalam dokumen JATIDIRI ARSITEKTUR INDONESIA (Halaman 176-181)

Dokumen terkait