BAB III : METODA PENELITIAN
MODEL JENSEN
C. Pengujian Hipotesis Dua
3. Regresi Sederhana Model Jensen
Berdasarkan hasil regresi model ini menunjukkan bahwa reksadana syariah memiliki kinerja yang tidak lebih baik dari pada kinerja indeks syariah JII yang dapat dilihat dari nilai alfa dari model tersebut yang negatif pada tahun 2005 dan 2007. Hal ini berarti reksadana syariah tersebut memberikan return 9,1 basis
poin dan 16,2 basis poin per tahun lebih rendah dari pada return indeks syariah JII
atau dapat dikatakan underperform the market, dengan asumsi variabel lain
konstan. Pada tahun 2006, alfa bernilai positif berarti reksadana syariah memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja syariah JII atau dapat dikatakan
outperform the market, dengan nilai 14,6 basis poin lebih tinggi dari pada return
pasar. Variabel kelebihan return indeks syariah JII secara konsisten
mempengaruhi kelebihan return portofolio secara signifikan positif. Variabel
return portofolio dengan nilai 91,2; 89,4 dan 94,5basis poin per tahun untuk setiap
100 basis poin peningkatan kelebihan return indeks syariah JII dengan asumsi hal
lain konstan (lihat Tabel 15).
Tabel 15
Hasil Regresi Model Jensen Reksadana Syariah dan JII
Independent Var – Reksadana Syariah Independent Variable - JII
Dep. Var Alfa Rmt-Rft F K-S Dep. Var Alfa Rmt-Rft F K-S Predictive Sign K-S + + K-S + + 1 2005 Coeff. 0,473 -0,091 0,912 113,648 0.952 0,384 -0,006 0,955 408,783 0,398 Sig. 0,979 0,244 0,000 0,000 0.318 0,998 0,248 0,000 0,000 0,997 2 2006 Coeff. 0,657 0,146 0,894 205,349 0.856 0,626 0,016 1,048 584,061 0,665 Sig. 0,781 0,215 0,000 0,000 0.456 0,829 0,484 0,000 0,000 0,769 3 2007 Coeff. 0,620 -0,162 0,945 258,374 0.783 0,659 -1,021 1,924 169,157 0.822 Sig. 0,837 0,804 0,000 0,000 0.573 0,778 0,001 0,000 0,000 0,509 sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil regresi model Jensen menunjukkan bahwa indeks syariah JII memiliki kinerja yang tidak lebih baik dari pada kinerja pasar IHSG yang dapat dilihat dari nilai alfa tahun 2005 dan 2007 dari model tersebut yang negatif. Hal ini berarti indeks syariah JII memberikan return 0,6 basis poin dan
102,1 basis poin per tahun lebih rendah dari pada return pasar atau dapat
dikatakan underperform the market, dengan asumsi variabel lain konstan. Pada
tahun 2006, alfa bernilai positif berarti indeks syariah JII memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pasar atau dapat dikatakan outperform the market,
dengan nilai 1,6 basis poin per tahun lebih tinggi dari pada return pasar. Variabel
kelebihan return pasar IHSG secara konsisten mempengaruhi kelebihan return
indeks syariah JII secara signifikan positif. Variabel kelebihan return pasar
nilai 95,5; 104,8 dan 192,4 basis poin per tahun untuk setiap 100 basis poin peningkatan kelebihan return pasar dengan asumsi hal lain konstan (lihat Tabel
15).
Berdasarkan pengujian normalitas data menunjukkan bahwa semua data telah terdistribusi normal. Nilai probabilitas F < 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi suatu kinerja. Berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 dan 2007 kinerja indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja reksadana syariah, dengan asumsi variabel lain konstan. Pada tahun 2006 kinerja reksadana syariah lebih baik daripada kinerja indeks syariah JII, dengan asumsi variabel lain konstan.
Kurang baiknya kinerja reksadana syariah kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan manajer portofolio dalam mengelola portofolio reksadana. Kemungkinan yang lain adalah adanya Investor Learning Model yang
menyebutkan bahwa investor reksadana cenderung Chase Return dengan
menyalurkan investasi baru pada reksa dana yang memiliki kinerja yang lebih baik. Hal ini secara implisit meningkatkan kompensasi yang diperoleh manajer investasi karena kesuksesannya menghasilkan return yang lebih tinggi (Achsein,
2003).
Industri reksadana merupakan industri yang kompetitif, sehingga kinerja masa lalu juga diduga mempengaruhi pengambilan risiko yang diambil manajer investasi. Sebagaimana investor lainnya, investor muslim juga membandingkan alternatif-alternatif yang ada. Investor mencari investasi yang menawarkan return
akan lebih mementingkan dipenuhinya prinsip-prinsip syariah tersebut dari pada
return, demi memperoleh return akhirat, karena kebaikan dunia dan akhirat bisa
ditunjukkan dengan dijalankannya prinsip syariah secara konsisten.
Berdasarkan pengujian regresi, untuk tahun 2005 angka R sebesar 0.959 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan dua variabel independennya adalah kuat karena nilai R di atas 0,5, begitu juga untuk angka-angka R yang lain. Angka R2 sebesar 0,919 yang berarti 91,9% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen, begitu juga untuk angka-angka R2 yang lain. Nilai SEE (Standard Error of Estimate)
lebih besar daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai rata-rata kinerja. Apabila nilai SEE (Standard Error of
Estimate) pada tabel, lebih kecil daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model
regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor kinerja. Uji asumsi normalitas klasik yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (lihat Tabel 16).
Tabel 16
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Model Jensen Reksadana Syariah dan JII
MODEL JENSEN - RD SYARIAH MODEL JENSEN - INDEKS SYARIAH JII
NO TAHUN R SEE DW T VIF H R SEE DW T VIF H
1 2005 0,959 0,919 0,039 1,676 1,000 1,000 B 0,988 0,976 0,021 1,347 1,000 1,000 B 2 2006 0,977 0,954 0,071 1,795 1,000 1,000 B 0,977 0,983 0,043 1,846 1,000 1,000 B 3 2007 0,981 0,963 0,051 1,325 1,000 1,000 B 0,997 0,994 0,020 1,933 1,000 1,000 B
sumber: data sekunder yang diolah
R R 2
Berdasarkan hasil regresi model ini menunjukkan bahwa reksadana konvensional tahun 2005 dan 2007 memiliki kinerja yang tidak lebih baik dari pada kinerja indeks konvensional LQ45 yang dapat dilihat dari nilai alfa dari model tersebut yang negatif, dengan nilai 29,9 basis poin dan 7,5 basis poin per tahun lebih rendah daripada return indeks konvensional LQ45 atau dapat
dikatakan underperform the market, dengan asumsi variabel lain konstan. Pada
tahun 2006, reksadana konvensional memiliki kinerja yang lebih baik dari kinerja indeks konvensional LQ45 yang dapat dilihat dari nilai alfa dari model tersebut yang positif dengan nilai 112,3 basis poin per tahun lebih tinggi daripada return
indeks konvensional LQ45 atau dapat dikatakan outperform the market, dengan
asumsi variabel lain konstan. Variabel kelebihan return indeks konvensional
LQ45 secara konsisten mempengaruhi kelebihan return portofolio secara
signifikan positif. Variabel kelebihan return indeks konvensional LQ45
memberikan kontribusi peningkatan kelebihan return portofolio dengan nilai 45,1;
59,8 dan 54,4 basis poin per tahun untuk setiap 100 basis poin peningkatan kelebihan return indeks konvensional LQ45 dengan asumsi hal lain konstan (lihat
Tabel 17).
Berdasarkan hasil regresi model ini menunjukkan bahwa indeks konvensional LQ45 memiliki kinerja yang tidak lebih baik dari pada kinerja pasar yang dapat dilihat dari nilai alfa dari model tersebut yang negatif. Hal ini berarti indeks pasar IHSG memberikan return antara 0,1 basis poin sampai dengan 0,9
basis poin per tahun lebih tinggi dari pada return indeks konvensional LQ45 atau
Variabel kelebihan return pasar IHSG secara konsisten mempengaruhi kelebihan
return indeks konvensional LQ45 secara signifikan positif. Variabel kelebihan
return pasar memberikan kontribusi peningkatan kelebihan return indeks
konvensional LQ45 dengan nilai 88,8; 101,6 dan 100,9 basis poin per tahun untuk setiap 100 basis poin peningkatan kelebihan return pasar dengan asumsi hal lain
konstan (lihat Tabel 17).
Tabel 17
Hasil Regresi Model Jensen Reksadana Konvensional dan LQ45
Independent V-RD KONVENSIONAL Independent Variable- LQ45
Dep. Var Alfa Rmt-Rft F K-S Dep. Var Alfa Rmt-Rft F K-S Predictive Sign K-S + + K-S + + Coeff. 0,756 -0,299 0,451 58,779 0.781 0,811 -0,001 0,888 27,164 0,880 1 2005 Sig. 0,618 0,100 0,000 0,000 0.575 0,522 0,874 0,000 0,000 0,421 Coeff. 0,538 1,123 0,598 43,860 0.921 0,876 -0,006 1,016 53,098 0,592 2 2006 Sig. 0,934 0,005 0,000 0,000 0.548 0,426 0,741 0,000 0,000 0,874 Coeff. 0,597 -0,075 0,544 497,260 0.989 0,992 -0,009 1,009 388,426 0,530 3 2007 Sig. 0,869 0,085 0,000 0,000 0.618 0,279 0,611 0,000 0,000 0,941 sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan pengujian normalitas data menunjukkan bahwa semua data telah terdistribusi normal. Nilai probabilitas F < 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi suatu kinerja. Berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 dan 2007 kinerja reksadana konvensional tidak lebih baik daripada kinerja indeks konvensional LQ45 dan pada tahun 2006 kinerja reksadana konvensional lebih baik daripada kinerja indeks konvensional LQ45 dengan asumsi variabel lain konstan.
Berdasarkan pengujian regresi, untuk tahun 2005 angka R sebesar 0,761 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan dua
variabel independennya adalah kuat karena nilai R di atas 0,5, begitu juga untuk angka-angka R yang lain. Angka R2 sebesar 0,737 yang berarti 73,7% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen, begitu juga untuk angka-angka R2 yang lain. Nilai SEE (Standard Error of Estimate)
lebih besar daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai rata-rata kinerja. Apabila nilai SEE (Standard Error of
Estimate) pada tabel, lebih kecil daripada nilai SD (Standar Deviasi), maka model
regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor kinerja. Uji asumsi normalitas klasik yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (lihat Tabel 18).
Tabel 18
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Model Jensen Reksadana Konvensional dan LQ45
MODEL JENSEN - REKSADANA KONVENSIONAL MODEL JENSEN - INDEKS LQ45
NO TAHUN R SEE DW T VIF H R SEE DW T VIF H
1 2005 0,761 0,737 0,043 1,351 1,000 1,000 B 0,855 0,731 0,028 1,655 1,000 1,000 B 2 2006 0,820 0,804 0,061 1,536 1,000 1,000 B 0,859 0,835 0,050 1,982 1,000 1,000 B 3 2007 0,822 0,805 0,033 2,016 1,000 1,000 B 0,819 0,804 0,033 1,626 1,000 1,000 B
sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 dan 2007 kinerja reksadana konvensional lebih baik daripada kinerja reksadana syariah. Pada tahun 2005 kinerja reksadana syariah lebih baik daripada kinerja reksadana konvensional, dengan asumsi variabel lain konstan (lihat Tabel 19). Uji asumsi normalitas klasik yang harus memenuhi asumsi BLUE terhadap model ini untuk seluruh periode telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah yang
2
berkaitan dengan multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (lihat Tabel 20).
Tabel 19
Hasil Regresi Model Jensen Reksadana Syariah dan Konvensional
Independent V-RD SYARIAH Independent Variable-RD KONVENSIONAL Dep. Var Alfa Rmt-Rft F K-S Dep. Var Alfa Rmt-Rft F K-S Predictive Sign K-S + + K-S + + 1 2005 Coeff. 0,473 -0,091 0,912 113,648 0.952 0,756 -0,299 0,451 58,779 0.781 Sig. 0,979 0,244 0,000 0,000 0.318 0,618 0,100 0,000 0,000 0.575 2 2006 Coeff. 0,657 0,146 0,894 205,349 0.856 0,538 1,123 0,598 43,860 0.921 Sig. 0,781 0,215 0,000 0,000 0.456 0,934 0,005 0,000 0,000 0.548 3 2007 Coeff. 0,620 -0,162 0,945 258,374 0.783 0,597 -0,075 0,544 497,260 0.989 Sig. 0,837 0,804 0,000 0,000 0.573 0,869 0,085 0,000 0,000 0.618 sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 20
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Model Jensen Reksadana Syariah dan Konvensional
MODEL JENSEN - REKSADANA SYARIAH REKSADANA KONVENSIONAL
NO TAHUN R SEE DW T VIF H R SEE DW T VIF H
1 2005 0,959 0,919 0,039 1,676 1,000 1,000 B 0,761 0,737 0,043 1,351 1,000 1,000 B 2 2006 0,977 0,954 0,071 1,795 1,000 1,000 B 0,820 0,804 0,061 1,536 1,000 1,000 B 3 2007 0,981 0,963 0,051 1,325 1,000 1,000 B 0,822 0,805 0,033 2,016 1,000 1,000 B
sumber: data sekunder yang diolah
2
R 2
83
A. Kesimpulan
Pengujian hipotesis satu dengan independent sample t-test untuk return
reksadana syariah dan return indeks syariah JII pada tahun 2005 dan 2006,
menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau rata-rata return reksadana syariah dan return indeks syariah JII adalah identik atau
sama. Pada tahun 2007 menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau rata-rata return reksadana syariah dan return indeks syariah JII
adalah tidak identik atau tidak sama. Pengujian hipotesis satu dilakukan dengan menggunakan uji beda independent sample t-test untuk risiko reksadana syariah
dan risiko indeks syariah JII pada tahun 2005, 2006 dan 2007 menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau rata-rata risiko reksadana syariah dan risiko indeks syariah JII adalah tidak identik atau tidak sama.
Berdasarkan statistik deskriptif, pada periode tahun 2005, 2006, dan 2007 dapat disimpulkan bahwa return reksadana syariah lebih tinggi daripada return
indeks syariah JII, tetapi tingginya return tersebut juga disertai dengan tingginya
risiko yang dimiliki reksadana syariah. Kesimpulan pengujian hipotesis satu menyatakan bahwa berinvestasi pada reksadana syariah lebih menguntungkan dan juga lebih berisiko daripada berinvestasi pada indeks syariah JII, dengan asumsi variabel lain konstan.
Pengujian hipotesis dua dengan independent sample t-test untuk return
reksadana konvensional dan return indeks konvensional LQ45 pada tahun 2006
dan 2007, menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau rata-rata return reksadana konvensional dan return indeks
konvensional LQ45 adalah identik atau sama. Pada tahun 2005 menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau rata-rata return reksadana
konvensional dan return indeks konvensional LQ45 adalah tidak identik atau
tidak sama. Pengujian hipotesis dua dilakukan dengan menggunakan uji beda
independent sample t-test untuk risiko reksadana konvensional dan risiko indeks
konvensional LQ45 pada tahun 2005, 2006 dan 2007 menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau rata-rata risiko reksadana konvensional dan risiko indeks konvensional LQ45 adalah tidak identik atau tidak sama.
Berdasarkan statistik deskriptif, pada periode tahun 2005, 2006 dan 2007 dapat disimpulkan bahwa return reksadana konvensional lebih tinggi daripada
return indeks konvensional LQ45, tetapi tingginya return tersebut juga disertai
dengan tingginya risiko yang dimiliki reksadana konvensional. Kesimpulan pengujian hipotesis dua menyatakan bahwa berinvestasi pada reksadana konvensional lebih menguntungkan dan juga lebih berisiko daripada berinvestasi pada indeks konvensional LQ45, dengan asumsi variabel lain konstan.
Pengujian hipotesis tiga dengan paired sample t-test pada tahun 2005,
2006 dan 2007 untuk return reksadana syariah dan return reksadana
diterima atau rata-rata return reksadana syariah dan return reksadana
konvensional adalah identik atau sama. Pengujian hipotesis tiga dengan paired
sample t-test untuk risiko reksadana syariah dan risiko reksadana konvensional
pada tahun 2006 dan 2007, menunjukkan hasil bahwa semua nilai probabilitas > 0.05, maka Ho diterima atau rata-rata risiko reksadana syariah dan risiko reksadana konvensional adalah identik atau sama. Berbeda untuk tahun 2005 yang menunjukkan nilai probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak atau rata-rata risiko reksadana syariah dan risiko reksadana konvensional adalah tidak identik atau tidak sama.
Berdasarkan statistik deskriptif, dapat disimpulkan bahwa pada periode tahun 2005 dan 2006, return reksadana syariah di bawah return reksadana
konvensional, kecuali tahun 2007, sedangkan risiko reksadana syariah pada periode 2005, 2006 dan 2007di bawah risiko reksadana konvensional. Kesimpulan terhadap pengujian hipotesis tiga menyatakan bahwa berinvestasi pada reksadana konvensional lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana syariah, namun reksadana konvensional lebih berisiko daripada reksadana syariah, dengan asumsi variabel lain konstan.
Pengujian hipotesis tiga berdasarkan krieria indeks Sharpe, Treynor dan Jensen pada tahun 2005, reksadana konvensional memiliki kinerja yang lebih unggul daripada kinerja reksadana syariah hampir di seluruh kriteria kecuali indeks Jensen. Pada tahun 2006, reksadana konvensional memiliki kinerja yang lebih unggul daripada kinerja reksadana syariah di seluruh kriteria indeks. Pada
tahun 2007, reksadana konvensional memiliki kinerja yang lebih unggul daripada kinerja reksadana syariah diseluruh kriteria indeks.
Pengujian hipotesis tiga berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 dan 2007 kinerja indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja reksadana syariah. Pada tahun 2006 kinerja reksadana syariah lebih baik daripada kinerja indeks syariah JII. Pengujian hipotesis tiga berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 dan 2007 kinerja indeks konvensional LQ45 lebih baik daripada kinerja reksa dana konvensional. Pada tahun 2005 kinerja reksadana konvensional lebih baik daripada kinerja indeks konvensional LQ45. Pengujian hipotesis tiga berdasarkan model Jensen, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 dan 2007 kinerja reksadana konvensional lebih baik daripada kinerja reksadana syariah, kecuali tahun 2005.
B. Keterbatasan
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya:
1. Hasil penelitian ini hanya berlaku pada reksadana Danareksa Syariah Berimbang dan reksadana Danareksa Anggrek pada PT Danareksa Investment Management sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi reksadana syariah dan reksadana konvensional di Indonesia. 2. Data sekunder yang diperoleh melalui berbagai sumber publikasi mungkin
kurang reliable karena dimungkinkan terjadinya kesalahan dalam menginput
3. Penelitian ini menghadapi masalah keterbatasan data terutama dalam rentang waktu penelitian yang terlalu sempit yaitu hanya tiga tahun.
4. Peneliti tidak dapat melakukan perbandingan kinerja antara indeks syariah yang diproksikan dengan JII dan indeks konvensional yang diproksikan dengan LQ45, disebabkan oleh sebagian besar emiten yang terdaftar dalam JII juga terdaftar dalam LQ45.
5. Penelitian ini belum menguji karakteristik atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja reksadana.
C. Saran
1. Bagi praktisi
a. Investor yang hendak berinvestasi di reksadana maka sebaiknya mempertimbangkan dahulu kinerja masa lalu reksadana dan manajer investasinya serta seharusnya memahami dengan baik prospektus reksadana yang telah diterbitkan, supaya risiko berinvestasi di reksadana dapat diminimalkan. Strategi pasif yang digunakan investor dengan mengikuti indeks pasar tidaklah cukup untuk memaksimalkan return
yang diharapkan. Investor maupun investor potensial seharusnya dapat mempertimbangkan untuk memilih reksadana yang telah pernah melalui masa gejolak pasar dan terbukti telah berhasil mengatasinya. Berdasarkan hasil uji beda kinerja return dan risiko yang tidak ada perbedaan
signifikan untuk data dalam penelitian ini, maka bagi investor muslim dan nonmuslim maupun investor potensial muslim dan nonmuslim tidak perlu khawatir untuk memilih reksadana syariah sebagai pilihan untuk
berinvestasi, karena instrumen syariah lebih aman dari praktik-praktik spekulatif, serta lebih menentramkan hati karena telah melewati proses
screening untuk membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari
kegiatan haram menurut pedoman syariah serta adanya ketentuan zakat. b. Manajer Investasi, dalam hal ini PT Danareksa Investment Management
hendaknya dapat meningkatkan kemampuannya dalam memilih sekuritas yang menguntungkan dalam portofolionya. Strategi pasif yang digunakan manajer investasi dalam mengelola portofolionya dengan mengikuti indeks pasar tidaklah cukup untuk memaksimalkan return yang
diharapkan investor pemilik portofolio tersebut. Manajer investasi juga perlu meningkatkan kemampuannya untuk meredam gejolak pasar supaya return portofolio yang dikelolanya tetap lebih baik daripada
return pasarnya.
2. Bagi akademisi
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel untuk jenis reksadana yang lainnya, tidak hanya terbatas pada satu manajemen pengelola.
b. Semakin berkembangnya dunia usaha dan Bursa Efek Jakarta (BEJ), maka bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah periode penelitian sehingga dapat menjelaskan konsistensi logis manajer investasi dalam mengelola portofolio reksadana.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan dan menggunakan data yang benar-benar berbeda dalam melakukan perbandingan kinerja sehingga tidak menghasilkan penelitian yang bias.
d. Peneliti yang akan datang dapat menguji karakteristik atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja reksadana, seperti variabel total aktiva bersih, rasio biaya terhadap total aktiva bersih, biaya transaksi reksadana, biaya transaksi di pasar, perputaran portofolio, umur reksadana, afiliasi reksadana dengan perusahaan sekuritas, serta faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan return reksadana.
e. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan pengukuran kinerja reksadana yang lain.
D. Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa secara umum pada periode tahun 2006 dan 2007 kinerja reksadana konvensional lebih baik daripada kinerja reksadana syariah, sedangkan tahun 2005 kinerja reksadana syariah lebih baik daripada kinerja reksadana konvensional. Pada tahun 2005 dan 2007 kinerja indeks syariah JII lebih baik daripada kinerja reksadana syariah, kecuali tahun 2006. Pada tahun 2005 dan 2007 kinerja indeks konvensional LQ45 lebih baik daripada kinerja reksadana konvensional, kecuali tahun 2006. Penyebab tidak lebih baiknya kinerja reksadana daripada kinerja pasar karena tidak adanya kemampuan yang memadai dari manajer portofolio reksadana dalam memilih sekuritas yang menguntungkan. Hal tersebut memberikan implikasi bahwa
investor tidak dapat mengambil keuntungan dengan berinvestasi pada reksadana yang mereka miliki dengan hanya mengandalkan kemampuan manajer portofolio. Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan implikasi bahwa investor memiliki pilihan untuk mengubah antara reksadana tersebut tergantung pada kondisi pasar dan preferensi pribadi investor.