i
PT Danareksa Investment Management Periode 2005-2007)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
INAYATUL HIKMAH SUCININGTYAS F 0303005
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
Skripsi dengan Judul:
PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA SYARIAH DENGAN REKSADANA KONVENSIONAL
(Studi Danareksa Syariah Berimbang dan Danareksa Anggrek pada PT Danareksa Investment Management Periode 2005-2007)
Disusun oleh:
Inayatul Hikmah Suciningtyas
F 0303005
Surakarta, 26 April 2009 Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
iii
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, 22 Mei 2009
Tim Penguji Skripsi :
1. Drs. Subekti Djamaluddin, M.Si., Ak. Ketua (_______________)
NIP. 131 792 943 Penguji
2. Agung Nur Probohudono, SE., M.Si., Ak. Anggota (_______________)
NIP. 132 327 448 Penguji
iv
“...Dan bertolong-tolonglah kamu untuk berbuat baik dan taqwa, dan janganlah bertolong-tolonglah kamu dalam berbuat dosa dan permusuhan...“
( QS. Al-Maidah: 2 )
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan “ ( QS. Alam Nasyrah: 3 )
“...Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu...”
( QS. Al-Baqarah: 216)
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu dan kerjakanlah apa yang tidak meragukanmu”
(Al-Hadits)
“ Berusahalah untuk selalu berdekatan dengan-Nya, niscaya Allah Ta’ala akan memberikan pertolongan dari jalan yang tidak kamu duga ”
v
Kupersembahkan cita-cita dan perjuangan besarku ini
kepada:
Allah Ta’ala, syukurku tak pernah henti kulantunkankan untuk-Mu atas purnanya amanah ini dengan indah dan atas
segala pertolongan-Mu. Yaa Allah Yaa Rahman Yaa Rahim,
Islam Dienku,
Ibu, bapak, dan adik-adikku yang teramat kucinta atas
bait do’a dan motivasi yang tiada pupus,
“Seseorang”ku, entah kau siapa, entah kau dimana.
Sungguh, aku rindu. Tapi, aku tak hendak melukis
jasadmu, jua tak hendak mereka-reka dan menebak-nebak
tentangmu. Sebab takdirku dan takdirmu ada dalam
genggaman-Nya. Dan kita? Tak pernah tahu...
vi Assalamualaykum warohmatullohi wabarokatuh.
Untuk semua yang telah dicapai penulis sampai saat ini, penulis mengucapkan puji syukur, alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, yang tiada terhingga ke hadirat Allah SWT, atas segala pertolongan, perlindungan, dan petunjuk-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, khususnya selama penyusunan skripsi dan pelaksanaan ujian. Shalawat dan salam dihaturkan kepada Rasulullah SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya, hanya dengan kebesaran Allah SWT, setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, dan setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih dan hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan yang telah penulis terima dari berbagai pihak yang telah membantu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan FE-UNS Surakarta.
2. Bapak Drs. Jaka Winarna, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi FE-UNS.
vii
5. Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi FE UNS, atas bimbingan dan transfer ilmunya.
6. Ibuku, Musyarifah dan Bapakku, Sohiran, S.Ag., tercinta, jazakumullah khayron katsiron ku haturkan selalu untuk engkau berdua. Sedihnya hati ini sampai 23 tahun, tak jua ku sedikit saja membalas cinta kasihmu. Maaf kupinta darimu. Harapku semoga pada sisa usia ini , minimal ku bisa lebih berbakti. Meski kuberikan bumi seisinya ini untukmu, tidak akan sebanding dengan apa yang telah engkau berdua curahkan kepadaku.
7. Adik-adikku tersayang: Yusuf Mujahid Ma’ruf, Furqon Muhammad Faiz, Yahya Ahmad Muhdi, Shofwan Munawwar Ahmad, Hadif Ahsanul Anam dan Utiya Sulha Amali atas torehan peristiwa yang membuat hidup mba’ sangat berwarna, atas letupan-letupan yang membuat mba’ bercahaya, dan atas ketsiqohan yang membuat mba’ bahagia. Dari kalianlah mba’ belajar banyak tentang makna kedewasaan, pengertian dan pengorbanan, menuntun mba’ untuk bisa dan berusaha memberikan yang terbaik bagi kalian.
8. Teman-teman satu angkatan, matur nuwun kebersamaannya. Akhirnya... 9. Teman-teman satu hati: Eli, Farida, Septi, Dwi J, Catur, Rina, Diah, Litha,
viii
tanpa sepengetahuanku. Jazakumullah, khayrul jaza.
11. dan untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik moral maupun material, yang pada saat ini belum penulis sebutkan, tetapi insya Allah tidak akan hilang dari memori penulis.
Dalam penulisan ini masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan. Penulis sangat mengharapkan bahwa penelitian ini dilanjutkan oleh Peneliti lain di masa mendatang untuk menyempurnakan atau bahkan mengembangkan menjadi penulisan yang lebih berbobot dan lebih berguna.
Wassalamu’allaikum warohmatullohi wabarokatuh
Penulis,
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO... iv
PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
ABSTRAKSI... xv
ABSTRACT... xvi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Sistematika Pelaporan Hasil Penelitian... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori... 12
1. Pasar Modal Indonesia... 12
2. Reksadana... 17
3. Perkembangan Reksadana Syariah dan Konvensional ... 27
4. Perbedaan Reksadana Syariah dengan Konvensional... 34
x
BAB III. METODA PENELITIAN... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48
B. Desain Penelitian ... 48
C. Pemilihan Populasi, Sampel, dan Periode Penelitian ... 49
D. Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data ... 50
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 51
1. Tingkat Return Reksadana Syariah dan Konvensional... 51
2. Tingkat Risiko Reksadana Syariah dan Konvensional ... 52
3. Kinerja Reksadana Syariah dan Konvensional... 54
F. Tehnik Pengujian Hipotesis... 57
1. Pengujian Hipotesis Satu dan Hipotesis Dua... 57
2. Pengujian Hipotesis Tiga... 57
G. Pengujian Asumsi Model Regresi Linier Normal Klasik ... 56
1. Uji Normalitas Data ... 60
2. Uji Multikolinearitas ... 60
3. Uji Autokorelasi... 61
4. Uji Heteroskedastisitas... 62
BAB IV. ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN... 63
A. Pengujian Normalitas Data... 63
B. Pengujian Hipotesis Satu... 64
C. Pengujian Hipotesis Dua ... 67
D. Pengujian Hipotesis Tiga ... 70
1. Paired Sampe t-Test... 72
2. Sharpe index, Treynor Indexdan Jensen Index... 73
xi
C. Saran... 87
D. Implikasi... 89
DAFTAR PUSTAKA... 91
xii
Nomor Halaman
1. Perbedaan RD Terbuka dengan RD Tertutup... 20
2. Perbedaan RD Berbentuk Perseroan dengan RD Berbentuk KIK... 21
3. Deteksi Autokorelasi dengan Nilai Durbin -Watson ... 62
4. Kolmogorov-Smirnov Test Return dan Risiko RD Syariah... 63
5. Kolmogorov-Smirnov Test Return dan Risiko RD Konvensional ... 63
6. Kolmogorov-Smirnov Test Return dan Risiko JII, dan LQ45 ... 64
7. Kolmogorov-Smirnov Test Return dan Risiko IHSG... 64
8. Statistik Deskriptif Return dan Risiko RD Syariah dan JII... 65
9. Independent Sample t-Test Return dan Risiko RD Syariah dengan JII .... 66
10. Statistik Deskriptif Return dan Risiko RD Konvensional dan LQ45... 68
11. Independent Sample t-Test Return dan Risiko RD Konvensional dengan LQ45... 69
12. Statistik Deskriptif Return dan Risiko RD Syariah dan Konvensional... 71
13. Paired Sample t-Test Returndan Risiko RD Syariah dengan RD Konvensional... 73
14. Perbandingan Kinerja RD Syariah dengan RD Konvensional ... 75
15. Hasil Regresi Model Jensen RD Syariah dan JII ... 76
16. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Model Jensen RD Syariah dan JII... 78
17. Hasil Regresi Model Jensen RD Konvensional dan LQ45... 80
18. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Model Jensen RD Konvensional dan LQ45 ... 81
19. Hasil Regresi Model Jensen RD Syariah dan RD Konvensional... 82
xiii
Nomor Halaman
xiv
Nomor Halaman
1. Grafik IHSG Tahun 2005 – 2007 ... 95 2. Grafik Indeks LQ45 Tahun 2005 – 2007 ... 96 3. Grafik Indeks JII Tahun 2005 – 2007 ... 97 4. Grafik Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan Danareksa Syariah
Berimbang Tahun 2005-2007... 98 5. Grafik Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan Danareksa Anggrek
xv
PT Danareksa Investment Management Periode 2005-2007)
INAYATUL HIKMAH SUCININGTYAS NIM: F 0303005
ABSTRAKSI
Permasalahan dalam penelitian sebelumnya adalah evaluasi kinerja portofolio hanya dilakukan secara parsial saja, yaitu: (1) membandingkan kinerja reksadana dengan indeks pasarnya, atau (2) membandingkan kinerja reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Penelitian ini menggabungkan dua metode tersebut supaya dapat memberikan hasil yang komprehensif guna mendukung pembuatan keputusan bagi investor maupun investor potensial untuk berinvestasi atau tidak berinvestasi pada reksadana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan studi komparatif.
Alat bantu uji statistik yang digunakan adalah program Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 15.0 for Windows dan Microsoft Excel 2003, sedangkan data yang digunakan berupa data Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/Unit), data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks LQ45 harian serta data tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) bulanan periode 2005-2007. Penelitian ini memfokuskan pada perbandingan kinerja reksadana Danareksa Syariah Berimbang dan reksadana Danareksa Anggrek pada periode tahun 2005-2007. Kinerja reksadana diukur menggunakan Indeks Jensen, Indeks Sharpe dan Indeks Treynor. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah independent sample t-test, paired sample t-test,dan analisis regresi sederhana.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja reksadana syariah lebih baik daripada kinerja indeks syariah (indeks JII), kinerja reksadana konvensional lebih baik daripada kinerja indeks konvensional (indeks LQ45) serta kinerja reksadana konvensional lebih baik daripada kinerja reksadana syariah. Berdasarkan hasil pengujian statistik yang tidak bernilai signifikan dalam penelitian ini memberikan implikasi bahwa investor dan investor potensial memiliki pilihan untuk mengubah antara reksadana syariah dengan konvensional tersebut tergantung pada kondisi pasar dan preferensi pribadi investor.
xvi
PT Danareksa Investment Management Periods 2005-2007)
INAYATUL HIKMAH SUCININGTYAS NIM: F 0303005
ABSTRACT
The problems of the previous research is just partial evaluation for portfolio performance, for examples; (1) comparation between mutual funds with its market index, or (2) comparation between shariah mutual funds with conventional mutual funds. This research combine those two methods to investigate shariah portfolio performance with conventional portfolio performance furthermore can give comprehensive investigation portfolio performance for investors and potential investors for making decision to invest or not to invest in mutual funds. The objective of this research is to evaluate the balanced shariah mutual fund performance compared with the balanced conventional mutual fund performance during the 2005-2007 focus on performance comparation between Danareksa Syariah Berimbang with Danareksa Anggrek.
An aid that is used in statistic test are Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver. 15.0 for Windows and Microsoft Excel 2003, whereas the data were Net Assets Value per Unit (NAV/unit), Composite Index (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII) and Indeks LQ45 daily, bank rate of Sertifikat Bank Indonesia (SBI) and Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) monthly period 2005-2007. Mutual fund performance can be measured by using Jensen Index, Sharpe Index and Treynor Index. The statistic methods used to test hypothesis are independent sample t-test, paired sample t-test and simple regression analysis.
Finally, the results show that the shariah mutual funds have been able to outperform the shariah indexs (JII), the conventional mutual funds has been able to outperform the conventional indexs (LQ45) and the conventional mutual funds has been able to outperform the shariah mutual funds. According to unsignificant result of statistical test in this research, it gives implication to investors and potential investors that they have options to switch between shariah mutual funds and conventional mutual funds depending on the market conditions and their personal preferences.
1
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara
pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana
(investor). Investee menjual surat berharga yang dimilikinya, sedangkan investor
akan melakukan pembelian surat berharga tersebut dengan tujuan untuk
melakukan investasi yang akan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
Keberadaan pasar modal sampai dengan saat ini telah memberikan banyak
manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadapnya. Menurut Darmadji
dan Fakhruddin (2001) dalam Irmawati (2008), ada beberapa manfaat pasar
modal, diantaranya: (1) menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi
dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber daya secara optimal, (2)
memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi, (3) menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara, (4)
penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah, (5)
keterbukaan dan profesionalisme serta menciptakan iklim usaha yang sehat, (6)
menciptakan lapangan kerja dan profesi yang menarik, (7) memberikan
kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek, (8)
menyediakan alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
investasi, (9) membina iklim keterbukaan dengan dunia usaha, (10) mendorong
pemanfaatan manajemen profesional.
Selain manfaat tersebut di atas, pasar modal juga memberikan berbagai
macam alternatif pilihan investasi bagi investor sesuai dengan tujuan dan
kepentingan yang hendak dicapai. Salah satu alternatif investasi yang tersedia
bagi masyarakat investor adalah reksadana.
Reksadana berasal dari kata “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan
kata “dana” berarti uang, sehingga reksadana dapat diartikan sebagai kumpulan
uang yang dipelihara. Reksadana pada umumnya diartikan sebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek (saham, obligasi, valas atau
deposito) oleh manajer investasi. Reksadana juga dapat diartikan sebagai
instrumen keuangan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal secara
kolektif untuk selanjutnya dikelola dan siinvestasikan oleh seorang manajer
investasi.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa reksadana dirancang untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan
untuk melakukan investasi namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang
terbatas. Portofolio investasi dari reksadana berupa instrumen surat berharga
seperti saham dan obligasi, instrumen pasar uang maupun campuran instrumen
surat berharga dan pasar uang (Pratomo dan Nugroho, 2005). Manajer investasi
merupakan pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para
Reksadana dalam perkembangannya berhasil menarik minat banyak
investor karena beberapa keunggulan yang dimilikinya (Darmadji dan
Fakhruddin, 2001 dalam Irmawati, 2008), seperti terbukanya kesempatan bagi
pemodal kecil untuk melakukan diversifikasi investasi dalam efek sehingga
memperkecil risiko yang dihadapi, mempermudah pemodal kecil untuk
melakukan investasi di pasar modal, dan efisiensi waktu. Selain itu, keuntungan
yang diperoleh dari reksadana bisa melebihi keuntungan yang diperoleh dari
tingkat bunga deposito. Dari aspek perpajakan, kewajiban pajak menjadi tanggung
jawab perusahaan reksadana (Pratomo dan Nugroho, 2005).
Di Indonesia, reksadana muncul 103 tahun berselang dari pertama kali
terciptanya reksadana di dunia pada tahun 1873 yaitu pada saat pemerintah
mendirikan PT Danareksa pada tahun 1976. Pada waktu itu PT Danareksa
menerbitkan reksadana yang disebut dengan sertifikat Danareksa. Pada tahun
1995, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup
pula peraturan mengenai reksadana melalui UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar
modal. Adanya UU tersebut menjadi momentum berkembangnya reksadana
secara efektif di Indonesia yang diawali dengan diterbitkannya reksadana tertutup
oleh PT BDNI Reksadana. Reksadana yang kemudian tumbuh pesat adalah
reksadana terbuka. Jika pada tahun 1995 tumbuh 1 reksadana dengan dana yang
dikelola sebesar Rp 356 miliar, maka pada tahun 1996 tercatat ada 25 reksadana.
Dari jumlah ini, 24 reksadana di antaranya merupakan reksadana terbuka, atau
reksadana yang berupa KIK (Kontrak Investasi Kolektif) dengan total dana yang
Bangkitnya ekonomi Islam menjadi fenomena yang menarik dan
menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama
Islam, sehingga pengembangan produk pasar modal yang berbasis syariah perlu
ditingkatkan. Pada tahun 1990-an Indonesia baru mengenal kegiatan perbankan
syariah. Tujuh tahun kemudian, produk syariah di pasar modal mulai
diperkenalkan dengan ditandai munculnya produk reksadana syariah. Menurut
Subagia (2003) pesatnya perkembangan reksadana baik konvensional maupun
syariah, tidak terlepas dari kehadiran Undang-Undang tentang Pasar Modal
Indonesia (No. 8 tahun 1995) berisi 116 pasalnya yang diberlakukan pada awal
tahun 1996 dan juga telah diluncurkannya Pasar Modal Syariah tanggal 5 Mei
2000 oleh BAPEPAM yang bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN)
yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Pasar reksadana syariah adalah salah satu segmen yang cepat berkembang
di dalam sistem keuangan Islam. Meskipun begitu, ketika dibandingkan dengan
industri reksadana secara keseluruhan, reksadana syariah masih dalam tahap
infansi pertumbuhan dan perkembangan dalam kurun waktu kurang dari satu
dekade. Menurut laporan Mc Kinsey Management Consulting Firm dalam Hassan
dan Girard (2005), "Keuangan syariah adalah kekuatan baru dalam pasar
keuangan." Jumlah muslim yang sebesar seperlima dari populasi dunia memiliki
dana lebih dari $800 milyar untuk diinvestasikan dan jumlah ini bertambah 15 %
per tahun. Adanya sedikit bagian dari jumlah dana yang tersedia yang
kebanyakan bagian belum dieksploitasi (Hassan, 2002 dalam Hassan dan Girard,
2005).
Tujuan utama reksadana syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan
investor yang tidak menginginkan modalnya diinvestasikan dalam bisnis yang
dinilai bertentangan dengan prinsip syariah Islam, sehingga sebuah reksadana
syariah akan berusaha menawarkan kepada investornya tingkat pengembalian
yang tinggi tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip yang mereka yakini.
Reksadana syariah dapat mengambil sifat seperti reksadana konvensional
yaitu close-end fund maupun open-end fund. Dana yang diperoleh juga akan
dikelola oleh manajer investasi profesional. Keuntungan yang didapatkan dengan
berinvestasi pada reksadana syariah tidak jauh berbeda dengan reksadana
konvensional. Perbedaan reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah
dalam hal operasionalnya, yang paling jelas adalah proses penyaringan
(screening) dalam menyusun portofolionya dan proses pemurnian pendapatan non
halal. Proses penyaringan menurut prinsip syariah akan mengeluarkan saham yang
memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi,
pornografi dan senjata. Proses pemurnian dilakukan terhadap pendapatan dari
perusahaan yang halal akan tetapi terdapat keraguan atas pendapatan non halal.
Proses pemurnian dilakukan dengan mengeluarkan pendapatan non halal dari
perusahaan halal sebagai amal (charity). Proses penyaringan dan pemurnian ini
dianggap sebagai ciri khas dari reksadana syariah.
Investor learning model menyatakan bahwa investor reksadana cenderung
memiliki kinerja yang lebih baik. Menurut Pratomo dan Nugroho (2005), kinerja
reksadana menjadi pertimbangan utama investor dalam memilih reksadana dan
70% investor memilih reksadana berdasarkan kinerja yang telah dihasilkan.
Sebagaimana investor lainnya, investor muslim juga membandingkan
alternatif-alternatif yang ada untuk dapat memperoleh tingkat pengembalian yang relatif
tinggi dengan memperhatikan risiko yang harus dihadapi dalam mencapai tingkat
pengembalian tersebut.
Dengan demikian, hal ini akan membawa tuntutan kepada reksadana
syariah untuk meningkatkan kinerjanya. Tentu saja hal ini bukan hanya tuntutan
investor muslim semata, tetapi juga investor lain secara umum yang ingin melihat
reksadana syariah dapat memiliki kinerja yang lebih baik dari reksadana
konvensional.
Hasil penelitian kinerja reksadana, kinerja indeks syariah, dan
konvensional terdahulu dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang
berbeda-beda, yaitu kinerja reksadana dan indeks syariah maupun konvensional dapat
mengungguli kinerja pasarnya maupun tidak dapat mengungguli kinerja pasarnya.
Achsien (2003) telah melakukan penelitian mengenai kinerja syariah fund di
Malaysia, dengan hasil menunjukkan bahwa kinerja syariah fund lebih baik
daripada kinerja conventional fund. Hassan dan Girard (2005) menemukan bahwa
tidak ada perbedaan hasil antara Islamic dan Non-islamic Index. Dennis dkk.,
(2004) menemukan bahwa reksadana pendapatan tetap tidak bisa melebihi kinerja
pasarnya. Haruman dan Hasbi (2005) menemukan bahwa reksadana saham
Permasalahan dalam penelitian sebelumnya adalah evaluasi kinerja
portofolio hanya dilakukan secara parsial saja misalnya melakukan evaluasi
kinerja portofolio yang melalui sharia screening process dengan portofolio
konvensional; yaitu (1) membandingkan kinerja Islamic unit trust dengan indeks
pasar atau (2) membandingkan kinerja Islamic unit trust dengan unit trust
konvensional atau tradisional. Peneliti menggunakan kedua metode tersebut
dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio yang melalui sharia screening
process dengan portofolio konvensional di BEJ tahun 2005-2007, supaya dapat
memberikan hasil evaluasi kinerja portofolio yang komprehensif guna mendukung
pembuatan keputusan investor maupun investor potensial untuk berinvestasi atau
tidak berinvestasi pada suatu portofolio reksadana.
Perbedaan penelitian ini terdapat pada beberapa hal, yaitu:
1. Penelitian mengenai perbandingan kinerja reksadana syariah maupun
konvensional belum secara luas diuji. Haruman dan Hasbi (2005) hanya
meneliti kinerja reksadana saham syariah pada BEJ tahun 2002-2003 tanpa
membandingkan dengan kinerja reksadana saham konvensional.
Rachmayanti (2006) hanya melakukan analisis kinerja portofolio saham
syariah dengan portofolio saham konvensional pada BEJ tahun 2001-2002.
2. Penelitian ini dilakukan dengan memperpanjang tahun pengamatan yaitu tiga
tahun (tahun 2005-2007) untuk mempertinggi daya uji empiris (Gujarati,
2000). Pertimbangan peneliti memilih periode ini karena Rachmayanti (2006)
telah melakukan penelitian dalam periode 2001-2002, sedangkan Haruman dan
periode penelitian tahun 2005-2007 bersangkutan dengan ketersediaan data
penelitian, karena sejak tahun 2008 sampai dengan batas waktu yang belum
ditentukan, situs BAPEPAM berkaitan dengan reksadana mengalami kolaps,
sehingga tidak bisa menyediakan data yang up to date.
3. Penelitian ini dibatasi dengan melakukan perbandingan antara reksadana
syariah dan reksadana konvensional yang berada pada satu perusahaan
manajemen pengelola, yaitu PT Danareksa Investment Management. Hal ini
dikarenakan reksadana syariah dan reksadana konvensional yang berada pada
satu manajemen pengelola akan menganut strategi investasi yang sama.
4. Penelitian Imran (1999) tentang evaluasi kinerja indeks Islam dan indeks
konvensional di Malaysia dalam Achsien (2003: 133) menyebutkan bahwa
terdapat tiga metode dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio yang
melalui sharia screening process dengan portofolio konvensional; yaitu (1)
membandingkan kinerja Islamic unit trust dengan indeks pasar, (2)
membandingkan kinerja Islamic unit trust dengan unit trust konvensional atau
tradisional, (3) evaluasi Islamic index dengan indeks konvensional. Penelitian
Haruman dan Hasbi (2005) dan Hayat (2006) menggunakan metode satu,
Achsien (2003) menggunakan metode dua, serta Imran (1999) dalam Achsien
(2003) menggunakan metode tiga, dalam melakukan evaluasi kinerja
portofolio yang melalui sharia screening process dengan portofolio
konvensional. Peneliti menggunakan metode satu dan dua dalam melakukan
evaluasi kinerja reksadana syariah dan reksadana konvensional pada tahun
B. Perumusan Masalah
Pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut ini:
1. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksadana syariah dengan kinerja
indeks syariah (indeks JII)?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksadana konvensional dengan kinerja
indeks konvensional (indeks LQ45)?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksadana syariah dengan kinerja
reksadana konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian akan dijelaskan
sebagai berikut ini:
1. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan kinerja reksadana
syariah dengan kinerja indeks syariah (indeks JII).
2. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan kinerja reksadana
konvensional dengan kinerja indeks konvensional (indeks LQ45).
3. Memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan kinerja reksadana
syariah dengan kinerja reksadana konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini:
1. Bagi praktisi:
mengenai perbandingan kinerja dan prospek reksadana syariah dan
reksadana konvensional terkait dengan keputusan untuk berinvestasi atau
tidak berinvestasi pada reksadana syariah dan reksadana konvensional.
b. Manajer investasi, dalam hal ini adalah PT Danareksa Investment
Management, diharapkan dapat meningkatkan kinerja reksadana, melalui
pengembangan strategi yang baik dalam melakukan seleksi saham yang
efisien dan alokasi dana yang efektif supaya kinerja reksadana melebihi
kinerja pasarnya.
c. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK)
diharapkan semakin meningkatkan peranannya selaku otoritas pasar
modal dalam pengembangan kebijakan pasar modal konvensional
serta meningkatkan peranannya bersama dengan DSN dan DPS dalam
menangani pasar modal syariah dan pengembangan kebijakan pasar modal
syariah di Indonesia. Hal tersebut sangat penting untuk mengantisipasi
fenomena disintermediasi pasar keuangan, yaitu bergesernya peran bank
komersial ke pasar modal dalam mobilisasi dana ke sektor produktif.
2. Bagi akademisi:
a. Memberikan dukungan teori yang berkaitan dengan perbandingan
kinerja reksadana syariah dan reksadana konvensional.
b. Menjadikan sebagai bahan acuan dan bertimbangan untuk mengkaji
E. Sistematika Pelaporan Hasil Penelitian
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab berisi:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORITIS
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang menjadi acuan pemahaman teoritis dalam
penelitian ini yaitu mengenai reksadana syariah dan reksadana konvensional, dan
berisi tinjauan penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis, serta kerangka
teoritis untuk memudahkan memahami penelitian ini.
BAB III : METODA PENELITIAN
Bab ini mengulas metoda penelitian yang mencakup ruang lingkup penelitian,
desain penelitian, pemilihan populasi dan sampel, penentuan periode penelitian,
sumber data dan tehnik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran
variabel, tehnik pengujian hipotesis, serta tehnik pengujian asumsi model regresi
linier normal klasik.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil pengolahan data, pengujian asumsi normal klasik,
pengujian hipotesis, dan penjelasan pendukung dalam rangka menyusun
kesimpulan penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan, saran, serta implikasi dari hasil penelitian
12
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal Indonesia
Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian
dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar
modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat
posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial
nerve-centre (saraf finansial) dunia ekonomi modern. Perekonomian modern tidak akan
mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir dengan baik.
Pasar modal di Indonesia terbagi menjadi pasar modal konvensional dan
pasar modal syariah. Menurut Ngapon (2005) perbedaan mendasar antara pasar
modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan
mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan
nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus
memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal
syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari
perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan
terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan
menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
Menurut Beik (2003) pasar modal konvensional sebagai institusi modern,
tindakan spekulasi. Pada umumnya proses-proses transaksi bisnis yang terjadi
dikendalikan oleh para spekulan. Mereka selalu memperhatikan perubahan pasar,
membuat berbagai analisis dan perhitungan, serta mengambil tindakan spekulasi
di dalam pembelian maupun penjualan saham. Aktivitas inilah yang membuat
pasar tetap aktif, tetapi aktivitas ini tidak selamanya menguntungkan, terutama
ketika menimbulkan depresi yang luar biasa. Fakta menunjukkan bahwa aktivitas
para spekulan inilah yang menimbulkan krisis di Wall Street tahun 1929 yang
mengakibatkan depresi luar biasa bagi perekonomian dunia di tahun 1930-an,
begitu pula dengan devaluasi poundsterling tahun 1967, maupun krisis mata uang
franc di tahun 1969.
Bursa Efek Jakarta (BEJ) terus melakukan berbagai upaya pengenalan
produk-produk syariah di pasar modal. BEJ bekerja sama dengan BAPEPAM-LK
dan Dewan Syariah Nasional serta self regulatory organization (SRO) pasar
modal lainnya, untuk mengupayakan rangsangan bagi penciptaan produk-produk
investasi yang berbasis syariah. Upaya lain ditujukan untuk memperbesar basis
investor sebagai antisipasi tren investasi dewasa ini. Umat Islam di dunia dewasa
ini jumlahnya sekitar 1,3 miliar orang, angka tersebut merupakan potensi yang
luar biasa. Terlebih lagi, saat ini investor dari negara-negara Timur Tengah
umumnya kelebihan likuiditas yang diyakini merupakan investor potensial.
Pasar modal syariah di Indonesia diperkenalkan pada tanggal 5 Mei 2000
ditandai dengan lahirnya indeks syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII) yang
merupakan hasil kerja sama BEJ dengan PT Danareksa Investment Management,
syariah dimaksudkan untuk mengukur kinerja saham-saham syariah.
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan
meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam JII. Peningkatan indeks pada JII
walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
tetapi kenaikan secara persentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini
dikarenakan adanya konsep halal, berkah, dan bertambah pada pasar modal
syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal syariah
menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber
dari nilai epistemologi Islam.
Pengkategorian saham syariah dilakukan oleh Pengawas Syariah PT
Danareksa Investment Management (Rachmayanti, 2006). Menurut Rachmayanti
(2006) terdapat perbedaan dalam penentuan syarat-syarat saham sesuai syariah di
berbagai negara, seperti Malaysia dan Amerika, akan tetapi beberapa penelitian
mengindikasikan bahwa proses penseleksian secara syariah (shariah screening
process) tidak menjadikan tingkat keuntungan sebuah portofolio saham syariah
rendah.
JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tanggal 1
Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Di BEJ, JII saat ini jumlahnya
mencapai 30 emiten. Keberadaan 30 emiten ini di JII dievaluasi setiap enam bulan
sekali. Kendati begitu, bukan berarti di luar 30 saham JII tersebut bukanlah
saham yang tidak syariah, karena JII ini hanya menampung 30 saham terbaik
yang sudah sesuai syariah. Di luar 30 saham tersebut mungkin saja masih ada
Dalam lima tahun terakhir JII memberikan keuntungan (return) melebihi
saham-saham yang lain. Di samping itu kinerja perusahaan yang tergabung dalam JII
selalu memiliki kinerja baik sehingga sering dijadikan patokan perhitungan
indeks reksadana syariah oleh Danareksa Indeks Syariah (Ngapon, 2005).
Menurut Ngapon (2005) perkembangan pasar modal syariah di Indonesia
secara umum ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin
maraknya para pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efek-efek syariah
selain saham-saham dalam JII. Dalam perjalanannya perkembangan pasar modal
syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan, sebagai gambaran bahwa
setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan kemajuan pasar modal syariah
yang patut dicatat hingga tahun 2004, diantaranya adalah telah diterbitkan enam
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang
berkaitan dengan industri pasar modal:
a. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham;
b. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksadana Syariah;
c. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;
d. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah;
e. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal;
f. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah
Fatwa-fatwa tersebut di atas mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang
prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara
tertulis dari DSN-MUI. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk
memperoleh sertifikat/predikat syariah dari DSN-MUI yaitu bahwa calon emiten
terlebih dahulu harus mempresentasikan terutama struktur bagi hasilnya dengan
nasabah atau investor, struktur transaksinya, bentuk perjanjiannya seperti
perjanjian perwali amanatan, dan lain-lainnya.
Secara umum, penerapan prinsip syariah dalam industri pasar modal
khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham
yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan, karena instrumen saham secara
natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat sifat saham dimaksud
bersifat penyertaan. Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat
dikategorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang
menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam
syariah islam, seperti:
a. alkohol;
b. perjudian;
c. produksi yang bahan bakunya berasal dari babi;
d. pornografi;
e. jasa keuangan yang bersifat konvensional;
Terdapat dua aspek perusahaan dikatakan menganut prinsip syariah, yaitu:
a. Perusahaan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam yaitu perusahaan
dengan bidang usaha dan manajemen yang tidak bertentangan dengan syariat,
serta memiliki produk yang halal. Perusahaan yang memproduksi minuman
keras atau perusahaan keuangan konvensional tentu saja tidak memenuhi
kategori ini.
b. Semua saham yang diterbitkan memiliki hak yang sama. Saham adalah bukti
kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran setiap pemilik saham
ditentukan dari jumlah lembar saham yang dimilikinya. Namun, pada
kenyataannya ada perusahaan yang menerbitkan dua macam saham, yaitu
saham biasa dan saham preferen yang tidak punya hak suara namun punya hak
untuk mendapatkan deviden yang sudah pasti. Hal ini bertentangan dengan
aturan syariat tentang bagi hasil. Saham yang sesuai syariat adalah saham
yang setiap pemiliknya memiliki hak yang proporsional dengan jumlah lembar
saham yang dimilikinya.
2. Reksadana
Unit trust, mutual fund atau investment fund merupakan istilah-istilah yang
mempunyai pengertian yang sama dengan reksadana, yaitu suatu bentuk investasi
kolektif bagi para pemodal yang memiliki keterbatasan waktu dan dana sehingga
mereka mempercayakan kepada manajer investasi untuk mengelolanya.
Menurut Undang Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 27,
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio
efek oleh manajer investasi yang telah mendapat izin dari BAPEPAM.
Definisi lain dikemukakan oleh Admin dalam Irmawati (2008), yaitu
reksadana merupakan suatu instrumen keuangan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal secara kolektif. Dana yang terkumpul ini, selanjutnya
dikelola dan diinvestasikan oleh seorang manajer investasi (fund manager)
melalui saham, obligasi, valuta asing atau deposito. Sementara itu, Muchtasib
dalam Irmawati (2008) mendefinisikan rekasadana sebagai wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana
merupakan investasi campuran yang menggabungkan saham dan obligasi dalam
satu produk.
Secara umum, reksadana memiliki tiga unsur penting yang saling terkait
satu sama lain.
a. Reksadana merupakan kumpulan dana masyarakat, dengan melakukan
pengumpulan dana dari para pemodalnya memungkinkan pemodal-pemodal
yang memiliki dana yang minim dapat ikut andil berinvestasi dalam bentuk
efek.
b. Reksadana merupakan investasi dana dalam bentuk portofolio efek, yaitu surat
berharga, seperti surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan, kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas Efek, dan setiap turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat
c. Portofolio efek yang dikelola oleh manajer investasi dalam reksadana dapat
berupa kumpulan dari beberapa jenis efek (tidak hanya sejenis).
Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, tidak termasuk perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan pola transaksai atau sifat (Jogiyanto, 2003), reksadana
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Reksadana Terbuka (open-end)
Merupakan perusahaan reksadana dimana pemodal membeli saham dan menjual kembali kepada perusahaan tersebut, tanpa mengenal jumlah batas saham yang diterbitkan. Transaksi pembelian dan penjualannya dilaksanakan dengan harga yang dilandaskan pada nilai saat transaksi (current value) yang dalam hal ini disebut sebagai Nilai Aktiva Bersih (net asset value). Perhitungan Nilai Aktiva Bersih dilakukan paling sedikit satu kali sehari dan menunjukkan nilai satu lembar saham di dalam portofolio reksadana.
b. Reksadana Tertutup(close-end)
Merupakan perusahaan reksadana yang beroperasi dengan jumlah saham yang tetap dan tidak mengatur secara teratur penerbitan saham baru. Harga saham reksadana tertutup tidak hanya ditentukan oleh Nilai Aktiva Bersihnya saja, tetapi juga ditentukan oleh penawaran dan permintaan di bursa. Perusahaan reksadana tertutup tidak bisa membeli kembali sahamnya. Jual dan beli dilaksanakan di bursa atau di luar bursa.
Perbedaan antara reksadana terbuka dengan reksadana tertutup dapat
Tabel 1
Perbedaan Reksadana Terbuka dengan Reksadana Tertutup
Reksadana Terbuka Reksadana Tertutup
Menjual sahamnya secara terus-menerus sepanjang ada pemodal yang membeli dan sampai batas yang diizinkan
Menjual sahamnya pada penawaran umum perdana sampai batas pasar
Investor dapat menjual kembali saham yang dimiliki kepada reksadana
Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana, tetapi dapat menjual kepada investor lain di lantai Bursa
Harga jual atau beli saham antara reksadana dan investor didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian
Harga jual atau beli ditentukan oleh penawaran dan permintaan antar investor di lantai Bursa
Sumber : Kiki dan Pratomo (2003)
Berdasarkan bentuk hukum (Haruman dan Hasbi, 2005), reksadana
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Reksadana berbentuk Perseroan
Reksadana berbentuk perseroan merupakan badan hukum tersendiri yang berarti beroperasi sebagai Perseroan Terbatas (PT) dengan kegiatan semata-mata hanya reksadana. Karena bentuknya perseroan, maka reksadana ini mempunyai anggaran dasar, direksi, kekayaan sendiri, pemegang saham dan kewajiban-kewajiban. Reksadana jenis ini dapat bersifat terbuka maupun tertutup.
b. Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksadana Kontrak Investasi Kolektif beroperasi berdasarkan kontrak yang dibuat oleh manajer investasi dengan bank kustodian. Investor secara kolektif mempercayakan dananya untuk dikelola oleh manajer investasi. Dana itu disimpan dan diadministrasikan oleh bank kustodian. Kekayaan yang dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio adalah milik investor bersama-sama dan proporsional. Reksadana KIK adalah produk dari manajer investasi. Reksadana jenis ini hanya bersifat terbuka.
Perbedaan antara reksadana berbentuk perseroan dengan reksadana
Tabel 2
Perbedaan Reksadana Berbentuk Perseroan dengan Reksadana Berbentuk KIK
Tertutup Saham Ya Ya Antar investor
melalui pialang Sumber : Haruman dan Hasbi (2005)
Berdasarkan tujuan investasi (Pratomo dan Nugroho, 2005), reksadana
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Reksadana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana. Kelompok ini disebut dengan istilah growth fund dan memfokuskan investasinya di sarana yang menawarkan potensi pertumbuhan yang paling besar, yaitu saham.
b. Reksadana yang mengutamakan pendapatan yang konstan atau disebut dengan istilah income fund. Untuk mencapai tujuan tersebut, reksadana kelompok ini berinvestasi di sarana yang menawarkan hasil pasti, yaitu obligasi dan surat hutang.
Berdasarkan kebijakan investasi (Pratomo dan Nugroho, 2005), reksadana
diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:
a. Reksadana pasar uang (money market funds)
Reksadana ini melakukan investasi 100% pada instrumen pasar uang. Investasinya pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaaan modal. Risiko lebih rendah dibanding reksadana jenis lain.
b. Reksadana pendapatan tetap (fixed income funds)
Reksadana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari asetnya dalam bentuk efek bersifat utang. Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risiko relatif lebih besar dari reksadana pasar uang.
c. Reksadana saham (equity funds)
Reksadana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari asetnya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Tujuannya untuk memperoleh pertumbuhan harga saham per unit dalam jangka panjang. Risiko lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
d. Reksadana campuran (discretionary funds)
Reksadana ini melakukan investasi dalam efek bersifat saham dan utang yang perbandingannya tidak termasuk reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham. Tujuannya untuk pertumbuhan harga dan pendapatan. Risiko moderat dengan tungkat pengembalian relatif tinggi daripada reksadana pendapatan tetap.
e. Reksadana indeks (indeks funds)
Reksadana ini dikelola secara pasif dengan tujuan utama menghasilkan kinerja yang mengikuti indeks tertentu (misalnya IHSG, JII dll) dengan biaya minimal.
f. Reksadana terproteksi (protected funds)
Reksadana ini memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku.
Banyak pihak yang terkait dengan reksadana (Asih dan Pratomo, 2003),
mulai dari proses pembentukan sampai proses pengelolaan, yaitu:
a. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Sebuah perusahaan pengelola yang ingin menjalankan reksadana harus
b. Perusahaan Manajer Investasi (PMI)
Izin usaha yang telah diperoleh dari BAPEPAM diberikan kepada dua jenis
perusahaan. (1) Perusahaan sekuritas. Dalam perusahaan sekuritas, usaha
pengelolaan dana (fund management) menjadi divisi sendiri, selain dua divisi
lain, yaitu perantara pedagang (broker dealer) dan penjamin emisi
(underwriter).(2) Perusahan Manajer Investasi (PMI). PMI adalah pihak yang
kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau
mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan undang-undang yang berlaku.
c. Sponsor reksadana
Peran sponsor terlihat sebelum sebuah reksadana diluncurkan dalam
penawaran umum kepada publik. Sebelum menawarkan suatu penyertaan
kepada publik, PMI pertama kali menawarkan penyertaannya kepada sponsor.
Dana dari sponsor diperlukan untuk menjamin bahwa reksadana dapat
beroperasi, seandainya dalam atau setelah penawaran umum tidak ada investor
baru yang masuk. Sponsor reksadana ini biasanya adalah bank, lembaga dana
pensiun dan perusahaan asuransi.
d. Bank Kustodian
Bank Kustodian merupakan lembaga yang memberikan jasa penitipan efek
dan harta lain yang berkaitan dengan efek, memiliki fungsi sebagai
administrator. Dalam hal ini Bank Kustodian berkewajiban untuk
reksadana. Bank Kustodian juga bertindak sebagai akuntan independen yang
mencatat semua transaksi yang dibuat oleh PMI dan menghitung Nilai Aktiva
Bersih (NAB) reksadana.
e. Pemasar reksadana (agen penjual)
Untuk memasarkan reksadana, seseorang harus memperoleh izin perorangan
dari BAPEPAM untuk bertindak sebagai Wakil Agen Penjual Reksadana
(Waperd). Selain Waperd, pihak lain yang diizinkan untuk memasarkan
reksadana adalah pengawas perusahaan efek yang telah memiliki izin sebagai
wakil perantara pedagang efek, wakil penjamin emisi dan wakil manajer
investasi.
f. Notaris
Dalam industri reksadana peran notaris terlihat dalam pendirian reksadana.
notaris berperan dalam membuat akta kontrak, misalnya Kontrak Investasi
Kolektif antara Bank Kustodian dengan PMI.
g. Konsultan hukum
Konsultan hukum disini berperan dalam menyediakan opini-opini yang
berkaitan dengan aspek hukum.
h. Akuntan publik
Akuntan publik adalah pihak yang bertanggung jawab atas kewajaran
Beberapa keunggulan berinvestasi di reksadana (Firdaus, dkk 2005 dalam
Irmawati, 2008) adalah:
a. Jumlah dana tidak terlalu besar
Masyarakat dapat melakukan investasi melalui reksadana meski dana yang dimiliki relatif kecil karena nilai investasi awal reksadana relatif rendah dibandingkan dengan jenis investasi lain. Sehingga cocok untuk pemodal pemula yang tidak menguasai tehnik-tehnik portofolio dan cocok untuk investor dengan kemampuan finansial yang tidak begitu besar.
b. Dikelola secara profesional oleh PMI
PMI harus selalu dapat melakukan riset, analisis dan evaluasi secara terus-menerus dalam menganalisis efek. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh investor secara individual mengingat keterbatasan waktu dan biaya.
c. Diversifikasi investasi
Diversifikasi investasi akan mengurangi risiko karena dana reksadana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya juga tersebar.
d. Kemudahan berinvestasi
Kemudahan investasi tercermin dalam kemudahan pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan. Selain itu, investor dapat melakukan reinvestasi pendapatan yang diperolehnya sehingga unit penyertaan dapat terus bertambah.
e. Transparansi informasi
Informasi apapun yang berkaitan dengan perkembangan portofolio dan biaya harus disampaikan terus-menerus oleh pengelola sehingga investor dalam hal ini pemegang unit penyertaan dapat mengetahui dan memantau keuntungan, biaya dan risikonya. Oleh karena itu, pengelola reksadana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersihnya setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan atau tahunan serta prospektif secara teratur sehingga investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin.
f. Likuiditasnya yang tinggi
Pemodal dapat mencairkan kembali saham/ unit penyertaannya setiap saat sesuai kertetapan yang dibuat, sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.
g. Biaya relatif rendah
Biaya berinvestasi pada reksadana sangat murah bila dibandingkan dengan apabila investor melakukan transaksi secara individual di lantai bursa karena biaya transaksi ditanggung oleh investor dalam jumlah banyak.
h. Return yang kompetitif
Beberapa kelemahan berinvestasi di reksadana (Ritonganingrum, 2008)
adalah:
a. Tidak ada hubungan perseorangan (depersonalises) antara klien dan penasehat investasi (advicer).
b. Dapat membebani biaya-biaya langsung, seperti biaya penjualan dan
management fee serta biaya tidak langsung, seperti biaya transaksi portofolio (portofolio transaction cost).
c. Investor reksadana tidak mempunyai kontrol secara langsung atas realisasi capital gain.
Lima risiko reksadana (Asih dan Pratomo, 2003), yaitu:
a. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Risiko ini disebabkan karena menurunnya harga dari efek (saham, obligasi dan surat berharga lainnya)
b. Risiko likuiditas
Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi dalam menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut.
c. Risiko politik dan ekonomi
Perubahan kebijaksanaan di bidang politik dan ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan harga efek dalam portofolio. d. Risiko wanprestasi
Risiko ini dapat timbul saat perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan.
e. Risiko pembubaran
Pembubaran manajer investasi yang penyebabnya bisa datang dari berbagai hal dapat merugikan pemodal.
Hal-hal yang perlu dipantau dalam menilai kinerja reksadana (Haruman
dan Hasbi, 2005) yaitu:
a. Total hasil investasi (total of return)
Total hasil investasi adalah perbandingan antara kenaikan NAB per unit
saham per unit penyertaan dalam satu periode dengan NAB persaham per unit
b. Perkembangan NAB
Perkembangan NAB dan tata cara perhitungan besarnya NAB harus dipantau
terus-menerus yang dimuat di media masa sehingga memudahkan masyarakat
dalam membandingkan kinerja suatu reksadana dengan reksadana sejenis
lainnya.
c. Laporan periodik
Pengelola reksadana wajib memberikan laporan periodik (tahunan maupun
tengah tahunan) kepada pemegang saham per unit penyertaan (investor) yang
menggambarkan kinerja reksadana yang bersangkutan.
3. Perkembangan Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional
Alternatif investasi dalam bentuk pengelolaan portofolio bersama dalam
pasar modal telah dirintis sejak tahun 1977 melalui peluncuran Sertifikat PT
Danareksa. Pada saat itu kondisi belum kondusif sehingga Sertifikat PT
Danareksa belum dapat dianggap sebagai reksadana karena portofolio pendukung
sertifikat masih milik PT Danareksa, sedangkan pemodal memiliki klaim atas
portofolio melalui surat berharga yang diterbitkan oleh PT Danareksa, yang
disebut Sertifikat PT Danareksa. Tanggal 7 September 1995, BDNI memelopori
diterbitkannya reksadana dengan mendirikan reksadana tertutup dalam bentuk PT
BDNI Reksadana dengan nilai investasi awal Rp 300 milyar.
Reksadana dalam bentuk yang sesungguhnya baru dilahirkan pada awal
Juli 1996, yang dipelopori oleh BDNI Securities, Danareksa Fund Management,
1996 - 8 Agustus 1996 telah menerbitkan 6 reksadana terbuka (KIK) mulai dari
reksadana pasar uang, pendapatan tetap, saham, dan campuran, dengan total dana
awal Rp 314 milyar. Sejalan dengan dicanangkannya tahun 1996 sebagai tahun
reksadana oleh BAPEPAM, maka bakal pesatnya reksadana sudah mulai terasa,
hanya dalam waktu satu semester pada akhir tahun 1996 telah lahir 25 reksadana
dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per Desember 1996 sebesar Rp 2,782 triliun.
Namun sampai dengan tahun 2001, reksadana masih belum menjadi instrumen
keuangan yang utama. Mulai tahun 2002 reksadana mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat, Menurut laporan BAPEPAM akhir tahun 2002, industri reksadana di
tanah air telah meningkat 21,3 %. Dari hanya 108 reksadana pada akhir Desember
2001, pada akhir Desember 2002 telah menjadi 131 reksadana. Nilai Aktiva
Bersih (NAB) juga tumbuh pesat, dari hanya Rp 8 trilyun pada akhir tahun 2001
menjadi Rp. 46,613 trilyun pada akhir tahun 2002. Adapun data per Desember
2003 NAB reksadana telah mencapai Rp 69,455 trilyun. Walau sempat
mengalami penurunan NAB pada akhir tahun 2005 menjadi sebesar Rp 29,17
trilyun akibat dari penurunan harga surat utang yang disebabkan kenaikan SBI
kemudian disusul redemption besar-besaran, industri reksadana secara perlahan
kembali membaik. Hal ini terbukti dari data reksadana sampai dengan Desember
2007, telah tercatat sejumlah 473 reksadana yang dinyatakan aktif oleh
BAPEPAM dengan NAB sebesar Rp 91,50 trilyun, atau naik 17,54 % dari total
399 reksadana di tahun 2006 dan naik 75,25 % dari total NAB di tahun 2006 yaitu
Di luar negeri, reksadana syariah pertama kali dalam bentuk THE AMANA
FUND yang diterbitkan oleh North American Islamic Trust tahun 1986. Pada
tahun 1999 dibentuklah Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI) sebagai
benchmark pasar saham halal internasional. Di Indonesia pada tahun 1997,
perusahaan sekuritas milik negara PT Danareksa juga menjadi pionir dalam
menerbitkan reksadana syariah dengan nama Danareksa Syariah. Reksadana ini
menjadi instrumen pasar modal pertama yang beroperasi dengan mengadopsi
syariat Islam dan sebagai langkah awal lahirnya pasar modal syariah, namun
perkembangan reksadana syariah ini belum sesuai yang diharapkan. Menurut
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), setelah beroperasi selama lima
tahun, total kekayaan reksadana syariah ini hanya sebesar 0,1% dari total
kekayaan seluruh reksadana yaitu sekitar Rp 40 miliar dari Rp 40 triliun total
dana, sehingga masih sangat kecil. Tiga tahun setelah hadirnya reksadana syariah,
PT Danareksa Investment Management bersama dengan Bursa Efek Jakarta
meluncurkankan instrumen syariah baru, yakni berupa indeks saham syariah
bernama Jakarta Islamic Index (Jll) sebagai benchmark pasar saham halal di
Indonesia.
Upaya mengembangkan investasi yang berbasis syariah di pasar modal
terus berjalan dengan perkembangan pasar modal itu sendiri. Reksadana syariah
yang mulai berkembang pada pertengahan tahun 1997, dari tahun ke tahun terus
tumbuh dan berkembang. Produk reksadana syariah terus mengalami lonjakan,
reksadana syariah, tetapi pada akhir tahun 2007 jumlahnya sudah mencapai 31
reksadana syariah.
Menurut Karim (2006), kinerja reksadana syariah Indonesia telah
melampaui Malaysia. Hal ini terbukti dari masuknya dua reksadana syariah
Indonesia (Danareksa Syariah dan PNM Syariah) dalam 15 besar reksadana
syariah dunia berdasarkan returnnya. Danareksa Syariah memberi return 10,9%
dalam tahun 2005, sedangkan PNM Syariah memberi return 13,3%. Sampai
dengan Maret 2006, returnDanareksa Syariah mencapai 24,9% dan PNM Syariah
mencapai 17,4%.
Reksadana syariah merupakan sebuah penyertaan investasi yang oleh
manajer investasi dananya ditempatkan kepada produk-produk pasar modal yang
menganut prinsip syariah. Dalam reksadana konvensional, pertimbangan tingkat
keuntungan merupakan faktor utama bagi manajer investasi dalam memilih
portofolio, tetapi bagi manajer investasi yang memiliki mengelola reksadana
syariah, selain tingkat keuntungan prinsip syariah perlu menjadi analisa utama,
misalnya mempertimbangkan kehalalan sebuah produk keuangan. Perbedaan
reksadana syariah dengan reksadana konvensional terletak pada (1) proses
“screening” atau filterisasi atas instrumen investasi berdasarkan pedoman syariah
dan (2) proses “cleansing” untuk membersihkan pendapatan yang dianggap
diperoleh dari kegiatan haram menurut pedoman syariah serta adanya ketentuan
zakat.
Menurut Ngapon (2005) secara umum pertumbuhan dan perkembangan
statistik bahwa sampai dengan tahun 2003 hanya ada tiga reksadana syariah
dimana satu diantaranya efektif pada tahun yang sama, sedangkan pada tahun
2004 terdapat sebanyak tujuh reksadana syariah baru dinyatakan efektif, sehingga
sampai dengan akhir tahun 2004 secara kumulatif terdapat 10 reksadana syariah
telah ditawarkan kepada masyarakat atau meningkat sebesar 233,33% jika
dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya terdapat 3 reksadana syariah
dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 168.110,17 milyar. Harus
diakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2004, total NAB reksadana syariah baru
mencapai Rp 525.970,10 milyar (0,51%) dari total NAB industri reksadana di
pasar modal Indonesia yaitu sebesar Rp 104,037 trilyun, namun jika dibandingkan
dengan NAB reksadana syariah sampai dengan tahun 2003, maka terlihat
meningkat sebesar 312,872% yaitu dari Rp 168.110,17 milyar pada akhir tahun
2003 menjadi Rp 525.970,10 milyar pada akhir tahun 2004.
Dewan Syariah Nasional (DSN), suatu dewan yang dibentuk atas prakarsa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertujuan untuk memastikan kesesuaian
antara produk, jasa, dan kegiatan usaha dengan prinsip syariah, telah
mengeluarkan fatwa No. 20/DSN/-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksadana Syariah. Fatwa tersebut memuat antara lain:
a. Dalam reksadana konvensional, masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan
dengan syariah, baik dari segi perjanjian (aqad), pelaksanaan investasi,
maupun dari segi pembagian keuntungan.
b. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan
pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada
deposito dalam bank umum syariah dan surat utang yang sesuai dengan
syariah.
c. Jenis usaha Emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh
melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan
ribawi, usaha memproduksi, mendistrubusi serta memperdagangkan makanan
dan minuman haram serta barang-barang atau jasa-jasa yang merusak moral
dan membawa keburukan (mudharat). Pemilihan dan pelaksanaan investasi
harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsur
yang tidak jelas (gharar). Hal-hal yang dilarang yaitu tidak boleh melakukan
penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading
-menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi orang dalam
untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada
perusahaan yang tingkat hutangnya lebih dominan dari modalnya.
d. Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksadana syariah jika
struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari
hutang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur
riba, Emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang
45% dan modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar
prinsip usaha yang Islami.
e. Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari: perwalian (wakalah)
antara manajer investasi dan pemodal; serta bagi hasil (mudharabah) antara
adalah sebagai berikut: (1) pembagian keuntungan antara pemodal (yang
diwakili oleh manajer investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada
proporsi yang ditentukan dalam aqad yang telah dibuat bersama dan tidak ada
jaminan atas hasil investasi tertentu kepada investor, (2) pemodal menanggung
risiko sebesar dana yang telah diberikan, (3) manajer investasi sebagai wakil
pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya
sepanjang bukan karena kelalaiannya.
f. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam reksadana syariah adalah:
a) dari saham dapat berupa: (1) dividen yang merupakan bagi hasil atas
keuntungan yang dibagikan dari laba, baik yang dibayarkan dalam bentuk
tunai maupun dalam bentuk saham, (2) rights yang merupakan hak untuk
memesan efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten, (3) capital gain
yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar
modal.
b) dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima secara
periodik dari laba emiten.
c) dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang
diterima oleh Issuer.
d) dari deposito dapat berupa: bagi hasil yang diterima dari bank-bank
syariah.
Intinya, manajer investasi reksadana syariah harus memahami investasi
itu diperlukan adanya panduan mengenai norma-norma yang harus dipenuhi
manajer investasi agar investasi dan hasilnya tidak melanggar ketentuan syariah,
termasuk ketentuan yang berkaitan dengan praktik bunga (riba), transaksi yang
bersifat judi (maysir), dan spekulasi (gharar) terlebih lagi bahwa dalam praktik
pasar modal syariah manajer investasi harus bertindak sesuai dengan perjanjian
atau aqad wakalah.
4. Perbedaan Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvensional
Secara umum, dapat dideskripsikan perbedaan antar reksadana
konvensional dengan reksadana syariah sebagai berikut:
a. Kelembagaan
Secara kelembagaan, reksadana syariah dengan reksadana konvensional sama.
Hanya saja, dalam reksadana syariah terdapat lembaga yang bernama Dewan
Pengawas Syariah yang beranggotakan beberapa alim ulama dan ahli ekonomi
syariah yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia. Tugas lembaga tersebut adalah melakukan
screening (seleksi dan kualifikasi) terhadap produk-produk yang menjadi
objek investasi reksadana, apakah sesuai dengan syariat atau tidak. Dengan
demikian, tidak semua produk dapat menjadi objek investasi reksadana,
berbeda dengan reksadana konvensional yang berdasar pada keuntungan tanpa