• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Alih Media Naskah Kuno Dalam Bentuk Di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Alih Media Naskah Kuno Dalam Bentuk Di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Pedoman Wawancara Informan I Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka

1. Menurut bapak, apakah pedoman yang digunakan dalam proses alih media naskah kuno?

2. Menurut bapak, darimana sajakah pengadaan naskah kuno pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat?

3. Menurut bapak, apakah tujuan dari alih media naskah kuno?

4. Menurut bapak, berapakah jumlah pustakawan yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

5. Menurut bapak, apakah ada pihak lain yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

6. Menurut bapak, apakah ada pelatihan khusus mengenai kegiatan alih media naskah kuno?

7. Menurut bapak, siapakah yang mengawasi kegiatan alih media naskah kuno?

8. Menurut bapak, berapakah jumlah naskah kuno yang telah didigitalisasi pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat?

9. Menurut bapak, apakah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat menyimpan naskah asli yang telah didigitalisasi?

10.Menurut bapak, apakah kendala yang dihadapi Badan Perpustakaan dan Kearsipan dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

11.Menurut bapak, apakah perangkat keras yang digunakan perpustakaan saat ini untuk mengoperasikan naskah kuno digital?

12.Menurut bapak, apakah kegiatan alih media naskah kuno efektif jika ditinjau dari segi proses digitalisasi dan penggunaannya?

13.Menurut bapak, berapakah dana ideal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

(2)

Lampiran 2

Pedoman Wawancara Informan II Staf Pelestarian Bahan Pustaka

1. Menurut ibu, bagaimanakah prosedur digitalisasi sebelum dilakukan kegiatan alih media naskah kuno?

2. Menurut ibu, bagaimanakah proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat? 3. Menurut ibu, apakah prioritas utama dari alih media naskah kuno tersebut? 4. Menurut ibu, apakah keadaan naskah kuno yang asli masih dalam bentuk

utuh atau lengkap?

5. Menurut ibu, apakah naskah kuno yang mengalami kerusakan diperbaiki sebelum melakukan scan atau pemotretan?

6. Menurut ibu, berapakah jumlah pustakawan yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

7. Menurut ibu, apakah perangkat keras yang digunakan untuk mengoperasikan naskah kuno digital?

8. Menurut ibu, apakah pernah dilakukan pergantian perangkat keras sebagai tempat penyimpanan naskah kuno digital?

9. Menurut ibu, apakah ada cadangan (back up) dari bentuk naskah kuno digital?

10.Menurut ibu, kegiatan alih media naskah kuno efektif jika ditinjau dari segi proses digitalisasi dan penggunaannya?

11.Menurut ibu, bagaimanakah penyusunan naskah kuno pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat? Apakah sama penyusunannya dengan naskah kuno yang telah didigitalisasi?

(3)

Lampiran 3

Pedoman Wawancara Informan III Staf Tim Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB UNAND)

1. Menurut bapak, bagaimanakah prosedur digitalisasi sebelum dilakukan kegiatan alih media naskah kuno?

2. Menurut bapak, bagaimanakah proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat?

3. Menurut bapak, apa sajakah software dan hardware yang digunakan dalam melakukan proses alih media naskah kuno?

4. Menurut bapak, berapakah jumlah pustakawan yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

5. Menurut bapak, apakah kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

(4)

Lampiran 4

Pedoman Observasi untuk Proses Transformasi Naskah Kuno Dalam Bentuk Digital Di BPAD Provinsi Sumatera Barat

Tanggal Observasi : 1 Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam alih

media naskah kuno tercetak dalam bentuk digital. a. Pengumpulan bahan;

b. Pembongkaran jilid koleksi untuk dipindai atau difoto;

c. Pembacaan halaman dokumen menggunakan scanner kemudian disimpan dalam format PDF; d. Pengeditan atau editing;

e. Pembuatan serta pengelolaan metadata; f. Pembuatan abstrak (jika diperlukan); g. Upload ke server;

h. Penjilidan kembali dokumen yang telah dibongkar.

2 Perangkat keras yang digunakan untuk mengoperasikan naskah kuno digital a. Driver CD-ROM;

(5)

Lampiran 5

Transkip Wawancara dengan Informan I Nama Informan : Ismon Azif, S.Sos.

Jabatan : Kabid Deposit Pengamatan dan Pelestarian

Tempat : Ruang Kabid Deposit Pengamatan dan Pelestarian Tanggal Wawancara : Selasa, 24 November 2015

Pukul : 11.00 WIB perpustakaan ini merujuk kepada pedoman pembuatan e-book dan standar alih media yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional Republik Indonesia. Didalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional menjelaskan semua seluk beluk mengenai tahap awal sampai akhir proses alih media digital.

2. Pertanyaan:

Menurut bapak, darimana sajakah pengadaan naskah kuno pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat?

Jawaban:

(6)

perpustakaan. Kompensasi itu dapat berupa uang, penghargaan dan lain-lain sesuai kesepakatan dari pihak perpustakaan dan ahli waris tersebut.

3. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah tujuan dari alih media naskah kuno? Jawaban:

Tujuan alih media naskah kuno ini adalah untuk memelihara, menjaga, merawat dan melestarikan fisik dari naskah tersebut serta isi kandungan informasi yang terkandung didalamnya.

4. Pertanyaan:

Menurut bapak, berapakah jumlah pustakawan yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

Tugas dan fungsi untuk melakukan kegiatan alih media ini dilakukan oleh kasubid dan staf deposit, pengamatan dan pelestarian bahan pustaka serta di bantu oleh pihak ketiga atau disebut juga dengan konsultan dari tim FIB Unand. Pihak dati tim FIB Unand yang terlibat sekitar 2 orang.

5. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah ada pihak lain yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

(7)

6. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah ada pelatihan khusus mengenai kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

Pelatihan khusus itu sebenarnya pihak perpustakaan nasional yang melakukan. Tetapi sekitar tahun 2014 salah seorang pustakawan dari perpustakaan ini melakukan pelatihan khusus ke Jepang mengenai pelestarian bahan pustaka yang mencakup kegiatan alih media naskah kuno.

7. Pertanyaan:

Menurut bapak, siapakah yang mengawasi kegiatan alih media naskah kuno? Jawaban:

Pihak yang mengawasi kegiatan alih media naskah kuno adalah pustakawan dari kasubid deposit, pengamatan dan pelestarian bahan pustaka. Pihak ketiga yang terkait hanya melakukan pendekatan dengan ahli waris saja.

8. Pertanyaan:

Menurut bapak, berapakah jumlah naskah kuno yang telah didigitalisasi pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat?

Jawaban:

Awal dilakukan kegiatan alih media sekitar tahun 2008. Jumlah naskah yang telah dialihmediakan berjumlah sebanyak 363 eksemplar.

9. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat menyimpan naskah asli yang telah didigitalisasi?

Jawaban:

(8)

10. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah kendala yang dihadapi Badan Perpustakaan dan Kearsipan dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

Kendala pertama yang dihadapi yaitu dana karena pihak perpustakaan tidak memiliki anggaran yang memadai untuk melakukan kegiatan alih media naskah kuno. Anggaran untuk alih media itu terbatas dan setelah itu ditiadakan pada tahun 2015 untuk hunting naskah kuno. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah waktu. Untuk melakukan pendekatan dibutuhkan waktu yang sangat lama. Kendala lainnya yaitu sarana dan prasarana serta sumber daya manusianya terbatas.

11. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah perangkat keras yang digunakan perpustakaan saat ini untuk mengoperasikan naskah kuno digital?

Jawaban:

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sarana dan prasarana jadi pihak perpustakaan belum menyediakan alat atau perangkat keras untuk membuka naskah kuno digital tersebut. Untuk saat ini jika ada pengguna yang ingin menggunakannya harus membawa laptop yang memiliki driver CD-ROM atau DVD untuk membukanya.

12. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah kegiatan alih media naskah kuno efektif jika ditinjau dari segi proses digitalisasi dan penggunaannya?

Jawaban:

Proses digitalisasi naskah kuno tidak menjadi persoalan dan dapat dikatakan sudah efektif kegiatan ini dilakukan. Tetapi pemanfaatannya belum dapat dikatakan optimal. Dikatakan belum optimal disebabkan oleh sarana dan prasarana yang belum memadai.

(9)

13. Pertanyaan:

Menurut bapak, berapakah dana ideal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

Dana idealnya tidak dapat di pastikan itu tergantung anggaran yang telah ditetapkan. Dana tersebut bersifat fleksibel dan berfluktuasi tergantung situasi dan kondisi. Biasanya dana yang dianggarkan sekitar enam juta rupiah untuk melakukan perjalanan mencari naskah sampai dilakukan alih media. Jika dalam sehari itu pihak perpustakaan mendapatkan hanya satu naskah saja maka dana yang telah dianggarkan itu untuk melakukan alih media. Jika lebih maka pihak yang terkait melakukan negosiasi terlebih dahulu untuk menganggarkan dana lagi. Jadi tidak dapat di pastikan dana ideal untuk melakukan kegiatan alih media ini.

14. Pertanyaan:

Menurut bapak, darimana sajakah sumber dana alih media naskah kuno yang dilakukan di perpustakaan ini?

Jawaban:

(10)

Lampiran 6

Transkip Wawancara dengan Informan II Nama Informan : Linda Evia, Amd.

Jabatan : Staf Pelestarian Bahan Pustaka

Tempat : Ruang Kasubid Pelestarian Bahan Pustaka Tanggal Wawancara : Selasa, 24 November 2015

Pukul : 13.30 WIB

1. Pertanyaan:

Menurut ibu, bagaimanakah prosedur digitalisasi sebelum dilakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

Prosedur digitalisasi naskah kuno berbeda dengan prosedur digitalisasi buku tercetak. Prosedur digitalisasi naskah kuno pertama kali dilakukan pencarian dan survey. Setelah dilakukan survey, apabila ahli waris tidak bersedia memberikan koleksi naskahnya maka dilakukan pendekatan sosial. Jika ahli waris bersedia memberikan koleksi naskahnya pihak perpustakaan memberikan kompensasi, tetapi jika tidak diizinkan maka kami pihak perpustakaan hanya melakukan foto terhadap naskah tersebut. Jika tidak diizinkan mengambil naskah aslinya kami dari pihak perpustakaan memberikan fitrin atau lemara pajang kepada ahli waris agar koleksi naskah yang dimilikinya dapat disimpan pada lemari tersebut.

(11)

Jika ada naskah yang kotor dan rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam bentuk CD atau DVD.

3. Pertanyaan:

Menurut ibu, apakah prioritas utama dari alih media naskah kuno tersebut? Jawaban:

Prioritas utama dilakukan alih media naskah kuno yaitu menyelamatkan kondisi fisik dan kandungan informasi yang terkandung di dalam naskah tersebut. Adanya kegiatan alih media dapat menguntungkan karena jika koleksi aslinya hilang maka pihak perpustakaan memiliki back up data dari koleksi tersebut.

4. Pertanyaan:

Menurut ibu, apakah keadaan naskah kuno yang asli masih dalam bentuk utuh atau lengkap?

Jawaban:

Keadaan naskah kuno yang asli sangat bermacam-macam. Naskah tersebut ada yang sudah sobek, di makan rayap dan ada juga baru dipegang sudah lepas dari jlidnya.

5. Pertanyaan:

Menurut ibu, apakah naskah kuno yang mengalami kerusakan diperbaiki sebelum melakukan scan atau pemotretan?

Jawaban:

(12)

6. Pertanyaan:

Menurut ibu, berapakah jumlah pustakawan yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

Jumlah pustakawan yang berada di kasubid deposit, pengamatan pelestarian memiliki staf 5 orang dalam melakukan alih media dan 2 orang dari tim FIB Unand.

7. Pertanyaan:

Menurut ibu, apakah perangkat keras yang digunakan untuk mengoperasikan yang telah di alih media?

Jawaban:

Perangkat keras yang digunakan belum disediakan oleh pihak perpustakaan. Jika pengguna ingin membuka naskah kuno digital maka pengguna harus membawa laptop yang memiliki driver CD-ROM atau DVD.

8. Pertanyaan:

Menurut ibu, apakah pernah dilakukan pergantian perangkat keras sebagai tempat penyimpanan naskah kuno digital?

Jawaban:

Tidak pernah, karena kegiatan alih media ini hanya menggunakan CD atau DVD sebagai tempat penyimpanannya. Tetapi rencana yang akan datang pihak perpustakaan akan melayankan naskah kuno digital tersebut dalam website perpustakaan.

9. Pertanyaan:

Menurut ibu, apakah ada cadangan (back up) dari bentuk naskah kuno digital?

(13)

Perpustakaan memiliki back up data dari naskah kuno digital. Selain itu, mitra kerja dari tim FIB Unand juga memiliki back up datanya.

10. Pertanyaan:

Menurut ibu, kegiatan alih media naskah kuno efektif jika ditinjau dari segi proses digitalisasi dan penggunaannya?

Jawaban:

Kegiatan alih media naskah kuno dapat dikatakan sangat efektif sekali. Contohnya banyak pengguna yang meng-copy naskah kuno digital untuk diterjemahkan. Naskah kuno digital sebagian besar belum diterjemahkan secara keseluruhan. Sekitar 10% naskah kuno digital yang telah diterjemahkan.

11. Pertanyaan:

Menurut ibu, bagaimanakah penyusunan naskah kuno pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat? Apakah sama penyusunannya dengan naskah kuno yang telah didigitalisasi?

Jawaban:

Penyusunan naskah kuno yang tercetak pada perpustakaan ini yaitu dikelompokkan menurut judul naskah. Tetapi untuk penyusunan naskah kuno yang telah di alih mediakan baik Perpustakaan Nasional dan perpustakaan ini belum mempunyai standarisasi dalam penyusunan atau klasifikasinya. Pihak perpustakaan hanya menyusun menurut tahun didapatkan naskah tersebut. Jika perpustakaan nasional telah memiliki standarisasi untuk klasifikasi naskah kuno digital maka kita pihak perpustakaan akan melakukan hal yang sama. Untuk saat sekarang ini penyusunan naskah kuno yang telah di alih media berdasarkan tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.

12. Pertanyaan:

(14)

Jawaban:

(15)

Lampiran 7

Transkip Wawancara dengan Informan II Nama Informan : Pramono

Jabatan : Staf tim FIB Unand Tempat : Ruang dosen FIB

Tanggal Wawancara : Senen, 30 November 2015

Pukul : 13.00 WIB

1. Pertanyaan:

Menurut bapak, bagaimanakah proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital?

Jawaban:

(16)

penyuntingan (editing) untuk mengatur fokus kualitas gambar agar jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.

2. Pertanyaan:

Menurut bapak, apa sajakah software dan hardware yang digunakan dalam melakukan proses alih media naskah kuno?

Jawaban:

Software yang digunakan untuk melakukan kegiatan alih media tersebut

adalah kamera DSLR dan hardware-nya yaitu laptop. Kamera DSLR yang digunakan adalah Canon karena kamera tersebut telah memiliki program RAW atau TIFF sesuai dengan standarnya. Setelah foto diambil selanutnya melakukan convert sesuai standar yang digunakan. Jika dalam mengambil gambar menggunakan RAW maka harus di convert ke TIFF karena dengan TIFF foto tidak pecah, gambar jelas dan banyak keuntungan lain dari standar tersebut. Selain itu, membuat katalog dan deskripsi naskah sehingga pengguna dapat membaca makna dari naskah kuno yang telah dilakukan alih media.

3. Pertanyaan:

Menurut bapak, berapakah jumlah pustakawan yang melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

(17)

mereka mengajak tim FIB Unand untuk bekerja sama adalah untuk melakukan pendekatan secara kebudayaan untuk mendapatkan koleksi naskah tersebut.

4. Pertanyaan:

Menurut bapak, apakah kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut untuk dilakukan digitalisasi. Selanjutnya hambatan yang juga ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan dalam mencari naskah dan waktunya sampai dilakukan pendigitalan.

5. Pertanyaan:

Menurut bapak, berapakah dana ideal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan alih media naskah kuno?

Jawaban:

(18)

Lampiran 8

Hasil Observasi Proses Transformasi Naskah Kuno Dalam Bentuk Digital Di BPAD Provinsi Sumatera Barat

Tanggal Observasi : Senen, 30 November 2015

Lokasi Observasi : Laboratorium Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Objek : Naskah Kuno 1 Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam alih

media naskah kuno tercetak ke dalam bentuk digital. a. Pengumpulan bahan;

b. Pembongkaran jilid koleksi untuk dipindai atau difoto;

c. Pembacaan halaman dokumen menggunakan scanner kemudian disimpan dalam format PDF; d. Pengeditan atau editing;

e. Pembuatan serta pengelolaan metadata; f. Pembuatan abstrak (jika diperlukan); g. Upload ke server;

h. Penjilidan kembali dokumen yang telah dibongkar.

2 Perangkat keras yang digunakan untuk mengoperasikan naskah kuno digital a. Driver CD-ROM;

b. Driver DVD.

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

DAFTAR PUSTAKA

Busrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Gardjito. 2002. Identifikasi, Penilaian, Pemilihan, Penghimpunan Pemrosesan dan Pengelolaan serta Pendistribusian Kandungan Informasi Lokal. Jurnal Visi Pustaka Vol. 4 no.1 (Juni) http://perpusnas.go.id/Attachment/Majalah Online/4_Artikel_1_Gardjito.pdf (diakses 10 September 2015).

Hamacher, Carl. 2004. Organisasi Komputer, Ed. 5. Yogyakarta: Andi.

Hartinah, Sri. 2009. Pemanfaatan Alih Media untuk Pengembangan Perpustakaan Digital. Jurnal Visi Pustaka Vol.11, no.3 (Desember) http://perpusnas. go.id/Attachment/MajalahOnline/Sri_Hartinah_Pemanfaatan_Alih_Media. pdf (diakses 10 September 2015).

Hendrawati, Tuty. 2014. Pedoman Pembuatan E-book dan Standar Alih Media. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Husna, Alfa. 2013. “Pelestarian Kandungan Informai dengan Alih Media Digital.” Makalah disampaikan pada workshop Preservasi dan Konservasi Bahan Perpustakaan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat, Maret, Hotel Lingga Bandung.

Khihanta. 2014. Materi Pokok Pengelolaan Arsip Vital. Tangerang: Universitas Terbuka.

Kosasih, Aa. 2008. “Alih Media Digital Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah.” Makalah disampaikan pada Workshop dan Pelatihan (Intermediate) Tenaga Kepustakaan Perpustakaan Sekolah SMP/SMA/SMK Berbasis Teknologi Informasi (TI) se-Jawa Timur, Februari, Universitas Negeri Malang, Malang.

Lee, Stuart D. 2001. Digital Imaging: a Practical Handbook. London: Facet Publishing.

(32)

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Najiah, Syifa. Laporan Praktikum Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka Du Perpustakaan Nasional Republik Indoensia. 22 April 2015. http://www. slideshare.net/Syifa_Najiah/laporan-perpusnas-syifa-najiah-1205400 (diakses 2 November 2015).

Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi. 2002. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Pendit, Putu Laxman et al. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Sagung Seto.

Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. 1995. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Pudjiastuti, Titik. 2006. Naskah dan Studi Naskah. Jakarta: Akademika.

Restinaningsih, Lilis. 2009. Konservasi dan Restorasi Terhadap Naskah Kuno: Naskah sebagai Warisan Budaya. Tesis., Universitas Padjajaran.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Seadle, Michael. 2004. Selection for Digital Preservation. Library Hi Tech Vol.22, no.2 (Maret) http://www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/07 378830410543494 (diakses 11 September 2015).

Simarmata, Janner. 2006. Pengenalan Teknologi dan Komputer, Ed.1. Yogyakarta: Andi.

Soetminah. 1992. Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius.

Stallings, William. 2004. Organisasi dan Arsitektur Komputer, Ed. 6. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Standar Operasional Prosedur: Digitalisasi Bahan Perpustakaan. 2008. Makassar: Perpustakaan Pengadilan Tinggi Agama Makassar.

Sulendra, Wahyu Dona Pasa. 2014. Alih Media Digital Bahan Pustaka. Yogyakarta: Badan Perpustakaan Daerah dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta.

(33)

Suprihati. 2004. “Koleksi Naskah Kuno di Perpustakaan Nasional RI.” Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Naskah Kuno Nusantara, Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Sutarman. 2009. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara. Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta:Sagung Seto.

Syachrulramdhani, Dadan. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Perpustakaan Digital Berbasis Web Di Perpustakaan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan (JURLUHKAN) Bogor. Tesis., Institut Pertanian Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 2007. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Windi, Melisa Novia. 2013. Proses Mendapatkan Naskah Kuno Di Sumatera Barat Untuk Disimpan Di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol.2, no.2 (September) http://download.portalgaruda.org/article.php?article=101374 &val=1516.

Yulia, Yuyu dan Janti G. Sujana. 2009. Materi Pokok Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah yang dipergunakan dalam penelitian sehingga memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan sistematika dan prosedur yang harus ditempuh, unsur dan komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian. Metode penelitian ada dua jenis yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif, tetapi dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Moleong (2005, 5) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus serta menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

(35)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat yang beralamat di Jalan Diponegoro No.4 belakang Tangsi untuk perpustakaan dan Jalan Pramuka V No.2 Khatib Sulaiman untuk kantor arsip. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2015. Alasan pemilihan lokasi didasarkan atas adanya proses transformasi naskah kuno ke dalam bentuk digital dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.

3.3 Data dan Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap memiliki kompetensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Data primer diperoleh langsung dari pustakawan yang melakukan proses pengalihan naskah kuno tersebut.

2. Data Sekunder

(36)

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Menurut Basrowi (2008, 93) “metode

pengumpulan data merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan mengunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan

yang nyata.” Peneliti menggunakan tiga pokok pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu: 1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab untuk memperoleh jawaban yang dibutuhkan oleh seorang peneliti. Menurut Riduwan (2012, 74) “wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan melakukan percakapan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.” Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.

Pemilihan informan didasarkan pada penarikan informan yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik dan purposive (tujuan). Informan dalam penelitian ini yaitu kepala bidang

(37)

ilmu budaya universitas andalas (FIB Unand) (kode: I3). Data yang akan diambil dari informan adalah data mengenai jumlah naskah kuno yang telah dialih mediakan, prosedur sebelum melakukan digitalisasi naskah kuno, proses pelaksanaan alih media naskah kuno, kendala yang dihadapi dalam kegiatan alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.

2. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Sistem yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu memberikan tanda ceklis (V) apabila kegiatan tersebut dilakukan oleh instansi tersebut. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai proses alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk mengoperasikan naskah kuno digital. Pada instansi ini memiliki 143 judul naskah yang terdiri dari 363 eksemplar naskah kuno yang telah dialih mediakan. Ada dua kategori dari naskah kuno pada perpustakaan ini yaitu kategori naskah asli dan naskah kopian. Dari 143 judul naskah kuno, ada 28 eksemplar naskah kuno yang termasuk kategori asli telah dilakukan alih media dan 7 eksemplar belum dilakukan alih media serta 326 termasuk kategori kopian.

3. Dokumentasi

(38)

perkiraan. Data yang bisa diambil dari metode ini meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data yang relevan. Dokumentasi berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data dan merupakan bahan utama dalam penelitian historis. Peneliti akan mengambil data dengan melihat dokumen-dokumen yang dimiliki oleh perpustakaan yang berupa laporan alih media.

3.5 Analisis Data

Data dari hasil wawancara berupa jawaban dari informan akan disortir terlebih dahulu untuk mempermudah dalam analisis data dan dihubungkan serta dibandingkan satu dengan yang lainnya. Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beberapa alur kegiatan antara lain adalah:

1. Reduksi Data

(39)

2. Penyajian Data

Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian dapat berbentuk teks naratif, tabel dan sebagainya. Untuk mempermudah pemahaman terhadap informasi yang besar jumlahnya, maka dalam penyajian data akan dilakukan penyederhanaan informasi. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks naratif dan gambar.

3. Verifikasi Data

Tahapan selanjutnya adalah verifikasi dari kegiatan sebelumnya dan dilanjutkan ke penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan proses menginterprestasi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode wawancara serta observasi sambil melakukan pencocokan terhadap kesimpulan yang akan dibuat.

3.6 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode triangulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta penjelasan lebih lanjut. Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah:

1. Triangulasi Data

(40)

untuk mengoperasikan naskah kuno digital berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kerasipan Provinsi Sumatera Barat.

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. Teori yang didapatkan oleh peneliti tidak hanya melalui buku tercetak saja melainkan penulis juga memasukkan teori berdasarkan jurnal, artikel dan literatur lainnya mengenai alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.

3. Triangulasi Metode

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang hasil-hasil peneletian yang dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, baik itu dari hasil pengamatan penulis secara langsung (observasi) maupun dari hasil wawancara dengan pustakawan yang terlibat secara langsung dalam kegiatan alih media naskah kuno. Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan tentang proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini mencakup proses alih media naskah kuno dalam bentuk tercetak ke bentuk digital yang disimpan dalam CD dan DVD serta perangkat keras untuk mengoperasikannya.

Informan pada penelitian ini adalah Kabid dan Staf Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka dan Staf FIB Unand. Berikut daftar karakteristik informan:

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

Kode Bagian

Kabid Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka

Staf Pelestarian Bahan Pustaka

(42)

Dalam melakukan wawancara peneliti menetapkan Bapak Izmon Azif, S.Sos., sebagai informan pertama ( ) yang bertugas sebagai Kabid Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka, Ibu Linda Evia, Amd., sebagai informan kedua (I2) yang bertugas sebagai Staf Pelestarian Bahan Pustaka dan

Bapak Pramono sebagai informan ketiga ( ) yang bertugas sebagai Staf FIB Unand.

Sebelum melakukan wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan observasi ini. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat lalu dikembangkan lebih dalam sesuai dengan jawaban informan dan wawancara berlangsung secara informal. Suasana dan kondisi selama wawancara bersifat alamiah, tidak dibuat-buat atau tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak formal (informal). Wawancara dilakukan secara berulang apabila peneliti merasa kurang mengerti atau ada yang perlu ditambahi dari wawancara sebelumnya.

4.1 Data

(43)

naskah kuno yang telah dialih mediakan. Ada dua kategori dari naskah kuno pada perpustakaan ini yaitu kategori naskah asli dan naskah kopian. Dari 143 judul naskah kuno, ada 28 eksemplar naskah kuno yang termasuk kategori asli telah dialih mediakan dan 7 eksemplar belum dilakukan alih media serta 326 termasuk kategori kopian.

4.1.1 Deskripsi Data

Berikut deskripsi data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat terlihat dari uraian jawaban informan berikut:

I2: “Proses alih media naskah kuno yang paling penting sekali yaitu ahli waris bersedia koleksi naskahnya dilakukan digitalisasi. Setelah itu

koleksi naskah tersebut dikumpulkan pada suatu ruangan untuk

dilakukan foto terhadap naskah. Pada ruangan tersebut dihitung

jumlah naskah yang telah terkumpul. Jika ada naskah yang kotor dan

rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah

dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan

pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung

dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan

pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam

(44)

I3: “Proses alih media naskah kuno pada instansi tersebut yaitu mengumpulkan atau mencari naskah kuno yang tersimpan pada

masyarakat di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengumpulkan

naskah kuno tersebut tidaklah mudah karena pemilik atau pewaris

naskah tidak mudah memberikan koleksi naskah tersebut kepada

siapa pun. Oleh sebab itu. pihak perpustakaan meminta bantuan

kepada tim FIB Unand dengan menggunakan metode pendekatan

secara kebudayaan. Biasanya jika didekati dengan kebudayaan

masyarakat akan mengeluarkan koleksi yang dimilikinya dan juga

dapat juga diberikan kepada pihak perpustakaan untuk dirawat

sebagaimana mestinya. Tetapi apabila tidak diizinkan mengambil

naskah aslinya pihak perpustakaan hanya melakukan foto setiap

lembar naskah tersebut. Pemotretan dilakukan menggunakan kamera

DSLR canon yang memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan

warna 24 bit. Kualitas foto harus dalam format TIFF atau RAW.

Setelah naskah kuno difoto langkah selanjutnya dilakukan proses

penyuntingan (editing) untuk mengatur fokus kualitas gambar agar

jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah

tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah

disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan

tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.”

(45)

I1: “Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sarana dan prasarana jadi pihak perpustakaan belum menyediakan alat atau

perangkat keras untuk membuka naskah kuno digital tersebut. Untuk

saat ini jika ada pengguna yang ingin menggunakannya harus

membawa laptop yang memili driver CD-ROM atau DVD untuk

membukanya.”

I2: “Perangkat keras yang digunakan belum disediakan oleh pihak perpustakaan. Jika pengguna ingin membuka naskah kuno digital

maka pengguna harus membawa laptop yang memiliki driver

CD-ROM atau DVD.”

3. Apakah kendala yang dihadapi Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno dapat terlihat dari uraian jawaban informan sebagai berikut:

I1: “Kendala pertama yang dihadapi yaitu dana karena pihak perpustakaan tidak memiliki anggaran yang memadai untuk

melakukan kegiatan alih media naskah kuno. Anggaran untuk alih

media itu terbatas dan setelah itu ditiadakan pada tahun 2015 untuk

hunting naskah kuno. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah

waktu. Untuk melakukan pendekatan dibutuhkan waktu yang sangat

lama. Kendala lainnya yaitu sarana dan prasarana serta sumber daya

manusianya terbatas.”

(46)

kurang. Jika pihak perpustakaan memiliki sumber daya manusia yang

dapat menerjemahkan naskah kuno digital maka pemanfataan koleksi

tersebut juga pasti lebih banyak. Selain itu pihak perpustakaan juga

belum membuatkan bibliografi naskah tersebut.”

I3: “Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa

dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang

memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut

untuk dilakukan digitalisasi. Selanjutnya hambatan yang juga

ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan

lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan

mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan

dalam mencari naskah dan waktunya sampai dilakukan

pendigitalan.”

4.1.2 Temuan Penelitian

Temuan hasil penelitian dapat dilihat dari beberapa hasil wawancara yang telah diinterpretasikan dengan teori yang telah ada pada kajian pustaka dan dapat dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

4.1.2.1 Proses Alih Media Naskah Kuno dalam Bentuk Digital

(47)

pedoman yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan berikut:

I1: “Pedoman yang digunakan dalam proses alih media naskah kuno pada

perpustakaan ini merujuk kepada pedoman pembuatan e-book dan

standar alih media yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional

Republik Indonesia. Didalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh

perpustakaan nasional menjelaskan semua seluk beluk mengenai

tahap awal sampai akhir proses alih media digital.

Menurut Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka dalam buku pedoman pembuatan e-book dan standar alih media menjelaskan dan menjabarkan secara lebih rinci mengenai proses transformasi digital bahan pustaka. Tidak hanya itu saja, di dalam buku pedoman tersebut juga menjelaskan standar yang telah sesuai dalam alih media digital. Kegiatan awal alih media naskah kuno dilakukan pada tahun 2008.

Proses alih media adalah proses mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Ada 3 (tiga) tahapan utama dalam melakukan proses digitalisasi atau alih media menurut Hendrawati (2014, 29) adalah sebagai berikut:

1. Tahapan pra digitalisasi (prosedur awal) merupakan tahap persiapan sebelum dilaksanakannya proses pengambilan objek digital.

Kegiatan pertama yang dipersiapkan adalah lebih bersifat persiapan asministrasi, diantaranya: inventarisasi dan seleksi bahan pustaka, survey kondisi fisik bahan pustaka, evaluasi dan analisis metadata serta penentuan format file digital dan pemilihan metode pengambilan objek digital (capture);

(48)

digital, scanner atau alat konversi lainnya, editing, konversi, upload dan menyimpan data dalam cakram padat (CD); dan

3. Tahapan pasca (setelah) digitalisasi. tahapan ini lebih menitik beratkan pada bagaimana objek digital ini disajikan serta dapat diakses oleh pengguna.

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah lebih kepada pengecekkan serta pengontrolan kualitas berkas digital, kelengkapan serta urutan dari berkas digital.

Proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Barat dan tim FIB Unand melakukan tahapan yang hampir sama dengan teori di atas dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:

I2: “Proses alih media naskah kuno yang paling penting sekali yaitu ahli

waris bersedia koleksi naskahnya dilakukan digitalisasi. Setelah itu

koleksi naskah tersebut dikumpulkan pada suatu ruangan untuk

dilakukan foto terhadap naskah. Pada ruangan tersebut dihitung

jumlah naskah yang telah terkumpul. Jika ada naskah yang kotor dan

rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah

dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan

pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung

dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan

pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam

bentuk CD atau DVD.”

I3: “Proses alih media naskah kuno pada instansi tersebut yaitu mengumpulkan atau mencari naskah kuno yang tersimpan pada

masyarakat di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengumpulkan

(49)

naskah tidak mudah memberikan koleksi naskah tersebut kepada

siapa pun. Oleh sebab itu. pihak perpustakaan meminta bantuan

kepada tim FIB Unand dengan menggunakan metode pendekatan

secara kebudayaan. Biasanya jika didekati dengan kebudayaan

masyarakat akan mengeluarkan koleksi yang dimilikinya dan juga

dapat juga diberikan kepada pihak perpustakaan untuk dirawat

sebagaimana mestinya. Tetapi apabila tidak diizinkan mengambil

naskah aslinya pihak perpustakaan hanya melakukan foto setiap

lembar naskah tersebut. Pemotretan dilakukan menggunakan kamera

DSLR canon yang memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan

warna 24 bit. Kualitas foto harus dalam format TIFF atau RAW.

Setelah naskah kuno difoto langkah selanjutnya dilakukan proses

penyuntingan (editing) untuk mengatur fokus kualitas gambar agar

jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah

tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah

disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan

tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.”

(50)

mendapatkan koleksi naskah yang dimiliki oleh ahli waris dengan cara melakukan pendekatan secara kebudayaan. Tahapan-tahapan dalam melakukan alih media naskah kuno adalah sebagai berikut: pemotretan, pengeditan dan penyimpanan foto naskah dalam bentuk cakram padat (CD). Pihak perpustakaan tidak melakukan scanning terhadap koleksi naskah yang akan didigitalisasi karena naskah tersebut sudah rentan mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, hanya dilakukan pemotretan sebagai proses alih media naskah kuno.

Tahapan alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) pemotretan, dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR Canon dengan standar yang dianjurkan adalah minimum foto naskah memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan warna 24 bit. Kualitas foto yang disimpan harus dalam format TIFF atau dari format RAW ke format TIFF dan tidak diperkenankan dalam format JPEG atau format JPEG ke format TIFF; (2) Penyuntingan (editing), setelah dilakukan pemotretan selanjutnya dilakukan proses penyuntingan (editing) foto naskah dengan mengatur fokus gambar agar kualitas gambar jelas; (3) Pengemasan (packaging), dilakukan dengan pembuatan file naming yang berisi nama file dan penomorannya agar naskah tersusun dari

(51)

apabila terjadi kerusakan pada CD seperti CD tidak dapat terbaca dan; (4) Penamaan berkas, setelah selesai proses pengemasan (packaging) selanjutnya proses penamaan berkas atau pemberian label pada CD naskah berdasarkan tahun dan lokasi naskah kuno.

(52)

tidak

baik

baik

(53)

Keterangan:

Symbol Terminal (simbol untuk permulaan atau akhir dari suatu program

Symbol Decision (simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa jawaban/aksi)

Symbol Process (simbol yang menunjukkan pengolahan)

Alur Kerja Proses Kerja

Proses ahli media naskah kuno dapat dilihat dari gambar berikut ini:

1) Double klik shortcut “EOS Utility”, lalu pilih “camera setting atau Remote shooting

(54)

2) Muncul icon seperti gambar di bawah dan tentukan terminal file gambar

Gambar 4.3 Terminal File Gambar

3) Klik tombol eksekusi maka akan keluar program “Digital Photo

Profesional” seperti gambar di bawah ini:

(55)

4) Klik tombol pada gambar maka akan keluar gambar seperti di bawah ini:

Gambar 4.5 Tampilan Eksekusi Naskah Kuno

5) Untuk menentukan fokus gambar, dengan cara mengatur posisi lensa pada kamera dan pada tampilan yang tersedia di gambar berikut:

(56)

6) Fokus gambar akan menjadi kualitas yang diinginkan

Gambar 4.7 Tampilan Akhir untuk Disimpan dalam CD

(57)

Gambar 4.8 Naskah Kuno yang telah Dialihmediakan

Gambar 4.9 Penyimpanan CD atau DVD Naskah Kuno Digital

Sumber daya manusia yang melakukan konservasi serta alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera barat dapat dilihat dari wawancara berikut:

I1: “Tugas dan fungsi untuk melakukan kegiatan alih media ini dilakukan

oleh kasubid dan staf deposit, pengamatan dan pelestarian bahan

pustaka serta di bantu oleh pihak ketiga atau disebut juga dengan

konsultan dari tim FIB Unand. Pihak dati tim FIB Unand yang

terlibat sekitar 2 orang.”

I2: “Jumlah pustakawan yang berada di kasubid deposit, pengamatan

(58)

I3: “Dari pihak perpustakaan jumlah staf yang melakukan kegiatan alih

media ini ada 5 orang dan dari tim FIB Unand 2 orang. Kami dari

tim FIB Unand telah bekerja sama dengan pihak perpustakaan dalam

melakukan kegiatan semenjak tahun 2008. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya kenapa mereka mengajak tim FIB Unand untuk

bekerja sama adalah untuk melakukan pendekatan secara kebudayaan

untuk mendapatkan koleksi naskah tersebut.

Dalam hal konservasi naskah kuno Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat memiliki 5 orang staf tetapi dalam hal digitalisasi pihak perpustakaan tidak mempunyai staf khusus untuk menanganinya. Menurut Kabid Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka telah ada salah seorang staf dari perpustakaan yang melakukan pelatihan khusus ke Jepang mengenai digitalisasi bahan pustaka. Oleh karena itu, dalam melakukan alih media perpustakaan bekerja sama dengan tim FIB Unand untuk mengalihmediakan naskah kuno, sedangkan pustakawan hanya melakukan konservasi terhadap naskah kuno yang mengalami kerusakan sebelum dilakukan digitalisasi.

4.1.2.2 Perangkat keras untuk Mengoperasikannya

(59)

mengoperasikan naskah kuno digital dapat dilihat dari wawancara dengan informan berikut:

I1: “Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sarana dan prasarana jadi pihak perpustakaan belum menyediakan alat atau

perangkat keras untuk membuka naskah kuno digital tersebut. Untuk

saat ini jika ada pengguna yang ingin menggunakannya harus

membawa laptop yang memiliki driver CD-ROM atau DVD untuk

membukanya.”

I2: “Perangkat keras yang digunakan belum disediakan oleh pihak perpustakaan. Jika pengguna ingin membuka naskah kuno digital

maka pengguna harus membawa laptop yang memiliki driver

CD-ROM atau DVD.”

(60)

4.1.2.3 Kendala dalam Proses Alih Media Naskah Kuno

Dalam melakukan alih media naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat mengalami berbagai kendala. Hal ini dapat dilihat dari jawaban wawancara informan berikut:

I1: “Kendala pertama yang dihadapi yaitu dana karena pihak

perpustakaan tidak memiliki anggaran yang memadai untuk

melakukan kegiatan alih media naskah kuno. Anggaran untuk alih

media itu terbatas dan setelah itu ditiadakan pada tahun 2015 untuk

hunting naskah kuno. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah

waktu. Untuk melakukan pendekatan dibutuhkan waktu yang sangat

lama. Kendala lainnya yaitu sarana dan prasarana serta sumber daya

manusianya terbatas.”

I2: “Kendala yang dihadapi sangat banyak sekali apalagi kendala di lapangan. Kendala lainnya adalah dana dan sumber daya manusia

kurang. Jika pihak perpustakaan memiliki sumber daya manusia yang

dapat menerjemahkan naskah kuno digital maka pemanfataan koleksi

tersebut juga pasti lebih banyak. Selain itu pihak perpustakaan juga

belum membuatkan bibliografi naskah tersebut.”

I3: “Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa

dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang

memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut

(61)

ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan

lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan

mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan

dalam mencari naskah dan waktunya sampai dilakukan

pendigitalan.”

Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat mengalami beberapa kendala. Berikut ini kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno bentuk digital:

1. Dana dan Anggaran

Dana untuk melakukan proses alih media naskah kuno bersifat fleksibel dan berfluktuasi tergantung situasi dan kondisi. Dana yang dianggarakan terbatas untuk kegiatan digitalisasi naskah kuno. Dana digunakan untuk observasi mulai dari biaya selama perjalanan menuju lokasi tempat naskah kuno yang akan ditinjau sampai pada proses alih media sampai selesai.

(62)

dan kenyataannya kendala dana merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan digitalisasi naskah kuno.

2. Waktu

Daerah untuk mencari koleksi naskah kuno yang disimpan masyarakat sangat jauh. Selain tempatnya jauh, belum tentu ahli waris ingin mengeluarkan dan menyerahkan koleksi yang dimilikinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, pihak ketiga yang bekerja sama dengan pihak perpustakaan melakukan pendekatan secara sosial dan budaya agar ahli waris setuju menyerahkan koleksinya. Pendekatan sosial yang dilakukan membutuhkan waktu yang lama agar ahli waris setuju untuk menyerahkan koleksinya kepada perpustakaan untuk disimpan dan dialihmediakan.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat belum memadai. Contohnya perangkat keras seperti driver CD-ROM atau DVD untuk mengoperasikan naskah kuno tidak disediakan oleh pihak perpustakaan. Oleh karena itu, pengguna kesulitan untuk mengoperasikan naskah kuno digital.

4. Sumber Daya Manusia

(63)
(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dimulai sejak tahun 2008. Dalam melakukan kegiatan ini pihak BPAD Provinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan staf dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Berikut ini kesimpulan tentang proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.

a. Proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) pemotretan, dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR Canon dengan standar minimum foto memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan warna 24 bit; (2) Penyuntingan (editing) dilakukan dengan cara mengatur fokus gambar agar kualitas gambar jelas; (3) Pengemasan (packaging), pembuatan file naming yang berisi nama file dan penomorannya agar naskah tersusun dari halaman pertama sampai halaman akhir. dan; (4) Penamaan berkas atau pemberian label pada CD naskah berdasarkan tahun dan lokasi naskah kuno.

(65)

c. memiliki driver tersebut maka naskah kuno digital tersebut tidak dapat dioperasikan.

d. Dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat mengalami berbagai macam kendala. Kendala yang sering dialami yaitu dana atau anggaran, waktu, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka saran dari penulis sebagai berikut:

a. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat disarankan kepada seluruh pustakawan pada bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka mengikuti pelatihan tentang alih media naskah kuno agar kegiatan ini dapat dilakukan oleh pustakawan sendiri tanpa melibatkan pihak ketiga.

b. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat juga disarankan untuk menyediakan driver CD-ROM atau DVD untuk mengoperasikan naskah kuno digital agar pengguna dapat menggunakan naskah kuno digital.

(66)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori-teori yang Relevan

Teori-teori yang relevan merupakan teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori ini mengenai naskah kuno yang terdiri dari pengadaan dan tujuan pengadaan naskah kuno, alih media yang terdiri dari prioritas utama alih media, tujuan dan manfaat alih media, transformasi digital yang terdiri dari digitalisasi, prosedur sebelum melakukan digitalisasi, proses digitalisasi, dan proses transformasi digital naskah kuno serta perangkat keras untuk mengoperasikan naskah kuno digital.

2.2 Naskah Kuno

Naskah kuno dapat dikategorikan dalam manuskrip tetapi tidak semua manuskrip dikategorikan naskah kuno. Manuskrip merupakan hasil tulisan tangan yang ditulis atau diketik oleh seseorang yang tidak dicetak dan juga tidak dipublikasikan. Naskah kuno terdiri dari dua arti kata yaitu “naskah” artinya

karangan yang masih ditulis dengan tangan atau karangan seseorang yang belum diterbitkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, 776) dan kata “kuno” berarti

(67)

Pengertian naskah kuno yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab 1 pasal 1 ayat 4 adalah:

Semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Pudjiastuti (2006, 9) menyatakan bahwa “naskah kuno merupakan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan rasa dan pikiran hasil budaya masa lampau yang mengandung nilai historis.” Selanjutnya Suprihati (2004, 2) menyatakan bahwa “naskah kuno terdiri dari berbagai aksara dan bahasa

daerah yang ditulis pada daun lontar, bambu, rotan, daun nipah, kulit kayu, tulang binatang, lurang, kertas Eropa, kain dan lain-lain.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa naskah kuno adalah semua dokumen hasil tulisan tangan dari berbagai aksara dan bahasa daerah yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun yang berisi berbagai pemikiran mengenai ilmu pengetahuan, adat istiadat atau budaya masa lampau yang mengandung nilai historis baik yang berada di dalam maupun di luar negeri.

2.2.1 Pengadaan Naskah Kuno

(68)

1. Pembelian

Pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian merupakan kegiatan penambahan koleksi yang paling banyak dilakukan oleh perpustakaan. Dengan cara ini dapat dilakukan pemilihan koleksi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna dan dana yang tersedia. Sebelum melakukan pembelian, setiap judul buku harus diperiksa kembali untuk mengetahui apakah buku tersebut sudah dimiliki oleh perpustakaan atau sedang dipesan. Pembelian bahan pustaka dapat dilakukan melalui penerbit, toko buku dan agen buku.

2. Tukar menukar

Tukar menukar bahan pustaka dapat dilakukan apabila perpustakaan memiliki jumlah bahan pustaka yang tidak dibutuhkan lagi atau jumlah bahan pustaka yang terlalu banyak, atau hadiah yang tidak diinginkan. Pada proses tukar menukar dibutuhkan kesepakatan yang lazimnya memiliki perbandingan 1:1 tidak memandang berat, tebal atau tipis publikasi dan harga. Tujuan dari tukar menukar bahan pustaka yaitu untuk memperoleh bahan pustaka tertentu yang tidak dapat dibeli, untuk memanfaatkan bahan pustaka yang duplikasi atau penerimaan hadiah yang tidak sesuai dan untuk mengembangkan kerjasama yang baim antar perpustakaan.

3. Hadiah

Sebagian bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan ada juga diperoleh melalui hadiah. Bahan pustaka yang diperoleh lewat hadiah sangat penting untuk mengembangkan koleksi perpustakaan. Perpustakaan yang menerima bahan pustaka berupa hadiah dapat menghemat biaya pembelian. Ada dua cara teknik yang ditempuh unutk mendapatkan bahan pustaka melalui hadiah yaitu hadiah atas permintaan dan hadiah tidak atas permintaan.

4. Titipan

Pengadaan bahan pustaka melalui titipan biasanya dilaksanakan oleh pecinta buku yang menitipkan koleksinya diperpustakaan agar dibaca oleh pengguna.

Sedangkan Windi (2013, 5) mengemukakan cara pengadaan naskah kuno adalah sebagai berikut:

1. Hibah

(69)

2. Pembelian Naskah secara Pribadi

Museum atau perpustakaan membeli benda-benda kuno, termasuk naskah, yang ditawarkan pemilik benda kuno atau naskah itu. Dalam hal ini Perpustakaan hanya sedikit ingin membeli naskah kuno dari pewaris naskah, kurangnya dana mengakibatkan sulitnya membeli naskah kuno dari pewaris naskah. Naskah yang di jual dengan sangat mahal maupun ketertutupan informasi dari masyarakat.

3. Salinan dari Naskah Induk

Naskah kuno yang tersimpan kebanyakan berupa kopiian naskah, alih media naskah maupun salinan naskah dari naskah induk.

4. Pengembalian atau Penyerahan

Perpustakaan atau museum suatu negara yang menyimpan naskah kuno untuk dikembalikan ke negara asal naskah kuno. Pada saat ini perpustakaan belum pernah menerima foto copy maupun salinan naskah asli dikembalikan atau diserahkan kepada perpustakaan.

Selain pendapat di atas Sutarno (2006, 177) mengemukakan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

1. Pembelian baik langsung maupun melalui pihak ketiga; 2. Melakukan tukar menukar;

3. Mendapatkan bantuan atau sumbangan;

4. Menggandakan seperti membuat foto kopi, membuat duplikasi, membuat CD dan lain sebagainya; dan

5. Menerbitkan termasuk didalamnya membuat kliping koran.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa cara pengadaan naskah kuno hampir sama dengan pengadaan bahan pustaka. pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan melalui pembelian, tukar menukar, hadiah dan titipan sedangkan pengadaan naskah kuno dapat dilakukan melalui hibah, pembelian secara pribadi, salinan naskah induk dan penyerahan atau pengembalian dari perpustakaan lain yang memiliki naskah kuno.

2.2.2 Tujuan Pengadaan Naskah Kuno

(70)

perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan tercapai. Menurut Sutarno (2006, 174) “tujuan pengadaan bahan pustaka menambah dan

melengkapi koleksi yang sudah ada serta menjadi titik tolak kegiatan pembinaan dan pengembangan koleksi selanjutnya.” Sedangkan dalam Buku Pedoman

Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2002, 6) dinyatakan tujuan pengadaan bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka; 2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan;

3. Mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang dikembangkan;

4. Menetapkan skala prioritas pada bahan pustaka yang dikembangkan; 5. Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan

pustaka dan pelayanan setiap unit perpustakaan; serta

6. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan pengadaan bahan pustaka dapat menambah koleksi yang sudah ada. Dapat juga dijadikan sebagai metode serta skala prioritas dalam pengembangan koleksi. Selain itu dapat dilakukan evaluasi pada koleksi yang telah dimiliki perpustakaan.

2.3 Alih Media

Alih media pada saat ini menjadi suatu fenomena baru yang mulai banyak diperhatikan dan dibutuhkan penyebaran informasi maupun pelestarian informasi yang terkandung didalamnya, sehingga akses informasi menjadi cepat dan efisien. Menurut Hartinah (2009, 15) “alih media adalah merubah bentuk dari bahan

(71)

kondisi fisik yang sudah rapuh. Sedangkan Kosasih (2008, 12) mengemukakan bahwa “alih media juga merupakan alternatif untuk melestarikan kandungan

informasi bahan pustaka, karena formatnya dapat disimpan pada media penyimpanan yang relatif besar kapasitasnya dan tahan lama.” Selanjutnya, Husna

(2013, 2) mengemukakan bahwa:

Alih media digital artinya suatu proses pengalihan bentuk ke dalam format digital dari bentuk analog yang sebelumnya hanya satu buah menjadi file digital yang dapat dibaca pada komputer dan dapat dibuatkan kopi digitalnya, sehingga ada dua versi yaitu versi asli dan kopiannya dalam bentuk digital.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa alih media adalah merubah bentuk tercetak ke dalam bentuk digital atau alternatif untuk melestarikan kandungan informasi bahan pustaka. Format penyimpanan yang relatif besar kapasitasnya dan tahan lama sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas serta digunakan kapan saja dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu, dapat juga dibuatkan kopi digitalnya yang memiliki versi asli dan versi kopiannya dalam bentuk digital.

2.3.1 Prioritas Utama Alih Media

Langkah pertama dalam melestarikan isi kandungan naskah kuno adalah dengan membuat suatu prioritas. Prioritas ini diperlukan untuk menyelamatkan nilai historis dan isi kandungan dalam naskah kuno. Menurut survey yang dilakukan oleh Gould dan Ebdon yang dikutip oleh Lee (2001, 4) mencatat bahwa “hampir dua pertiga perpustakaan telah melakukan program kegiatan alih media

(72)

utama banyaknya perpustakaan dan museum melakukan alih media bahan pustaka ialah untuk meningkatkan penggunaan koleksi, mengusahakan agar bahan pustaka asli tidak cepat mengalami kerusakan, menjaga dan melestarikan nilai yang terkandung dalam naskah kuno seperti nilai historisnya.

Dalam Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka (1995, 7) dinyatakan bahwa:

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu bahan pustaka perlu dilakukan alih media, diantaranya, faktor lingkungan (temperatur dan kelembapan udara, cahaya, pencemaran udara, faktor biota, dan bencana alam seperti kebanjiran, gempa bumi, kebakaran dan kerusuhan) dan faktor manusia. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kualitas kertas yang baik dan keterbatasan dana yang ada serta pentingnya peranan bahan pustaka sebagai media informasi di masa mendatang, mengakibatkan sering ditemukan bahan pustaka sudah dalam kondisi rusak, kertasnya rapuh dan berubah warna menjadi kuning kecoklatan, bahkan ada juga yang telah hancur. Dengan hancurnya kertas tersebut, berakibat hancur juga informasi yang terkandung di dalamnya dan hal ini merupakan kerugian yang tak ternilai.

Sedangkan Seadle (2004, 119) mengemukakan kriteria yang harus menjadi prioritas penting untuk mengalihmediakan bahan pustaka, adalah:

1. Apakah bahan pustaka merupakan bahan pustaka yang rusak dan berharga;

2. Apakah prosedur digitalisasi bahan pustaka sesuai dengan standar yang ada; dan

3. Apakah hak cipta memberikan akses untuk tujuan pendidikan dan penelitian.

Selanjutnya menurut Hendrawati (2014, 11) kriteria dalam penyeleksian materi yang akan didigitalisasi meliputi:

1. Prioritas: koleksi naskah nusantara, buku langka, peta kuno, gambar, foto bersejarah, majalah, surat kabar;

2. Koleksi dengan permintaan yang tinggi atau sedang;

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Informan
Gambar 4.1 Flowchart Proses Alih Media Naskah Kuno dalam Bentuk Digital di BPAD Provinsi Sumatera Barat
Gambar 4.2 Tampilan EOS Utility
Gambar 4.3 Terminal File Gambar
+4

Referensi

Dokumen terkait

bentuk digital dalam format CD yang dibuat dalam dua copy yang pertama untuk disimpan pada Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka agar dapat dilayankan ke

Dari 150 naskah kuno hanya 73 naskah kuno yang ada katalognya sedangkan 72 naskah kuno tidak dapat dibuat katalognya namun, banyak dari naskah-naskah yang telah dibuat

Pelestarian Naskah Kuno dalam Bentuk Katalogisasi pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan (BPAD) Provinsi Sumatera Barat.. Medan: Departemen Studi Ilmu perpustakaan

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prosedur digitalisasi dimulai dari identifikasi kategori berdasarkan informasi yang dipilih, menghimpun atau mengumpulkan koleksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kebijakan Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta sendiri terhadap alih media, proses alih media yang dilakukan

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti kegiatan preservasi digital manuskrip/naskah kuno di Barpusda Jateng, dengan judul Preservasi Digital Terhadap Naskah

Dari hasil observasi yang saya lakukan, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat melakukan digitalisasi terhadap naskah kuno tetapi terkadang naskah asli tidak ada

ambil, bagi mereka naskah kuno mengandung nilai mistis, apalagi naskah kuno merupakan tradisi turun temurun dan adanya nilai budaya yang tersirat di dalamnya.