BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah yang dipergunakan dalam penelitian sehingga memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan sistematika dan prosedur yang harus ditempuh, unsur dan komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian. Metode penelitian ada dua jenis yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif, tetapi dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Moleong (2005, 5) menyatakan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus serta menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat yang beralamat di Jalan Diponegoro No.4 belakang Tangsi untuk perpustakaan dan Jalan Pramuka V No.2 Khatib Sulaiman untuk kantor arsip. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2015. Alasan pemilihan lokasi didasarkan atas adanya proses transformasi naskah kuno ke dalam bentuk digital dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.
3.3 Data dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap memiliki kompetensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Data primer diperoleh langsung dari pustakawan yang melakukan proses pengalihan naskah kuno tersebut.
2. Data Sekunder
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Menurut Basrowi (2008, 93) “metode
pengumpulan data merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan mengunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan
yang nyata.” Peneliti menggunakan tiga pokok pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu: 1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab untuk memperoleh jawaban yang dibutuhkan oleh seorang peneliti. Menurut Riduwan (2012, 74) “wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan melakukan percakapan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.” Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.
Pemilihan informan didasarkan pada penarikan informan yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik dan
ilmu budaya universitas andalas (FIB Unand) (kode: I3). Data yang akan diambil dari informan adalah data mengenai jumlah naskah kuno yang telah dialih mediakan, prosedur sebelum melakukan digitalisasi naskah kuno, proses pelaksanaan alih media naskah kuno, kendala yang dihadapi dalam kegiatan alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.
2. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Sistem yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu memberikan tanda ceklis (V) apabila kegiatan tersebut dilakukan oleh instansi tersebut. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai proses alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk mengoperasikan naskah kuno digital. Pada instansi ini memiliki 143 judul naskah yang terdiri dari 363 eksemplar naskah kuno yang telah dialih mediakan. Ada dua kategori dari naskah kuno pada perpustakaan ini yaitu kategori naskah asli dan naskah kopian. Dari 143 judul naskah kuno, ada 28 eksemplar naskah kuno yang termasuk kategori asli telah dilakukan alih media dan 7 eksemplar belum dilakukan alih media serta 326 termasuk kategori kopian.
3. Dokumentasi
perkiraan. Data yang bisa diambil dari metode ini meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data yang relevan. Dokumentasi berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data dan merupakan bahan utama dalam penelitian historis. Peneliti akan mengambil data dengan melihat dokumen-dokumen yang dimiliki oleh perpustakaan yang berupa laporan alih media.
3.5 Analisis Data
Data dari hasil wawancara berupa jawaban dari informan akan disortir terlebih dahulu untuk mempermudah dalam analisis data dan dihubungkan serta dibandingkan satu dengan yang lainnya. Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beberapa alur kegiatan antara lain adalah:
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian dapat berbentuk teks naratif, tabel dan sebagainya. Untuk mempermudah pemahaman terhadap informasi yang besar jumlahnya, maka dalam penyajian data akan dilakukan penyederhanaan informasi. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks naratif dan gambar.
3. Verifikasi Data
Tahapan selanjutnya adalah verifikasi dari kegiatan sebelumnya dan dilanjutkan ke penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan proses menginterprestasi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode wawancara serta observasi sambil melakukan pencocokan terhadap kesimpulan yang akan dibuat.
3.6 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode triangulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta penjelasan lebih lanjut. Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah:
1. Triangulasi Data
untuk mengoperasikan naskah kuno digital berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kerasipan Provinsi Sumatera Barat.
2. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. Teori yang didapatkan oleh peneliti tidak hanya melalui buku tercetak saja melainkan penulis juga memasukkan teori berdasarkan jurnal, artikel dan literatur lainnya mengenai alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.
3. Triangulasi Metode
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang hasil-hasil peneletian yang dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, baik itu dari hasil pengamatan penulis secara langsung (observasi) maupun dari hasil wawancara dengan pustakawan yang terlibat secara langsung dalam kegiatan alih media naskah kuno. Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan tentang proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini mencakup proses alih media naskah kuno dalam bentuk tercetak ke bentuk digital yang disimpan dalam CD dan DVD serta perangkat keras untuk mengoperasikannya.
Informan pada penelitian ini adalah Kabid dan Staf Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka dan Staf FIB Unand. Berikut daftar karakteristik informan:
Tabel 4.1 Karakteristik Informan
Kode Bagian
Kabid Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka
Staf Pelestarian Bahan Pustaka
Dalam melakukan wawancara peneliti menetapkan Bapak Izmon Azif,
Sebelum melakukan wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan observasi ini. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat lalu dikembangkan lebih dalam sesuai dengan jawaban informan dan wawancara berlangsung secara informal. Suasana dan kondisi selama wawancara bersifat alamiah, tidak dibuat-buat atau tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak formal (informal). Wawancara dilakukan secara berulang apabila peneliti merasa kurang mengerti atau ada yang perlu ditambahi dari wawancara sebelumnya.
4.1 Data
naskah kuno yang telah dialih mediakan. Ada dua kategori dari naskah kuno pada perpustakaan ini yaitu kategori naskah asli dan naskah kopian. Dari 143 judul naskah kuno, ada 28 eksemplar naskah kuno yang termasuk kategori asli telah dialih mediakan dan 7 eksemplar belum dilakukan alih media serta 326 termasuk kategori kopian.
4.1.1 Deskripsi Data
Berikut deskripsi data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat terlihat dari uraian jawaban informan berikut:
I2: “Proses alih media naskah kuno yang paling penting sekali yaitu ahli
waris bersedia koleksi naskahnya dilakukan digitalisa si. Setelah itu
koleksi naskah tersebut dikumpulkan pada suatu ruangan untuk
dilakukan foto terhadap naskah. Pada ruangan tersebut dihitung
jumlah naskah yang telah terkumpul. Jika ada naskah yang kotor dan
rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah
dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan
pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung
dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan
pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam
I3: “Proses alih media naskah kuno pada instansi tersebut yaitu
mengumpulkan atau mencari naskah kuno yang tersimpan pada
masyarakat di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengumpulkan
naskah kuno tersebut tidaklah mudah karena pemilik atau pewaris
naskah tidak mudah memberikan koleksi naskah tersebut kepada
siapa pun. Oleh sebab itu. pihak perpustakaan meminta bantuan
kepada tim FIB Unand dengan menggunakan metode pendekatan
secara kebudayaan. Biasanya jika didekati dengan kebudayaan
masyarakat akan mengeluarkan koleksi yang dimilikinya dan juga
dapat juga diberikan kepada pihak perpustakaan untuk dirawat
sebagaimana mestinya. Tetapi apabila tidak diizinkan mengambil
naskah aslinya pihak perpustakaan hanya melakukan foto setiap
lembar naskah tersebut. Pemotretan dilakukan menggunakan kamera
DSLR canon yang memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan
warna 24 bit. Kualitas foto harus dalam format TIFF atau RAW.
Setelah naskah kuno difoto langkah selanjutnya dilakukan proses
penyuntingan (editing) untuk mengatur fokus kualitas gambar agar
jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah
tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah
disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan
tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.”
I1: “Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sarana dan
prasarana jadi pihak perpustakaan belum menyediakan alat atau
perangkat keras untuk membuka naskah kuno digital tersebut. Untuk
saat ini jika ada pengguna yang ingin menggunakannya harus
membawa laptop yang memili driver CD-ROM atau DVD untuk
membukanya.”
I2: “Perangkat keras yang digunakan belum disediakan oleh pihak
perpustakaan. Jika pengguna ingin membuka naskah kuno digital
maka pengguna harus membawa laptop yang memiliki driver
CD-ROM atau DVD.”
3. Apakah kendala yang dihadapi Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno dapat terlihat dari uraian jawaban informan sebagai berikut:
I1: “Kendala pertama yang dihadapi yaitu dana karena pihak
perpustakaan tidak memiliki anggaran yang memadai untuk
melakukan kegiatan alih media naskah kuno. Anggaran untuk alih
media itu terbatas dan setelah itu ditiadakan pada tahun 2015 untuk
hunting naskah kuno. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah
waktu. Untuk melakukan pendekatan dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Kendala lainnya yaitu sarana dan prasarana serta sumber daya
manusianya terbatas.”
kurang. Jika pihak perpustakaan memiliki sumber daya manusia yang
dapat menerjemahkan naskah kuno digital maka pemanfataan koleksi
tersebut juga pasti lebih banyak. Selain itu pihak perpustakaan juga
belum membuatkan bibliografi naskah tersebut.”
I3: “Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada
naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa
dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang
memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut
untuk dilakukan digitalisasi. Selanjutnya hambatan yang juga
ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan
lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan
mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan
dalam mencari naskah dan waktunya sampai dilakukan
pendigitalan.”
4.1.2 Temuan Penelitian
Temuan hasil penelitian dapat dilihat dari beberapa hasil wawancara yang telah diinterpretasikan dengan teori yang telah ada pada kajian pustaka dan dapat dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut:
4.1.2.1 Proses Alih Media Naskah Kuno dalam Bentuk Digital
pedoman yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan berikut:
I1: “Pedoman yang digunakan dalam proses alih media naskah kuno pada
perpustakaan ini merujuk kepada pedoman pembuatan e-book dan
standar alih media yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional
Republik Indonesia. Didalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh
perpustakaan nasional menjelaskan semua seluk beluk mengenai
tahap awal sampai akhir proses alih media digital.
Menurut Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka dalam buku pedoman pembuatan e-book dan standar alih media menjelaskan dan menjabarkan secara lebih rinci mengenai proses transformasi digital bahan pustaka. Tidak hanya itu saja, di dalam buku pedoman tersebut juga menjelaskan standar yang telah sesuai dalam alih media digital. Kegiatan awal alih media naskah kuno dilakukan pada tahun 2008.
Proses alih media adalah proses mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Ada 3 (tiga) tahapan utama dalam melakukan proses digitalisasi atau alih media menurut Hendrawati (2014, 29) adalah sebagai berikut:
1. Tahapan pra digitalisasi (prosedur awal) merupakan tahap persiapan sebelum dilaksanakannya proses pengambilan objek digital.
Kegiatan pertama yang dipersiapkan adalah lebih bersifat persiapan asministrasi, diantaranya: inventarisasi dan seleksi bahan pustaka, survey kondisi fisik bahan pustaka, evaluasi dan analisis metadata serta penentuan format file digital dan pemilihan metode pengambilan objek digital (capture);
digital, scanner atau alat konversi lainnya, editing, konversi, upload dan menyimpan data dalam cakram padat (CD); dan
3. Tahapan pasca (setelah) digitalisasi. tahapan ini lebih menitik beratkan pada bagaimana objek digital ini disajikan serta dapat diakses oleh pengguna.
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah lebih kepada pengecekkan serta pengontrolan kualitas berkas digital, kelengkapan serta urutan dari berkas digital.
Proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Barat dan tim FIB Unand melakukan tahapan yang hampir sama dengan teori di atas dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:
I2: “Proses alih media naskah kuno yang paling penting sekali yaitu ahli
waris bersedia koleksi naskahnya dilakukan digitalisasi. Setelah itu
koleksi naskah tersebut dikumpulkan pada suatu ruangan untuk
dilakukan foto terhadap naskah. Pada ruangan tersebut dihitung
jumlah naskah yang telah terkumpul. Jika ada naskah yang kotor dan
rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah
dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan
pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung
dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan
pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam
bentuk CD atau DVD.”
I3: “Proses alih media naskah kuno pada instansi tersebut yaitu
mengumpulkan atau mencari naskah kuno yang tersimpan pada
masyarakat di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengumpulkan
naskah tidak mudah memberikan koleksi naskah tersebut kepada
siapa pun. Oleh sebab itu. pihak perpustakaan meminta bantuan
kepada tim FIB Unand dengan menggunakan metode pendekatan
secara kebudayaan. Biasanya jika didekati dengan kebudayaan
masyarakat akan mengeluarkan koleksi yang dimilikinya dan juga
dapat juga diberikan kepada pihak perpustakaan untuk dirawat
sebagaimana mestinya. Tetapi apabila tidak diizinkan mengambil
naskah aslinya pihak perpustakaan hanya melakukan foto setiap
lembar naskah tersebut. Pemotretan dilakukan menggunakan kamera
DSLR canon yang memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan
warna 24 bit. Kualitas foto harus dalam format TIFF atau RAW.
Setelah naskah kuno difoto langkah selanjutnya dilakukan proses
penyuntingan (editing) untuk mengatur fokus kualitas gambar agar
jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah
tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah
disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan
tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.”
mendapatkan koleksi naskah yang dimiliki oleh ahli waris dengan cara melakukan pendekatan secara kebudayaan. Tahapan-tahapan dalam melakukan alih media naskah kuno adalah sebagai berikut: pemotretan, pengeditan dan penyimpanan foto naskah dalam bentuk cakram padat (CD). Pihak perpustakaan tidak melakukan scanning terhadap koleksi naskah yang akan didigitalisasi karena naskah tersebut sudah rentan mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, hanya dilakukan pemotretan sebagai proses alih media naskah kuno.
Tahapan alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) pemotretan, dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR Canon dengan standar yang dianjurkan adalah minimum foto naskah memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan warna 24 bit. Kualitas foto yang disimpan harus dalam format TIFF atau dari format RAW ke format TIFF dan tidak diperkenankan dalam format JPEG atau format JPEG ke format TIFF; (2) Penyuntingan (editing), setelah dilakukan pemotretan selanjutnya dilakukan proses penyuntingan (editing) foto naskah dengan mengatur fokus gambar agar kualitas gambar jelas; (3) Pengemasan (packaging), dilakukan dengan pembuatan
apabila terjadi kerusakan pada CD seperti CD tidak dapat terbaca dan; (4) Penamaan berkas, setelah selesai proses pengemasan (packaging) selanjutnya proses penamaan berkas atau pemberian label pada CD naskah berdasarkan tahun dan lokasi naskah kuno.
tidak
baik
baik
Keterangan:
Symbol Terminal (simbol untuk permulaan atau akhir dari suatu program
Symbol Decision (simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa jawaban/aksi)
Symbol Process (simbol yang menunjukkan pengolahan)
Alur Kerja Proses Kerja
Proses ahli media naskah kuno dapat dilihat dari gambar berikut ini:
1) Double klik shortcut “EOS Utility”, lalu pilih “camera setting atau Remote shooting”
2) Muncul icon seperti gambar di bawah dan tentukan terminal file gambar
Gambar 4.3 Terminal File Gambar
3) Klik tombol eksekusi maka akan keluar program “Digital Photo
Profesional” seperti gambar di bawah ini:
4) Klik tombol pada gambar maka akan keluar gambar seperti di bawah ini:
Gambar 4.5 Tampilan Eksekusi Naskah Kuno
5) Untuk menentukan fokus gambar, dengan cara mengatur posisi lensa pada kamera dan pada tampilan yang tersedia di gambar berikut:
6) Fokus gambar akan menjadi kualitas yang diinginkan
Gambar 4.7 Tampilan Akhir untuk Disimpan dalam CD
Gambar 4.8 Naskah Kuno yang telah Dialihmediakan
Gambar 4.9 Penyimpanan CD atau DVD Naskah Kuno Digital
Sumber daya manusia yang melakukan konservasi serta alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera barat dapat dilihat dari wawancara berikut:
I1: “Tugas dan fungsi untuk melakukan kegiatan alih media ini dilakukan
oleh kasubid dan staf deposit, pengamatan dan pelestarian bahan
pustaka serta di bantu oleh pihak ketiga atau disebut juga dengan
konsultan dari tim FIB Unand. Pihak dati tim FIB Unand yang
terlibat sekitar 2 orang.”
I2: “Jumlah pustakawan yang berada di kasubid deposit, pengamatan
I3: “Dari pihak perpustakaan jumlah staf yang melakukan kegiatan alih
media ini ada 5 orang dan dari tim FIB Unand 2 orang. Kami dari
tim FIB Unand telah bekerja sama dengan pihak perpustakaan dalam
melakukan kegiatan semenjak tahun 2008. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya kenapa mereka mengajak tim FIB Unand untuk
bekerja sama adalah untuk melakukan pendekatan secara kebudayaan
untuk mendapatkan koleksi naskah tersebut.
Dalam hal konservasi naskah kuno Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat memiliki 5 orang staf tetapi dalam hal digitalisasi pihak perpustakaan tidak mempunyai staf khusus untuk menanganinya. Menurut Kabid Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka telah ada salah seorang staf dari perpustakaan yang melakukan pelatihan khusus ke Jepang mengenai digitalisasi bahan pustaka. Oleh karena itu, dalam melakukan alih media perpustakaan bekerja sama dengan tim FIB Unand untuk mengalihmediakan naskah kuno, sedangkan pustakawan hanya melakukan konservasi terhadap naskah kuno yang mengalami kerusakan sebelum dilakukan digitalisasi.
4.1.2.2 Perangkat keras untuk Mengoperasikannya
mengoperasikan naskah kuno digital dapat dilihat dari wawancara dengan informan berikut:
I1: “Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sarana dan
prasarana jadi pihak perpustakaan belum menyediakan alat atau
perangkat keras untuk membuka naskah kuno digital tersebut. Untuk
saat ini jika ada pengguna yang ingin menggunakannya harus
membawa laptop yang memiliki driver CD-ROM atau DVD untuk
membukanya.”
I2: “Perangkat keras yang digunakan belum disediakan oleh pihak
perpustakaan. Jika pengguna ingin membuka naskah kuno digital
maka pengguna harus membawa laptop yang memiliki driver
CD-ROM atau DVD.”
4.1.2.3 Kendala dalam Proses Alih Media Naskah Kuno
Dalam melakukan alih media naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat mengalami berbagai kendala. Hal ini dapat dilihat dari jawaban wawancara informan berikut:
I1: “Kendala pertama yang dihadapi yaitu dana karena pihak
perpustakaan tidak memiliki anggaran yang memadai untuk
melakukan kegiatan alih media naskah kuno. Anggaran untuk alih
media itu terbatas dan setelah itu ditiadakan pada tahun 2015 untuk
hunting naskah kuno. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah
waktu. Untuk melakukan pendekatan dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Kendala lainnya yaitu sarana dan prasarana serta sumber daya
manusianya terbatas.”
I2: “Kendala yang dihadapi sangat banyak sekali apalagi kendala di
lapangan. Kendala lainnya adalah dana dan sumber daya manusia
kurang. Jika pihak perpustakaan memiliki sumber daya manusia yang
dapat menerjemahkan naskah kuno digital maka pemanfataan koleksi
tersebut juga pasti lebih banyak. Selain itu pihak perpustakaan juga
belum membuatkan bibliografi naskah tersebut.”
I3: “Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada
naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa
dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang
memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut
ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan
lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan
mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan
dalam mencari naskah dan waktunya sampai dilakukan
pendigitalan.”
Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat mengalami beberapa kendala. Berikut ini kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno bentuk digital:
1. Dana dan Anggaran
Dana untuk melakukan proses alih media naskah kuno bersifat fleksibel dan berfluktuasi tergantung situasi dan kondisi. Dana yang dianggarakan terbatas untuk kegiatan digitalisasi naskah kuno. Dana digunakan untuk observasi mulai dari biaya selama perjalanan menuju lokasi tempat naskah kuno yang akan ditinjau sampai pada proses alih media sampai selesai.
dan kenyataannya kendala dana merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan digitalisasi naskah kuno.
2. Waktu
Daerah untuk mencari koleksi naskah kuno yang disimpan masyarakat sangat jauh. Selain tempatnya jauh, belum tentu ahli waris ingin mengeluarkan dan menyerahkan koleksi yang dimilikinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, pihak ketiga yang bekerja sama dengan pihak perpustakaan melakukan pendekatan secara sosial dan budaya agar ahli waris setuju menyerahkan koleksinya. Pendekatan sosial yang dilakukan membutuhkan waktu yang lama agar ahli waris setuju untuk menyerahkan koleksinya kepada perpustakaan untuk disimpan dan dialihmediakan.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat belum memadai. Contohnya perangkat keras seperti driver CD-ROM atau DVD untuk mengoperasikan naskah kuno tidak disediakan oleh pihak perpustakaan. Oleh karena itu, pengguna kesulitan untuk mengoperasikan naskah kuno digital.
4. Sumber Daya Manusia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dimulai sejak tahun 2008. Dalam melakukan kegiatan ini pihak BPAD Provinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan staf dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Berikut ini kesimpulan tentang proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.
a. Proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) pemotretan, dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR Canon dengan standar minimum foto memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan warna 24 bit; (2) Penyuntingan (editing) dilakukan dengan cara mengatur fokus gambar agar kualitas gambar jelas; (3) Pengemasan (packaging), pembuatan file naming yang berisi nama file dan penomorannya agar naskah tersusun dari halaman pertama sampai halaman akhir. dan; (4) Penamaan berkas atau pemberian label pada CD naskah berdasarkan tahun dan lokasi naskah kuno.
c. memiliki driver tersebut maka naskah kuno digital tersebut tidak dapat dioperasikan.
d. Dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat mengalami berbagai macam kendala. Kendala yang sering dialami yaitu dana atau anggaran, waktu, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka saran dari penulis sebagai berikut:
a. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat disarankan kepada seluruh pustakawan pada bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka mengikuti pelatihan tentang alih media naskah kuno agar kegiatan ini dapat dilakukan oleh pustakawan sendiri tanpa melibatkan pihak ketiga.
b. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat juga disarankan untuk menyediakan driver CD-ROM atau DVD untuk mengoperasikan naskah kuno digital agar pengguna dapat menggunakan naskah kuno digital.