• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMULIHAN DAN PEMBANGUNAN 4.1 Pemulihan Wilayah Pascabencana

4.2 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perumahan dan Permukiman

4.1.2 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Infrastruktur

Bencana gempa, tsunami, serta likuefaksi yang terjadi di Palu dan sekitarnya menyebabkan kerusakan infrastruktur dalam skala besar. Berdasarkan data BNPB kerugian pada sektor Infrastruktur nilai ter data sebesar Rp 986,19 miliar, dengan nilai kerugian sebesar Rp 59,4 miliar Setelah bencana terjadi, muncul beberapa dampak lanjutan akibat bencana yaitu:

1. Hilangnya sarana dan prasarana dasar berdampak pada terganggunya aktivitas masyarakat;

2. Rusaknya sistem transportasi, komunikasi, logistik berdampak pada terputusnya akses pada wilayah tertentu yang menghambat proses evakuasi dan terisolasinya beberapa wilayah;

3. Hancurnya sistem transportasi, komunikasi, logistik serta infrastruktur energi stagnan ekonomi, berdampak pada depresi ekonomi; dan

36 4. Kejadian bencana yang seketika terjadi berdampak pada timbulnya rasa

tidak aman/trauma masyarakat.

Gambar IV.2 Kebijakan dan Strategi Pemulihan Sektor Infrastruktur

Sumber: Hasil Analisis, 2018 Kebijakan dan Strategi

1. Mengidentifikasi data dan informasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur.

a) Menyediakan data dan informasi lengkap (data terlama hingga terbaru) mengenai kondisi infrastruktur yang ada di wilayah terdampak pasca-bencana secara mendalam;

b) Menggunakan data historis bencana dalam melihat potensi bencana serta potensi kerusakan pada infrastruktur; dan

c) Melakukan analisis multi risiko bencana untuk infrastruktur yang akan dibangun kembali.

2. Memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan dasar.

a) Pembangunan kembali sarana dan prasarana kebutuhan dasar yang tahan terhadap gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi serta bencana lain yang relevan; dan

37 b) Menetapkan prioritas utama pada pembangunan kembali infrastruktur air minum, sanitasi, drainase, dan persampahan terpadu dengan kawasan perumahan;

3. Mengembangkan kembali sistem transportasi dan komunikasi yang lebih baik.

a) Membuka akses dan jalur jalan utama untuk pengembangan wilayah;

b) Memprioritaskan pelaksanaan rehabilitasi prasarana terkait dengan akses masuk antara lain pelabuhan laut, bandara strategis, terminal angkutan darat (tipe A, B, dan C) beserta jaringan pendukungnya;

c) Mempersiapkan lanjutan rencana jalur kereta api;

d) Merehabilitasi fasilitas telekomunikasi yang ada dan/ atau membangun fasilitas baru yang tahan terhadap potensi bencana di masa depan.

4. Merehabilitasi dan merekonstruksi fasilitas distribusi energi dan kelistrikan.

a) Memprioritaskan rehabilitasi jaringan distribusi kelistrikan;

b) Mengarahkan upaya rekonstruksi untuk mendukung diversifikasi sumber energi listrik yang ramah lingkungan dan berbasis sumber daya terbarukan;

c) Menyediakan sumber energi migas untuk kebutuhan masyarakat. 5. Mendukung upaya menjaga ketersediaan pangan.

a) Memprioritaskan rehabilitasi jaringan irigasi pada wilayah dimana pertani penggarapnya telah siap dan diutamakan pada wilayah-wilayah pusat kegiatan ekonomi dan pemukiman; dan

b) Membantu upaya perbaikan jaringan tambak rakyat, khususnya pada jaringan primer dan sekunder.

6. Memulihkan rasa aman bagi penduduk terkena bencana.

a) Meningkatkan persiapan fasilitas infrastruktur yang mendukung upaya penyelamatan terhadap ancaman bencana;

b) Mengatasi masalah genangan melalui rehabilitasi dan pembangunan saluran drainase utama atau perbaikan alur alam; c) Merehabilitasi dan merekonstruksi drainase kawasan untuk

mengurangi potensi dampak negatif kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat;

d) Membangun sistem peringatan dini dan fasilitas penyelamatan melalui pembangunan bukit penyelamatan dan jalur penyelamatan pada daerah pemukiman kawasan pantai rawan bencana tsunami; dan

e) Mengendalikan banjir untuk wilayah yang rawan melalui kegiatan normalisasi sungai, perbaikan/ pembangunan tanggul, dan perbaikan fasilitas pengendali banjir.

7. Menerapkan secara konsisten prinsip-prinsip investasi.

a) Melakukan studi kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial, budaya, dan agama untuk setiap kegiatan peningkatan dan pembangunan fasilitas baru sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melakukan investasi;

b) Memprioritaskan optimalisasi prasarana dan sarana yang telah dibangun, sebelum menetapkan pembangunan fasilitas baru;

38 c) Menerapkan keterpaduan intermodal prasarana dan sarana dalam

menetapkan prioritas pelaksanaan kegiatan;

d) Keputusan jadwal pelaksanaan perlu selalu memperhatikan tingkat kepentingan (urgency) dan tingkat kesiapan (readiness);

e) Menerapkan metode pelaksanaan dan sistem logistik yang efisien. 4.1.3 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sosial dan Budaya

Gambar IV.3 Kebijakan dan Strategi Pemulihan Sektor Sosial dan Budaya

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Bencana gempa, tsunami, serta likuefaksi yang terjadi di Palu dan sekitarnya tidak hanya menyebabkan dampak yang bersifat fisik namun juga non fisik.Masyarakat merupakan bagian yang paling dirugikan karena kejadian bencana dapat menghilangkan nyawa dan menyebabkan efek jangka panjang dari segi psikologi masyarakat. Berdasarkan data BNPB, kerusakan dan kerugian pada sektor sosial adalah sebesar 3,25 triliun, dan kerugian sebesar 120,3 miliar. Adapun permasalahan yang diakibatkan oleh adanya bencana yaitu:

1. Hilangnya banyak nyawa dengan ratusan ribu korban luka-luka baik ringan maupun berat yang menjadi pengungsi.

2. Bencana berdampak pada psikologi masyarakat memicu adanya depresi dan menimbulkan trauma bagi masyarakat.

3. Tertundanya kegiatan belajar mengajar disebabkan oleh hancurnya fasilitas pendidikan

4. Kesehatan masyarakat menurun diakibatkan oleh ketahanan pangan, gizi menurun dan lingkungan pascabencana yang kurang memadai untuk ditinggali.

5. Hilangnya budaya asli setempat diakibatkan oleh hilangnya bukti sejarah lokal dan tokoh-tokoh masyarakat yang menjadi korban bencana.

39 Kebijakan dan Strategi

1. Meningkatkan fasilitas keamanan dan perlindungan bagi masyarakat korban bencana.

a) melakukan pendataan korban baik yang sudah meninggal, maupun luka-luka sehingga diketahui jumlah kebutuhan dasar; dan

b) memberi bantuan tempat perlindungan sementara serta fasilitas mendasar lain seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang mempertimbangkan kebutuhan kelompok rentan. 2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat korban bencana.

a) melakukan pendampingan psikologi kepada korban bencana; dan b) memberikan bantuan dan jaminan bagi korban bencana dan

masyarakat rentan.

3. Memfasilitasi pendidikan yang berkelanjutan.

a) melakukan perbaikan serta memaksimalkan fungsi fasilitas pendidikan yang sudah ada;

b) menyediakan sarana pendidikan tambahan serta aksesibilitas yang menjangkau masyarakat;

c) menyelenggarakan pendidikan darurat dan sekolah siaga bencana; dan

d) menyelenggarakan pendidikan bencana pada seluruh golongan usia untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

4. Meningkatkan kualitas kesehatan korban bencana.

a) memperbaiki dan membangun kembali fasilitas pelayanan kesehatan yang rusak serta menyediakan sarana dan alat kesehatannya; dan

b) mencegah dan mengendalikan dampak penyakit menular dan tidak menular serta meningkatkan kualitas gizi masyarakat.

5. Melestarikan warisan budaya baik adat, tradisi dan kegiatan seni.

a) Membangun kembali bukti sejarah masyarakat melalui puing-puing bangunan pascabencana (monumen peringatan bencana); b) Mengoptimalkan fungsi komunitas dalam membangun komunikasi

dan jejaring dalam kesiapsiagaan maupun sistem peringatan dini; dan

c) Melestarikan kembali budaya lokal bertutur dalam penyampaian ancaman bencana yang dapat diterima masyarakat, misalnya Kota Palu berasal dari Topalu’e atau tanah terangkat atau masyarakat Sulawesi tengah yang mengenal likuifaksi dengan isitilah “nalodo”. 4.1.4 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perekonomian Wilayah dan

Masyarakat

Bencana gempa, tsunami, serta likuifaksi yang terjadi di Palu dan sekitarnya menyebabkan kerusakan dan kerugian pada sektor perekonomian sebesar Rp 2,83 triliun, dengan nilai kerugian sebesar Rp 1,9 triliun. Adapun lumpuhnya perekonomian akibat bencana disebabkan oleh:

1. Rusaknya hampir seluruh sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan ekonomi baik kegiatan ekonomi lokal maupun non lokal; 2. Menurunnya aktivitas ekonomi terkait dengan produksi, perdagangan

dan pariwisata;

3. Hilangnya fungsi sistem keuangan;

4. Pengangguran disebabkan oleh kegiatan usaha yang tidak berjalan serta rusaknya sarana prasarana pendukung kegiatan ekonomi.

40 Gambar IV.4 Kebijakan dan Strategi Pemulihan Sektor Perekonomian

Sumber: Hasil Analisis, 2018 Kebijakan dan Strategi

1. Memulihkan fasilitas pelayanan masyarakat yang mendukung kegiatan ekonomi.

a) Melakukan perbaikan sarana prasarana pendukung pelayanan masyarakat yang berkaitan langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat; dan

b) Memulihkan fungsi pasar untuk menunjang kegiatan sehari-hari masyarakat.

2. Memulihkan kegiatan perbankan.

a) Melakukan perbaikan sarana perbankan serta mengembalikan fungsi intermediasi;

b) Mengidentifikasi nasabah beserta ahli warisnya; dan c) Restrukturisasi aset perbankan.

3. Memulihkan pendapatan masyarakat korban bencana.

a) Menyediakan lapangan kerja yang berkaitan dengan rehabilitasi rekonstruksi dan sesuai dengan lokasi permukiman baru seperti pertanian yang lebih tahan terhadap bencana; dan

b) Memberikan pelatihan berbagai pekerjaan kepada masyarakat yang kehilangan pekerjaan, melalui pelatihan vokasi, kewirausahaan, dan mobile training unit.

4. Memberikan bantuan kepada masyarakat korban bencana.

a) Memberikan bantuan langsung melalui pendekatan berbasis masyarakat;

b) Memberikan hibah langsung maupun kemudahan kredit perbankan; dan

41 5. Meningkatkan dukungan kepada masyarakat korban bencana.

a) menyediakan insentif kredit berupa pemutihan kredit dan peringanan beban kredit, serta pemberian bantuan teknis;

b) mengoptimalkan pemanfaatan dana desa untuk padat karya tunai; c) melakukan penguatan koperasi, UMKM, dan IKM melalui

penyuluhan, bimbingan teknik, pendampingan, serta bantuan modal usaha; dan

d) menyediakan pendampingan kepada komunitas. 4.1.5 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Lintas Sektor

Lintas sektor pada sub bab ini terdiri dari keamanan dan ketertiban, fungsi pemerintahan, perempuan, anak-anak dan kelompok rentan (disabilitas). Menurut data BNPB, lintas Sektor dinilai memiliki total kerusakan dan kerugian terendah, dengan nilai kerusakan sebesar Rp. 346,2 miliar, dan kerugian sebesar Rp. 94,9 miliar.

Gambar IV.5 Kebijakan dan Strategi Pemulihan Lintas Sektor

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berikut adalah permasalahan yang diakibatkan oleh bencana:

1. Meningkatnya kerentanan perempuan dan anak-anak terhadap tindakan pelecehan seksual dan perdagangan manusia;

2. Meningkatnya kerentanan penyandang disabilitas pascabencana karena akses penggunaan fasilitas yang semakin terbatas;

3. Kerusakan pada sarana prasarana pemerintahan serta menurunnya jumlah aparatur pemerintah akibat menjadi korban dalam bencana;