• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis peneliti pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil rekomendasi sebagai berikut:

KPK dan Kepolisian harus tetap menjaga hubungan dengan baik sebagai lembaga penegak hukum, serta tingkatkan koordinasi dalam penanganan tindak pidana korupsi yang dijalankan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku.

Disamping itu, sangatlah dibutuhkan pembentukan Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi untuk mengatur mekanisme dari koordinasi dan supervisi KPK dengan instansi lain dalam hal penanganan tindak pidana korupsi agar tidak menimbulkan lagi konflik terhadap penanganan perkara korupsiantarinstansi.

82

DAFTAR PUSTAKA Buku

Adji, Indiryanto Seno, Korupsi dan Penegakan Hukum, Jakarta, Diadit Media

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2004, Cet. Pertama

Anggriani, Jum, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012

Danil, Elwi, Korupsi Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, Jakarta, RajaGarfindo Persada, 2011

Djaja, Ermansjah, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta, Sinar Grafika, 2009

Djaja, Ermansjah, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta, Sinar Grafika, 2013

Friedman, Lawrence M., Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Bandung, Nusa Media, 2009

Fuadi, Munir, Dinamika Teori Hukum,Bogor, Ghalia Indonesia, 2010

Gunadi, Ismu dan Jonaedi Efendi, Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana, Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2014

Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2008

Hamzah, Andi, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2005

Hamzah, Fahri, Demokrasi, Transisi, Korupsi Orkstra Pemberantasan Korupsi Sistemik, Jakarta, Yayasan Faham Indonesia, 2012

Harahap, Krisna,Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung, Bandung: Grafitri Bandung, 2006

Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikandan Penuntutan, Jakarta, Sinar Grafika, 2009

Hartanti, Evi, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, Cet. Pertama

Hartati, Evi, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, Cet. Ketiga

HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta, RadjaGrafindo Persada, 2014

Juhari, Abdul Muis, Fungsi Dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara Di Indonesia, Bandung, Universitas Pasundan, 2016

Latif, Abdul, Hukum Administrasi Dalam Praktik TIndak Pidana Korupsi, Jakarta, Kencana, 2014, Cet. Pertama

Maheka, Arya, Mengenali dan Memberantas Korupsi, Jakarta, Komisi Pemberantasan Korupsi

Mas, Marwan, Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara, Depok, PT. RajaGrafindo Persada, 2018

Nurdjana, Igm, Sistem Hukum Pidana Dan Bahaya Laten Korupsi Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010

Renggong, Ruslan, Hukum Acara Pidana, Jakarta, Prenadamedia Group, 2014

Setijo, Pandji, Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa, Jakarta, PT. Grasindo, 2011

Tutik, Titik Triwulan, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta, Prenada Media Group, Cet. Pertama

Wahyu Prabandary, Noviana,Koordinasi Antar Institusi Dalam Pengelolaan Benda Cagar Budaya Candi Borobudur, Jurnal Koordinasi Antar Institusi, FISUNY

Widjajanti, Ermania dan Septa Candra, Pemikiran Romli Atmasasmita Tentang Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2016

Internet

https://belapendidikan.com/macam-macam-pendekatan-dalam-penelitian-hukum/ diakses pada tanggal 19 Juli 2019

http://humanlawoffice.blogspot.com/2014/05/proses-dan-mekanisme-perkara- pidana.html?m=1diakses pada tanggal 30 Mei 2019

https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/ diakses pada 13 Maret 2019

http://kbbi.web.id/koordinasidiakses pada 31 Maret 2019

http://rahmaliarose.blogspot.com/2013/11/fungsi-koordinasi-dalam-manajemen- modern.html diakses pada 19 Juli 2019

http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-wawancara-tujuan-wawancara- jenis-wawancara.htmldiakses pada tanggal 14 November 2018

http://www.kpk.go.id/sekilas-komisi-pemberantasan-korupsi diakses pada 14 Oktober 2018

http://www.kpk.go.id/sekilas-kpk diakses pada tanggal 14 Oktober 2018 https://krisnaptik.com/blog/kedudukan-polri-dan-system-kepolisian-di-era-

demokrasi/ diakses pada 9 Juli 2019

kpk-polri-kejaungdiakses pada tanggal 13 Maret 2019

https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt57300a1bb0982/diakses pada tanggal 10 Juni 2019

https://media.neliti.com>publicationsdiakses pada 14 Oktober 2018

http://nasional.sindonews.com/read/672953/18/solusi-kasus-simulator-sim- 1347862291 diakses pada 14 Oktober 2018

https://nefifitriana.blogspot.com/2016/07/teori-koordinasi.htmldiakses pada

tanggal 30 September 2019

https://www.academia.edu/11924944 diakses pada 23 Maret 2019

https://www.academia.edu/21545536/SEJARAH_BERDIRINYA_KPK?auto=do wnloaddiakses pada tanggal 15 Mei 2019

https://www.bbc.com/indonesia/amp/indonesia-39432933 diakses pada tanggal 13 Maret 2019

www.academia.edu/5708875diakses pada 29 Maret 2019

www.sumberpengertian.co/pengertian-koordinasi-menurut-para-ahli diakses pada 31 Maret 2019

www.pengertianparaahli.com/pengertian-implementasi-adalah/ diakses pada 31 Maret 2019

www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-mekanisme/ diakses pada 31 Maret 2019

http://kbbi.web.id/mekanisme diakses pada 31 Maret 2019

Jurnal

Penuntutan Money Laundering”, Jurnal Ilmiah Syari‟ah, Vol. 17, No. I, 2018

Sahid, Asep A., Konflik KPK VS Polri jilid III: Konsentrasi Kuasa Dalam

Penegakan Hukum di Indonesia, http://journal.uinsgd.ac.id>download

diakses pada tanggal 14 Oktober 2018

Ulya, Zaki, Hukum Kelembagaan Negara (Kajian Teoritis Perkembangan

Lembaga Negara Pasca

Reformasi),h.16https://www.researchgate.net/publication/330981083,

diakses pada tanggal 22 Maret 2019

Yadyn, dkk.,Problematika Penegakan Hukum di Indonesia Menuju Hukum yang

Responsif Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila,

h.6,http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/699413c70548c75a4d377b0c9a623 d8f.pdf, diakses pada tanggal 10 April 2019

Ebook

Koordinasi Pengelolaan Program Jaminan Sosial, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 2015,

Wawancara

Data lapangan berupa wawancara dari narasumber terkait, yaitu Ibu Titik Utami, S.H., M.Kn. menjabat sebagai JPU KPK di bagian Koordinasi dan Supervisi Penindakan Korupsi

Peraturan Perundang-Undangan

Kesepakatan Bersama Antara Kejakasaan RI, Kepolisian RI, dan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentang Optimalisasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2012

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan dan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan KPK Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi.

Kesepakatan Bersama Antara Kejakasaan RI, Kepolisian RI, dan Komisi Pemberantasan Korupsi Tentang Optimalisasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2012

Memorandum Of Understanding Antara KPK, Kejaksaan, dan Kepolisian Tentang Kerja Sama Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Tahun 2017.

Transkip Wawancara

Narasumber : Titik Utami, S.H., M.Kn.

Jabatan : JPU bagian koordinasi dan supervise penindakan.

1. Bagaimana bentuk-bentuk koordinasi KPK dan Kepolisian dalam penanganan tindak pidana korupsi, baik pencegahan maupun penindakannya?

Kalau pencegahan sih bentuknya itu lebih tepatnya begini, kita membuat suatu in house training itu sebenarnya juga tujuannya untuk pencegahan, dalam hal bagaimana sih alur penanganan perkara TPK atau TPU? Nah salah satunya itu tadi, dengan pelatihan, dengan in house training, itu yang dilakukan oleh KPK.

Terus yang kedua juga sebenarnya kadang-kadang kita sebagai narasumber itu juga dalam bentuk pencegahan kepada Gakkum lain dalam hal penanganan perkara tindak pidana korupsi.

Kalau penindakannya, yaitu tadi, ada penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Salah satu yang sudah kita lakukan dalam hal penindakan ini, kita banyak membantu terkait dengan kegiatan fasilitasi, contohnya misalnya kan sekarang sudah ada SPDP, di UU KPK bahwa untuk Kejaksaan maupun Kepolisian itu melaporkan SPDP ke KPK, nah dari situ kita selalu update terkait dengan penanganan perkara tindak pidana korupsi. Setiap tahunnya kita selalu mengupdate perkara-perkara yang ditangani oleh Kepolisian maupun Kejaksaan. Selain mengupdate, kita juga sering menanyakan perkara-perkara yang berlarut-larut, kenapa itu tidak ditindak lanjuti? kesulitannya apa? Nah kita memfasilitasi dengan misalnya pemeriksaan saksi, pemeriksaan ahli. Apakah misalnya saksi-saksi di luar Jakarta nih, kita bawa ke sini (KPK) si penyidiknya untuk membuat BAP itu dengan fasilitas KPK, dalam hal itu ruangan, transportasi, akomodasi itu yang kita lakukan. Kalau ada kesulitan ahli, kita juga fasilitasi mengenai ahli apa yang dibutuhkan itu kita lakukan bersama-sama dengan penyidik-penyidik itu.

SPDP bias dilakukan secara onlinebaru 2018 akhir, sekarang ini berjalan dengan bimteknya dari kita.

UU KPK Pasal 44 ayat 4: KPK dapat melimpahkan tugas penyidikan kepada Kepolisian ??

Ada beberapa perkara yang memang kita sudah,, jadi gini, kita sudah nangani nih perkara pokoknya. Jadi ada beberapa bentuk, ada yang sudah kita tangani, misalnya kita menangani perkara tindak pidana, missal “pengadaan fasilitas air” nah itu misalnya yang A ditangani oleh kita, dan sebagian yang sepelitan-spelitannya ini diserahkan ke Kepolisian/Kejaksaan. Ada juga yang memang sejak semula kita langsung limpahkan kepada Kepolisian atau Kejaksaan. Jadi ada 2 bentuk.

Alasan-alasan dilimpahkan?

Kalau yang memang dari awal kita limpahkan, itu pertama ada kewenangan tuh nilai, terus yang kedua tidak masuk dari kewenangan KPK, kan kalo KPK disebut PN, gakkum, ada juga yang memang gakkum kita serahkan supaya pihak kepolisian maupun kejaksaan juga memprosesnya, sebagai trigger mechanism.

Pasal 12 UU KPK : KPK dapat meminta bantuan kepada Kepolisian untuk Penangkapan, penggeledahan, penahanan, penyitaan?

Sejauh ini yang sering kita laksanakan kalau meminta bantuan Penangkapan sering banget yang DPO (Daftar Pencarian Orang). Kalau penahanan tidak meminta bantuan, dilakukan oleh KPK sendiri. Penggeledahan dan Penyitaan juga sama dilakukan oleh KPK sendiri.

2. Bagaimana pelaksaan mekanisme koordinasi KPK dan Kepolisian?

Biasanya sebelum KPK mengirim surat, kita (KPK dengan Kepolisian) sudah berhubungan telepon, kerena sebelum kita surat menyurat, kita sudah koordinasi dulu. Lalu setelah itu, resminya kita berkirim surat, kebutuhannya

apa, keperluannya apa. Kita memberikan informasi bahwa kita membutuhkan koordinasi terkait “ini”.

Kalau misalnya terkait perkara Pidsus, kita koordinasinya langsung di dispinsus di Polda. Kalau untuk di pihak Polres, langsung ke bagian untuk tindak pidana khusus. Kalau di Mabes langsung bareskrim.

3. Bagaimana dampak dari koordinasi KPK dan Kepolisian?

Lebih enak berkoordinasi.

Misalnya, oh yang diinginkan dari KPK tuh misalnya umumnya kita untuk perkara ini, kita yg menjadi saksi misalnya ini “A, B, C, D”, ini si saksi-saksi itu beradanya dimana, itu kan perlu bantuan tuh untuk pengamanan, karena si saksinya atau tersangkanya misalnya punya “kekuatan”, misalnya dia Kepala Daerah dan punya massa. Nah kita gak punya personil untuk pengamanan banyak, nah kita perlu/butuh bantuan. Kita minta bantuan kesana, kita butuh dari Kepolisian untuk menangani ini.

Begitu pula sebaliknya, dari Kepolisian butuh nih contohnya koordinasi kita butuh ahli nih, ahli terkait pengadaan misalnya pengadaan lift. Lift kan butuh macam-macam nih, ada konstruksinya, ada elektroniknya, ini yang mana nih yang dibutuhkan? Jika sudah ditetapkan, oh iitu spesifikasi dari ahli tuh ini, lalu kita bersurat. Lebih cepat. Lebih dapat yang diinginkan, daripada langsung bersurat.

4. Adakah hambatan-hambatan dalam berkoordinasi?

Hambtan, kalo perbedaan pendapat sudah biasa. Misalnya, terkait dengan penerapan pasal-pasal. Misalnya yang satu pasal 12, yang satu pasal 5, pasalnya kan mirip-mirip tuh, lebih tepatnya ancaman hukumnya.

Dokumen terkait