• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Operasi suatu sistem pembangkit listrik, termasuk PLTS, memerlukan kedisiplinan dalam pengoperasian dan pemeliharaan agar sistem pembangkit dapat bekerja dengan baik. Karena itu, Tim Pengelola Desa (TPD) yang bertanggungjawab atas pengoperasian PLTS harus disiplin dalm mengoperasikan sistem sesuai SOP yang telah disepakati. Pihak konsumen juga harus turut memelihara sistem PLTS yang ada di rumah masing-masing serta ikut memelihara jaringan listrik

2. Pihak pemerintah daerah kabupaten perlu untuk terus memberikan pembinaan kepada TPD, baik teknis maupun manajemen pengoperasian pembangkit, serta penyuluhan pemanfaatan listrik sehingga keberadaan listrik di desa ikut mendorong pertumbuhan sektor-sektor pembangunan desa lainnya

3. Pemerintah daerah kabupaten perlu untuk melakukan evaluasi tahunan terhadap pengoperasian PLTS Terpusat di desa-desa sehingga kendala-kendala di lapangan dapat diinventarisir serta dikelola agar tujuan pembangunan PLTS Terpusat dapat tercapai dengan baik

4. Jika sistem PLTS Terpusat akan direalisasikan, maka direkomendasikan untuk melibatkan masyarakat setempat dalam pembangunan pembangkit listrik tersebut, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan non-teknis. Keterlibatan masyarakat desa sejak awal hingga akhir akan menimbulkan rasa memiliki dan tanggungjawab yang kuat untuk menjaga dan memelihara sistem pembangkit listrik agar tetap berlanjut.

Bagian II

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah maju dan berkembang pesat. Di bidang produksi, iptek telah mampu menyediakan produk yang aman dan lebih baik; di bidang transportasi telah mampu meningkatkan mobilitas orang dan barang; di bidang energi baru dan terbarukan (EBT) iptek telah mampu memberikan alternatif sumber energi utama untuk pembangkitan energi listrik; di bidang kesehatan mampu memperpanjang harapan hidup; di bidang komunikasi internet menjadi icon kehidupan masyarakat modern; dan lain-lain, termasuk rutinitas kehidupan rumah tangga dan perkantoran, iptek memberikan kemudahan dan kenyamanan sehingga meningkatkan produktivitas manusia. Semua teknologi ini hanya dapat dinikmati apabila masyarakat mempunyai akses terhadap energi listrik, karena sebagian besar teknologi tersebut menggunakan energi listrik sebagai penggerak utamanya. Bagi masyarakat yang belum memiliki listrik, semua kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan oleh iptek tidak akan dapat dinikmati.

Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat, yang ada di pedalaman atau daerah- daerah terpencil, masih belum mendapatkan akses infrastruktur energi listrik sebagaimana dengan daerah-daerah di pesisir dan perkotaan. PLN Wilayah Kalimantan Barat, yang

melayani kebutuhan energi listrik wilayah ini, menghadapi beberapa kendala untuk elektrifikasi daerah-daerah tersebut. Kendala ini adalah, antara lain, prasarana transportasi yang masih belum memadai, kerapatan penduduk yang relatif kecil sedangkan jarak ke desa-desa relatif jauh, anggaran belanja investasi sarana sistem kelistrikan yang masih terbatas, dan lain-lain, sehingga elektrifkasi di daerah-daerah pedalaman dan terpencil perlu dilakukan melalui perencanaan yang seksama dan bertahap. Tambahan lagi, PLN Kalimantan Barat masih dominan menggunakan bahan bakar diesel dalam pembangkitan listrik. Bahan bakar jenis ini harganya dari tahun ke tahun terus bertambah mahal karena cadangannya mulai berkurang. Penggunaan sumber energi ini memang sudah saatnya dicarikan alternatif penggantinya, sehingga sampai pada saatnya dimana bahan bakar diesel sulit didapat, wilayah ini sudah mendapatkan pengganti dari energi tersebut. Salah satu alternatif energi pengganti yang menarik untuk dikembangkan adalah sumberdaya EBT potensi lokal.

Dalam rangka menyediakan energi listrik di wilayah Kabupaten Kubu Raya, dengan penekanan pada optimalisasi potensi sumberdaya alam yang ada, Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya menganggap masih perlu adanya kajian-kajian teknis terkait dengan pembangunan pembangkit listrik yang bersumber pada sumberdaya alam tersebut, terutama dari sumber EBT. Salah satu sumberdaya pembangkitan energi listrik yang teknologinya sudah mapan dan kompetitif adalah energi surya atau energi matahari, sumberdaya ini selalu dimiliki oleh setiap desa di Kabupaten Kubu Raya. Untuk merealisasikan pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya melaksanakan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya adalah menentukan kelayakan pembangunan sistem PLTS Terpusat di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Tanjung Beringin akan energi listrik dengan memanfaatkan energi matahari.

Gambar 1. 2 Lokasi Kegiatan : Kecamatan Batu Ampar

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam rangka mencapai maksud dan tujuan sebagaimana telah disebutkan di atas, maka ruang lingkup kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Melakukan survey ke desa yang diteliti untuk mengetahui keinginan masyarakat terhadap listrik, khususnya listrik tenaga surya, ketersediaan lahan untuk pembangkit listrik, topografi desa, jumlah rencana konsumen, sosial-ekonomi masyarakat, dan lain-lain.

2. Menyusun rancangan sistem PLTS Terpusat, meliputi pusat pembangkit listrik tenaga surya, jaringan distribusi listrik, menentukan jumlah PJU, sambungan rumah, dan instalasi rumah.

3. Menyiapkan konsep lembaga pengelola PLTS Terpusat.

Bab 2

Gambaran Umum

2.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

2.1.1 Deskripsi Lokasi

Nama Desa : Tanjung Beringin

Nama Kecamatan : Batu Ampar

Nama Kabupaten : Kubu Raya

Koordinat Geografis Desa : S: 0o 25.801’ dan E: 109o 57.827’

2.1.2 Akses ke Lokasi

Desa Tanjung Beringin merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya yang dimana desa ini memiliki keunikan yaitu berbatasan langsung dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Ketapang. Hingga saat ini, akses yang tersedia untuk menuju Desa Tanjung Beringin hanyalah melalui jalan darat dan sungai.

Dari Bandara Supadio (bandara terdekat dengan lokasi) di Kabupaten Kubu Raya, akses personil menuju Desa Tanjung Beringin dapat dilakukan melalui jalan darat (dapat dilalui dengan kendaran sepeda motor maupun roda empat) menuju jalan Trans Kalimantan Kecamatan Sungai Ambawang hingga menuju Kecamatan Tayan Hilir melintasi Jembatan

Tayan di Kabupaten Sanggau. Kemudian dari Jembatan Tayan Hilir perjalanan dilanjutkan menuju Desa Labai Hilir yaitu desa yang sudah masuk ke Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Selanjutnya dari Desa Labai Hilir dilanjutkan dengan perjalanan air menggunakan motor air sampai ke Desa Tanjung Beringin.

Untuk mobilitas barang ke lokasi, dapat ditempuh melalui Pelabuhan Dwikora Pontianak. Kemudian selanjutnya menggunakan perjalanan darat (dapat dilalui dengan kendaran sepeda motor maupun roda empat) menuju jalan Trans Kalimantan Kecamatan Sungai Ambawang hingga menuju Kecamatan Tayan Hilir melintasi Jembatan Tayan di Kabupaten Sanggau. Kemudian dari Jembatan Tayan Hilir perjalanan dilanjutkan menuju Desa Labai Hilir yaitu desa yang sudah masuk ke Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Selanjutnya dari Desa Labai Hilir dilanjutkan dengan perjalanan air menggunakan transportasi air sampai ke Desa Tanjung Beringin. Tabel 2.1. dan 2.2. memberikan rincian aksebilitas personil dan barang menuju Desa Tanjung Beringin.

Tabel 2. 3 Aksesibilitas Personil ke Lokasi

No Rute Jarak (Km) Waktu Tempuh (Jam) Alat Transportasi Kondisi Jalan

1 Bandara Udara Supadio – Kuala labai

247 8,5 Roda 2/4 Baik

2 Kuala labai – Desa Tanjung Beringin

14,5 1 Motor Air

Tabel 2. 4 Aksesibilitas Barang Ke lokasi

No Rute Jarak (Km) Waktu Tempuh (Jam) Alat Transportasi Kondisi Jalan

1 Pelabuhan Dwikora – Kuala labai

229 8 Roda 2/4 Baik

2 Kuala labai – Desa Tanjung Beringin

Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 memperlihatkan rute perjalanan dari Pelabuhan Pontianak atau dari Bandara Supadio menuju lokasi kegiatan dan lokasi desa

Tabel 2. 5 Rute Perjalanan dari Pelabuhan Pontianak atau Bandara Supadio menuju Desa Tanjung Beringin

Gambar 2. 3 Lokasi Desa Tanjung Beringin

2.1.3 Akses ke Jaringan PLN

Ibukota Kecamatan Batu Ampar yang berada di pulau Batu Ampar telah memiliki listrik PLN dengan bahan bakar disel. Sementara Desa Tanjung Beringin yang berada di sisi lain dari Pulau Batu Ampar masih belum memiliki listrik PLN. Transportasi antara desa ini dengan ibu kota kecamatan hanya bisa diakses melalui jalur sungai. Kendala ini membuat PLN sangat sulit untuk memperluas jaringan listrik dari ibukota Kecamatan ke Desa Tanjung Beringin.

2.1.4 Hasil Survey Lokasi Pembangunan PLTS Terpusat

Desa Tanjung Beringin

Jumlah Rumah : 168

Jumlah Fasum : 8

Daftar Nama Calon Konsumen : terlampir

Kerapatan Rumah : 2 rumah/km

Data kelompok permukiman disekitar lokasi : terlampir Layout sistem dan jaringan distribusi : terlampir

Luas lahan / lokasi : 1 ha

Kontur lahan / lokasi : Datar

Elevasi lahan/lokasi : Datar

Lahan/lokasi bebas banjir/longsor : ya

Vegetasi sekitar lahan / lokasi : pepohonan Jenis tanah lahan / lokasi : kering

Koordinat lokasi PLTS terpusat : S 0° 25.783' E 109° 57.732'

Kegempaan : tidak ada potensi

Kegunungapian : tidak ada

Musim : bulan basah (>200 mm)

Suhu udara rerata bulanan : 26.7oC Kelembaban rerata bulanan : 82.8% Curah hujan rerata bulanan : 357.6 mm Kecepatan Angin rerata bulanan : 9-16 knot

Lama penyinaran matahari bulanan : 49.3% (perioda 08.00-16.00)

2.2 Komponen PLTS Terpusat

Peralatan Utama PLTS Terpusat terdiri dari :

1. Sel dan Modul Fotovoltaik

Sel fotovoltaik mengubah radiasi matahari menjadi listrik. Untuk mendapatkan daya dan/atau tegangan listrik yang diinginkan, sel fotovoltaik dihubungkan secara seri,

paralel, atau kombinasi seri-paralel, kemudian dilaminasi dan menjadi suatu kesatuan rangkaian yang disebut modul fotovoltaik

2. Baterai

Baterai memenuhi dua tujuan penting dalam sistem fotovoltaik, yaitu untuk memberikan daya listrik kepada sistem ketika daya tidak disediakan oleh array panel-panel surya, dan untuk menyimpan kelebihan daya yang dihasilkan oleh panel-panel-panel-panel setiap kali daya itu melebihi beban

3. Pengendali Baterai (Solar Charge Controller) Fungsi alat pengendali ini pada umumnya :

• Mengatur transfer energi dari modul PV → baterai → beban, secara efisien dan

semaksimal mungkin • Mencegah baterai dari :

o Over Charge

Pemutusan pengisian (charging) baterai pada tegangan batas atas, untuk menghindari gasing, yang dapat menyebabkan penguapan air baterai dan korosi pada grid baterai

o Under Discharge

Pemutusan pengosongan (discharging) baterai pada tegangan batas bawah, untuk menghindari pembebanan berlebih yang dapat menyebabkan sulfas baterai

• Membatasi daerah tegangan kerja baterai • Menjaga/memperpanjang umur baterai

• Mencegah beban berlebih dan hubung singkat • Melindungi dari kesalahan polaritas terbalik

4. Inverter

Inverter adalah alat yang berfungsi untuk mengubah arus searah (direct current– DC ), yang dibangkitkan oleh sistem modul fotovoltaik dan disimpan ke dalam baterai, menjadi arus bolak balik (alternating current–AC ), sehingga dapat di- distribusikan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik sebagaimana disediakan oleh pembangkit konvensional (diesel genset dari PLN).

5. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah

Jaringan tenaga listrik yang dioperasikan dengan tegangan rendah yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta kelengkapannya

6. Sambungan Rumah (titik terdekat dari tiang ke rumah)

Saluran listrik yang menghubungkan instalasi pelanggan dan jaringan distribusi 7. Instalasi Pelanggan

Bab 3

Aspek Kelayakan

3.1 Aspek Legal

Status tanah lokasi untuk pembangunan PLTS Terpusat pada Desa Tanjung Beringin adalah milik pemerintah (milik desa). Lahan/lokasi ini tidak berada dalam wilayah HPT/konversi, melainkan berada di tengah-tengah desa.

3.2 Aspek Sosial Ekonomi

Aspek ini bertujuan untuk menilai kemampuan masyarakat dalam membiayai pengoperasian dan pemeliharaan PLTS, meliputi :

Jumlah penduduk : 763 jiwa

Jumlah KK : 220

Mata pencaharian pokok : Petani

Sumber Perekonomian : Pertanian

Pola konsumsi energi untuk penerangan selama ini : bahan bakar bensin dan solar

Rata-rata pendapatan KK/bulan : Rp 1.800.000,-

3.3 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan perhitungan besarnya kapasitas PLTS yang akan dipasang dengan perhitugan baterai modul surya yang diperlukan.

3.3.1 Perhitungan Jumlah Energi Beban

Beban yang dihitung merupakan kebutuhan energi listrik yang akan dicatu daya oleh PLTS. Untuk melaksanakan perhitungan beban ditetapkan terlebih dahulu efisiensi inverter dan sistem tegangan yang akan dipakai.

Contoh perhitungan

• Jumlah kebutuhan daya/energi listrik dengan daya minimal Rumah Tangga minimal

300-350 Wh/hari/unit

• Fasilitas umum maksimal 600-700 Wh/hari/fasum (atau dapat disesuaikan dengan

kebutuhan)

• PJU 50 Wh/hari/unit

• Cadangan energi 30% untuk antisipasi pertambahan penduduk dan penurunan kinerja

komponen PLTS

• A1 Efisiensi Inverter (desimal): 0,95

• A2 Tegangan sistem baterai (48V / 120V / 240V): 48 Volt • A3 Keluaran tegangan Inverter: (230/400) Volt

• Kemudian dilakukan perhitungan jenis beban dan energi yang dibutuhkan seperti pada

tabel berikut :

Jenis Beban Jumlah A4

Kuota Energi (Wh)

A5

Total Energi (bxA4) (Wh/hari)

(a) (b) (c) (d)

Rumah 100 300 30.000

Fasum 3 600 1.800

PJU 37 50 1.850

Cadangan Energi (30%) 10.095

Sub Total 2 43.745

Rugi-rugi Sistem (30%) 18.747

Total 62.492

• A6 Jumlah energi beban per hari (jumlah A5): 62.492 Wh

• A7 Jumlah kebutuhan Ah beban per hari (A6/A2): 62492/48 = 1301 Ah

3.3.2 Perhitungan Kapasitas Baterai

• B1 Jumlah hari tanpa matahari yang dibutuhkan: 3 hari

• B2 DOD (depth-of-discharge) batas pengambilan energi (desimal) = 0,8 • B3 Kapasitas baterai yang dibutuhkan ((A7xB1)/B2) = 4878,75 Ah

• B4 Kapasitas Amp-hour baterai yang dipilih 1000 Ah (800/1000/1200/1500/2000) Ah • B5 Jumlah baterai dihubung paralel (B3/B4) = 5 (dibulatkan ke atas)

• B6 Jumlah baterai dihubung seri (A2/tegangan baterai yang dipilih) = 24 • B7 Jumlah total baterai (B5xB6) = 120

• B8 Total kapasitas amp-hour baterai (B5xB4) = 5000 Ah

• B9 Total kapasitas kilowatt-hour baterai ((B8xA2)/1000) = 240 kWh

3.3.3 Perhitungan Kapasitas Modul Surya

• C1 Jumlah total kebutuhan energi beban per hari (A6) 62.492 Wh • C2 Keluaran energi rangkaian modul yang dibutuhkan (C1) 62.492 Wh • C3 Tegangan modul pada daya maksimum pada STC (24 x 0.85) = 20,4 V • C4 Daya maksimum modul surya pada kondisi STC 200 watt

• C5 Jam matahari (peak sun hours) pada bulan yang dipilih 4 hours (4 jam) • C6 Keluaran energi modul surya per hari (C4 x C5) 800 Wh

• C7 Keluaran energi pada temperatur operasi (DF x C6) = 0,8 x 800 = 640 Wh

DF = 0,8 untuk lokasi yang mempunyai temperatur ambient tinggi

• Kapasitas pembangkit (C4 x C8) = 19600 Wp, dibulatkan 20 kWp

3.3.4 Kebutuhan BOS yang Harus Dipenuhi

Kebutuhan BOS (balance-of-system) yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

12. Pengkabelan harus memadai untuk memastikan bahwa losses kurang dari 1% dari produksi energi

13. MCB rating dan jenisnya harus memenuhi kebutuhan tegangan dan arus 14. Semua baterai yang di seri harus diproteksi dengan fuse

15. Antar komponen utama dilengkapi dengan saklar pemutus (disconnecting switch) 16. Junction box memenuhi persyaratan IP 65

17. Koneksi antar modul surya menggunakan koneksi plug-in socket

18. Konektor baterai menggunakan tembaga dan diberi pelindung isolator agar aman bagi operator dan dilengkapi proteksi baterai

19. Dari field ke power house menggunakan kabel dengan spesifikasi untuk ditanam di dalam tanah

20. Kabel daya dari baterai ke inverter, tipe NYAF

21. Kabel power dari inverter ke panel distribusi, tipe NYY

22. Resistansi pembumian harus ≤ 5 ohm (SNI). Untuk memperoleh resistansi yang terendah dapat digunakan beberapa batang (rod ) pembumian yang disatukan

3.4 Aspek Pengelolaan

Tugas dan kewajiban Pemda sebelum melaksanakan pembangunan PLTS :

• Menetapkan lembaga pengelola oleh kepala daerah tingkat II • Menetapkan iuran berdasarkan kesepakatan bersama

• Menetapkan standar operasi prosedur pengoperasian dan pemeliharaan PLTS • Menyediakan biaya operasi dan perawatan (dilampirkan surat kesediaan Pemda)

• Melakukan pembinaan kepada lembaga pengelola (dilampirkan surat kesediaan

Pemda)

Gambar 3. 2 Struktur Organisasi Pengelola PLTS Terpusat

Tinjauan aspek manajemen dan operasional lebih ditekankan kepada ketersediaan tenaga kerja dan organisasi yang akan mengelola dan memelihara PLTS Terpusat.

Pelatihan dan panduan tentang mengelola dan memelihara PLTS mutlak diperlukan bagi organisasi yang dibentuk. Pelatihan panduan tersebut meliputi :

• Pelatihan cara pengoperasian PLTS Terpusat

• Pelatihan perawatan PLTS Terpusat sehingga mampu mengatasi persoalan teknis

yang timbul selama pengoperasian PLTS Terpusat

• Pelatihan mengenai perawatan rutin seperti pembersihan permukaan modul surya,

perbaikan kecil bangunan sipil, dll

• Panduan mengenai pengelolaan dana untuk perbaikan keperluan besar, seperti

kerusakan bangunan sipil, peralatan mekanikal-elektrikal, jaringan transmisi, dll • Panduan iuran bagi masyarakat setempat agar masyarakat setempat dapat mem-

peroleh nilai ekonomi dari pengoperasian dan keberlangsungan PLTS Terpusat • Menyiapkan panduan pengelolaan keuangan, administrasi, daftar spare part

3.5 Aspek Usulan Biaya Operasional dan Pemeliharaan

• Gaji Bulanan TPD, yaitu : o Operator o Bendahara o Petugas Lapangan o Penanggungjawab • Pemeliharaan Bulanan

• Pengeluaran Perbaikan Bulanan • Tabungan Bulanan yang Diharapkan

Biaya operasional diatur sedemikian rupa sehingga selalu terdapat tambahan tabungan bulanan. Tabungan ini nantinya akan digunakan untuk penggantian kompo- nen/peralatan utama, seperti baterai, pada saat umur teknisnya habis, biasanya dalam perioda 3–5 tahun.

Pengaturan biaya operasional sangat tergantung pada jumlah konsumen dan penetapan tarif listrik. Semakin besar jumlah konsumen semakin rendah tarif listriknya. Penentuan besar tarif listrik dan biaya operasional dan pemeliharaan dilakukan dalam rapat desa. Dalam rapat desa ini juga dilakukan pemilihan anggota TPD (Tim Pengelola Desa).

Bab 4

Rancangan Teknis

4.1 Kapasitas PLTS Terpusat

Kapasitas PLTS Terpusat pada desa yang diteliti dihitung menggunakan teknik perhitungan yang diberikan pada seksi 3.3. Perhitungan ini menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:

• Rencana konsumsi energi/hari/rumah tangga sebesar 300 Wh • Rencana konsumsi energi/hari/fasilitas umum sebesar 600 Wh • Rencana konsumsi energi/hari/PJU sebesar 120 Wh

• Cadangan energi antisipasi pertambahan penduduk dan penurunan kinerja komponen

PLTS sebesar 30%

• Lama pelayanan 12 jam per hari

• Jumlah hari tanpa matahari selama 2 hari • DOD (Depth Of Discharge) sebesar 0,8 • Jam matahari rata-rata 4,5 jam

Berdasarkan asumsi tersebut didapatkan:

• PV Array

o Modul PV 265 Wp, Voc 38,1 V, Vmp 30,9 V, Isc 8,58 A, efisiensi 16,1% o Jumlah modul 208 buah, paralel 104 buah, seri 2 buah

o Kapasitas total PV array 50 kWp • Bank Baterai

o Jumlah baterai 360 buah, paralel 15 buah, seri 24 buah o Kapasitas bank baterai 720 kWh, 15000 Ah, 48 V • Inverter

o Tegangan 48 Vdc/230-400 Vac 20 kW • Solar Charge Regulator

o Kapasitas 1149 A 48 V • Konsumen

o Jumlah konsumen rumah tangga 184 (RT 1, RT 2, RT 5 dan RT 6) o Jumlah konsumen fasilitas umum 8

o Jumlah PJU 258 buah • Jaringan Distribusi

o Panjang jaringan TR 20,620 km o Tegangan 220/380 Vac

o Twisted cable (3x25 + 1x25) mm2

o Tiang listrik galvanized 7m jumlah 516 buah

4.2 Rancangan Sistem dan Konstruksi

4.2.1 Modul Surya

• Jenis modul adalah Mono/Polycrustalline Silicon • Kapasitas per modul minimal 200Wp

• Toleransi daya ±3% (lebih kurang tiga persen) • Efisiensi minimal 16% (enam belas persen)

• Koneksi antar modul surya Plug and Play, kabel koneksi diletakkan menggunakan

cable tray di bawah modul

• Sertifikasi hasil tes uji produk yang masih berlaku (dapat berupa tes uji dari seri

produk yang sama) dikeluarkan oleh lembaga uji independen (bukan merupakan uji QA dari pabrikan)

• Sertifikasi pengujian B2TKE-BPPT • Garansi produk 10 (sepuluh) tahun

• Garansi kinerja 20 (dua puluh) tahun (degradasi 1% (satu persen) per tahun) • Wajib menggunakan produk dalam negeri, yang dibuktikan dengan melampirkan

salinan tandah sah capaian tingkat komponen dalam negeri paling sedikit 40% (empat puluh persen) yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian

• Label data performance modul surya ditempel di bagian belakang modul

• Grounding Modul menggunakan jenis kabel NYY Yellow Green 35 mm2 (tiga puluh lima milimeter persegi)

4.2.2 Inverter

Inverter yang digunakan 2 (dua) jenis yaitu inverter on-grid (solar inverter) dan inverter off-grid (batterry inverter). Kedua inverter harus dapat terkoneksi melalui jaringan listrik AC saja, tanpa jaringan komunikasi lain. Hal ini memungkinkan komunikasi antar inverter on-grid dan off-grid yang terpisah-pisah dengan jarak yang jauh. Dengan fitur ini, semua inverter dapat berkomunikasi hanya dengan menggunakan AC power line tanpa perlu tambahan jaringan komunikasi lainnya. Dengan mengubah frekuensi AC, inverter juga harus mempunyai kemampuan untuk dapat meregulasi fluktuasi beban atau Frequency-Shift Power Control (FSPC).

Pada siang hari, seluruh energi yang dihasilkan oleh modul surya akan dialirkan langsung oleh inverter on-grid langsung ke rumah-rumah pengguna/fasilitas umum (beban). Jika beban yang dilayani lebih kecil dari energi yang dihasilkan oleh modul surya, maka kelebihan energi

tersebut akan dipakai untuk mengisi (charging) baterai. Pada saat baterai dalam kondisi penuh, maka inverter off-grid (baterai inverter) akan secara otomatis menghentikan suplai ke baterai. Sebaliknya, jika beban yang dilayani lebih besar dari energi yang dihasilkan atau malam hari, maka inverter off-grid akan mengkonversi energi yang tersimpan pada baterai (discharging) untuk melayani beban.

Spesifikasi On-grid Inverter (Solar Inverter):

• Minimal daya output total disesuaikan dengan kapasitas beban puncak • Jumlah inverter minimal 2 (dua) unit

• Tegangan output 3/N/PE; 230/400 VAC (dua ratus tiga puluh/empat ratus Voltage

Alternating Current), 50 Hz (lima puluh Hertz), untuk PLTS sampai 20 kWp (dua puluh kilowatt peak) menggunakan satu atau tiga fasa, untuk PLTS kapasitas di atas 20 kWp (dua puluh kilowatt peak) menggunakan tiga fasa

• Gelombang output sinus murni

• Efisiensi ≥ 98% (lebih besar sama dengan sembilan puluh delapan persen) • Total Harmonic Distortion :≤ 5% (lebih kecil sama dengan lima persen)

• Sistem proteksi over load, short circuits, over temperature,over/under voltage, reverse

polarity

• Indikator (LCD display) inverter voltage dan current, inverter frequency, load current

dan load voltage

• Indeks proteksi IP 65 (enam puluh lima) • Fitur data logger dan interface dengan RMS

• Standarisasi uji IEC 61727: Photovoltaic (PV) Systems-Characteristics of the Utility

Interface

• Garansi minimal 5 (lima) tahun

• Minimal daya output total disesuaikan dengan kapasitas output pembangkit • Jumlah inverter minimal 2 (dua) unit

• Tegangan input baterai minimal 48 VDC (empat puluh delapan Voltage Direct Current) • Tegangan output 3/N/PE; 230/400 VAC (dua ratus tiga puluh/empat ratus Voltage

Alternating Current), 50 Hz (lima puluh Hertz), satu fasa atau tiga fasa • Gelombang output sinus murni

• Efisiensi ≥ 95% (lebih besar sama dengan sembilan puluh lima persen) • Total Harmonic Distortion :≤ 4% (lebih kecil sama dengan empat persen) • Sistem proteksi over load, short circuits, over temperature,over/under voltage

• Indikator (LCD display) inverter voltage dan current, inverter frequency, battery

voltage dan current, load current dan load voltage • Indeks proteksi IP 54 (lima puluh empat)

• Fitur battery temperature sensor, battery equalization, data logger dan interface dengan

RMS, Grid Forming

• Standarisasi uji IEC 61683: Photovoltaic Systems-Power Conditioners-Procedure for

Measuring Effeciency

• Garansi minimal 5 (lima) tahun

4.2.3 Solar Charge Regulator (SCR)

• Daya output total kapasitas minimal disesuaikan dengan daya output total PV Array • Jumlah SCR minimal sesuai dengan jumlah PV Array

Dokumen terkait