Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk-Nya sehingga LAPORAN AKHIR kegiatan ini yang telah disusun sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
LAPORAN AKHIR ini secara garis besar berisi penjabaran dan kerangka acuan yang meliputi pendahuluan, gambaran umum lokasi, aspek kelayakan, rancangan teknis, serta keseimpulan dan rekomendasi.
LAPORAN AKHIR ini merupakan tahap akhir dari beberapa tahapan pelaporan kegiatan ini, sehingga sangat diperlukan saran dan masukan dari semua pihak.
Pontianak, Oktober 2020 TIM PELAKSANA
F.TRIAS PONTIA W. ST,MT.IPM. ASEAN ENG
Daftar Isi
Kata Pengantar ... 1 Daftar Isi ... 2 Daftar Gambar ... 6 Daftar Tabel ... 7 Bagian I... 8Desa Tanjung Harapan ... 8
Bab 1 ... 9
Pendahuluan ... 9
1.1 Latar Belakang ... 9
1.2 Maksud dan Tujuan ... 10
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan ... 12
Bab 2 ... 13
Gambaran Umum ... 13
2.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan ... 13
2.1.1 Deskripsi Lokasi ... 13
2.1.2 Akses ke Lokasi ... 13
2.1.3 Akses ke Jaringan PLN... 16
2.1.4 Hasil Survey Lokasi Pembangunan PLTS Terpusat... 17
2.2 Komponen PLTS Terpusat ... 18
Bab 3 ... 19
Aspek Kelayakan ... 19
3.1 Aspek Legal... 20
3.2 Aspek Sosial Ekonomi ... 20
3.3 Aspek Teknis ... 20
3.3.1 Perhitungan Jumlah Energi Beban ... 20
3.3.2 Perhitungan Kapasitas Baterai ... 21
3.3.3 Perhitungan Kapasitas Modul Surya ... 22
3.3.4 Kebutuhan BOS yang Harus Dipenuhi ... 22
3.4 Aspek Pengelolaan ... 23
3.5 Aspek Usulan Biaya Operasional dan Pemeliharaan ... 24
Bab 4 ... 25
4.1 Kapasitas PLTS Terpusat ... 25
4.2 Rancangan Sistem dan Konstruksi ... 27
4.2.1 Modul Surya ... 27
4.2.2 Inverter... 28
4.2.3 Solar Charge Regulator (SCR) ... 30
4.2.4 Baterai (Battery Bank) ... 30
4.2.5 Penyangga Modul Surya (Module Array Support)... 31
4.2.6 Sistem Pengkabelan dan Grounding ... 33
4.2.7 Panel Distribusi... 35
4.2.8 Pyranometer ... 36
4.2.9 Remote Monitoring System (RMS) ... 36
4.2.10 Instalasi Rumah ... 36
4.2.11 Rumah Pembangkit (Power House) ... 37
4.2.12 Sistem Pengaman ... 39
4.2.13 Jaringan Distribusi, Sambungan, dan Instalasi Rumah ... 39
4.2.14 Subsistem Instalasi Rumah ... 41
4.2.15 Penangkal Petir ... 43
4.3 Estimasi Anggaran Biaya Pembangunan PLTS Terpusat ... 44
4.4 Gambar Teknik ... 47
Bab 5 ... 48
Kesimpulan dan Rekomendasi ... 48
5.1 Kesimpulan... 48
5.2 Rekomendasi ... 49
Bagian II ... 50
Desa Tanjung Beringin ... 50
Bab 1 ... 51
Pendahuluan ... 51
1.1 Latar Belakang ... 51
1.2 Maksud dan Tujuan ... 53
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan ... 53
Bab 2 ... 55
Gambaran Umum ... 55
2.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan ... 55
2.1.1 Deskripsi Lokasi ... 55
2.1.2 Akses ke Lokasi ... 55
2.1.4 Hasil Survey Lokasi Pembangunan PLTS Terpusat... 58
2.2 Komponen PLTS Terpusat ... 59
Bab 3 ... 62
Aspek Kelayakan ... 62
3.1 Aspek Legal... 62
3.2 Aspek Sosial Ekonomi ... 62
3.3 Aspek Teknis ... 63
3.3.1 Perhitungan Jumlah Energi Beban ... 63
3.3.2 Perhitungan Kapasitas Baterai ... 64
3.3.3 Perhitungan Kapasitas Modul Surya ... 64
3.3.4 Kebutuhan BOS yang Harus Dipenuhi ... 65
3.4 Aspek Pengelolaan ... 65
3.5 Aspek Usulan Biaya Operasional dan Pemeliharaan ... 66
Bab 4 ... 68
Rancangan Teknis ... 68
4.1 Kapasitas PLTS Terpusat ... 68
4.2 Rancangan Sistem dan Konstruksi ... 69
4.2.1 Modul Surya ... 69
4.2.2 Inverter... 70
4.2.3 Solar Charge Regulator (SCR) ... 72
4.2.4 Baterai (Battery Bank) ... 73
4.2.5 Penyangga Modul Surya (Module Array Support)... 74
4.2.6 Sistem Pengkabelan dan Grounding ... 75
4.2.7 Panel Distribusi... 77
4.2.8 Pyranometer ... 78
4.2.9 Remote Monitoring System (RMS) ... 78
4.2.10 Instalasi Rumah ... 79
4.2.11 Rumah Pembangkit (Power House) ... 79
4.2.12 Sistem Pengaman ... 81
4.2.13 Jaringan Distribusi, Sambungan, dan Instalasi Rumah ... 82
4.2.14 Subsistem Instalasi Rumah ... 84
4.2.15 Penangkal Petir ... 86
4.3 Estimasi Anggaran Biaya Pembangunan PLTS Terpusat ... 87
4.4 Gambar Teknik ... 90
Bab 5 ... 90
5.1 Kesimpulan... 90 5.2 Rekomendasi ... 91 Referensi ... 92 Lampiran A ... 94 Dokumentasi Foto... 94 Lampiran B ... 99 Gambar Teknik ... 99 Lampiran C ... 100
Daftar Gambar
Gambar 1. 1 Lokasi Kegiatan : Kecamatan Batu Ampar ... 11
Gambar 1. 2 Lokasi Kegiatan : Kecamatan Batu Ampar ... 53
Gambar 2. 2 Rute Perjalanan dari Pelabuhan Pontianak atau Bandara Supadio menuju Desa Tanjung Harapan………...15
Gambar 2. 3 Lokasi Desa Tanjung Harapan... 16
Gambar 2. 4 Lokasi Desa Tanjung Beringin ... 58
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi Pengelola PLTS Terpusat………...23
Gambar 3. 3 Struktur Organisasi Pengelola PLTS Terpusat ... 66
Daftar Gambar Lampiran
Gambar A. 1 Gerbang Desa Tanjung Harapan ... 95Gambar A. 2 Kantor BPD Tanjung Harapan ... 95
Gambar A. 3 SDS Jarak Jauh Desa Tanjung Harapan ... 96
Gambar A. 4 Kondisi Rumah Desa Tanjung Harapan ... 96
Gambar A. 5 Kantor Desa Tanjung Beringin ... 97
Gambar A. 6 Poskesdes Desa Tanjung Beringin ... 97
Gambar A. 7 Rumah Adat Desa Tanjung Beringin ... 98
Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Aksesibilitas Personil ke Lokasi ... 14
Tabel 2. 2 Aksesibilitas Barang Ke lokasi ... 14
Tabel 2. 3 Aksesibilitas Personil ke Lokasi ... 56
Tabel 2. 4 Aksesibilitas Barang Ke lokasi ... 56
Tabel 2. 5 Rute Perjalanan dari Pelabuhan Pontianak atau Bandara Supadio menuju Desa Tanjung Beringin ... 57
Tabel 4. 1 Daftar Mata Pembayaran Umum Lokasi Desa Tanjung Harapan………45
Tabel 4. 2 Daftar Mata Pembayaran Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Lokasi Desa Tanjung Harapan ... 45
Tabel 4. 3 Daftar Mata Pembayaran Pekerjaan Sipil Lokasi Desa Tanjung Harapan ... 46
Tabel 4. 4 Daftar Rekapitulasi Anggaran Biaya Lokasi Desa Tanjung Harapan ... 47
Tabel 4. 5 Daftar Mata Pembayaran Umum Lokasi Desa Tanjung Beringin... 87
Tabel 4. 6 Daftar Mata Pembayaran Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Lokasi Desa Tanjung Beringin ... 88
Tabel 4. 7 Daftar Mata Pembayaran Pekerjaan Sipil Lokasi Desa Tanjung Beringin ... 89
Tabel 4. 8 Daftar Rekapitulasi Anggaran Biaya Lokasi Desa Tanjung Beringin ... 89
Bagian I
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah maju dan berkembang pesat. Di bidang produksi, iptek telah mampu menyediakan produk yang aman dan lebih baik; di bidang transportasi telah mampu meningkatkan mobilitas orang dan barang; di bidang energi baru dan terbarukan (EBT) iptek telah mampu memberikan alternatif sumber energi utama untuk pembangkitan energi listrik; di bidang kesehatan mampu memperpanjang harapan hidup; di bidang komunikasi internet menjadi icon kehidupan masyarakat modern; dan lain-lain, termasuk rutinitas kehidupan rumah tangga dan perkantoran, iptek memberikan kemudahan dan kenyamanan sehingga meningkatkan produktivitas manusia. Semua teknologi ini hanya dapat dinikmati apabila masyarakat mempunyai akses terhadap energi listrik, karena sebagian besar teknologi tersebut menggunakan energi listrik sebagai penggerak utamanya. Bagi masyarakat yang belum memiliki listrik, semua kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan oleh iptek tidak akan dapat dinikmati.
Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat, yang ada di pedalaman atau daerah- daerah terpencil, masih belum mendapatkan akses infrastruktur energi listrik sebagaimana dengan daerah-daerah di pesisir dan perkotaan. PLN Wilayah Kalimantan Barat, yang melayani kebutuhan energi listrik wilayah ini, menghadapi beberapa kendala untuk elektrifikasi daerah-daerah tersebut. Kendala ini adalah, antara lain, prasarana transportasi yang masih belum memadai, kerapatan penduduk yang relatif kecil sedangkan jarak ke desa-desa relatif jauh, anggaran belanja investasi sarana sistem kelistrikan yang masih terbatas, dan lain-lain, sehingga elektrifkasi di daerah-daerah
pedalaman dan terpencil perlu dilakukan melalui perencanaan yang seksama dan bertahap. Tambahan lagi, PLN Kalimantan Barat masih dominan menggunakan bahan bakar diesel dalam pembangkitan listrik. Bahan bakar jenis ini harganya dari tahun ke tahun terus bertambah mahal karena cadangannya mulai berkurang. Penggunaan sumber energi ini memang sudah saatnya dicarikan alternatif penggantinya, sehingga sampai pada saatnya dimana bahan bakar diesel sulit didapat, wilayah ini sudah mendapatkan pengganti dari energi tersebut. Salah satu alternatif energi pengganti yang menarik untuk dikembangkan adalah sumberdaya EBT potensi lokal.
Dalam rangka menyediakan energi listrik di wilayah Kabupaten Kubu Raya, dengan penekanan pada optimalisasi potensi sumberdaya alam yang ada, Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya menganggap masih perlu adanya kajian-kajian teknis terkait dengan pembangunan pembangkit listrik yang bersumber pada sumberdaya alam tersebut, terutama dari sumber EBT. Salah satu sumberdaya pembangkitan energi listrik yang teknologinya sudah mapan dan kompetitif adalah energi surya atau energi matahari, sumberdaya ini selalu dimiliki oleh setiap desa di Kabupaten Kubu Raya. Untuk merealisasikan pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya melaksanakan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya adalah menentukan kelayakan pembangunan sistem PLTS Terpusat di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Tanjung Harapan akan energi listrik dengan memanfaatkan energi matahari.
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Dalam rangka mencapai maksud dan tujuan sebagaimana telah disebutkan di atas, maka ruang lingkup kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan survey ke desa yang diteliti untuk mengetahui keinginan masyarakat terhadap listrik, khususnya listrik tenaga surya, ketersediaan lahan untuk pembangkit listrik, topografi desa, jumlah rencana konsumen, sosial-ekonomi masyarakat, dan lain-lain.
2. Menyusun rancangan sistem PLTS Terpusat, meliputi pusat pembangkit listrik tenaga surya, jaringan distribusi listrik, menentukan jumlah PJU, sambungan rumah, dan instalasi rumah.
3. Menyiapkan konsep lembaga pengelola PLTS Terpusat.
Bab 2
Gambaran Umum
2.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan
2.1.1 Deskripsi Lokasi
Nama Desa : Tanjung Harapan
Nama Kecamatan : Batu Ampar
Nama Kabupaten : Kubu Raya
Koordinat Geografis Desa : S: 0o 52.473’ dan E: 109o 16.985’
2.1.2 Akses ke Lokasi
Hingga saat ini, akses yang tersedia untuk menuju Desa Tanjung Harapan hanyalah melalui jalan darat dan sungai.
Dari Bandara Supadio (bandara terdekat dengan lokasi) di Kabupaten Kubu Raya, akses personil menuju Desa Tanjung Harapan dapat dilakukan melalui jalan darat (dapat dilalui dengan kendaran sepeda motor maupun roda empat) menuju Pelabuhan Rasau Jaya di Desa Rasau Jaya, Kecamatan Rasau Jaya di Kubu Raya. Kemudian dari Pelabuhan Rasau Jaya dilanjutkan dengan perjalanan air menggunakan motor air sampai ke Pelabuhan Padang tikar. Dari Pelabuhan Padang Tikar dilanjutkan dengan perjalanan darat menggunakan kendaraan sepeda motor sampai ke Desa Tanjung Harapan.
Untuk mobilitas barang ke lokasi, dapat ditempuh melalui Pelabuhan Dwikora Pontianak. Kemudian selanjutnya menggunakan perjalanan darat (dapat dilalui dengan kendaran sepeda motor maupun roda empat) menuju Pelabuhan Desa Rasau Jaya. Selanjutnya menggunakan
transportasi air menuju Pelabuhan Padang Tikar. Dari Pelabuhan Padang Tikar ke Desa Tanjung Harapan dapat ditempuh dengan jalur darat. Tabel 2.1. dan 2.2. memberikan rincian aksebilitas personil dan barang menuju Desa Tanjung Harapan.
Tabel 2. 1 Aksesibilitas Personil ke Lokasi
No Rute Jarak (Km) Waktu Tempuh (Jam) Alat Transportasi Kondisi Jalan
1 Bandara Udara Supadio – Pelabuhan Rasau Jaya
18,5 0,5 Roda 2/4 Baik
2 Pelabuhan Rasau Jaya – Pelabuhan Padang Tikar
67 4,5 Motor Air
3 Pelabuhan Padang Tikar – Desa Tanjung Harapan
25 1 Roda 2 sedang
Tabel 2. 2 Aksesibilitas Barang Ke lokasi
No Rute Jarak (Km) Waktu Tempuh (Jam) Alat Transportasi Kondisi Jalan 1 Pelabuhan Dwikora – Pelabuhan Rasau Jaya
36,5 1 Roda 2/4 Baik
2 Pelabuhan Rasau Jaya– Pelabuhan Padang Tikar
67 4,5 Motor Air
3 Pelabuhan Padang Tikar– Desa Tanjung Harapan
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 memperlihatkan rute perjalanan dari Pelabuhan Pontianak atau dari Bandara Supadio menuju lokasi kegiatan dan lokasi desa
Gambar 2. 1 Rute Perjalanan dari Pelabuhan Pontianak atau Bandara Supadio menuju Desa Tanjung Harapan
Gambar 2. 2 Lokasi Desa Tanjung Harapan
2.1.3 Akses ke Jaringan PLN
Ibukota Kecamatan Batu Ampar yang berada di pulau Batu Ampar telah memiliki listrik PLN dengan bahan bakar disel. Sementara Desa Tanjung Harapan yang berada di Kecamatan Batu Ampar masih belum terdapat aliran listrik seperti di RT 03 Dusun Selatseh, RT 05 Dusun Gunung Buah, RT 06 Dusun Bunbun. Sedangkan RT 01, 02 Dusun Karya Indah dan RT 04 Dusun Gunung Buah sudah terdapat aliran listrik PLN. Dimana dusun-dusun di Desa Tanjung Harapan ini terpisah-pisah oleh perbukitan dan lautan. Keadaan ini membuat PLN sangat sulit untuk memperluas akses jaringan listrik ke lokasi tersebut dari tiga Dusun RT 03, RT 05, RT 06 yang belum terdapat aliran listrik.
Jaringan listrik PLN yang terdekat dengan RT 03 Dusun Selatseh Desa Tanjung Harapan berada di Desa Ambarawa. Untuk jaringan listrik PLN yang terdekat dengan RT 05 Dusun Gunung Buah dan RT 06 Dusun Bunbun Desa Tanjung Harapan berada di Kecamatan Batu Ampar.
2.1.4 Hasil Survey Lokasi Pembangunan PLTS Terpusat
Desa Tanjung Harapan
Jumlah Rumah : 436
Jumlah Fasum : 12
Jumlah Lampu PJU : -
Daftar Nama Calon Konsumen : terlampir
Kerapatan Rumah : 1 rumah/km
Data kelompok permukiman disekitar lokasi : terlampir Layout sistem dan jaringan distribusi : terlampir
Luas lahan / lokasi : 1 ha
Kontur lahan / lokasi : Datar
Elevasi lahan/lokasi : Datar
Lahan/lokasi bebas banjir/longsor : ya
Vegetasi sekitar lahan / lokasi : pepohonan Jenis tanah lahan / lokasi : kering
Koordinat lokasi PLTS terpusat : S0° 55.237' E109° 37.058'
Kegempaan : tidak ada potensi
Kegunungapian : tidak ada
Musim : bulan basah (>200 mm)
Suhu udara rerata bulanan : 26.7oC
Kelembaban rerata bulanan : 82.8% Curah hujan rerata bulanan : 357.6 mm Kecepatan Angin rerata bulanan : 9-16 knot
2.2 Komponen PLTS Terpusat
Peralatan Utama PLTS Terpusat terdiri dari :
1. Sel dan Modul Fotovoltaik
Sel fotovoltaik mengubah radiasi matahari menjadi listrik. Untuk mendapatkan daya dan/atau tegangan listrik yang diinginkan, sel fotovoltaik dihubungkan secara seri, paralel, atau kombinasi seri-paralel, kemudian dilaminasi dan menjadi suatu kesatuan rangkaian yang disebut modul fotovoltaik
2. Baterai
Baterai memenuhi dua tujuan penting dalam sistem fotovoltaik, yaitu untuk memberikan daya listrik kepada sistem ketika daya tidak disediakan oleh array panel-panel surya, dan untuk menyimpan kelebihan daya yang dihasilkan oleh panel-panel-panel-panel setiap kali daya itu melebihi beban
3. Pengendali Baterai (Solar Charge Controller) Fungsi alat pengendali ini pada umumnya :
• Mengatur transfer energi dari modul PV → baterai → beban, secara efisien dan
semaksimal mungkin • Mencegah baterai dari :
o Over Charge
Pemutusan pengisian (charging) baterai pada tegangan batas atas, untuk menghindari gasing, yang dapat menyebabkan penguapan air baterai dan korosi pada grid baterai
o Under Discharge
Pemutusan pengosongan (discharging) baterai pada tegangan batas bawah, untuk menghindari pembebanan berlebih yang dapat menyebabkan sulfas baterai
• Membatasi daerah tegangan kerja baterai • Menjaga/memperpanjang umur baterai
• Mencegah beban berlebih dan hubung singkat • Melindungi dari kesalahan polaritas terbalik
• Memberikan informasi kondisi sistem pada pemakai
4. Inverter
Inverter adalah alat yang berfungsi untuk mengubah arus searah (direct current– DC ), yang dibangkitkan oleh sistem modul fotovoltaik dan disimpan ke dalam baterai, menjadi arus bolak balik (alternating current–AC ), sehingga dapat di- distribusikan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik sebagaimana disediakan oleh pembangkit konvensional (diesel genset dari PLN).
5. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Jaringan tenaga listrik yang dioperasikan dengan tegangan rendah yang mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta kelengkapannya
6. Sambungan Rumah (titik terdekat dari tiang ke rumah)
Saluran listrik yang menghubungkan instalasi pelanggan dan jaringan distribusi 7. Instalasi Pelanggan
Instalasi listrik yang terpasang sesudah meter di rumah atau pada bangunan
Bab 3
3.1 Aspek Legal
Status tanah lokasi untuk pembangunan PLTS Terpusat pada Desa Tanjung Harapan adalah milik pemerintah (milik desa). Lahan/lokasi ini tidak berada dalam wilayah HPT/konversi, melainkan berada di tengah-tengah desa.
3.2 Aspek Sosial Ekonomi
Aspek ini bertujuan untuk menilai kemampuan masyarakat dalam membiayai pengoperasian dan pemeliharaan PLTS, meliputi :
Jumlah penduduk : 1675 jiwa
Jumlah KK : 436
Mata pencaharian pokok : nelayan dan petani
Sumber Perekonomian : berkebun dan nelayan
Pola konsumsi energi untuk penerangan selama ini : bahan bakar bensin dan solar
Rata-rata pendapatan KK/bulan : Rp 2.000.000,-
Tingkat pendidikan warga : SD s/d SMA
3.3 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan perhitungan besarnya kapasitas PLTS yang akan dipasang dengan perhitugan batrai modul surya yang diperlukan.
3.3.1 Perhitungan Jumlah Energi Beban
Beban yang dihitung merupakan kebutuhan energi listrik yang akan dicatu daya oleh PLTS. Untuk melaksanakan perhitungan beban ditetapkan terlebih dahulu efisiensi inverter dan sistem tegangan yang akan dipakai.
• Jumlah kebutuhan daya/energi listrik dengan daya minimal Rumah Tangga minimal
300-350 Wh/hari/unit
• Fasilitas umum maksimal 600-700 Wh/hari/fasum (atau dapat disesuaikan dengan
kebutuhan)
• PJU 50 Wh/hari/unit
• Cadangan energi 30% untuk antisipasi pertambahan penduduk dan penurunan kinerja
komponen PLTS
• A1 Efisiensi Inverter (desimal): 0,95
• A2 Tegangan sistem baterai (48V / 120V / 240V): 48 Volt • A3 Keluaran tegangan Inverter: (230/400) Volt
• Kemudian dilakukan perhitungan jenis beban dan energi yang dibutuhkan seperti pada
tabel berikut :
Jenis Beban Jumlah A4
Kuota Energi (Wh)
A5
Total Energi (bxA4) (Wh/hari)
(a) (b) (c) (d) Rumah 100 300 30.000 Fasum 3 600 1.800 PJU 37 50 1.850 Sub Total 1 33.650 Cadangan Energi (30%) 10.095 Sub Total 2 43.745 Rugi-rugi Sistem (30%) 18.747 Total 62.492
• A6 Jumlah energi beban per hari (jumlah A5): 62.492 Wh
• A7 Jumlah kebutuhan Ah beban per hari (A6/A2): 62492/48 = 1301 Ah
3.3.2 Perhitungan Kapasitas Baterai
• B1 Jumlah hari tanpa matahari yang dibutuhkan: 3 hari
• B2 DOD (depth-of-discharge) batas pengambilan energi (desimal) = 0,8 • B3 Kapasitas baterai yang dibutuhkan ((A7xB1)/B2) = 4878,75 Ah
• B5 Jumlah baterai dihubung paralel (B3/B4) = 5 (dibulatkan ke atas) • B6 Jumlah baterai dihubung seri (A2/tegangan baterai yang dipilih) = 24 • B7 Jumlah total baterai (B5xB6) = 120
• B8 Total kapasitas amp-hour baterai (B5xB4) = 5000 Ah
• B9 Total kapasitas kilowatt-hour baterai ((B8xA2)/1000) = 240 kWh
3.3.3 Perhitungan Kapasitas Modul Surya
• C1 Jumlah total kebutuhan energi beban per hari (A6) 62.492 Wh • C2 Keluaran energi rangkaian modul yang dibutuhkan (C1) 62.492 Wh • C3 Tegangan modul pada daya maksimum pada STC (24 x 0.85) = 20,4 V • C4 Daya maksimum modul surya pada kondisi STC 200 watt
• C5 Jam matahari (peak sun hours) pada bulan yang dipilih 4 hours (4 jam) • C6 Keluaran energi modul surya per hari (C4 x C5) 800 Wh
• C7 Keluaran energi pada temperatur operasi (DF x C6) = 0,8 x 800 = 640 Wh
DF = 0,8 untuk lokasi yang mempunyai temperatur ambient tinggi
• C8 Jumlah modul surya untuk memenuhi kebutuhan beban (C2/C7) = 98 modul • Kapasitas pembangkit (C4 x C8) = 19600 Wp, dibulatkan 20 kWp
3.3.4 Kebutuhan BOS yang Harus Dipenuhi
Kebutuhan BOS (balance-of-system) yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Pengkabelan harus memadai untuk memastikan bahwa losses kurang dari 1% dari produksi energi
2. MCB rating dan jenisnya harus memenuhi kebutuhan tegangan dan arus 3. Semua baterai yang di seri harus diproteksi dengan fuse
4. Antar komponen utama dilengkapi dengan saklar pemutus (disconnecting switch) 5. Junction box memenuhi persyaratan IP 65
6. Koneksi antar modul surya menggunakan koneksi plug-in socket
7. Konektor baterai menggunakan tembaga dan diberi pelindung isolator agar aman bagi operator dan dilengkapi proteksi baterai
8. Dari field ke power house menggunakan kabel dengan spesifikasi untuk ditanam di dalam tanah
9. Kabel daya dari baterai ke inverter, tipe NYAF
10. Kabel power dari inverter ke panel distribusi, tipe NYY
11. Resistansi pembumian harus ≤ 5 ohm (SNI). Untuk memperoleh resistansi yang terendah dapat digunakan beberapa batang (rod ) pembumian yang disatukan
3.4 Aspek Pengelolaan
Tugas dan kewajiban Pemda sebelum melaksanakan pembangunan PLTS :
• Menetapkan lembaga pengelola oleh kepala daerah tingkat II • Menetapkan iuran berdasarkan kesepakatan bersama
• Menetapkan standar operasi prosedur pengoperasian dan pemeliharaan PLTS • Menyediakan biaya operasi dan perawatan (dilampirkan surat kesediaan Pemda) • Melakukan pembinaan kepada lembaga pengelola (dilampirkan surat kesediaan
Pemda)
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Pengelola PLTS Terpusat
Tinjauan aspek manajemen dan operasional lebih ditekankan kepada ketersediaan tenaga kerja dan organisasi yang akan mengelola dan memelihara PLTS Terpusat.
Pelatihan dan panduan tentang mengelola dan memelihara PLTS mutlak diperlukan bagi organisasi yang dibentuk. Pelatihan panduan tersebut meliputi :
• Pelatihan cara pengoperasian PLTS Terpusat
• Pelatihan perawatan PLTS Terpusat sehingga mampu mengatasi persoalan teknis
yang timbul selama pengoperasian PLTS Terpusat
• Pelatihan mengenai perawatan rutin seperti pembersihan permukaan modul surya,
perbaikan kecil bangunan sipil, dll
• Panduan mengenai pengelolaan dana untuk perbaikan keperluan besar, seperti
kerusakan bangunan sipil, peralatan mekanikal-elektrikal, jaringan transmisi, dll • Panduan iuran bagi masyarakat setempat agar masyarakat setempat dapat mem-
peroleh nilai ekonomi dari pengoperasian dan keberlangsungan PLTS Terpusat • Menyiapkan panduan pengelolaan keuangan, administrasi, daftar spare part
3.5 Aspek Usulan Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Aspek usulan biaya operasional dan pemeliharaan dapat diuraikan sebagai berikut :
• Gaji Bulanan TPD, yaitu :
o Operator o Bendahara
o Petugas Lapangan o Penanggungjawab • Pemeliharaan Bulanan
• Pengeluaran Perbaikan Bulanan • Tabungan Bulanan yang Diharapkan
Biaya operasional diatur sedemikian rupa sehingga selalu terdapat tambahan tabungan bulanan. Tabungan ini nantinya akan digunakan untuk penggantian kompo-
nen/peralatan utama, seperti baterai, pada saat umur teknisnya habis, biasanya dalam perioda 3–5 tahun.
Pengaturan biaya operasional sangat tergantung pada jumlah konsumen dan penetapan tarif listrik. Semakin besar jumlah konsumen semakin rendah tarif listriknya. Penentuan besar tarif listrik dan biaya operasional dan pemeliharaan dilakukan dalam rapat desa. Dalam rapat desa ini juga dilakukan pemilihan anggota TPD (Tim Pengelola Desa).
Bab 4
Rancangan Teknis
4.1 Kapasitas PLTS Terpusat
Kapasitas PLTS Terpusat pada desa yang diteliti dihitung menggunakan teknik perhitungan yang diberikan pada seksi 3.3. Perhitungan ini menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
• Rencana konsumsi energi/hari/fasilitas umum sebesar 600 Wh • Rencana konsumsi energi/hari/PJU sebesar 120 Wh
• Cadangan energi antisipasi pertambahan penduduk dan penurunan kinerja komponen
PLTS sebesar 30%
• Lama pelayanan 12 jam per hari
• Jumlah hari tanpa matahari selama 2 hari • DOD (Depth Of Discharge) sebesar 0,8 • Jam matahari rata-rata 4,5 jam
Berdasarkan asumsi tersebut didapatkan:
• PV Array
o Modul PV 265 Wp, Voc 38,1 V, Vmp 30,9 V, Isc 8,58 A, efisiensi 16,1%
o Jumlah modul 208 buah, paralel 104 buah, seri 2 buah o Kapasitas total PV array 50 kWp
• Bank Baterai
o Baterai 1000 Ah 2 V
o Jumlah baterai 360 buah, paralel 15 buah, seri 24 buah o Kapasitas bank baterai 720 kWh, 15000 Ah, 48 V • Inverter
o Tegangan 48 Vdc/230-400 Vac 20 kW
• Solar Charge Regulator o Kapasitas 1149 A 48 V • Konsumen
o Jumlah konsumen rumah tangga 85 (RT 6) o Jumlah konsumen fasilitas umum 5
• Jaringan Distribusi
o Panjang jaringan TR 3,26 km o Tegangan 220/380 Vac
o Twisted cable (3x25 + 1x25) mm2
o Tiang listrik galvanized 7m jumlah 82 buah
4.2 Rancangan Sistem dan Konstruksi
4.2.1 Modul Surya
• Jenis modul adalah Mono/Polycrustalline Silicon • Kapasitas per modul minimal 200Wp
• Toleransi daya ±3% (lebih kurang tiga persen) • Efisiensi minimal 16% (enam belas persen)
• Koneksi antar modul surya Plug and Play, kabel koneksi diletakkan menggunakan
cable tray di bawah modul
• Junction-box dilengkapi dengan cable gland/DC-Multi Connector
• Sertifikasi hasil tes uji produk yang masih berlaku (dapat berupa tes uji dari seri
produk yang sama) dikeluarkan oleh lembaga uji independen (bukan merupakan uji QA dari pabrikan)
• Sertifikasi pengujian B2TKE-BPPT • Garansi produk 10 (sepuluh) tahun
• Garansi kinerja 20 (dua puluh) tahun (degradasi 1% (satu persen) per tahun) • Wajib menggunakan produk dalam negeri, yang dibuktikan dengan melampirkan
salinan tandah sah capaian tingkat komponen dalam negeri paling sedikit 40% (empat puluh persen) yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian
• Grounding Modul menggunakan jenis kabel NYY Yellow Green 35 mm2 (tiga puluh
lima milimeter persegi)
4.2.2 Inverter
Inverter yang digunakan 2 (dua) jenis yaitu inverter on-grid (solar inverter) dan inverter off-grid (batterry inverter). Kedua inverter harus dapat terkoneksi melalui jaringan listrik AC saja, tanpa jaringan komunikasi lain. Hal ini memungkinkan komunikasi antar inverter on-grid dan off-grid yang terpisah-pisah dengan jarak yang jauh. Dengan fitur ini, semua inverter dapat berkomunikasi hanya dengan menggunakan AC power line tanpa perlu tambahan jaringan komunikasi lainnya. Dengan mengubah frekuensi AC, inverter juga harus mempunyai kemampuan untuk dapat meregulasi fluktuasi beban atau Frequency-Shift Power Control (FSPC).
Pada siang hari, seluruh energi yang dihasilkan oleh modul surya akan dialirkan langsung oleh inverter on-grid langsung ke rumah-rumah pengguna/fasilitas umum (beban). Jika beban yang dilayani lebih kecil dari energi yang dihasilkan oleh modul surya, maka kelebihan energi tersebut akan dipakai untuk mengisi (charging) baterai. Pada saat baterai dalam kondisi penuh, maka inverter off-grid (baterai inverter) akan secara otomatis menghentikan suplai ke baterai. Sebaliknya, jika beban yang dilayani lebih besar dari energi yang dihasilkan atau malam hari, maka inverter off-grid akan mengkonversi energi yang tersimpan pada baterai (discharging) untuk melayani beban.
Spesifikasi On-grid Inverter (Solar Inverter):
• Minimal daya output total disesuaikan dengan kapasitas beban puncak • Jumlah inverter minimal 2 (dua) unit
• Tegangan output 3/N/PE; 230/400 VAC (dua ratus tiga puluh/empat ratus Voltage
kilowatt peak) menggunakan satu atau tiga fasa, untuk PLTS kapasitas di atas 20 kWp (dua puluh kilowatt peak) menggunakan tiga fasa
• Gelombang output sinus murni
• Efisiensi ≥ 98% (lebih besar sama dengan sembilan puluh delapan persen) • Total Harmonic Distortion :≤ 5% (lebih kecil sama dengan lima persen)
• Sistem proteksi over load, short circuits, over temperature,over/under voltage, reverse
polarity
• Indikator (LCD display) inverter voltage dan current, inverter frequency, load current
dan load voltage
• Indeks proteksi IP 65 (enam puluh lima) • Fitur data logger dan interface dengan RMS
• Standarisasi uji IEC 61727: Photovoltaic (PV) Systems-Characteristics of the Utility
Interface
• Garansi minimal 5 (lima) tahun
Spesifikasi Off-grid Inverter (Battery Inverter):
• Minimal daya output total disesuaikan dengan kapasitas output pembangkit • Jumlah inverter minimal 2 (dua) unit
• Tegangan input baterai minimal 48 VDC (empat puluh delapan Voltage Direct Current) • Tegangan output 3/N/PE; 230/400 VAC (dua ratus tiga puluh/empat ratus Voltage
Alternating Current), 50 Hz (lima puluh Hertz), satu fasa atau tiga fasa • Gelombang output sinus murni
• Efisiensi ≥ 95% (lebih besar sama dengan sembilan puluh lima persen) • Total Harmonic Distortion :≤ 4% (lebih kecil sama dengan empat persen) • Sistem proteksi over load, short circuits, over temperature,over/under voltage
• Indikator (LCD display) inverter voltage dan current, inverter frequency, battery
voltage dan current, load current dan load voltage • Indeks proteksi IP 54 (lima puluh empat)
• Fitur battery temperature sensor, battery equalization, data logger dan interface dengan
RMS, Grid Forming
• Standarisasi uji IEC 61683: Photovoltaic Systems-Power Conditioners-Procedure for
Measuring Effeciency
• Garansi minimal 5 (lima) tahun
4.2.3 Solar Charge Regulator (SCR)
• Daya output total kapasitas minimal disesuaikan dengan daya output total PV Array • Jumlah SCR minimal sesuai dengan jumlah PV Array
• Kontrol sistem algoritma : MPPT (Maximum Power Point Tracking)
• Efisiensi minimal ≥ 98% (lebih besar sama dengan sembilan puluh delapan persen) • Tes uji produk : Hasil uji dan sertifikat hasil pengujian efisiensi
• Tegangan input nominal minimal 48 VDC (empat puluh delapan Voltage Direct
Current)
• Sistem proteksi Reverse Polarity Protection, high battery voltage protection, low
battery voltage protection, overload protection, PV ground fault protection • Fitur sistem pengisian baterai yang cepat dan aman
• Garansi produk minimal 5(lima) tahun
4.2.4 Baterai (Battery Bank)
Dapat menggunakan jenis baterai Valve Regulated Lead Acid (VRLA), Zinc Air, atau Lithium-Ion
• Tegangan output minimal 48 VDC (empat puluh delapan Voltage Direct Current) • Kapasitas baterai (satuan) 1000 Ah (seribu Ampere Hour), 2 V(dua volt)
• Temperatur operasional yang disarankan dibawah 30oC (tiga puluh derajat celcius)
• Kemampuan cycling paling sedikit 2.200 (dua ribu dua ratus) cycle pada 80% DOD
(delapan puluh persen Depth of Discharge) • Garansi minimal 5 (lima) tahun
• Tingkat komponen dalam negeri minimal 40% (empat puluh persen)
Jenis Baterai Zinc Air atau Lithium-Ion
• Tegangan output minimal 48 VDC (empat puluh delapan Voltage Direct Current) • Kapasitas total baterai menyesuaikan dengan autonomy days yang direncanakan • Temperatur operasional yang disarankan dibawah 40oC (tiga puluh derajat celcius)
• Garansi 10 (sepuluh) tahun
• Tingkat komponen dalam negeri minimal 40% (empat puluh persen) • Fitur dilengkapi dengan Battery Management System (BMS)
4.2.5 Penyangga Modul Surya (Module Array Support)
• Pondasi terbuat dari cor beton dengan diameter besi 10 mm (sepuluh milimeter) dan
diaci. Pondasi memiliki luas penampang 35 x 35 cm (tiga puluh lima kali tiga puluh lima sentimeter) dan tinggi minimal 60 cm (enam puluh sentimeter). Pondasi memiliki kedalaman minimal 40 cm (empat puluh sentimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah minimal 20 cm (dua puluh sentimeter)
• Tiang penyangga modulsurya harus terbuat dari metal yang kokoh dan kuat terbuat dari
pipa dengan diameter 4 (empat) inci dengan ketebalan minimal 3 mm (tiga milimeter) atau bahan metal lainnya yang anti korosi dan/atau bahan metal yang di-hot deep galvanised pada seluruh bagian permukaan
• Tiang penyangga modul surya free standing di atas pondasi, bagian bawah tiang
penyangga harus memiliki tapak berbentuk bujur sangkat yang materialnya sam dengan tiang penyangga PV array dengan ketebalan minimal 8 mm (delapan milimeter) dan memiliki ukuran 20 x 20 cm (dua puluh kali dua puluh sentimeter). Tapak ini dilubangi pada keempat sisinya untuk pasangan baut (angkur) yang ditanam ke pondasi dengan kedalaman minimal 30 cm (tiga puluh sentimeter)
• Jarak antar tiang penyangga modul surya maksimal 5 m (lima meter) sehingga susunan
array modul tidak melandai (tetap rata) dan kokoh
• Mounting modul surya menggunakan model rail dan clip dengan bahan alumunium atau
bahan metal lainnya yang ringan namun kokoh dan anti korosi dengan tebal minimal 3,5 mm (tiga koma lima milimeter) dan ukurannya disesuaikan dengan ukuran modul surya yang ditawarkan
• PV Support harus didesain dengan mempertimbangkan sudut kemiringan modul surya.
Sudut kemiringan modul surya disesuaikan dengan kondisi masing-masing lokasi agar diperoleh energi penyinaran yang optimal. Rancangan kemiringan modul surya didapatkan dari hasil simulasi perangkat lunak
• Modul surya yang disusun pada rail yang dilengkapi dengan mid clamp (antar modul)
dan end clamp (pada ujung rail) dengan bahan terbuat dari alumunium atau alumunium paduan yang anti korosi, yang berfungsi untuk menahan modul surya agar tidak bergeser. Mid clamp sebaiknya dapat dipasang di bagian bawah modul sedemikian rupa sehingga susunan antar modul tidak ada celah. Alternatif lain menghilangkan celah antar modul adalah dengan menggunakan rail tanpa mid clamp (free mid clamp). Tujuan menghilangkan celah antar modul adalah untuk melindungi combiner box dari guyuran air hujan
• Ketinggian antar modul dan permukaan tanah pada titik terendah minimal 70 cm (tujuh
• Jarak antar PV array harus diatur atau didesain sedemikian rupa sehingga tidak ada
bayangan (shading) yang jatuh pada permukaan PV Array lainnya. Demikian pula dengan jarak antara rumah pembangkit dan PV Array
• Pada setiap array harus dipasang tanda bahaya terhadap sengatan listrik
• Array harus tersusun rapi pada beberapa baris yang simetris. Jarak antar masing-masing
array harus cukup dapat dilewati secara leluasa oleh personil pada saat pemeliharaan
4.2.6 Sistem Pengkabelan dan Grounding
• Kabel koneksi antar modul surya harus diletakkan pada cable tray atau trunk. Cable
tray atau trunk diletakkan di bawah PV array dan menempel pada penyangga PV array • Kabel daya dari combiner box ke Solar Charge Regulator atau kabel daya dari inverter
on-grid ke battery inverter (apabila menggunakan sistem AC Coupling) menggunakan kabel NYFGbY/NYFGbY dengan diameter menyesuaikan besar arus (SPLN/SNI) • Kabel daya dari PV Array ke Solar Charge Regulator (atau battery inverter apabila
menggunakan sistem AC Coupling) harus ditanam di tanah minimal 30 cm (tiga puluh sentimeter) dan masuk ke dalam rumah pembangkit (power house) melalui pondasi yang dilengkapi dengan kabel konduit
• Kabel daya dari baterai ke inverter tipe NYAF dengan diameter menyesuaikan arus pada
baterai yang sesuai dengan SPLN atau SNI
• Kabel daya dari inverter ke panel distribusi tipe NYY dengan diameter menyesuaikan
arus pada inverter yang sesuai dengan SPLN atau SNI
• Setiap penyambungan kabel harus menggunakan terminal kabel dan konektor (bukan
sambungan langsung) yang sesuai dan terisolasi dengan baik
• Material instalasi dan grounding peralatan harus disesuaikan dengan kapasitas
• Sistem grounding dari penyangga PV array menggunakan penghantar tipe NYY yellow
green 35 mm2 (tiga puluh lima milimeter persegi) sesuai dengan SPLN atau SNI.
Penampang harus tersambung baik secara elektris pada penyangga PV array (menggunakan sepatu kabel dan dibaut)
• Grounding sistem kelistrikan dari rumah pembangkit dan combiner box disatukan dan
ditempatkan dalam bak kontrol grounding. Bak kontrol grounding terbuat dari pasangan batu yang dicor semen dan diaci serta dilengkapi dengan penutup yang memiliki pegangan. Ukuran dan kedalaman bak kontrol dibuat sedemikian sehingga mudah bagi operator dalam melakukan perawatan
• Instalasi jaringan kabel untuk power dan komunikasi harus dipasang secara terpisah
untuk menghindari interferensi gelombang
• Interkoneksi dari masing-masing PV array dikelompokkan dan ditempatkan pada
combiner box. Ukuran combiner box disesuaikan sedemikian rupa sehingga operator dapat dengan mudah atau leluasa melukan pengecekan saat pemeliharaan. Penempatan combiner box diusahakan aman dari guyuran hujan secara langsung.
Spesifikasi combiner box:
• Design panel harus sesuai dengan standar IEC 61439-1 dan IEC 61439-2
• Terbuat dari bahan polycarbonat dengan insulation class IP 65 (Indeks Proteksi enam
puluh lima) yang tahan terhadap paparan ultraviolet jangka panjang. Design combiner box harus dapat mengantisipasi pengembunan di bagian dalam (dilengkapi Breather) • Kabel interkoneksi harus sesuai dengan standar aplikasi fotovoltaik, paling sedikit
rating 1000 VDC (seribu Voltage Direct Current)
• Semua koneksi pada terminal kabel harus memenuhi standar atau dengan menggunakan
koneksi sistem pegas untuk menjamin kualitas koneksi yang baik dan pasti • Untuk input dari kabel string menggunakan connector plug-in socket
• Dilengkapi dengan pembatas arus yang modular, memiliki indikator fungsi dan
tegangan kerja maksimum 1500 VDC (seribu lima ratus Voltage Direct Current) IEC 60269-6. Tipe Fuse gPV (pembatas arus Tipe gPV) dengan kapasitas arus yang sesuai dengan daya keluaran. Fuse cadangan (back up fuse) wajib disediakan minimal 10% (sepuluh persen) dari jumlah Fuse yang digunakan
• Dilengkapi dengan surge protection untuk aplikasi fotovoltaik IEC 61643-1. Surge
protection berbentuk modular, pluggable, dan memiliki indikator fungsi kerja
• Dilengkapi dengan isolator switch dengan tegangan kerja 1000 VDC (seribu Voltage
Direct Current), untuk isolasi yang aman pada waktu perawatan
4.2.7 Panel Distribusi
Panel Distribusi dilengkapi dengan saklar utama atau pemisah, pembatas arus Mini Circuit Breaker (MCB), Earth Leak Circuit Breaker (ELCB), saklar terminal, dan busbar. Rangka bagian depan, atas, bawah, dan bagian belakang tertutup rapat, sehingga petugas pelayanan akan terlindung dari bahaya sentuh bagian-bagian aktif. Panel distribusi dilengkapi dengan ventilasi pada bagian sisi dan lubang ventilasi harus dilindungi agar binatang atau benda-benda kecil serta air yang jatuh tidak mudah masuk ke dalamnya.
• Tegangan sistem satu fasa 220/230 VAC (dua ratus dua puluh/dua ratus tiga puluh
Voltage Alternating Current) atau tiga fasa 380/400 VAC (tiga ratus delapan puluh/empat ratus Voltage Alternating Current)
• Monitoring tegangan, arus, dan kWh meter
• Sistem proteksi fuse dan circuit breaker, surge protection untuk 220V/380 VAC (tiga
ratus delapan puluh/empat ratus Voltage Alternating Current), Surge protection berbentuk modular, pluggable, dan memiliki indikator fungsi kerja.
• Jumlah panel distribusi 1 (satu) set • Kabel instalasi jenis NYY
• Material : bahan metal yang tidak dapat terbakar, tahan lembab,dan kokoh dengan
ketebalan minimal 2 mm (dua milimeter)
• Fitur dilengkapi dengan timer dan kontaktor, serta lampu indikator
4.2.8 Pyranometer
• Fitur Standar ISO 9060:1990 second class,waterproof, field of view 180o (seratus
delapan puluh derajat) dan output hasil pengukuran dapat dibaca pada RMS • Jumlah Pyranometer 1 (satu) unit
• Aksesoris Pyranometer 1 (satu) set
4.2.9 Remote Monitoring System (RMS)
• Fitur dilengkapi dengan modem GPRS, Interface harus dilengkapi dengan koneksi
RS-485
• Sistem komunikasi 3G, GPRS/WIFI • Jumlah RMS 1 (satu) unit
• Aksesoris RMS 1 (satu) set
4.2.10 Instalasi Rumah
Instalasi rumah mencakup instalasi kabel dari jaringan ke rumah dan instalasi listrik di dalam rumah dan instalasi listrik di dalam rumah. Instalasi di dalam rumah terdiri atas instalasi jaringan kabel, paling sedikit 3 (tiga) buah titik lampu, 1 (satu) buah kotak kontak, alat proteksi short circuit, dan alat pembatas daya dan energi sesuai dengan kapasitas daya tersambung dan pemakaian energi listrik.
• Kabel instalasi NYM 2x1,5 mm2 (sesuai dengan SNI), maksimal 25 m (dua puluh lima
meter)
• Daya lampu disesuaikan dengan kebutuhan, tidak lebih dari 10 W (sepuluh watt) per
titik lampu agar tidak terjadi pengurasan daya yang berlebihan
• Alat pembatas energi (energy limiter) berfungsi membatasi pemakaian energi (Vah)
dengan spesifikasi :
o Batas pemakaian energi dan reset time dapat diatur o Setting batas pemakaian per hari adalah tetap
o Memiliki sistem untuk memutus (dan menyambung kembali) hubungan listrik pada pemakai tertentu yang bermasalah
o Memiliki fungsi proteksi apabila terjadi arus hubung singkat (short-circuit) dan o Memiliki sistem pengaman atau segel sehingga pemakai tidak dapat melakukan
pencurian listrik (bypass)
4.2.11 Rumah Pembangkit (Power House)
Untuk keperluan penempatan peralatan dan operasional harus dibangun rumah permanen atau shelter yang terbagi atas ruang baterai dan ruang kendali (control room)
• Jika menggunakan shelter, spesifikasi bangunan minimal sebagai berikut:
o Menggunakan bahan polyurethane dan baja ringan dengan ukuran menyesuaikan dengan kapasitas PLTS seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga, yang terbagi atas ruang baterai dan ruang kendali (control room). Pondasi menggunakan batu kali atau setara dengan kedalaman minimal 50 cm (lima puluh sentimeter). Luasan pondasi harus lebih dari 70 cm (tujuh puluh sentimeter) dihitung dari sisi dinding rumah pembangkit bagian depan dan 20 cm (dua puluh sentimeter) dari sisi lainnya serta diaci
o Atap menggunakan zinc alumunium
o Lantai menggunakan keramik warna putih ukuran 30 x 30 cm (tiga puluh kali tiga puluh sentimeter) dan
o Ruang baterai harus memiliki ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara sedemikian rupa sehingga suhu dalam ruang baterai bisa terjaga kurang dari 30oC. Untuk menjaga suhu ruang baterai,dinding ruang baterai wajib dipasang kipas (exhaust fan) ukuran 8-10 (delapan sampai dengan sepuluh) inci dengan konsumsi daya per unit maksimal 25 W (dua puluh lima watt). Jumlah kipas yang dipasang agar pada saat beroperasi mampu menjaga suhu sesuai yang ditentukan.Nyala dan matinya kipas diatur dengan thermostat. Bagian kipas yang berada diluar ruang baterai harus terlindung dari air hujan.
• Jika menggunakan bangunan permanen, spesifikasi bangunan minimal sebagai berikut:
o Pondasi menggunakan batu kali atau yang setara
o Dinding menggunakan bata merah atau setara,diplester halus dan dicat o Atap menggunakan genteng atau asbes gelombang
o Pintu terbuat dari triplek/alumunium dilengkapi dengan kunci o Dilengkapi dengan jendela atau
o Lantai ruang baterai harus diperkuat dengan beton bertulang agar dapat menahan berat baterai dan
o Ruang baterai harus memiliki ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara • Dilengkapi dengan instalasi listrik 5 titik (3 lampu dan 2 kotak kontak) dan pembatas
MCB 2 A
• Di sekitar bangunan rumah pembangkit dilengkapi dengan sistem penangkal petir untuk
melindungi keseluruhan pembangkit
• Dilengkapi dengan jalan setapak (dibeton atau menggunakan con-block dengan lebar
• Seluruh fasilitas sistem pembangkit harus diberi pagar keliling menggunakan jenis BRC
seluas area yang disediakan dengan tinggi minimal 150 cm (seratus lima puluh sentimeter) dan dilengkapi dengan pintu gerbang swing tunggal. Diameter besi pagar minimal 6 mm (enam milimeter). Diameter tiang penghubung pagar minimal 2 inci. Pagar BRC harus dicat dengan metode hot dip galvanized.
• Pondasi pagar BRC memiliki luas penampang 20x20 cm (dua puluh kali dua puluh
sentimeter) dan tinggi 45 cm (empat puluh lima sentimeter) dengan kedalaman minimal 30 cm (tiga puluh sentimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah minimal 15 cm (lima belas sentimeter). Pondasi terbuat dari pasangan batu yang dicor semen dan diaci
• Dilengkapi dengan papan nama proyek yang mencakup data nama kegiatan, instansi
pelaksana kegiatan, lokasi (desa/kelurahan, kecamatan/kota, kabupaten, provinsi), sumber dana, dan tahun anggaran pelaksanaan
4.2.12 Sistem Pengaman
Sistem pengaman jaringan listrik jika terjadi gangguan,baik untuk alasan keselamatan dan gangguan sosial maupun untuk memudahkan perbaikan harus menjadi bagian dari desain sistem
4.2.13 Jaringan Distribusi, Sambungan, dan Instalasi Rumah
• Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Jaringan diperlukan untuk distribusi ke rumah pelanggan dengan Jaringan Tegangan Rendah (TR) open loop. Jaringan distribusi terdiri atas tiang listrik dan kabel. Total panjang jaringan distribusi maksimal disesuaikan dengan perencanaan.
Spesifikasi untuk jaringan distribusi tegangan rendah adalah sebagai berikut : o Menggunakan jaringan udara
o Menggunakan pole/tiang besi galvanized dengan tinggi 7 m (tujuh meter) standar PLN. Ditanam dengan kedalaman 1 m (satu meter) dan dilengkapi dengan asesoris jaringan distribusi
o Pada tiang distribusi pertama yang paling dekat dengan rumah pembangkit (power house) wajib dipasang arrester keramik
o Pondasi tiang jaringan distribusi dibuat dengan ukuran 20x20 cm (dua puluh kali dua puluh sentimeter) pada tapak yang berada di atas permukaan tanah dan 30x30 cm (tiga puluh kali tiga puluh sentimeter) pada tapak yang berada di bawah dan ditanam dalam tanah. Ketinggian pondasi paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) dengan kedalaman paling sedikit 50 cm (lima puluh sentimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah paling sedikit 10 cm (sepuluh sentimeter)
o Kabel antar tiang menggunakan twisted cable 3x35mm2 + 1x25mm2 + 1x16mm2
(tiga kali tiga puluh lima milimeter persegi ditambah satu kali dua puluh lima milimeter persegi ditambah satu kali enam belas milimeter persegi) yang sesuai dengan Standar PLN, dengan ketentuan untuk kabel 1x16mm2 (satu kali enam belas milimeter persegi) merupakan koneksi lampu jalan dengan timer di rumah baterai dan kontaktor
o Kabel dari tiang ke rumah menggunakan NFA 2x10 mm2 (dua kali sepuluh
milimeter persegi) yang sesuai dengan Standar PLN
o Tinggi lendutan kabel antar tiang minimal 4 m (empat meter) dari permukaan tanah dan
o Pada setiap dua tiang dipasang sebuah lampu jalan. Lampu jalan harus dilengkapi dengan lengan lampu dan lampu LED dengan daya 10-12 W (sepuluh sampai dengan dua belas watt) dengan efikasi 100 lumen/W (seratus lumen per watt) yang terletak didalam suatu enclosure tertutup yang memiliki IP 65
(Indeks Proteksi enam puluh lima). Mengingat kapasitas pembangkit dan energi yang tersimpan pada baterai yang sangat terbatas, maka lampu jalan ini harus didesain untuk boleh dinyalakan maksimal 5 (lima) jam per hari (menggunakan timer, dimulai sejak terbenamnya matahari pada masing-masing lokasi)
• Jaringan Distribusi Tegangan Menengah (jika ada)
Jaringan distribusi tegangan menengah diperlukan untuk menyalurkan daya dari pembangkit ke jaringan distribusi. Jaringan distribusi tegangan menengah terdiri atas tiang listrik dan kabel. Total panjang jaringan disesuaikan dengan perencanaan. Spesifikasi untuk jaringan distribusi tegangan menengah adalah sebagai berikut :
o Menggunakan jaringan udara
o Jarak antar tiang maksimal 40 m (empat puluh meter)
o Menggunakan pole atau tiang besi atau beton paling rendah 11 m (sebelas meter) standar PLN sejumlah yang direncanakan, ditanam dengan kedalaman minimal 1 m (satu meter) yang dilengkapi dengan asesoris jaringan distribusi
o Pondasi tiang jaringan dibuat dengan ukuran 20x20 cm (dua puluh kali dua puluh sentimeter) pada tapak yang di atas permukaan tanah dan 30x30 cm (tiga puluh kali tiga puluh sentimeter) pada tapak yang di bawah (yang ditanam dalam tanah). Ketinggian pondasi paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) dengan kedalaman paling sedikit 50 cm (lima puluh sentimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah paling sedikit 10 cm (sepuluh sentimeter) o Kawat antar tiang menggunakan AAAC/AAAC-S 70mm (tujuh puluh
milimeter)
o Tinggi lendutan kabel antar tiang paling sedikit 4 m (empat meter) dari permukaan tanah
4.2.14 Subsistem Instalasi Rumah
• Masing-masing rumah diberikan proteksi atau pengaman menggunakan pembatas arus
(MCB) minimal 1 (satu) Ampere (termasuk boks dan segel) 220V (dua ratus dua puluh Volt) dan dilengkapi dengan pembatas energi (energi limiter)
• Energy limiter (energy dispenser meter) memiliki fitur yang dapat diprogram dengan
sandi (password) sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan kapasitas pembangkit
• Energy limiter (energy dispenser meter) dan pembatas arus (MCB) keduanya harus
ditempatkan di dalam sebuah kotak pengaman tertutup (box) berbahan metal • Energy limiter memiliki proteksi arus lebih dan arus hubung singkat yang dapat
diprogram dan dapat kembali normal setelah tidak ada gangguan (fault)
• Energy limiter memiliki indikator LCD untuk melihat sisa energi dan indikator suata
(beep) apabila energi yang tersisa mencapai limit tertentu sesuai pengesetan • Masing-masing rumah terdapat 4 (empat) titik beban yang terdiri atas 3 (tiga) buah
lampu dan 1 (satu) buah kotak kontak
• Lampu yang dipakai adalah lampu LED, garansi pabrikan paling sedikit 2 (dua) tahun,
umur lampu LED paling sedikit 50.000 (lima puluh ribu) jam
• Kabel instalasi rumah menggunakan jenis NYM 3x1,5 mm2 (tiga kali satu koma lima
milimeter persegi) dan 2x1,5 mm2 (dua kali satu koma lima milimeter persegi) sesuai standar PLN
• Masing-masing rumah harus dilengkapi dengan arde (pentanahan) dan • Penyambungan instalasi rumah dilakukan sesuai dengan standar PLN
Energy limiter (energy dispenser meter) seperti disebutkan dalam spesifikasi diatas, berfungsi membatasi pemakaian energi harian. Setiap rumah dibatasi pemakaian energi listrik per harinya minimal 300 Wh (tiga ratus watt per jam). Adapun spesifikasi energy limiter adalah sebagai berikut :
• Tegangan input 220 VAC (dua ratus dua puluh Voltage Alternating Current), 1 (satu)
faa, 50 Hz (lima puluh hertz)
• Arus beban maksimum minimal 1A (satu ampere)
• Konsumsi arus input (AC) +15mA (plus lima belas mili ampere) • Kontrol micro controller
• Setting programmable dengan password
• Alarm buzzer/beep saat kuota 25% (dua puluh lima persen), indikator pada display saat
kuota habis
• Resolusi pengukuran 1Wh (satu watt per jam), ketelitian 5% (lima persen) • Temperatur operasional 0-500oC (nol sampai dengan lima ratus derajat Celcius)
• Pembatasan pemakaian dapat diprogram berdasarkan waktu dan penggunaan daya
Lampu yang dipakai seperti yang disebutkan dalam spesifikasi di atas adalah lampu LED Bulb Light dengan spesifikasi sebagai berikut :
• Tegangan input 85-265 VAC (delapan puluh lima sampai dengan dua ratus enam puluh
lima Voltage Alternating Current)
• Konsumsi daya 4-6 W (empat sampai enam watt)
• Efikasi (lm/watt) minimal 100 lm/w (seratus lumen per watt) • Warna cahaya pure white
• Fitting E27 (kode atau tipe E dua puluh tujuh) • Garansi produk minimal 2 (dua) tahun
Pekerjaan distribusi tenaga listrik mengacu pada SNI 0225:2011 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011) dan perubahannya
4.2.15 Penangkal Petir
• Menara (tower) tree angle, guyed wire • Passive system, connection slave
• Jenis kabel yang digunakan adalah kabel terbuka (tanpa isolasi) sesuai SNI/SPLN • Grounding penangkal petir ditempatkan dalam bak kontrol grounding. Bak kontrol
grounding terbuat dari pasangan batu yang dicor semen dan diaci serta dilengkapi dengan penutup yang memiliki pegangan. Ukuran dan kedalaman bak kontrol dibuat sedemikian rupa sehingga mudah bagi operator dalam melakukan perawatan
• Dilengkapi dengan lightning counter
• Lightning counter diletakkan di dalam box yang spesifikasi teknisnya sesuai dengan
combiner box
• Ketinggian menara (tower) paling rendah 17 m (tujuh belas meter)
• Pondasi tower dibuat dengan ukuran 60x60 cm (enam puluh kali enam puluh
sentimeter). Ketinggian pondasi paling sedikit 110 cm (seratus sepuluh sentimeter) dengan kedalaman paling sedikit 95 cm (sembilan puluh lima sentimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah paling sedikit 15 cm (lima belas sentimeter) dan
• Pondasi ankur guyed wire dengan ukuran 60x60 cm (enam puluh kali enam puluh
sentimeter). Ketinggian pondasi paling sedikit 125 cm (seratus dua puluh lima sentimeter) dengan kedalaman paling sedikit 110 cm (seratus sepuluh sentimeter), sehingga ketinggian pondasi di atas permukaan tanah paling sedikit 15 cm (lima belas sentimeter)
4.3 Estimasi Anggaran Biaya Pembangunan PLTS Terpusat
Konstruksi anggaran biaya pembangunan PLTS Terpusat terdiri dari :
• Mata pembayaran umum
• Mata pembayaran pekerjaan sipil
Estimasi anggaran biaya pembangunan ini tidak memperhitungkan biaya transportasi (angkutan barang) ke lokasi
Tabel 4. 1 Daftar Mata Pembayaran Umum Lokasi Desa Tanjung Harapan No Uraian Pekerjaan Satuan
Ukuran Kuantitas Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp) 1 Setting-out/persiapan lokasi Ls 1 10.000.000,- 10.000.000,- 2 Mobilisasi dan
demobilisasi (termasuk jasa pengiriman)
Ls 1 75.000.000,- 75.000.000,-
3 Engineering/design dan jasa instalasi + pelatihan
Ls 1 25.000.000,- 25.000.000,-
4 Sertifikasi Laik Operasi Ls 1 25.000.000,- 25.000.000,-
Total 135.000.000,-
Tabel 4. 2 Daftar Mata Pembayaran Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Lokasi Desa Tanjung Harapan
No Uraian Pekerjaan Satuan Ukuran
Kuantitas Harga Satuan (Rp)
Total Harga (Rp)
A Photovoltaic system, bypass diode & wiring 20 kWp
lot 1 750.000.000,-
1 Solar panel @ 200 Wp modul 98 2 Asesoris solar panel set 1 3 Array junction box set 1 4 Grounding protection
kit
set 1
B Battery system VRLA lot 1 1.200.000.000,-
1 Battery 2V-1000Ah unit 120
2 Battery connection cable
set 1
3 Battery rack set 1
4 Battery connection box set 1
C Controller set 1 800.000.000,-
Tabel 4. 3 Daftar Mata Pembayaran Pekerjaan Sipil Lokasi Desa Tanjung Harapan No Uraian Pekerjaan Satuan
Ukuran Kuantitas Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp) 2 SCR 48V set 1
3 Asesoris controller set 1
D Penangkal petir lot 1 50.000.000,-
1 Tower tri-angle, 17m, guyed wire
set 1
2 Grounding system
untuk penangkal petir
set 1
3 Sistem monitoring data set 1
E Panel Distribusi, Power Cable & Graounding
lot 1 65.000.000,-
1 Distribution Board & metering set 1 F Remote Monitoring System lot 1 50.000.000,- 1 Remote Monitoring System set 1 G Pyranometer lot 1 - 1 Pyranometer unit 0 H Jaringan Distribusi Tegangan Rendah 3,26 km lot 1 1.640.000.000,- 1 Twisted Cable, (3x35 + 1x25) mm2 meter 3.260
2 Tiang besi galvanized 7m
buah 82
3 Asesoris Tiang set 82
4 Lampu jalan set with LED
set 41
I Instalasi Rumah Pelanggan
750.000.000,-
Kabel instalasi rumah (SR)
Energy limiter, MCB 3 titik lampu, 1 kotak kontak, saklar
1 Pondasi PV Array Ls 1 25.000.000,- 25.000.000,- 2 Rumah pembangkit
(Power House) berikut pondasi. Minimal luas 100 m2
Ls 1 400.000.000,- 400.000.000,-
3 Pondasi penangkal petir Ls 1 3.500.000,- 3.500.000,- 4 Pagar berikut pondasi Ls 1 75.000.000,- 75.000.000,- 5 Pondasi tiang jaringan Ls 1 20.000.000,- 20.000.000,-
Total 523.500.000,-
Tabel 4. 4 Daftar Rekapitulasi Anggaran Biaya Lokasi Desa Tanjung Harapan
Daftar Mata Pembayaran Harga (Rp)
1 Umum 135.000.000,-
2 Pekerjaan Mekanikal Elektrikal 5.305.000.000,-
3 Pekerjaan Sipil 523.500.000,-
Jumlah (Total 1+ 2 + 3) 5.963.500.000,-
PPN 10% 596.350.000,-
Total Seluruhnya 6.559.850.000,-
4.4 Gambar Teknik
Gambar teknik yang diperlukan untuk pembangunan PLTS Terpusat adalah sebagai berikut :
• Gambar teknik konstruksi sipil
o Layout pondasi rumah pembangkit o Rumah pembangkit
o Konstruksi pagar BRC o Pondasi tiang listrik o Pondasi penangkal petir • Gambar teknik mekanikal elektrikal
o Asesoris tiang listrik
o Tiang listrik dan lampu jalan o Penangkal petir
o Blok diagram PLTS o Wiring diagram PLTS o Wiring panel distribusi
Bab 5
Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1 Kesimpulan
Dalam rangka kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya, Lokasi Desa Tanjung Harapan, telah dilakukan survei dan analisis kelayakan pembangunan sistem PLTS Terpusat dengan hasil seperti disimpulkan berikut ini :
1. Dilihat dari aspek keinginan masyarakat terhadap listrik tenaga surya, ketersediaan lahan, sosial-ekonomi masyarakat, keterpencilan desa (akses terhadap jaringan listrik PLN), serta kerapatan jumlah rumah per km, disimpulkan bahwa Desa Tanjung Harapan layak untuk dibangun PLTS Terpusat
2. Desa Tanjung Harapan, berada pada koordinat S: 0o 52.473’ dan E: 109o 16.985’, berpenduduk 1.675 jiwa dengan kerapatan 1 rumah per kilometer, berpenghasilan rata-rata per keluarga per bulan sekitar Rp 2.000.000,-, pekerjaan pokok sebagai petani padi, kelapa, dan buruh harian sawit. Jumlah rencana konsumen PLTS Terpusat adalah sebanyak 85 rumah tangga, 5 fasilitas umum dan 41 PJU. Lokasi rencana PLTS Terpusat terletak pada koordinat S0° 55.237' E109° 37.058' dengan kapasitas sebesar
20 kWp. Besar biaya pembangunan PLTS Terpusat (setelah pajak PPN 10%) sebesar Rp 6.559.850.000,-
5.2 Rekomendasi
1. Operasi suatu sistem pembangkit listrik, termasuk PLTS, memerlukan kedisiplinan dalam pengoperasian dan pemeliharaan agar sistem pembangkit dapat bekerja dengan baik. Karena itu, Tim Pengelola Desa (TPD) yang bertanggungjawab atas pengoperasian PLTS harus disiplin dalm mengoperasikan sistem sesuai SOP yang telah disepakati. Pihak konsumen juga harus turut memelihara sistem PLTS yang ada di rumah masing-masing serta ikut memelihara jaringan listrik
2. Pihak pemerintah daerah kabupaten perlu untuk terus memberikan pembinaan kepada TPD, baik teknis maupun manajemen pengoperasian pembangkit, serta penyuluhan pemanfaatan listrik sehingga keberadaan listrik di desa ikut mendorong pertumbuhan sektor-sektor pembangunan desa lainnya
3. Pemerintah daerah kabupaten perlu untuk melakukan evaluasi tahunan terhadap pengoperasian PLTS Terpusat di desa-desa sehingga kendala-kendala di lapangan dapat diinventarisir serta dikelola agar tujuan pembangunan PLTS Terpusat dapat tercapai dengan baik
4. Jika sistem PLTS Terpusat akan direalisasikan, maka direkomendasikan untuk melibatkan masyarakat setempat dalam pembangunan pembangkit listrik tersebut, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan non-teknis. Keterlibatan masyarakat desa sejak awal hingga akhir akan menimbulkan rasa memiliki dan tanggungjawab yang kuat untuk menjaga dan memelihara sistem pembangkit listrik agar tetap berlanjut.
Bagian II
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah maju dan berkembang pesat. Di bidang produksi, iptek telah mampu menyediakan produk yang aman dan lebih baik; di bidang transportasi telah mampu meningkatkan mobilitas orang dan barang; di bidang energi baru dan terbarukan (EBT) iptek telah mampu memberikan alternatif sumber energi utama untuk pembangkitan energi listrik; di bidang kesehatan mampu memperpanjang harapan hidup; di bidang komunikasi internet menjadi icon kehidupan masyarakat modern; dan lain-lain, termasuk rutinitas kehidupan rumah tangga dan perkantoran, iptek memberikan kemudahan dan kenyamanan sehingga meningkatkan produktivitas manusia. Semua teknologi ini hanya dapat dinikmati apabila masyarakat mempunyai akses terhadap energi listrik, karena sebagian besar teknologi tersebut menggunakan energi listrik sebagai penggerak utamanya. Bagi masyarakat yang belum memiliki listrik, semua kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan oleh iptek tidak akan dapat dinikmati.
Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat, yang ada di pedalaman atau daerah- daerah terpencil, masih belum mendapatkan akses infrastruktur energi listrik sebagaimana dengan daerah-daerah di pesisir dan perkotaan. PLN Wilayah Kalimantan Barat, yang
melayani kebutuhan energi listrik wilayah ini, menghadapi beberapa kendala untuk elektrifikasi daerah-daerah tersebut. Kendala ini adalah, antara lain, prasarana transportasi yang masih belum memadai, kerapatan penduduk yang relatif kecil sedangkan jarak ke desa-desa relatif jauh, anggaran belanja investasi sarana sistem kelistrikan yang masih terbatas, dan lain-lain, sehingga elektrifkasi di daerah-daerah pedalaman dan terpencil perlu dilakukan melalui perencanaan yang seksama dan bertahap. Tambahan lagi, PLN Kalimantan Barat masih dominan menggunakan bahan bakar diesel dalam pembangkitan listrik. Bahan bakar jenis ini harganya dari tahun ke tahun terus bertambah mahal karena cadangannya mulai berkurang. Penggunaan sumber energi ini memang sudah saatnya dicarikan alternatif penggantinya, sehingga sampai pada saatnya dimana bahan bakar diesel sulit didapat, wilayah ini sudah mendapatkan pengganti dari energi tersebut. Salah satu alternatif energi pengganti yang menarik untuk dikembangkan adalah sumberdaya EBT potensi lokal.
Dalam rangka menyediakan energi listrik di wilayah Kabupaten Kubu Raya, dengan penekanan pada optimalisasi potensi sumberdaya alam yang ada, Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya menganggap masih perlu adanya kajian-kajian teknis terkait dengan pembangunan pembangkit listrik yang bersumber pada sumberdaya alam tersebut, terutama dari sumber EBT. Salah satu sumberdaya pembangkitan energi listrik yang teknologinya sudah mapan dan kompetitif adalah energi surya atau energi matahari, sumberdaya ini selalu dimiliki oleh setiap desa di Kabupaten Kubu Raya. Untuk merealisasikan pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya melaksanakan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.