Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu i
KATA PENGANTAR
Laporan akhir ini disusun sebagai laporan ketiga dari pekerjaan Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Laporan akhir ini terbagi ke dalam 2 (dua) buku yang disesuaikan dengan kawasan studi. Laporan ini merupakan buku mengenai Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu. Laporan ini mencakup pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran studi, lingkup, serta pendekatan dan metodologi; tinjauan pustaka terkait tema kawasan studi, rencana tindak pariwisata, serta keterkaitan kawasan studi dengan KWU lainnya dalam lingkup RIPPDA Jawa Barat; potensi, permasalahan pengembangan kepariwisataan di kawasan studi yang mencakup aspek daya tarik wisata, fasilitas pendukung, pasar wisatawan, SDM, kelembagaan, serta positioning kawasan; arahan pengembangan kepariwisataan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan kawasan, serta isu‐isu strategis. Dalam laporan ini juga memuat kebijakan dan strategi pengembangan kawasan berdasarkan aspek fisik dan non‐fisik, serta program pengembangan kepariwisataan. Laporan akhir ini dibuat berdasarkan data sekunder maupun primer dari hasil survei lapangan dan Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan pada bulan September di Palabuhan Ratu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik proses survei lapangan, pengadaan Focus Group Discussion (FGD), maupun penyusunan sehingga laporan akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa di dalamnya tidak luput dari kekurangan‐kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan bagi perbaikan dan penyempurnaan pekerjaan ini akan kami terima dengan tangan terbuka. Bandung, Oktober 2007 Tim Penyusun
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I – 1 1.2 Dasar Hukum I – 3 1.3 Tujuan dan Sasaran Studi I – 5 1.4 Lingkup I – 6 1.4.1 Lingkup Wilayah I – 6 1.4.2 Lingkup Materi I – 6 1.5 Keluaran Studi I – 7 1.6 Kerangka Pemikiran dan Pendekatan Studi I – 7 1.7 Sistematika Pelaporan I – 10 BAB 2 KAJIAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA TERKAIT 2.1 RIPPDA Provinsi Jawa Barat dan Kawasan Wisata Unggulan II – 1 2.1.1 RIPPDA Provinsi Jawa Barat II – 1 2.1.2 Visi Misi Pengembangan Pariwisata Jawa Barat II – 2 2.1.3 Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi II – 2 2.1.4 Keterkaitan Kawasan Wisata Priangan dengan KWU Provinsi Jawa Barat II – 3 2.2 Rencana Tindak Pariwisata II – 5 2.2.1 Komponen‐komponen Rencana Tindak Pariwisata II – 6 2.2.2 Tahapan Penyusunan Rencana Tindak Pariwisata II – 7 2.3 Ekowisata II – 11 2.3.1 Istilah Ecotourism II – 11 2.3.2 Ecotourism di Indonesia II – 14 2.3.3 Ecotourism dan Pembangunan Berkelanjutan II – 15 2.4 Agrowisata II – 18 2.4.1 Batasan untuk Indonesia II – 20 2.4.2 Tujuan, Azas, dan Arah II – 20 2.4.3 Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata II – 21Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu iii
2.4.4 Klasifikasi Agrowisata II – 24 BAB 3 POTENSI, PERMASALAHAN DALAM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KAWASAN EKOWISATA PALABUHAN RATU 3.1 Objek dan Daya Tarik Wisata III – 1 3.1.1 Kabupaten Sukabumi III – 4 3.1.2 Kepariwisataan Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 7 3.1.3 Pengembangan Objek dan Daya tarik Wisata Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 31 3.2 Fasilitas Pendukung Kepariwisataan III – 32 3.2.1 Akomodasi III – 32 3.2.2 Restoran/Rumah Makan III – 38 3.2.3 Biro Perjalanan Wisata III – 39 3.2.4 Fasilitas Hiburan dan Rekreasi III – 40 3.2.5 Balawista III – 41 3.2.6 Transportasi dan Infrastruktur III – 42 3.2.7 Jaringan Listrik, Telepon, dan Air III – 43 3.3 Pasar Wisatawan III – 45 3.3.1 Potensi Pasar Wisatawan Nusantara III – 46 3.3.2 Potensi Pasar Wisatawan Mancanegara III – 51 3.4 Sumber Daya Manusia III – 53 3.5 Kelembagaan Pendukung III – 56 3.6 Positioning Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 73 3.6.1 Potensi dan Permasalahan Kawasan III – 73 3.6.2 Isu‐isu Strategis Pengembangan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 75 BAB 4 ARAHAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KAWASAN 4.1 Visi dan Misi Pengembangan IV – 1 4.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan IV – 2 4.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan IV – 4 4.3.1 Pengembangan Perwilayahan IV – 4 4.3.2 Pengembangan Produk Wisata IV – 8 4.3.3 Pengembangan Transportasi dan Infrastruktur IV – 9 4.3.4 Pengembangan Pasar dan pemasaran IV – 10 4.3.5 Pengembangan Sumber Daya Manusia IV – 13 4.3.6 Pengembangan Kelembagaan IV – 14 4.3.7 Pengembangan Investasi IV – 15
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu iv
BAB 5 PROGRAM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
DAFTAR PUSTAKA
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Luas Lahan Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kabupaten Sukabumi III – 5 Tabel 3.2 Sebaran Objek Wisata Kabupaten Sukabumi yang Termasuk dalam Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 7 Tabel 3.3 Kegiatan Geowisata yang Dapat Dikembangkan di Kawasan Palabuhan Ratu III – 30 Tabel 3.4 Perkembangan Jumlah Usaha Akomodasi di Kabupaten Sukabumi Tahun 2003‐2006 III – 32 Tabel 3.5 Jumlah Hotel, kamar, tempat tidur, dan tenaga kerja di Kabupaten Sukabumi tahun 2006 III – 33 Tabel 3.6 Data Jumlah Hotel di Kecamatan Palabuhan Ratu, Kecamatan Cisolok, dan Kecamatan Cikakak III – 33 Tabel 3.7 Data Hotel di Kecamatan Palabuhan Ratu, Kecamatan Cisolok, dan Kecamatan Cikakak III – 33 Tabel 3.8 Jumlah Wisman dan Wisnus yang berkunjung ke Hotel Bintang dan Melati di Kec. Palabuhan Ratu, Kec. Cisolok, dan Kec. Cikakak III – 38 Tabel 3.9 Perkembangan Jumlah Rumah Makan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2003‐2006 III – 39 Tabel 3.10 APW yang Melayani Perjalanan Wisata ke Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 39 Tabel 3.11 Fasilitas Hiburan dan Rekreasi Lainnya di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005 – 2006 III – 40 Tabel 3.12 Banyaknya Sarana Perdagangan dan Perbankan menurut Kecamatan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005 III – 41 Tabel 3.13 Jumlah Desa Menurut Pemasangan Listrik dan Gardu di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2006 III – 43 Tabel 3.14 Banyaknya Desa yang Memiliki Sumber Air Minum Menurut Kecamatan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005 III – 43 Tabel 3.15 Banyaknya Desa yang Memiliki Prasarana Komunikasi di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2005 III – 43 Tabel 3.16 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, dan Posyandu di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2006 III – 44 Tabel 3.17 Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan dan Jenis Sarana di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005 III – 45Tabel 3.18 Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta Tahun 2005 III – 46 Tabel 3.19 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta Tahun 2005 III – 47 Tabel 3.20 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Objek Wisata di Kab. Sukabumi Tahun 2003 – 2006 III – 48
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu vi
Tabel 3.21 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Akomodasi di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2004 – 2007 III – 48 Tabel 3.22 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara ke Objek Wisata Tahun 2004 – 2007 III – 49 Tabel 3.23 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta Tahun 2005 III – 49 Tabel 3.24 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke Objek Wisata di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2007 (Laporan Triwulan I/Maret 2007) III – 50 Tabel 3.25 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Objek Wisata di Jawa Barat Tahun 2006 III – 50 Tabel 3.26 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Akomodasi di Jawa Barat Tahun 2006 III – 51 Tabel 3.27 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Akomodasi di Jawa Barat Tahun 2004 – 2007 III – 52 Tabel 3.28 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Akomodasi di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2004 – 2007 III – 52 Tabel 3.29 Jumlah Tenaga Kerja di Akomodasi dan Rumah Makan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2006 III – 53 Tabel 3.30 Jumlah Tenaga Kerja di Objek dan Daya Tarik Wisata di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2006 III – 53 Tabel 3.31 Jumlah Tenaga Kerja di Objek dan Daya Tarik Wisata di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2006 III – 54
Tabel 3.32 Jumlah Tenaga Kerja Akomodasi di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Tahun 2006
III – 55
Tabel 4.1 Cluster Ekowisata Palabuhan Ratu IV – 5
Tabel 4.2 Target Jumlah Wisatawan KWU Ekowisata Palabuhan Ratu IV ‐ 13 Tabel 5.1 Program Pengembangan Kepariwisataan di Kawasan Ekowisata
Palabuhan Ratu V ‐ 9
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pemahaman terhadap Latar Belakang Penyusunan Studi I – 3 Gambar 1.2 Peta Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu dalam Lingkup KonstelasiJawa Barat
I – 6
Gambar 1.3 Skema Keluaran Studi I – 7
Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran Studi I – 9
Gambar 2.1 Pembagian KWU Provinsi Jawa Barat II – 4 Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) II – 10 Gambar 2.3 Hubungan Keterkaitan Antar Syarat‐Syarat Kecukupan Pemanfaatan
Lingkungan untuk Ecotourism
II – 16 Gambar 2.4 Skema Pengembangan Kegiatan Wisata Agro II – 19 Gambar 3.1 Peta Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 2 Gambar 3.2 Peta Sebaran Daya Tarik Wisata di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu III – 3
Gambar 3.3 Arung Jeram Citarik III – 11
Gambar 3.4 Arung Jeram Cicatih III – 12
Gambar 3.5 Goa Lalay III – 13
Gambar 3.6 Air Panas Cisolok III – 14
Gambar 3.7 Jembatan Bagbagan III – 15
Gambar 3.8 TWA Sukawayana III – 16
Gambar 3.9 Pantai Cibangban III – 17
Gambar 3.10 Pantai Karang Hawu III – 18
Gambar 3.11 Pantai Cimaja III – 19
Gambar 3.12 Octopus Dive, Tempat Belajar Menyelam III – 20
Gambar 3.13 Pantai Gado Bangkong III – 21
Gambar 3.14 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Palabuhan Ratu III – 22
Gambar 3.15 Pantai Karangnaya III – 22
Gambar 3.16 Pantai Batu Kaca III – 23
Gambar 3.17 Situs Genter Bumi III – 24
Gambar 3.18 Wisata Budaya Dewi Quan Im III – 25
Gambar 3.19 Situs Tugu Gede Cengkuk III – 26
Gambar 3.20 Punden Berundak Panguyangan III – 27
Gambar 3.21 Desa Adat Sirnaresmi III – 29
Gambar 3.22 Pusat Jajanan dan Oleh‐oleh Khas Sukabumi III – 30
Gambar 3.23 Pos Jaga Balawista III – 41
Gambar 4.1 Cluster Ekowisata Palabuhan Ratu IV – 7
Gambar 5.1 Syarat Kecukupan Konsep Ekowisata V ‐ 2
Gambar 5.2 Struktur dan Prioritas Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 1 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
BAB 1
P
P
P
E
E
E
N
N
N
D
D
D
A
A
A
H
H
H
U
U
U
L
L
L
U
U
U
A
A
A
N
N
N
Bab Pendahuluan ini menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran studi, lingkup materi, dan keluaran, serta kerangka pemikiran dan pendekatan studi pekerjaan Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat, untuk Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu.
1.1 Latar Belakang
RIPPDA Provinsi Jawa Barat ‐yang disusun tahun 2005, dan telah didasari oleh Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006, adalah rencana yang memuat kebijakan pengembangan kepariwisataan Jawa Barat dari aspek perwilayahan pariwisata, aspek pengembangan produk wisata, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia (SDM) kepariwisataan, dan pengembangan kelembagaan pariwisata. Dokumen ini merupakan hasil kesepakatan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Barat, serta “stakeholders” lainnya, yang mengakomodasikan isu‐isu strategis dan perkembangan terbaru secara terintegrasi dan sinergis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
RIPPDA Jawa Barat fokus pada pengembangan Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Barat dengan menetapkan tema pengembangan produk wisata yang unik dan memunculkan kekhasan Jawa Barat. Pengembangan 9 (sembilan) KWU diharapkan dapat mengarahkan kepariwisataan Jawa Barat menjadi lebih fokus, namun tetap memberikan fleksibilitas/kelenturan untuk berkembangnya potensi‐potensi lain sehingga tetap mewadahi kekayaan alam dan sosial budaya Jawa Barat, saling melengkapi dan meningkatkan daya tarik wisata Jawa Barat secara keseluruhan. Strategi pengembangan dan indikasi kegiatan dijabarkan pada setiap KWU untuk mendukung terwujudnya KWU yang berdaya saing tinggi. Dalam pelaksanaan implementasi RIPPDA Jawa Barat, perlu ditunjang dengan rencana tindak yang lebih rinci untuk setiap KWU Provinsi.
Action Plan dalam laporan ini difokuskan pada Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu. Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu merupakan kawasan wisata unggulan provinsi yang mendukung pengembangan basis ekonomi kawasan, sekaligus mengurangi isu ketimpangan pembangunan wilayah Jawa Barat dengan basis budaya pesisir dan pegunungan. Kekuatan utama kawasan ini adalah kombinasi alam bukit berhutan dengan pantai yang dalam dan berkarang. Oleh karenanya, kegiatan‐kegiatan wisata alam lah yang diangkat sebagai tema utama di wilayah Sukabumi ini. Adapun jenis kegiatan yang dikembangkan mengacu pada prinsip‐prinsip ekowisata, mengingat kondisi kawasan yang berupa pantai, hutan, sungai dan gunung, yang tetap harus dijaga kelestariannya.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 2 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Tema utama produk wisata di kawasan ini adalah ekowisata alam pegunungan dan pantai. Kaitan antara pegunungan dan pantai menjadi suatu fokus tema, misalnya dengan kegiatan menyusuri sungai dalam Arung Jeram Citarik, pengamatan kelelawar, air panas Cisolok, dan Pantai Palabuhan Ratu itu sendiri. Selain itu, terdapat juga daya tarik wisata budaya masyarakat tradisional Sunda yang diunggulkan yang mendukung tema utama, yaitu Desa Ciptagelar. Agrowisata perkebunan dan perikanan yang terkait dengan budaya nelayan pesisir menjadi daya tarik pendukung kawasan ini.
Action plan merupakan rencana detil program dan kegiatan yang bersifat aplikatif dan taktis, sebagai bagian dari kerangka kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata. Sebagai penjabaran RIPPDA, maka action plan mengacu pada kebijakan dan strategi yang telah dirumuskan dalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat. Penyusunan action plan diarahkan kepada penyusunan kajian yang dapat menjadi pedoman pengembangan pariwisata yang implementatif dan terintegrasi antarwilayah serta antarsektor di Provinsi Jawa Barat. Namun di sisi lain, action plan yang dihasilkan harus terintegrasi dengan rencana pengembangan wilayah keseluruhan dan sejalan dengan rencana pengembangan kepariwisataan wilayah masing‐masing. Action plan perlu diselaraskan dengan RIPPDA dan RTRW kabupaten/kota terkait, maupun rencana pengembangan lainnya di wilayah tersebut. Lebih lanjut, sebagai suatu rencana tindak, program yang dirumuskan harus terfokus, terukur, menjawab kebutuhan, dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di wilayah, dalam jangka pendek, melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara optimal. Rencana yang disusun didasarkan pada tingkat kepentingan dan kemampuan sumber daya, dan mengadaptasikan berbagai kemungkinan perubahan yang terjadi dalam 5 tahun kedepan.
Pemahaman dan pertimbangan‐pertimbangan tersebut perlu dicermati dalam penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat. Tema pengembangan yang telah ditentukan di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu perlu lebih dimunculkan dan diperkuat untuk mendukung pengembangan kedua KWU, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai motor penggerak kepariwisataan di Jawa Barat, sekaligus menumbuhkembangkan potensi kawasan‐kawasan wisata lainnya.
Untuk lebih jelasnya, latar belakang penyusunan studi dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 3 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Gambar 1.1 Pemahaman terhadap Latar Belakang Penyusunan Studi
1.2 Dasar Hukum
Dalam pekerjaan Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat ini, terdapat landasan hukum yang perlu dicermati, yaitu sebagai berikut:
1. Undang‐Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990, Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427).
2. Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya.
3. Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992, Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470)
4. Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1992, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699). 5. Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421).
9 KWU Provinsi Jawa Barat
RIPPDA Provinsi Jawa Barat 2005
Kebijakan pengembangan kepariwisataan Jawa Barat: - aspek perwilayahan, pengembangan produk, pasar dan
pemasaran, SDM dan kelembagaan.
Kawasan Wisata Unggulan (KWU):
Memunculkan produk wisata yang unik dan khas Jawa Barat, saling melengkapi dan meningkatkan daya tarik
wisata secara keseluruhan ACTION PLAN
Pedoman pengembangan yang lebih implementatif dan terintegrasi antarwilayah dan antarsektor. Fokus pada peningkatan peran serta masyarakat melalui
penerapan Community Based Tourism Development. Untuk memperkuat tema produk wisata unggulan di
masing-masing Kawasan
Kawasan Wisata KRIA dan BUDAYA PRIANGAN
(2007) Kawasan Ekowisata
PALABUHAN RATU (2007) Kawasan Wisata Industri &
Bisnis Bekasi-Karawang Kawasan Wisata AgroPurwakarta Subang
Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon
(2006)
Kawasan Wisata Alam Pegunungan Puncak Kawasan Wisata Minat Khusus
Jabar Selatan Kawasan Wisata Perkotaan dan
Pendidikan Bandung (2006)
Kawasan Wisata Rekreasi Pantai Pangandaran
Prinsip konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat, ekonomi,
wisata.
Community Based Tourism Development, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal RIPPDA/RTRW/Renstra, dll yang
terkait RIPPDA/RTRW/Renstra, dll yang terkait Potensi, permasalahan, isu
strategis: Produk unggulan Potensi pasar, SDM, kelembagaan
Potensi, permasalahan, isu strategis: Produk unggulan Potensi pasar, SDM, kelembagaan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 4 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
6. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4434)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996, tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3638)
8. Intruksi Presiden RI Nomor 16 Tahun 2005, tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata.
9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.64/HK.201/MKP/04, tentang Pedoman Pengembangan Pariwisata Daerah.
10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.06/UM.001/MKP/06, tentang Penetapan Rencana Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2005‐2009.
11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000, tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat.
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2002, tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000.
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003, tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah.
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000, tentang Pemeliharaan Kesenian.
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2003, tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai‐nilai Tradisional dan Museum. 16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2004, tentang Rencana Strategis Provinsi Jawa Barat Tahun 2003‐2008. 17. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 52 Tahun 2001, tentang Tugas, Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. 18. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 64 Tahun 2003, tentang Tupoksi UPTD (Balai) di Lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat.
19. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006, tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat.
20. Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Nomor 556/SK.1351/2006‐Binprog tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Nomor 556/SK‐707 Binprog/2005 tanggal 1 Juli 2005 tentang Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Tahun 2005‐2009.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 5 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
21. Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2001 tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Sukabumi.
22. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang Rencana Strategis Kabupaten Sukabumi Tahun 2001‐2010.
23. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 15 Tahun 2002 tentang Penataan Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
24. Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2003 tentang Perencanaan Pembangunan Partisipatif Kabupaten Sukabumi.
25. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No.10 Tahun 2004 tentang Pajak Hotel. 26. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No.11 Tahun 2004 tentang Pajak Restoran. 27. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No.13 Tahun 2004 tentang Retribusi Kawasan
Pariwisata, Tempat Rekreasi, dan Tempat Olah Raga.
28. Keputusan Bupati Kabupaten Sukabumi No. 5525/Kep.274‐ORGANISASI/2007 Tentang Pembentukan Tim Pelestarian dan Penataan Pesisir Teluk Palabuhan Ratu.
1.3 Tujuan dan Sasaran Action Plan
Tujuan dari Action Plan ini adalah sebagai pedoman dalam mengarahkan perkembangan kepariwisataan Jawa Barat, khususnya KWU Ekowisata Palabuhan Ratu, yang memperkuat tema utama masing‐masing kawasan, secara terintegrasi antarwilayah serta antarsektor, yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan”.
Untuk mencapai tujuan seperti yang tercantum di atas, maka sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut: − Menguatnya tema kawasan sebagai tema produk wisata yang diunggulkan di masing‐ masing KWU; − Berkembangnya sektor‐sektor lain yang mendukung tema produk wisata unggulan; − Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pengembangan produk wisata unggulan kawasan;
− Meningkatnya perhatian terhadap pelestarian lingkungan di daya tarik wisata unggulan kawasan dan sekitarnya.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 6 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
1.4 Lingkup
1.4.1 Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah pada pekerjaan Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat Tahun 2007 ini adalah Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu, yang merupakan salah satu kawasan wisata unggulan Provinsi Jawa Barat (lihat gambar 1.2 berikut). Gambar 1.2 Peta Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu dalam Lingkup Konstelasi Jawa Barat 1.4.2 Lingkup Materi
Secara garis besar, lingkup materi Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat meliputi:
1. Rencana pengembangan kepariwisataan maupun pengembangan wilayah yang terkait. 2. Pengembangan ekowisata dan agrowisata.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 7 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
3. Karakteristik Kawasan Wisata Unggulan (KWU) dan pasar wisatawan potensial, khususnya di wilayah perencanaan.
1.5 Keluaran
Adapun keluaran yang terkait dengan substansi pekerjaan meliputi:
1. Konsep pengembangan kepariwisataan di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu, mencakup visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan KWU, serta kebijakan dan strategi pengembangan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dengan dimensi waktu jangka menengah (15 tahun).
2. Rumusan program pengembangan / kegiatan yang merupakan penjabaran strategi, yang memuat tujuan dan sasaran program, jangka waktu pelaksanaan, pengalokasian sumber daya, termasuk instansi pelaksana dan instansi terkait, dalam dimensi waktu 5 (lima) tahun. Skema keluaran studi dapat dilihat dalam Gambar 1.3 berikut Gambar 1.3 Skema Keluaran Studi
1.6
Kerangka Pemikiran dan Pendekatan Studi
Action Plan merupakan suatu rencana yang strategik yang berisi program‐program (termasuk indikasi kegiatan/proyek) dengan sasaran jangka pendek. Action Plan mencakup apa, dimana, kapan, siapa, dan bagaimana mengembangkan pariwisata, dan menjadi kerangka kerja bagi seluruh stakeholder kepariwisataan yang terkait.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 8 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Sebagai suatu rencana tindak, program yang dirumuskan harus terfokus, terukur, menjawab kebutuhan, dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kedua wilayah studi, dalam jangka pendek, melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara optimal. Program disusun berdasarkan pada tingkat kepentingan dan kemampuan sumber daya, dan mengadaptasikan berbagai kemungkinan perubahan yang terjadi dalam 5 (lima) tahun kedepan.
Untuk itu perlu dikaji dengan lebih rinci dan mendalam mengenai:
- Kebijakan dan rencana yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan di kedua wilayah studi.
- Potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan di kedua wilayah studi, yang mencakup aspek perwilayahan, produk wisata, pasar dan pemasaran, serta SDM dan kelembagaan pariwisata, dengan penekanan pada tema pengembangan masing‐masing KWU.
- Isu‐isu strategis pengembangan kepariwisataan di kedua wilayah studi dan keterkaitannya dengan perkembangan sektor‐sektor lain di wilayah, maupun dengan KWU lainnya di Jawa Barat.
Kajian tersebut akan didasarkan pada data hasil survei primer dan sekunder, serta diskusi dengan stakeholders kepariwisataan di kedua wilayah studi. Hasil kajian tersebut selanjutnya akan menjadi bahan dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu, dari aspek perwilayahan, pengembangan produk, pasar dan pemasaran, SDM dan kelembagaan, baik spasial maupun non spasial.
Selanjutnya kebijakan dan strategi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam rumusan program‐program melalui diskusi terfokus (pelaksanaan FGD di wilayah studi) bersama seluruh stakeholders kepariwisataan yang terkait.
Adapun rumusan program kegiatan yang dihasilkan meliputi :
- JUDUL program/kegiatan, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai dari program tersebut, serta indikator keberhasilan program.
- penentuan WAKTU pelaksanaan program
- penentuan SUMBER DAYA yang diperlukan untuk melaksanakan program, dan pengorganisasiannya.
- penugasan TANGGUNG JAWAB pelaksanaan program; siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu program.
Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran studi ini, dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 9 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran Studi
RIPPDA Provinsi Jawa Barat
Kebijakan dan strategi pengembangan
Indikasi program pengembangan 9 Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi
ACTION PLAN
RINCIAN PROGRAM/KEGIATAN: Judul, tujuan, sasaran Penanggung jawab, kerangka waktu,
pengorganisasian sumber daya KEBIJAKAN dan STRATEGI
Pengembangan KWU Potensi, permasalahan, dan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan Kebijakan dan rencana terkait
Isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan regional/
nasional Kawasan Wisata
Kria dan Budaya Priangan
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Kawasan Wisata Kria dan Budaya
Priangan Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu Kepariwisataan regional, nasional Perkembangan sektor lain
KWU Lainnya
KWU Lainnya
Penyusunan action plan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan
participatory planning (pendekatan perencanaan partisipatif), dengan melibatkan berbagai
pihak yang berkepentingan dalam pembangunan kepariwisataan di wilayah studi. Pihak‐ pihak yang terlibat, dengan kata lain berpartisipasi, selanjutnya melakukan kerjasama dalam mencapai suatu tujuan yang melibatkan kepentingan‐kepentingan masing‐masing pihak. Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan di Kota Palabuhan Ratu, selaku pusat Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu dihadiri oleh stakeholders kepariwisataan di wilayah studi. FGD menghasilkan rumusan potensi, permasalahan, serta isu‐isu strategis yang dihadapi dalam pengembangan ekowisata, yang menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan arahan pengembangan kepariwisataan di Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu ini.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat I ‐ 10 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
1.7 Sistematika Pelaporan
Laporan Akhir Studi Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat ini terdiri dari:
Bab 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran pekerjaan, lingkup wilayah dan materi, keluaran pekerjaan, kerangka pemikiran dan pendekatan studi, serta sistematika laporan.
Bab 2 KAJIAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA TERKAIT
Bab ini menguraikan kajian tentang RIPPDA Provinsi Jawa Barat serta konsep pengembangan Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi, dan penjelasan mengenai rencana tindak dan tahapan penyusunannya. Pada bagian akhir bab akan ditinjau pula bahasan dan pengertian mengenai ekowisata serta agrowisata sebagai tema utama dan penunjang pariwisata kawasan.
Bab 3 POTENSI DAN PERMASALAHAN DALAM PENGEMBANGAN
KEPARIWISATAAN
Bab ini menguraikan potensi, permasalahan, maupun isu‐isu strategis pengembangan kepariwisataan yang dihadapi di masing‐masing kawasan dengan fokus pada pengembangan tema produk ekowisata baik alam maupun budaya. Pada bagian ahkir bab ini akan disampaikan positioning kawasan dalam konteks KWU Provinsi Jawa Barat, serta isu‐isu strategis pengembangan kepariwisataan kawasan.
Bab 4 ARAHAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN KAWASAN
Bab ini akan menjelaskan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan masing‐masing kawasan, serta kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan yang terkait pengembangan tema produk utama dan pendukung di kawasan ekowisata Palabuhan Ratu. Bab 5 PROGRAM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN KAWASAN
Bab ini menguraikan rangkaian program pengembangan kepariwisataan di kawasan studi untuk aspek pengembangan produk, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan SDM, pengembangan kelembagaan, serta pengembangan investasi. Program akan dirinci mencakup tujuan dan sasaran program, pengalokasian sumber daya, serta instansi penanggung jawab tiap program.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 1 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
BAB 2
K
K
K
A
A
A
J
J
J
I
I
I
A
A
A
N
N
N
K
K
K
E
E
E
B
B
B
I
I
I
J
J
J
A
A
A
K
K
K
A
A
A
N
N
N
D
D
D
A
A
A
N
N
N
P
P
P
U
U
U
S
S
S
T
T
T
A
A
A
K
K
K
A
A
A
T
T
TE
E
ER
R
RK
K
KA
A
A
I
I
I
T
T
T
Pada bab ini akan ditinjau kembali RIPPDA Provinsi Jawa Barat dan penetapan KWU Provinsi untuk mendudukkan Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu dalam konteks KWU Provinsi Jawa Barat. Selain itu juga akan diuraikan pemahaman tentang rencana tindak pariwisata, serta pengertian‐pengertian mengenai ekowisata, dan agrowisata yang merupakan tema utama dan pendukung di kawasan ini.
2.1 RIPPDA Provinsi Jawa Barat dan Kawasan Wisata Unggulan Provinsi
2.1.1 RIPPDA Provinsi Jawa Barat
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat merupakan pedoman utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa Barat, termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. RIPPDA ini mengakomodasi isu‐isu strategis dan perkembangan terbaru secara terintegrasi dan sinerjis dimaksudkan untuk untuk mengarahkan perkembangan kepariwisataan Jawa Barat mencapai kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
RIPPDA Provinsi Jawa Barat memfokuskan pada perencanaan satu atau beberapa daerah tujuan wisata yang memang menjadi, atau akan menjadi, unggulan provinsi. Pengembangan kawasan wisata unggulan provinsi diharapkan akan berdampak ganda terhadap pengembangan kawasan‐kawasan wisata maupun sektor‐sektor lain di Jawa Barat.
Sebagai pedoman utama, RIPPDA Provinsi Jawa Barat berisikan (1) konsep pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat yang dilandasi pendekatan perencanaan dan isu‐isu strategis pengembangan kepariwisataan Jawa Barat, (2) identifikasi kawasan wisata unggulan Provinsi Jawa Barat dan kawasan wisata unggulan kabupaten/kota, serta (3) arahan kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat dan tahapan indikasi kegiatan pengembangan kepariwisataan di setiap kawasan wisata unggulan provinsi.
Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Barat menjadi kerangka dalam menyusun visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat, baik secara umum maupun khusus kawasan wisata unggulan provinsi. Konsep pengembangan kepariwisataan Jawa Barat yang dirumuskan dalam RIPPDA terkait dengan potensi dan permasalahan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 2 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
pengembangan kepariwisataan Jawa Barat, serta isu‐isu strategis pengembangan kepariwisataan yang dihadapi Jawa Barat.
2.1.2 Visi dan Misi Pengembangan Pariwisata Jawa Barat
Visi pengembangan pariwisata Jawa Barat seperti yang tercantum dalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat adalah “Terwujudnya pariwisata Jawa Barat yang mengangkat harkat dan martabat, serta meningkatkan kesejahteraan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat dalam lingkungan yang berkelanjutan”.
Adapun misi pengembangannya meliputi:
1. Menyebarluaskan implementasi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan melalui konservasi, preservasi, dan rehabilitasi sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup Jawa Barat.
2. Meningkatkan daya saing pariwisata Jawa Barat di tingkat nasional dan internasional melalui pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata, serta pemasaran pariwisata yang tepat sasaran oleh sumber daya manusia Jawa Barat yang berkualitas tinggi.
3. Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui penyebaran kegiatan pariwisata yang mencakup daerah‐daerah yang belum maju di Jawa Barat.
4. Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan yang berazaskan kerja sama yang saling menguntungkan antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat.
5. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat luas dan masyarakat lokal dalam pengembangan dan kegiatan pariwisata untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
2.1.3 Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi
Dalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat tersebut, definisi kawasan wisata mengacu pada konsep yang diajukan Gunn (1996), yaitu kawasan yang secara teknis digunakan untuk kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan dengan batasan‐batasan sebagai berikut: 1. Kawasan wisata adalah area unggulan untuk pengembangan pariwisata provinsi
atau daerah (kabupaten/kota).
2. Kawasan wisata akan atau sudah berfungsi sebagai identitas daerah, misalnya kawasan bersejarah, pusat perbelanjaan, gunung, pantai, dan sebagainya.
3. Kawasan wisata dapat tumpang tindih (overlap) dengan kawasan lain, baik kawasan budidaya (misalnya kawasan pertanian, perdagangan) maupun kawasan lindung.
4. Memiliki keragaman daya tarik wisata, baik yang belum maupun yang sudah berkembang atau dikunjungi wisatawan.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 3 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
5. Memiliki batas kawasan secara imaginer, dengan unsur pengikat yang dapat berupa fisik (misalnya jalan), dan atau non fisik seperti pengaruh budaya atau tema produk/kegiatan wisata.
Kawasan Wisata Unggulan (KWU) provinsi merupakan kawasan wisata yang diunggulkan di tingkat provinsi yang berperan dalam menjawab isu‐isu pokok pembangunan kepariwisataan provinsi. KWU berperan strategis karena keunikan lokasi maupun tingginya intensitas kunjungan wisatawan. KWU Provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dalam daerah administratif yang berbeda (lintaskabupaten/kota), yang memiliki keunggulan produk wisata yang dapat bersaing di tingkat regional, nasional (dan bahkan internasional), dengan target segmen pasar wisatawan nasional/internasional. Pemerintah provinsi menjadi pemain utama dalam hal pembinaan dan pengembangan KWU serta ikut bertanggung jawab dalam merencanakan dan mendukung pengembangannya.
KWU provinsi dapat memiliki cakupan wilayah yang berbeda luasannya dengan batas ʹimajinerʹ kabupaten/kota yang berada dalam cakupannya. Dengan demikian, suatu KWU memiliki faktor pengikat kawasan yang dapat bersifat fisik (geomorfologis), seperti jalur jalan dan jalur pantai, maupun nonfisik yang bersifat pengaruh suatu budaya.
Selain itu, setiap KWU memiliki sumber daya wisata utama/kegiatan yang telah berkembang atau sumber daya wisata lain maupun kegiatan wisata lain yang diusulkan untuk dikembangkan, serta potensi pasar wisatawan eksisting dan yang akan menjadi sasaran pasar, baik dilihat dari daerah asal wisatawan, maupun karakteristik wisatawannya. Sumber daya wisata utama suatu KWU nantinya menjadi tema produk wisata utama yang akan diunggulkan dari KWU tersebut, dan akan terkait dengan segmen pasar wisatawan yang menjadi sasaran.
2.1.4 Keterkaitan Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu dengan KWU Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan hasil diskusi terfokus (FGD) yang mempertimbangkan aksesibilitas jalur jalan utama dan daya tarik wisata unggulan yang membentuk tema produk kawasan, maka RIPPDA Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 9 (sembilan) kawasan sebagai berikut : 1. Kawasan Wisata Industri dan Bisnis Bekasi‐Karawang 2. Kawasan Wisata Agro Purwakarta Subang 3. Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon 4. Kawasan Wisata Alam Pegunungan Puncak 5. Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan Bandung 6. Kawasan Wisata Kria dan Budaya Priangan 7. Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
8. Kawasan Wisata Minat Khusus Jabar Selatan
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 4 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Pembagian KWU Provinsi Jawa Barat Sumber: RIPPDA Provinsi Jawa Barat, Bapeda Jawa Barat, 2005
Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu merupakan kawasan teluk dengan seting pantai yang berlatar pegunungan. Kawasan ini kaya akan potensi sumber daya wisata alam laut, pantai, gunung, sungai dan juga potensi kekayaan budayanya yang unik dan bernilai tinggi. Potensi perikanan maupun perkebunan di kawasan ini dan sekitarnya sangat mendukung pengembangan kepariwisataan melalui kegiatan agrowisata perikanan maupun perkebunan.
Kondisi geomorfologis kawasan teluk yang berhadapan dengan Samudera Indonesia, serta daerah belakang berupa bukit dan pegunungan mengakibatkan perlunya pertimbangan daya dukung kawasan yang terbatas dalam pengembangan wilayah. Daerah pantai Palabuhan Ratu pun termasuk dalam daerah rawan bencana tsunami, dengan beberapa daerah di datarannya rawan bencana longsor, sehingga pengembangan kepariwisataan di kawasan ini perlu dilakukan dengan cermat dan berwawasan lingkungan.
Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang berkembang saat ini lebih mengarah pada kegiatan rekreasi dan wisata masal yang dilakukan pengunjung di beberapa kawasan pantai di
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 5 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Palabuhan Ratu. Kegiatan yang bersifat ekowisata masih sangat terbatas pengembangannya. Kegiatan wisata minat khusus yang berlangsung di TN Gunung Halimun, atau kegiatan wisata budaya di Desa Cipta Gelar belum sebanyak kegiatan rekreasi pantai di Pantai Karang Hawu atau Pantai Cibangban misalnya. Untuk itu perlu dicermati dan ditingkatkan pengembangan kegiatan ekowisata di kawasan ini, untuk mengimbangi kegiatan rekreasi massal yang umumnya berlangsung di kawasan pesisir Pantai Palabuhan Ratu.
Dikaitkan dengan KWU lainnya di Jabar Selatan, yaitu Kawasan Wisata Minat Khusus Jabar Selatan sangat memungkinkan untuk memperkuat tema ekowisata di Palabuhan Ratu, mengingat kegiatan‐kegiatan di kawasan Jabar Selatan memang lebih merupakan daya tarik wisata minat khusus, misalnya deep sea fishing, penangkaran penyu, off road, dan lain‐lain.
Sementara itu KWU lain di sekitarnya, seperti KWU Puncak merupakan salah satu sumber pasar wisatawan yang dapat dimanfaatkan oleh Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu untuk menarik segmen pasar wisatawan yang baru. Terkait dengan konsep komplementaritas dan keberagaman yang dianut dalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat, maka seyogyanya pengembangan Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu ini harus dapat memunculkan keunikannya yang memperkaya khasanah daya tarik wisata Jawa Barat.
2.2
Rencana Tindak Pariwisata
Karakteristik pariwisata Provinsi Jawa Barat memiliki ciri‐ciri yang berupa perpaduan antara destinasi pariwisata di kabupaten dan kota didalamnya, menyebabkan kompleksitas pengelolaan yang amat tinggi. Oleh karena itu dalam melakukan perencanaan harus secara cermat mengetahui tentang kondisi lingkungan strategis kepariwisataan secara efektif dan efisien yang juga berorientasi kepada permintaan pasar. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dimengerti, disepakati, ditindaklanjuti dan dirasakan manfaatnya oleh pelaku pariwisata di tingkat kabupaten/ kota yang menjadi sasaran pembangunan yang dilakukan.
Rencana tindak (action plan) merupakan suatu dokumen perencanaan yang menjadi rujukan operasional bagi pelaku atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi, biaya, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan. Rencana tindak membagi strategi‐ strategi ke dalam bagian‐bagian yang dapat memudahkan koordinasi dalam implementasi rencana menuju sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Rencana tindak ini berkaitan dengan spesifikasi tugas‐tugas yang mencakup penugasan instansi, alokasi sumber daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial, dan jadwal untuk penyelesaian tugas tersebut.
Untuk lebih mengoperasionalkan kebijakan dan strategi yang harus dilaksanakan diperlukan suatu rencana tindak di tingkat pelaksana di lapangan (sektoral maupun regional). Tanpa rencana tindak ini, implementasi perencanaan pengelolaan belum terjabarkan secara eksplisit, karena program yang diuraikan dari setiap isu hanya melahirkan strategi‐strategi. Rencana tindak memuat kegiatan‐kegiatan untuk
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 6 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
mewujudkan pencapaian setiap sasaran sehingga rencana ini harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan, indikator, kerangka waktu dan sistem pemantauan.
Rencana tindak pariwisata mencakup siapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana membuat kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi tentu harus dapat dilihat dari berbagai sudut pandang pelaku kepentingan, tidak saja pemerintah daerah setempat, namun juga pelaku industri pariwisata, organisasi/ lembaga swadaya masyarakat, maupun stakeholder lainnya. Analisis mengenai sumber daya pariwisata dan berbagai kepentingan yang ada sangat mendukung pengembangan dan pemasaran bagi wilayah yang akan dikembangkan. Tujuan akhir dari rencana tindak selain untuk mengembangkan sektor pariwisata di suatu wilayah, juga untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata khususnya bagi perekonomian lokal, sehingga pada akhirnya dapat memiliki nilai kompetitif terhadap wilayah lainnya.
Rencana tindak pengembangan pariwisata berupa rencana detil program dan kegiatan yang bersifat aplikatif dan taktis sebagai bagian atau sub sistem dari kerangka kebijakan makro dan strategi rencana pengembangan pariwisata. Strategi taktis yang dirumuskan dalam rencana tindak ini merupakan suatu rencana implementasi yang bersifat fokus, terukur, menjawab kebutuhan, dan dapat memecahkan persoalan pembangunan kepariwisataan yang terjadi, khususnya dalam jangka pendek dan menengah. Lebih lanjut, rencana yang disusun haruslah juga dapat mengendalikan proses berjalan dan pengendalian sumber daya pariwisata secara proporsional. Penjabaran strategi menjadi rencana tindak terhadap pengembangan kawasan pariwisata unggulan secara fungsional, terpadu antarwilayah, dan saling menguntungkan. Rencana tindak pengembangan pariwisata ini diharapkan akan mampu mendorong terwujudnya kedekatan visi dan persepsi, menumbuhkembangkan prilaku koordinasi, kerjasama, dan self correction dari para pelaku terkait.
2.2.1 Komponen‐komponen Rencana Tindak Pariwisata
Pengembangan rencana tindak pariwisata mencakup 5 (lima) komponen, yaitu: 1. Atraksi Wisata
Berupa daya tarik wisata, baik alam, budaya, maupun buatan yang berada di dalam suatu wilayah dan memiliki daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan, misalnya pantai, danau, pegunungan, situs budaya, taman, industri, pameran, dan lain sebagainya.
2. Promosi
Merupakan sarana pemasaran, berupa periklanan, pameran pariwisata, artikel di media cetak, brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster dan pusat informasi wisatawan.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 7 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
3. Infrastruktur
Berupa sarana dan prasarana dasar yang menunjang kegiatan pariwisata, misalnya jalan, bandara, jaringan komunikasi, terminal, lokasi parkir, tempat pembuangan sampah, pelayanan listrik dan air bersih, rambu‐rambu lalu lintas, serta lapangan atau area terbuka milik masyarakat yang dapat digunakan sebagai lokasi kegiatan pariwisata.
4. Pelayanan
Berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisata, mencakup diantaranya akomodasi, camping ground, restoran dan rumah makan, pertokoan, serta toko cenderamata.
5. Hospitality
Keramahtamahan merupakan kunci penting yang dapat menggabungkan keempat komponen di atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga menjadi faktor penting yang dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam berwisata dan bukan tidak mungkin akan kembali datang, serta secara tidak langsung turut mempromosikan suatu wilayah kepada kerabatnya.
Untuk dapat menghasilkan rencana tindak pengembangan pariwisata yang bersifat terintegrasi, maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif, dan sinergis amat penting dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas, fungsi, tugas dan tanggung jawab masing‐masing. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan rencana tindak pengembangan pariwisata yang terpadu (integrated) maka dalam proses perencanaannya harus melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholder). Dengan kata lain diperlukan koordinasi yang baik antar stakeholder kepariwisataan maupun dengan pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan pengembangan kepariwisataan di kawasan tersebut.
2.2.2 Tahapan Penyusunan Rencana Tindak Pariwisata
Secara garis besar penyusunan rencana tindak (action plan) pariwisata terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
Kesepakatan dan penentuan organisasi pelaksana pekerjaan, serta pembentukan steering committee yang terdiri dari stakeholder atau pihak‐pihak yang memiliki kepentingan, baik pemerintah, swasta/ industri pariwisata, organisasi pariwisata dan praktisi maupun masyarakat di kawasan studi. Steering committee akan memberikan masukan maupun saran terhadap analisis dan langkah‐langkah yang terkait dengan rencana tindak.
Mengidentifikasi pasar wisatawan yang ada sekarang, untuk mendapatkan informasi yang relevan mengenai kondisi pemasaran di wilayah studi. Informasi ini nantinya akan digunakan sebagai data utama dalam penyusunan rencana tindak. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam mengidentifikasi pasar wisatawan eksisting, antara lain:
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 8 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
- Alasan kedatangan wisatawan, apakah untuk bisnis, pleasure, pelayanan lokal, mengunjungi kerabat atau teman, atau hanya sekedar melewati kawasan studi. - Pelayanan yang biasanya diminati atau dicari oleh wisatawan yang datang.
- Waktu kunjungan wisatawan; peak season dalam satu tahun, di bulan‐bulan apa saja.
- Moda transportasi yang biasa digunakan baik ke dan dari kawasan studi maupun di dalam kawasan studi itu sendiri.
- Lama tinggal wisatawan.
- Biaya yang mereka keluarkan selama berwisata/ berkunjung ke kawasan studi. - Sosio‐demografis wisatawan; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kelas
pendapatan, serta daerah asal wisatawan.
- Kecenderungan baru wisatawan yang dapat merubah gaya berwisata (jika ada). Pengembangan profil pasar pariwisata, untuk mengetahui lebih detail mengenai
profil wisatawan yang datang ke kawasan studi, khususnya dari kegiatan‐kegiatan yang dilakukan di kawasan studi. Misalnya untuk jenis wisatawan bisnis, mereka berkunjung untuk urusan pekerjaan, rapat atau temu bisnis; namun disamping itu mereka juga berwisata ke pantai atau berbelanja cenderamata. Dengan mengetahui profil wisatawan dengan lebih detail, maka akan lebih mudah dalam menentukan pasar dan promosi yang tepat serta efektif di kawasan studi.
Menyusun daftar aset pariwisata yang ada di kawasan studi. Aset pariwisata sendiri dapat dikategorikan ke dalam: (1) Atraksi/Daya Tarik Wisata; (2) Promosi; (3) Infrastruktur; (4) Hospitality; dan (5) Pelayanan. Daftar aset ini penting untuk mengetahui potensi kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan di kawasan studi.
Mengenali kepentingan pariwisata, khususnya aspek negatif atau dianggap kurang yang terkait di kawasan studi, mencakup:
- Aset negatif
- Kekurangan yang ada
- Ide/rencana/proposal yang belum dikembangkan
Dari ketiga aspek tersebut dapat dijabarkan kembali aspek mana yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan pariwisata di kawasan studi. Penentuan ini dapat dilakukan dengan diskusi khususnya bersama masyarakat sekitar kawasan yang lebih memahami wilayah studi. Bukan tidak mungkin aspek yang awalnya dinilai negatif atau mengalami kekurangan dapat menjadi aspek unggulan bagi pariwisata di wilayah tersebut.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 9 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Menentukan pasar wisatawan yang potensial, setelah sebelumnya mengidentifikasi dan menganalisis mengenai profil wisatawan yang datang ke kawasan studi. Penentuan pasar potensial menjadi salah satu dasar penentuan dalam fokus pengembangan pariwisata di kawasan studi.
Penentuan tujuan dan sasaran pariwisata yang sinergis dengan kebijakan pariwisata di wilayah yang lebih luas (kabupaten atau provinsi) maupun kebijakan/ nilai lokal kemasyarakatan di kawasan studi. Sebaiknya tujuan dan sasaran dibuat sesederhana mungkin agar realistis dan lebih mudah diukur. Sebaiknya tujuan dan sasaran juga dibuat berdasarkan anggaran biaya yang direncanakan serta target waktu pencapaian yang jelas.
Pengembangan langkah atau tahapan program dan kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tahapan ini harus dibuat lebih spesifik, sedetail mungkin, dan harus realistis agar lebih mudah dipahami maupun diimplementasilkan.
Mengadakan Focus Group Discussion (FGD), lokakarya atau diskusi dengan melibatkan stakeholder, khususnya masyarakat dan pelaku pariwisata di kawasan studi guna mendapatkan umpan balik terhadap rencana yang telah disusun. Hasil diskusi dan masukan yang diperoleh dari stakeholder nantinya akan digunakan untuk menyempurnakan rencana tindak yang telah disusun.
Penyempurnaan rencana tindak (Action Plan) setelah mengevaluasi rencana berdasarkan masukan dari FGD/diskusi dengan stakeholder.
Setelah Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan menghasilkan dokumen rencana tindak, beberapa langkah lagi yang perlu dilakukan, yaitu:
Implementasi dari rencana tindak yang telah disepakati bersama oleh seluruh stakeholder. Pada implementasi ini juga ditentukan badan pengelola atau pelaksana rencana tindak sesuai dengan kesepakatan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Pendapat dari pihak yang berpengalaman di luar stakeholder terhadap implementasi
dari rencana tindak yang telah dilakukan. Pihak luar ini dapat berupa (1) konsultan, (2) publikasi di media, (3) organisasi swasta terkait pariwisata. Masukan, kritik dan saran dari pihak luar ini sebetulnya dapat bermanfaat bagi umpan balik implementasi dari rencana tindak, karena secara tidak langsung pihak‐pihak ini telah mengevaluasi rencana tindak yang sedang dilakukan.
Monitoring atau evaluasi dari hasil rencana tindak yang telah dilakukan. Tahapan ini sebaiknya dilakukan oleh pihak luar yang tidak terlibat di dalam penyusunan rencana tindak, agar hasilnya lebih objektif. Beberapa garis besar evaluasi, antara lain (1) rencana atau langkah yang telah dilakukan, (2) hasil yang signifikan dari rencana tindak yang telah dilaksanakan, (3) perubahan dari tujuan maupun sasaran yang telah ditentukan di awal penyusunan rencana tindak, (4) usulan revisi rencana tindak (jika diperlukan), (5) komentar personal dengan se‐obyektif mungkin, sesuai dengan kondisi yang ada.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 10 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
Berikut adalah diagram tahapan penyusunan Rencana Tindak. Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Dokumen Rencana Tindak Penyusunan Action Plan Pembentukan Organisasi Pelaksana &
Steering Committe
Identifikasi dan analisis profil Pasar
Wisatawan Identifikasi Aset Pariwisata Kawasan Studi Pasar Wisatawan Potensial Penentuan Tujuan & Sasaran
Pariwisata Penyusunan/ Pengembangan Tahapan Program Focus Group Discussion (FGD) Potensi Kepariwisataan Wilayah Studi Review Kebijakan & Peraturan Terkait Rencana Strategis Dengan selesainya tahapan dari rencana tindak bukan berarti pekerjaan di kawasan studi sudah selesai, yang terpenting dalam penyusunan rencana tindak ini adalah bagaimana seluruh stakeholder terkait dapat bekerjasama dengan efektif dalam mempertahankan kondisi setelah rencana dijalankan. Jika tidak, sangat dimungkinkan kondisi di kawasan tersebut akan jauh lebih buruk dari sebelum penyusunan rencana tindak.
Penyusunan Action Plan Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat II ‐ 11 Kawasan Ekowisata Palabuhan Ratu
2.3
Ekowisata
2.3.1 Istilah Ecotourism
Ecotourism mulai dikenal akibat pertumbuhan kegiatan pariwisata yang tidak terbendung maupun terencana dengan baik, khususnya di wilayah yang masih alami. Akibat negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan pariwisata yang tidak terencana dengan baik sangat banyak. Diantaranya adalah penurunan mutu lingkungan dan permasalahan sosial yang timbul. Kondisi ini tentunya sangat merugikan, khususnya bagi masyarakat setempat yang harusnya dapat memperoleh manfaat dari adanya kegiatan pariwisata.
Kecenderungan ini membuat para peneliti maupun praktisi di bidang pembangunan dan lingkungan menyimpulkan perlunya suatu konsep ’pariwisata’ yang dapat memperhatikan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Kemudian muncullah istilah seperti ’pariwisata yang bertanggung jawab’ (responsible tourism), ’pariwisata alternatif’ (alternative tourism), dan ’pariwisata yang ber‐etika’ (ethical tourism). Ketiganya memiliki maksud yang kurang lebih sama, yaitu menuntut tanggung jawab yang lebih dari para pengembang maupun pelaku pariwisata, khususnya dalam memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata.
Disisi lain, pergeseran pasar wisata maupun istilah ecotourism muncul ketika Ceballos‐ Lascurain pada tahun 1985 mendefinisikannya sebagai ”...kunjungan ke daerah‐daerah yang masih bersifat alami yang relatif masih belum terganggu dan terpolusi dengan tujuan spesifik untuk belajar, mengagumi, dan menikmati pemandangan alam dengan tumbuhan dan satwa liarnya serta budaya (baik masa lalu maupun masa sekarang) yang ada di tempat tersebut”. Pengertian ini kemudian menyebarluaskan penggunaan istilah ecotourism sebagai ’kegiatan di alam terbuka kawasan hutan’ yang belum tersentuh oleh kegiatan lain. Pada perkembangannya kemudian memunculkan pula istilah seperti adventure travel, off‐the beaten track ataupun special interest yang biasanya digunakan oleh tour operator dalam memasarkan produknya. Bila dikaji lebih lanjut, substansi pengertian ini hanya merujuk pada ’tempat’ melakukan kegiatan (di alam terbuka kawasan hutan) dan ’kondisi lingkungan’ (yang masih bersifat alami), namun belum menyentuh substansi penting tentang ecotourism, yaitu ikut berperan melindungi lingkungan kawasan yang dimanfaatkan dan memberikan manfaat positif terhadap masyarakat setempat (Stewart dan Sekartjakrarini, 1994).
Di tahun 1990‐an, istilah ecotourism mulai banyak bermunculan dan mengandung pengertian ’pariwisata berdampak positif melalui penyelenggaraan kegiatan berdampak negatif minimal’, yang secara filosofis dimaksudkan sebagai suatu pertanggungjawaban dari pengembang dan wisatawan atas pemanfaatan lingkungan, dengan mempertanyakan apa yang seharusnya dilakukan (Sekartjakrarini, 1993). Konsep sikap perilaku ini yang seharusnya dikaji dalam memahami pengertian ecotourism. Hubungan yang erat antara pariwisata dengan masyarakat setempat diperlukan, karena merupakan mekanisme penting dalam mendukung usaha perlindungan kawasan (Ziffer, 1990) dan pemanfaatan menuju perlindungan lingkungan (Sekartjakrarini, 2003).