• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.Kesimpulan

Pengelolaan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong sudah menggunakan pendekatan-pendekatan model madrasah efektif mulai dari input, proses, dan outputnya.

Berdasarkan analisis data hasil penelitian di lapangan dan pembahasannya, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut;

1. Dalam memilih, menunjuk, dan mengangkat SDM sebuah lembaga pendidikan diperlukan penyeleksian yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga akan berfungsi optimal dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kompetensi Sumber daya manusia madrasah MAN Insan Cendekia Serpong linear dengan kebutuhan sebuah lembaga pendidikan, sehingga berdampak baik pada pelaksanaan program dan kegiatan madrasah.

Begitu juga komitmen kerja SDM warga madrasah MAN Insan Cendekian dapat dikatakan sangat memuaskan. Tidak ada keluhan atau komplain yang signifikan dari warga madrasah berhubungan dengan kinerja dan partisipasi mereka. Hampir semuanya mengatakan betah kerja atau belajar di IC karena nyaman, terbuka, dan kebersamaan. Di samping sebagai formalitas ada kontrak kerja tertulis yang ditandatangani awal tahun pelajaran.

Berkenaan dengan hal ini terlihat bahwa pada kegiatan yang dilakukan setiap awal tahun ajaran, khususnya pimpinan, guru dan staf madrasah selalu mengadakan musyawarah kerja guna membahas program dan kegiatan yang sudah dan akan dikerjakan.

2. Pengawasan yang sistemik pada siswa, mulai dari awal masuk, proses, sampai mencapai kelulusan merupakan faktor yang signifikan dalam melihat perkembangan kemampuan siswa.

Pelaksanaan monitoring prestasi siswa bidang akademik mapun non akademik di MAN Insan Cendekia menjadi kegiatan terstruktur untuk mengetahui perkembangan kemampuan dan menerapkan metode belajar yang sesuai. Hal ini sudah dimulai sejak perekrutan siswa yang ketat, proses pembelajaran dengan berbagai aturannya dan penguatan pengembangan kompetensi lulusan.

Untuk memantau kegiatan formal akademik yang rutin dilaksanakan oleh masing-masing guru yaitu melalui absen, catatan dan data masing-masing siswa. Di samping itu dibentuk tim khusus kedisiplinan yang terdiri dari guru dan staf untuk memantau kegiatan siswa baik dari segi prilaku, bakat dan minatnya.

Sebagai bahan evaluasi, kemajuan siswa sangat penting untuk selalu dimonitoring secara bertahap, baik formatif maupun sumatif. Kelebihan MAN Insan Cendekia dengan sistem boarding school, memudahkan untuk melihat kemajuan siswa setiap harinya. Aktivitas sehari-hari seperti sholat berjamaah, kegiatan linguistik, kegiatan keagamaan, dan lain-lain baik yang bersifat akademik maupun non akademik sebagai wadah untuk memudahkan monitoring kemajuan siswa.

3. Kerjasama orang tua untuk mencapai tujuan bersama dalam pendidikan sangat penting adanya. Seperti partisipasi Orang tua di MAN Insan Cendekia dinilai mempunyai fungsi yang signifikan, baik yang diwadahi tingkat kelas (FKOT) sampai tingkat sekolah (Komite Madrasah). Dalam suasana yang demikian, madrasah memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai patner orang tua dan sebagai penghasil tenaga kerja terdidik. Sebagai partner orang tua, sekolah akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang didalam lingkungan orang tua, bahan bacaan, tontonan dan kondisi sosial ekonomi. Madrasah juga bertanggung

jawab terhadap perubahan peserta didik yang dapat dilakukan melalui fungsi layananan bimbingan, dan forum komunikasi antara sekolah dengan orang tua.

Partisipasi yang biasa dilakukan orang tua dengan sekolah adalah masalah pembiayaan untuk kegiatan dan program yang tidak tercover dari sumber sekolah. Dukungan orang tua itu dikomunikasikan dan disinkronkan dengan kebutuhannya. Adanya kursus bahasa asing tambahan yang tidak ada di sekolah tapi diselenggarakan di sekolah, kolaborasi, perlombaan tertentu, dan sebagainya, menjadi contoh kegiatan di MAN IC Serpong yang pembiayaannya dibantu oleh partisipasi orang tua.

4. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah dengan mempertimbangkan peningkatan mutu yang sesuai dengan situasi perkembangan ilmu pengetahuan dan globalisasi menjadi syarat utama dalam kebijakan madrasah.

Berbagai kebijakan madrasah Insan Cendekia Serpong yang diterapkan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan, yaitu prestasi siswa, baik akademik maupun non akademik. Di samping beberapa kebijakan khusus untuk setiap komponen sekolah semua harus diarahkan untuk peningkatan mutu hasil pembelajaran, baik yang sifatnya kognitif, afektif ataupun psikomotorik.

Dalam memutuskan suatu kebijakannya di MAN Insan Cendekia Serpong, pimpinan selalu melakukan musyawarah dan mempertimbangkan dari berbagai aspek, sehingga kebijakan tersebut dapat diterima oleh semuanya tanpa ada resistensi. Pengambilan keputusan ini merupakan fungsi sangat penting dari penggerakkan (actuating) manajemen sebuah organisasi madrasah. Sehingga tidak salah apabila dikatakan bahwa inti organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan (decision making)

5. Kompetensi, wawasan dan pengalaman merupakan modal utama dalam kepemimpinan efektif kepala madrasah. Hal ini terlihat pada Kepemimpinan kepala madrasah Insan Cendekia Serpong yang mempunyai posisi strategis dalam

mengendalikan organisasi madrasah. Kepala madrasah dapat mempengaruhi semua komponen pendidikan di madrasah. Lima pendekatan kepemimpinan kepala madrasah IC yaitu : Keterbukaan, Kebersamaan, Keteladanan, Keadilan dan Kenyamanan efektif mempengaruhi SDM madrasah.

Kelima pendekatan di atas dapat diterima baik oleh warga madrasah MAN Insan Cendekia Serpong. Terbukti hampir tidak ada yang complain atau melakukan protes terhadap setiap keputusan yang diambil Kepala madrasah yang memang selalu mengedepankan musyarawarah.

Berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan dengan suasana nyaman dan menyenangkan menjadi motivasi dan faktor penting dalam meraih prestasi siswa. Melalui berbagai kegiatan yang melibatkan semua pihak baik yang dilakukan madrasah dalam program intra dan ekstra kurikuler, atau pun yang diselenggarakan oleh siswa melalui OSIS dilakukan (diciptakan) dengan suasana yang menyenangkan. Di samping pemberian reward dan punishment terhadap semua warga madrasah yang memang sudah menjadi aturan yang sudah terstruktur.

6. Modifikasi kurikulum sangat diperlukan dalam perkembangan pendidikan, baik dengan cara bencmarking atau pengembangan kebijakan lokal. Tuntutan perkembangan masyarakat global dan teknologi menjadi faktor utama dalam perekayasaan kurikulum madrasah.

Seperti Kurikulum MAN Insan Cendekia Serpong yang bersifat fleksiel, dalam artian mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang ditandai dengan penemuan-penemuan teknologi diberbagai bidang dan tuntutan globalisasi yang terus bergulir. Dengan demikian eksistensi MAN Insan Cendekia yang didesain sebagai madrasah yang handal dan diharapkan dapat menjadi kebanggaan masyarakat. sebagai madrasah yang berkomitmen tinggi terhadap prestasi, kehadiran dan kekhasan MAN IC Serpong dapat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat secara umum.

Desain kurikulum Insan Cendekia Serpong dibentuk sedemikian rupa dengan melakukan elaborasi hasil bencmarking, di samping menggunakan kurikulum yang berlaku di Kemendikbud maupun Kemenag. Maka beberapa program khusus seperti keputrian, muatan lokal yang khas, program keagamaan, keterampilan, yang mengarah pada penguasaan skill yang wajib dikuasai siswa baik akademik maupun non akademik, menjadi terstruktur dalam kurikulumnya. Begitu juga peluang kreatifitas siswa dalam menyalurkan potensi dan bakatnya difasilitasi dalam kurikulum terstruktur.

Begitu juga pelaksanaan evaluasi di MAN Insan cendekia, yang merupakan komponen penting untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang menghasilkan feedback dalam penyempurnaan dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Salah satu bentuk evaluasi di MAN Insan Cendekia terlihat dengan beberapa penguatan pada beberapa mata pelajaran yang disebut MAFIKIBI, di mana bimbingan dan pengayaan penguasaan materi sangat diperhatikan.

7. Perilaku dan prestasi yang tergambar dalam semua aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan hasil budaya madrasah. Pembiasaan yang baik dan pembelajaran yang mengkondisikan cara-cara beradab merupakan faktor signifikan dalam membentuk budaya madrasah yang baik.

Seperti dapat dilihat dari budaya madrasah Insan Cendekia Serpong yang berbanding lurus dengan pencapaian hasil belajar siswa. Artinya harapan dan kinerja yang tinggi selama proses berlangsung menghasilkan pencapaian tujuan yang optimal. Hal ini terbukti dengan prestasi yang diraih madrasah secara keseluruhan, di samping kemampuan madrasah meminimalisir perilaku kekerasan dan destruktif di tingkat siswa madrasah, baik internal madrasah maupun antar madrasah.

Suasana nyaman, tertib, aman dan adanya kepercayaan yang tinggi menjadi modal besar bagi warga madrasah Insan Cendekia Serpong dalam melaksanakan

kegiatannya masing-masing. Korelasi dari suasana itu kemudian akan menimbulkan kinerja dan motivasi yang tinggi, sehingga memunculkan komitmen

yang tinggi pula. Apalagi “tradisi” pemberian reward yang lebih dipentingkan di

MAN Insan Cendekia Serpong menambah produktivitas warganya menjadi tinggi pula.

8. Penghargaan pada kejuaraan akademik atau non akademik merupakan pencapaian prestasi sebuah madrasah, di samping kemandirian lulusan dan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

Beberapa penghargaan nasional dan internasional yang diraih siswa siswi MAN Insan Cendekian membuktikan bahwa prestasinya sangat membanggakan.

Tidak hanya berbentuk penghargaan dari beberapa kejuaraan yang hanya diikuti beberapa orang saja, tetapi secara keseluruhan prestasi ini dapat dilihat dari nilai-nilai ujian hasil pembelajaran dan kemampuan penguasaan masing-masing lulusannya. Pengetahuan dan keterampilan yang didapat selama proses pembelajaran di madrasah dirasakan dapat menjadi bekal yang memadai untuk bisa hidup mandiri.

Indikator lain dari prestasi ini adalah dengan diterimanya lulusan madrasah Insan Cendekia Serpong pada beberapa perguruan tinggi di luar negeri, di samping setiap tahunnya hampir 95% lulusan MAN ini melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri (favorit) di tanah air.

B.Rekomendasi

Berdasarkan beberapa temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini, ada beberapa rekomendasi yang ditawarkan sebagai berikut :

1. Sebagai partner madrasah, partisipasi orang tua sangat penting adanya. Keterbatasan dan kendala madrasah dalam beberapa hal, setidaknya bisa dimusyawarahkan dengan orang tua siswa. Di sisi lain madrasah pun harus

menyadari keterbatasan dan kemampuan orang tua siswa, sehingga diperlukan adanya keselarasan yang harmonis.

Banyak komite madrasah sebagai wadah komunikasi orang tua dengan sekolah hanya menjadi simbol saja, artinya belum memberikan partisipasi optimal terhadap program pendidikan madrasah. Sebenarnya bisa jadi potensi partisipasi orang tua sangat signifikan terhadap program peningkatan mutu madrasah. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang potensi ini supaya dapat dioptimalkan.

Kegiatan pemilihan guru dan karyawan teladan yang diprakarsai orang tua menjadi salah satu kegiatan pilihan dalam rangka partisipasi. Di samping kegiatan rutin seperti pengambilan hasil pembelajaran siswa, rapat komite, dan konsultasi.

2. Kepemimpinan kepala madrasah dalam mempengaruhi semua komponen pendidikan menjadi sangat penting dalam pengelolaan dan pengembangan pendidikan, karena di samping sebagai motivator, pemersatu, pemberdaya, pengendali dan sebagainya, juga mempunyai tanggung jawab besar dalam kemajuan organisasi sekolah. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar para pemimpin dan calon pemimpin membekali diri dengan kemampuan teknis dan manajerial dalam pengelolaan sebuah organisasi sekolah.

Kepemimpinan yang efektif dengan gaya yang sesuai madrasah hendaklah mampu : merencanakan, memecahkan masalah, menjelaskan peran dan tujuan, member informasi, memantau, memotivasi, memberi inspirasi, konsultan, mendelegasikan, member dukungan, membimbing, mengelola konflik, membangun kemitraan, pengakuan, dan memberikan apresiasi sesuai kemampuannya.

Intervensi berlebihan seorang pemimpin biasanya muncul ketika pengambilan keputusan atau memberikan kebijakan yang dipaksakan. Banyaknya criteria dan pengaruh terhadap gaya kepemimpinan ini membutuhkan penelitian yang lebih

dalam sehingga ke depan dapat menghasilkan sebuah model dan strategi serta seni memimpin yang baik di madrasah.

Pelatihan dan training yang cukup sebelum menjadi kepala madrasah yang efektif menjadi sangat penting dan solutif sebagai pembekalan dan peningkatan kompetensi.

3. Perkembangan pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang tehnologi dan komunikasi menuntut perguruan tinggi menyesuaikan program dan jurusannya sesuai market place yang berkembang. Madrasah sebagai input perguruan tinggi secara sistematis harus mengimbangi pula.

Dari asumsi dia atas, dapat disimpulkan bahwa program dan kegiatan madrasah melalui kurikulumnya dituntut untuk menyesuaikan dan memperhatikan perkembangan kebutuhan masyarakat. Adanya standard kurikulum yang ditetapkan pemerintah baik melalui Kemendikbud atau Kemenag belum tentu bisa langsung sesuai dengan suatu madrasah. Oleh karena itu bentuk bencmarking dan pengayaan muatan lokal yang selektif menjadi sangat diperlukan untuk memperkaya kontribusi dan penyempurnaan kurikulum yang ada.

Penyusunan dan pemetaan sebuah model kurikulum komprehensif memerlukan energi yang cukup, sehingga memerlukan penelitian tindak lanjut untuk membantu membuat strateginya.

Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dan kemitraan dengan institusi terkait seperti perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar, serta instansi-instansi yang mempunyai relevansi dengan pengembangan mutu madrasah lainnya.

4. Budaya madrasah mencerminkan pada mutu madrasah. Perasaan nyaman, aman, adanya kepercayaan dan menyenangkan, dengan menciptakan suatu suasana tersendiri sehingga tercipta iklim positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar. Hal ini dibutuhkan tidak saja bagi siswa sebagai subjek dan objek pendidikan, tetapi bagi warga madrasah secara keseluruhan.

Penciptaan budaya madrasah yang digambarkan di atas, mendorong semua komponen pendidikan melakukan kinerja yang baik pula. Kinerja yang baik dibutuhkan untuk menghasilkan pencapaian tujuan yang optimal dan pencapaian tujuan itu dibangun atas dasar komitmen yang tinggi dari para pelakunya.

Penciptaan suasana seperti di atas tidak dengan serta merta dapat mudah terwujud hanya dengan melakukan kontrak kerja. Dalam prosesnya ada beberapa kendala sebagai kausalitas dan beberapa konflik baik internal maupun eksternal yang muncul, dan memerlukan penyelesaian yang baik.

Proses ini memerlukan strategi yang cermat sehingga memerlukan kajian yang lebih dalam. Gaya kepemimpinan yang efektif merupakan salah satu masukan penting dalam penciptaan suasana kondusif di madrasah, karena seorang pemimpin bisa mempengaruhi dan melakukan intervensi procedural.

Di samping itu hubungan komunikasi yang harmonis menjadi kunci penciptaan suasana kondusif. Kepala madrasah dapat dihubungi dan memberikan respon baik kapan saja ketika dibutuhkan.

262

Opik Abdurrahman Taufik, 2013

Abas, Sirojuddin dan Fachruddin, Fuad et al. (2007). Meninjau Ulang Pendidikan

Islam di Indonesia Madrasah Pesantren; Evaluasi Kritis Sistem Pembelajaran. Jakarta: PPIM.

Abu-Duhou, Ibtisam. (2002). School-Based Management : Manajemen Berbasis

Sekolah. Jakarta : Logos

Ahmadi, A. (2007). Antropologi Budaya: Mengenal Kebudayaan Dan Suku-Suku

Bangsa di Indonesia, Jakarta : Pelangi.

al-Attas, Syed M. Naquib. (2003). Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu

Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Haidar Bagir

Bandung: Mizan

Ali, Mohammad, (2009). Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional, Bandung: Imperial Bhakti Utama

Allport and Ross .(2007). Theories of Personality, New York : Cengage Learning.

Alma, B. (2008). Manajemen Corporate Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan

(Fokus pada Mutu dan Layanan Prima), Bandung : Alfabeta.

Applbaum.(2003). Manajemen Konflik dalam Organisasi. Jakarta : Rajawali Press.

Armstrong, Michael (2003), The Art of HRD, Managing People, a practical guide

for line managers, terj. Mengelola Karyawan, Buku Wajib bagi manajer Lini, Jakarta; Bhuana Ilmu Populer

--- (2003), People And competencies, The Route to Competitive

Advantage, Manusia dan Kompetensi; Panduan meningkatkan Keunggulan Bersaing, Jakarta; Bhuana Ilmu Populer

Amstrong, M. and Baron, A. (1998). Handbook of Management and Leadersip : A

Guide to Managing for Results. London and Philadelphia : Kagon Page.

--- (2009). Handbook of Management and Leadersip

: A Guide to Managing for Results. London and Philadelphia : Kagon

Page.

Ansar dan Masaong A.K, (2010). Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan

Opik Abdurrahman Taufik, 2013

Ariani, DW, (2000). Manajemen Kualitas, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Arikunto, S. ( 2004), Manajemen Penelitian, Jakarta: Rajawali Press.

Asmara,U. (2002). Kepemimpinan Pendidikan . Jakarta : Pelangi.

Azizah, H.(2004). Revitalisasi Pendidikan Tinggi Islam. Yogyakarta : Gama Media.

Azra, Azyumardi. (2002), Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju

Milenium Baru, Jakarta: Logos

Bagozzi, et,al. (2001). Marketing in the 80's: Changes and Challenges, Chicago: American Marketing Association.

Biklen and Bogdan. (1992). Qualitative Research For Education. Boston: Allya and Bacon. Inc.

Boyce, K. (2006). Using a Comprehensive Leadership Framework as a

Scholarship and Teaching Tool. Journal of Leadership Education. Vol.5 Issue 2 Fall. 2006. New Jersey: Prentice-Hall International,Inc.

---. Using a Comprehensive Leadership Framework as a

Scholarship and Teaching Tool. New Jersey: Prentice-Hall International,Inc.

Tersedia:http//journals.sfu.ca/ijepl/index.pnp/ijepl/article/view [12 Mei 2007

Brune dan Sheats (2005 ).”Building services journal, Volume 22, Masalah 1-6, Building Services Publications, Colorado : Prentice Hall International

Inc.

Burhanuddin. (2004). Analisa Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan

Pendidikan. Bandung: Mizan.

Cartwright, J. (2009). Cultural Transformation: Nine Factors For Continuous

Business Improvement. Singapore : Financial Times/Prentice Hall.

Cheng, Yin-Cheong dan Wai-ming Tam (2007). School Effectiveness And

Improvement In Asia: There Wave, Nine Trends And Challener.

T.Townsend (Ed), International Handbook of School Effectiveness and

Improvement, 245-268

Damanhuri, D. S. (2003). Menerobos Krisis: Renungan Masalah Kemahasiswaan,

Opik Abdurrahman Taufik, 2013

Danial, Endang, Syaiful Syam (editor), (2011). Gagasan dan Pemikiran

Pembangunan Pendidikan Di Indonesia Penghargaan dan Penghormatan 68 tahun Prof.Dr.H.Abdul Azis Wahab, MA (Ed.),

Laboratorium PKn FPIPS UPI.

Danim, Sudarwan. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke

Lembaga Akademik. Jakarta : Bumi Aksara.

Daulat. (2001). Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

David, C. T. dan Kerr, I. (2004). Cultural Intellegence: People Skill for Global Business.

San Francisco : Jossey Bass, Publisher.

Darling-Harmond, L. (1997). The Right to Learn: A Blueprint for Creating

Schools that Work. San Francisco: Jossey-Bass

---, (1998). Teaching for High Standards: What Policy-makers

Need to Know and be able to Do. Philadelphia: Consorsium for Policy

research in Education, University of Pensylvania, copublished with National

Commision on Teaching and America’s Future (NCTAF).

---, (2005). Teaching as a Profession: Lessson in Teacher

Preparation and Professional Development. PhiDelta Kappan.

---, (2006). Powerful Teacher Education. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc.

---, and Bransford, J. (2005). Preparing Teachers for a Changing

World. What Teachers Should Learn and be Able to Do. San Francisco:

Jossey-Bass.

Deming, W.E.(2006).Out of the Crisis. Massachusetts: MIT.

Depdiknas. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Buku

Konsep dan Pelaksanaan, Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Dirjen Dikti Depdiknas. (2004). Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003

2010, Mewujudkan perguruan tinggi berkualitas Buku Pendukung HELTS 2003-2010.

---. (Kompas, 6 Februari 2008). Pengangguran Sarjana dan

Diploma Tetap Tinggi.

Opik Abdurrahman Taufik, 2013

2003 – 2010, Mewujudkan perguruan tinggi berkualitas Buku Pendukung HELTS 2003-2010.

Tersedia : www.inherent-dikti.net/files/HELTS2003-2010B.pdf. [3 September 2008].

Douglas, M. W. (2008). Indicator of educational Effectiveness and Efficienct, Tallahassee: IEES Florida State University.

Down and Hazen, B. (2003), “Realty and building, Volume 209 : Problem 1-13,”

Northwestern: The Economist Pub. Co.

Down and Larimer (2007) Transformative Communication Studies; Culture,

Hierarchy, and The Human Condition, Canada : Jossey-Bass Publishers.

Edward, S. (2007). Total Quality Management in Education. Philadelphia: Inc.

Edward, W. W. (2000). Dictionary of national biography. Canada : Jossey-Bass Publishers.

Eisner (2001) “Should American have a national Curriculum? Educational

Leadership 49

Elmuti, et.al. (2005). “An Overview Of Of Strategic Allieances Between Universities And Corporation.” Journal of Workpalce Learning, 17, 1 / 2

, ABI/INFORM Global.

---. (2005). The Effect Of Participatory Programs Similar To Quality

Control Circles On Organizational Productivity In Selected Multinational Organizations in Saudi Arabia, North Texas State

University: The Free Press.

---. (2005). Unionization in The Academy: Visions and Realities, North Texas State University: The Free Press.

El Widdah, Minnah, Asep Suryana dan Kholid Musyaddad, (2012).

Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah,

Bandung:Alfabeta

EMIS–Basic Education Project (BEP). 2002. Madrasah Menggugat, Madrasah

Digugat. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama RI.

Endang, S. A. (2003). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma

dan Sistem Islam, Komitmen Beragama Perspektif Islam. Jakarta : Gema

Opik Abdurrahman Taufik, 2013

Alfabeta

Engkoswara. (2002). Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat Budaya. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

---. (2007). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong

Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Everard, K.B., Geofrey Morris, dan Ian Wilson. (2004). Effective School

Management. London: Sage

Fadjar, A.M. (2008). Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: LP3NI.

---. (2006). Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Berwawasan

Transpormatif. Bandung .Gunung Djati Press.

Fattah, Nanang. (2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Cetakan Pertama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

---. (2004), Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosdakarya.

---. (2004), Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan

Sekolah. Bandung:Pustaka Bani Quraisyi

Fred,L. (2005). Management Organizational Behavior. Canada : Jossey-Bass Publishers.

French & Raven. (2009).International Handbook of Leadership for Learning. Canada : Jossey-Bass Publishers.

Firent, D.R. (2008). Quality in Higher Education. London : Jossey-Bass Publishers.

---. (2009), Between Communication and Information, Volume 4, London : Jossey-Bass Publishers.

---. (2009), Human Communication Handbook. London : Jossey-Bass Publishers.

Forsdale, L. (2001). Perspectives on Communication, Canada: McGraw-Hill College.

--- (2001), Making Contact: Nonverbal communication Volume 2 dari Making Contact, Louis Forsdale, New York : Harcourt

Opik Abdurrahman Taufik, 2013

Fraenkel & Wallen (2000). Educational Research: A Guide to The

Process, New York: The Free Press.

Furchhan, A.(2004). Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta : Gama Media.

Gaffar, M. F. (2004), Pengelolaan Pendidikan, Bandung : Tim Dosen FIK IKIP.

---. (2009). Perencanaan Pendidikan : Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPT.

Gary, Y. (2005). Leadership in Organization (Fourth Edition, London : Jossey-Bass Publishers.

Gaspersz, Vincent.(2006). “Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi Indonesia: Suatu Upaya untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Modern. Jakarta : Depdiknas.

Tersedia: http://www.depdiknas.go.id.

---.(2006). “Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi Indonesia: Suatu Upaya untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Modern. Jakarta : Depdiknas.

Gie, The Liang. (2002), Cara Belajar yang Efisien, Yogyakarta: Liberty

Gibbson, P. & Michael, K. (2002). Marketing Higher and Further Education. British : Library Cataloguing in Publication Data.

Glock, C. Y. & Stark, R. (2005). American Piety: The Nature of Religious

Commitment, California : Harper & Row.

Goetsch, D. L., and Davis, S. B. (2004). Quality Management for Organizational

Excellence, Singapore : Prentice Hall.

Dokumen terkait