• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINASI MADRASAH EFEKTIF: Studi Kasus Pencapaian Keunggulan di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DETERMINASI MADRASAH EFEKTIF: Studi Kasus Pencapaian Keunggulan di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS PENCAPAIAN KEUNGGULAN DI MAN

INSAN CENDEKIA SERPONG)

Disertasi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Dalam bidang Administrasi Pendidikan

Oleh:

Opik Abdurrahman Taufik

NIM : 0800804

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA DISERTASI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI:

Promotor merangkap Ketua,

Prof. H. Udin

Syaefudin Sa’ud, M.Ed., Ph.D.

Ko-Promotor merangkap Sekretaris,

Prof. Dr. Ir. Soemarto, MSIE

Anggota,

Dr. H. Danny Meirawan, M.Pd.

Diketahui Oleh,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

(3)
(4)

(Studi Kasus Pencapaian Keunggulan di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong). Opik Abdurrahman Taufik NIM. 0800804

ABSTRAK

Reformasi pendidikan di kawasan Asia dijelaskan dengan adanya tiga gelombang pergerakan keunggulan pada sekolah-sekolah dengan model school

effective dan school improvement. Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan

Islam yang penting di Indonesia memerlukan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Salah satu Madrasah Aliyah unggulan program Kementerian Agama adalah MAN Insan Cendekia Serpong. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keterkaitan kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik, partisipasi orang tua, orientasi kebijakan, kepemimpinan kepala madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus pada penyelenggaraan pendidikan di MAN Insan Cendekia Serpong. Peneliti sebagai instrumen utama, dengan teknik pengumpul data melalui wawancara mendalam (dengan komponen pimpinan madrasah, guru, tenaga kependidikan), observasi dan studi dokumen. seluruh data tersebut dianalisis dengan model interaktif dengan alur: pencatatan data, reduksi data, penyajian data, analisis data dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, Kompetensi Sumber daya manusia madrasah MAN Insan Cendekia Serpong linear dengan kebutuhan sebuah lembaga pendidikan, sehingga berdampak baik pada pelaksanaan program dan kegiatan madrasah. Kedua, Partisipasi Orang tua di MAN Insan Cendekia cukup baik, baik yang diwadahi tingkat kelas (FKOT) sampai tingkat sekolah (Komite Madrasah). Ketiga, Kepemimpinan kepala madrasah menggunakan pendekatan yang kondusif dalam menciptakan suasana peningkatan mutu madrasah.

Keempat, Budaya madrasah Insan Cendekia Serpong berbanding lurus dengan

pencapaian hasil belajar siswa.

Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah calon kepala madrasah membekali diri dengan kemampuan teknis dan manajerial sebuah madrasah, Kegiatan pemilihan guru dan karyawan teladan salah satu kegiatan pilihan partisipasi orang tua, desain kurikulum dengan bencmarking market place, menciptakan budaya madrasah dengan mengedepankan reward daripada punisment.

(5)

(Case Study Achieving Excellence in Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong). Opik Abdurrahman Taufik NIM. 0800804

ABSTRACT

Education reform in the region described by the three-wave movements excellence in schools with effective school models and school improvement. Madrasah is one of the important institutions of Islamic education in Indonesia requires management to suit the demands of the times. One of the Madrasah Aliyah is the flagship program of the Ministry of Religious MAN Insan Cendekia Serpong. The purpose of this study was to analyze the relationship of competence and commitment of human resources (The Principal, teachers and education personnel), monitoring student achievement in academic and non-academic, parent participation, policy orientation, principal leadership, curriculum and evaluation, Islamic culture, and achievements students' academic and non-academic fields in MAN Insan Cendekia Serpong.

This study used descriptive qualitative approach with the case study method of education in MAN Insan Cendekia Serpong. Researcher as the main instrument, the technique of collecting data through in-depth interviews (with component madrasah leaders, teachers, staff), observation and document study. all the data are analyzed with an interactive model of the flow: data recording, data reduction, data presentation, data analysis and conclusions.

The results of this study can be summarized as follows: First, human resource competencies MAN Insan Islamic Scholar Serpong linearly with the needs of an educational institution, so the impact both on the implementation of the program and activities of madrasas. Second, participation in MAN Insan Cendekia Parents pretty good, both housed on grade level (FKOT) up to the level of school (Madrasah Committee). Third, principal leadership approach in creating an atmosphere conducive madrasah quality improvement. Fourth, MAN Insan Cendekia Serpong proportional to the achievement of student learning outcomes.

Recommendations resulting from this study is the principal candidate to equip themselves with the technical and managerial capabilities of a madrasah, activities and teacher selection model employee option activity one parent participation, curriculum design with bencmarking market place, creating a madrasah culture by promoting reward than punisment.

(6)

viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Identifikasi dan Fokus Masalah ………. 11

C. Pertanyaan Penelitian ……… 15

D. Tujuan Penelitian ……….. 16

E. Manfaat Penelitian ……… 17

F. Sistematika Penyajian ……… 17

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Madrasah Efektif dalam Administrasi Pendidikan………...

1. Tujuan Madrasah……….………

B. Karakteristik Madrasah Efektif………

1. Kompetensi Guru Madrasah ………...

2. Komitmen SDM Madrasah ……….

3. Monitoring Prestasi Siswa ……….

4. Partisipasi Orang tua ………..

36

36

46

50

(7)

ix

5. Kebijakan di Madrasah ………..

6. Kepemimpinan Kepala Madrasah ……….

7. Kurikulum madrasah ……….

8. Sistem Evaluasi di madrasah ……….

9. Budaya dan iklim madrasah ………..

69

74

90

92

95

C. Mutu Madrasah.. ……… 118

D. Hasil Penelitian Terdahulu ……… 130

E. Kerangka Berfikir Penelitian ……… 137

BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Deskripsi Objek Penelitian ……… 139

B. Desain Penelitian ……….. 140

C. Metode Penelitian ……….. 141

D. Instrumen Penelitian ……….. 143

E. Teknik Pengumpulan Data ……… 146

F. Analisis dan Penafsiran Data ………. 148

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 151

1. Kompetensi SDM madrasah ………... 154

2. Komitmen SDM ………. 158

3. Monitoring Prestasi Siswa ……….. 160

4. Partisipasi Orang tua……….………….. 172

5. Kebijakan madrasah……… 176

6. Kepemimpinan …..………..… 179

7. Kurikulum ……… 182

8. Evaluasi ……… 206

9. Budaya madrasah ………. 210

10.Prestasi siswa ……….. 213

(8)

x

1. Kompetensi ………. 220

2. Komitmen ……… 222

3. Monitoring prestasi siswa ………... 226

4. Partisipasi orang tua………. 228

5. Kebijakan madrasah ……… 231

6. Kepemimpinan…..……….. 234

7. Kurikulum ……….. 241

8. Evaluasi ………..……… 244

9. Budaya madrasah………... 246

10. Prestasi……… 248

C. Model Hipotetik Peningkatan Madrasah Efektif……….. 249

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… 257

B. Rekomendasi……….. 262

Daftar Pustaka……… 265

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, termuat dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yaitu bahwa

pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yangg beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab. Dengan kata lain pengembangan Sumber

Daya manusia berkualitas merupakan tujuan pendidikan nasional.

Ignas Kleden (2004:150) memberikan analisa kritis tentang pendidikan

nasional. Pertama, harus menciptakan masyarakat yang mempunyai kemampuan

berfikir logis dan bertindak logis. Kedua, pendidikan humaniora harus dibedakan

dari ilmu-ilmu humaniora dalam pengertian epistemologis, sehingga pendidikan

humaniora menekankan kualitas-kualitas manusiawi dari peserta didik. Ketiga,

pendidikan bukan hanya menciptakan orang dengan keahlian, tetapi orang-orang

dengan kemampuan belajar tinggi.

Belum ajegnya pencapaian mutu, khususnya sekolah tingkat menengah di

Indonsia dapat di lihat dari salah satu indikatornya, yaitu fluktuasi hasil UN

(Ujian Nasional) seperti terlihat dalam tabel berikut:

Table 1.1

Perkembangan UN Sekolah/Madrasah

Komponen SMP/MTS SMA/MA SMK

2009 2010 2009 2010 2009 2010

Peserta 3.437.117 3.605.163 1.517.013 1.522.156 706.832 863.679

Kelulusan (%) 94.82 90.27 93.74 89.88 93.85 88.82

Rerata Nilai 7.33 7.21 7.25 7.29 7.44 7.02

(10)

Perkembangan teknologi dan bidang lain, menuntut sebuah lembaga

pendidikan (sekolah/madrasah) harus mampu menyeimbangkannya. Menurut

A.Wahab (2011:58) kehadiran sekolah unggul lebih disebabkan oleh tuntutan

kebutuhan masyarakat yang berkualitas karena (1) sekolah yang ada sekarang

dirasakan masih kurang dapat mengembangkan potensi dan kemampuan anak

secara optimal. (2) tuntutan dan tantangan terhadap kemampuan bersaing,

bersanding yang akan dihadapi anak dalam kehidupan pada millennium ketiga

(abad 21).(3) perubahan orientasi dan paradigma pembangunan yang kesemuanya

itu menjadi alasan yang kuat bagi kehadiran sistem sekolah unggulan. (4) era

globalisasi yang penuh dengan harapan dan sekaligus tantangan yang menuntut

setiap bangsa untuk berusaha keras untuk maju.

Menurunnya kualitas lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, erat

kaitannya dengan kurang berfungsinya lembaga-lembaga pendidikan dalam

menyiapkan masa depan generasi bangsa secara optimal. Kenyataan ini juga tidak

terlepaskan dari semua unsur pendidikan itu sendiri seperti peran orang tua murid,

guru, sarana prasarana, para manajer pendidikan dan stakeholders pendidikan

lainnya. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan kemungkinan mencari

terobosan baru yang mampu mengangkat mutu pendidikan kita, khususnya

pendidikan menengah model yang merupakan input ke jenjang pendidikan

selanjutnya yang bermutu.

Cheng dan Tam (2007:245) menggambarkan bahwa reformasi pendidikan

di kawasan Asia dijelaskan dengan adanya tiga gelombang pergerakan

keunggulan pada sekolah-sekolah dengan model school effective dan school

improvement. Gelombang pertama berfokus pada keefektifan internal sekolah,

gelombang kedua pada antar muka keefektifan sekolah, dan gelombang ketiga

menekankan pada masa depan keefektifan sekolah. Ketiganya digambarkan

(11)

Gambar 1.1

Tiga gelombang perubahan paradigma sekolah Sumber : Cheng dan Tam (2007:268)

Efektifitas sekolah menunjukkan adanya proses perekayasaan berbagai

sumber dan metode yang diarahkan pada terjadinya pembelajaran di sekolah

secara optimal. Efektifitas sekolah merujuk pada pemberdayaan semua komponen

sekolah sebagai organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing dalam struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan

mencapai hasil yang telah ditetapkan yaitu memiliki kompetensi.

Tuntunan zaman dan perkembangan pengetahuan memunculkan

lembaga-lembaga pendidikan tingkat menengah yang sering disebut dengan sekolah

unggulan. Menurut Fatah (2012:113) yang disebut sekolah unggulan adalah

sekolah yang efektif menggunakan strategi peningkatan budaya mutu, strategi

pengembangan kesempatan belajar, stategi memelihara kendali mutu (quality

control), strategi penggunaan kekuasaan, pengetahuan dan informasi secara

(12)

sekolah unggul tersebut yaitu : (1) sekolah memiliki visi dan misi untuk meraih

prestasi/mutu yang tinggi, (2) semua personil sekolah memiliki komitmen yang

tinggi untuk berprestasi, (3) adanya program pengadaan staf sesuai dengan

perkembangan iptek, (4) adanya kendali mutu yang berkelanjutan (continus

quality improvement), serta (5) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari

orang tua murid dan masyarakat.

Mengapa madrasah perlu mendapat perhatian yang memadai? Di samping

alasan-alasan etis dan tuntutan moral dalam berbangsa dan bernegara seperti

diamanatkan oleh UUD 1945, terdapat juga alasan praktis-pragmatis, yaitu bahwa

perbaikan terhadap madrasah lebih mudah dan murah (Rahim, 2003 : xv).

Setidaknya bila dilihat dari perspektif teori pendidikan Yunani Kuno, terdapat tiga

aspek pendidikan yaitu : Etika (akhlak), civic dan pengetahuan. Menurut Tafsir

(2003) kalau kita bandingkan madrasah dan sekolah umum pada tiga aspek

tersebut, maka madrasah, setidaknya secara teoritis, memenuhi dua aspek pertama,

sedangkan sekolah umum hanya aspek ketiga. Selanjutnya Tafsir menggambarkan

kondisi di atas sebagai berikut :

Table 1.2

Perbedaan aspek pendidikan

Lembaga Akhlak Civic Pengetahuan

Madrasah + + -

Sekolah Umum - - +

Sejalan dengan perkembangan Indonesia, madrasah sebagai lembaga

pendidikan Islam terus berkembang. Namun perkembangan itu cukup eksklusif, di

mana aksentuasi pada pengetahuan keagamaan (Islam) lebih diutamakan. Hal ini

yang menyebabkan perkembangan madrasah hanya ada pada kantong-kantong

masyarakat Islam. Ekspansi yang dilakukan pun hanya berkisar di daerah

pedesaan sedangkan di perkotaan sangat jarang. Oleh karena itu hingga saat ini

keberadaan madrasah lebih banyak di pedesaan daripada di perkotaan. Hal ini

memicu lambannya perkembangan madrasah, madrasah seakan jauh dari atmosfir

pembaruan sistem pendidikan, baik secara kelembagaan maupun sistem

(13)

Di samping konsekuensi di atas, eksistensi madrasah sebagai sebagai

lembaga pendidikan Islam pun mulai dipertanyakan masyarakat. Madrasah yang

pada awalnya akan mampu memunculkan ahli-ahli agama dan para pemimpin

Islam mulai diragukan.

Perbedaan mencolok antara madrasah dan sekolah-sekolah umum selain

dapat dilihat dari tradisi proses pembelajaran juga akses para alumni terhadap

perguruan tinggi dan dunia kerja. Tradisi proses pembelajaran di madrasah yang

lebih memperhatikan gaya-gaya tradisional di mana proses pembelajaran lebih

didominasi oleh para pendidik atau guru, juga diwarnai dengan kualitas tenaga

pengajar yang kurang memadai. Masih banyak tenaga pengajar yang mengajar

tidak sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil penelitian Tim Studi pengembangan Sub-sektor

Madrasah Kementerian Agama tahun 2003 ditemukan bahwa ada beberapa

ungkapan umum yang menunjukkan perbandingan keuntungan Madrasah

dibandingkan sekolah umum, yaitu :

1. Berakar kuat. Madrasah memiliki akar sejarah yang kuat dalam filosofi pendidikan Indonesia, dengan alasan sejarah istilah Madrasah masih belum ditingkatkan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan, terlebih dalam pengajaran agama Islam.

2. Madrasah di Indonesia adalah unik. Keunikan dari Madrasah bisa dilihat dari sudut internasional maupun nasional. Secara internasional, Madrasah berbeda dari Madrasah di luar negeri karena menyediakan pendidikan Islam secara umum dibanding hanya pendidikan keagaamaan sendiri. Secara nasional, mereka unik karena isinya, metodologinya, pendiriannya dan bantuan keuangan yang berbeda dari sekolah umum.

3. Berkembang di masa krisis. Madrasah telah menunjukkan fleksibilitas yang lebih besar daripada sekolah umum dalam mengatasi permasalahan krisis moneter yang berkepanjangan. Sejumlah masyarakat yang signifikan mengganggap bahwa Madrasah sebagai penyediaan jenis sekolah yang lebih menarik untuk anak anak mereka selama tiga tahun, yang diindikasikan dengan meningkatnya rata-rata jumlah murid di tiap tingkat Madrasah daripada sekolah umum.

4. Pro miskin. Walaupun popularitas Madrasah semakin berkembang di kalangan menengah maupun keatas masyarakat Islam, mayoritas Madrasah menyediakan pendidikan dasar untuk masyarakat miskin dengan biaya yang sangat rendah. 5. Mendukung gender. Madrasah menyediakan pendidikan dengan bagian yang

(14)

6. Menyediakan nilai dan norma kesholehan sebagai jawaban terhadap tuntutan keluarga. Sebagian besar muslim menganggap bahwa Madrasah menyediakan pendidikan yang unggul karena kurikulum berbasis keagamaan dijadikan sarana untuk mengilhami anak anak mereka dengan nilai dan norma kesholehan, yang dianggap sebagai alat untuk melawan pengaruh negatif dari globalisasi abad 21.

Dari keterangan-keterangan di atas nampak adanya persoalan mendasar

yang dihadapi madrasah. Persoalan-persoalan tersebut mulai dari kurikulum,

manajemen, tenaga pengajar, proses pembelajaran, sarana prasarana, adanya

persoalan atau konflik antara tradisi pemikiran dan pendidikan Islam dengan

modernitas, adanya anggapan negatif masyarakat terhadap madrasah, persoalan

kelembagaan hingga pada persoalan legalitas hukum keberadaan madrasah.

Hal di atas senada dengan laporan Ditjen Pendis (2011) yang menyatakan

bahwa tidak bisa dipungkiri madrasah mempunyai kekuatan dan potensi yang luar

biasa untuk menjadi lembaga pendidikan unggulan tetapi juga kelemahan di sisi

lainnya. Keunggulan yang dimiliki madrasah di antaranya adalah kekuatan di

lingkungan internalnya. Kekuatan internal dalam pendidikan madrasah yang

tersebar sampai ke pelosok terpencil adalah sifat kemandirian, muatan pelajaran

agama yang lebih banyak, tingginya semangat berkompetensi bagi pengelola

madrasah, dan mulai meningkatnya kualifikasi dan kompetensi guru.

Kelemahannya adalah sarana dan prasarana yang dirasa masih kurang memadai,

keterbatasan ruang kelas,kurang tersedianya sumber pembelajaran, perpustakaan

dan laboratorium, keterbatasan sumber dana, masih perlu ditingkatkannya

wawasan guru dalam bidang pedagogis dan pengembangan kurikulum, dan masih

ada guru yang miss match antara latar belakang pendidikan dengan pelajaran yang

diampunya. (Ditjen Pendis:2011)

Selain persoalan di atas jumlah madrasah yang begitu besar menjadi salah

satu pemicu keterpurukan kualitas madrasah itu sendiri. Berdasarkan data dari

Kementerian Agama RI tahun 2009/2010, jumlah lembaga yang terdata

(15)

Table 1.3

Jumlah madrasah tahun 2009/2010

No Nama Satuan Pendidikan Jumlah lembaga keterangan 1 Raudlatul Athfal (RA) 23.007 -

2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 22.239 (Negeri dan swasta) 3 Madrasah Tsanawiyah (MTs) 14.024 (Negeri dan swasta) 4 Madrasah Aliyah (MA) 5.897 (Negeri dan swasta)

Sumber : Ditjen Pendis Kemenag RI tahun 2011

Seperti lembaga pendidikan pada umumnya, madrasah juga merupakan

suatu institusi pendidikan yang didalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan

staf administrasi yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam

melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan formal, madrasah dituntut

menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu,

keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan

pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan keterampilannya.

Keberhasilan madrasah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan

pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat dicapai pada periode

tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah.

Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian

dikenal madrasah efektif dan efisien yang mengacu pada sejauh mana sekolah

dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata

lain, madrasah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah

direncanakan. Pengertian umum madrasah efektif juga berkaitan dengan

perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga

suatu madrasah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa

(16)

sekolah, sebaliknya madrasah dikatakan tidak efektif bila hubungan tersebut

rendah (Getzel, dalam Azra, 2003)

Di samping itu madrasah sebagai salah satu lembaga penyedia jasa

pendidikan harus mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, walaupun

perhatian pemerintah terhadap keberadaan madrasah masih kurang. Berdasarkan

data base EMIS (Education Management System) pada tahun 2008 jumlah

Madrasah Aliyah sebanyak 4.678 dengan 86% swasta (Supriyoko, 2008). Kondisi

status kelembagaan madrasah ini dapat digunakan untuk membaca kualitas

madrasah secara keseluruhan, seperti keadaan guru, siswa, fisik dan fasilitas, serta

sarana pendukung lainnya, karena keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dasar

dan menengah di tanah air pada umumnya tergantung kepada pemerintah.

Perkembangan jumlah siswa madrasah yang dari tahun ke tahun semakin

meningkat rata-rata sebesar 4,3%, sehingga berdasarkan data CIDES pada tahun

2006/2007 saja diperkirakan jumlah siswanya mencapai 5,5 juta orang dari sekitar

67 juta jumlah penduduk usia sekolah di Indonesia (Tobroni, 2007). Hal ini

disebabkan madrasah sebenarnya merupakan model lembaga pendidikan ideal

yang menawarkan keseimbangan hidup : iman-taqwa (imtaq) dan ilmu

pengetahuan-teknologi (iptek). Di samping itu, madrasah juga merupakan

lembaga pendidikan berbasis agama dan memiliki akar budaya yang kokoh di

masyarakat serta memiliki basis sosial yang jelas.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian

Agama RI tahun 2012 menyebutkan bahwa 91,4 % madrasah berstatus swasta,

dan hanya 8,6 % berstatus negeri. Ditambah lagi sebagian besar madrasah swasta

tersebar di daerah pedesaan dan hanya sebagian kecil yang ada di daerah

perkotaan. Dari dari madrasah swasta yang jumlahnya banyak tadi hanya sedikit

yang berstatus sebagai madrasah unggulan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, Kementerian Agama

RI telah melakukan langkah-langkah pengembangan pendidikan melalui tiga pilar

yaitu : Pertama, perluasan akses dan pemerataan pendidikan. Kedua, peningkatan

mutu, relevansi dan daya saing pendidikan. Dan ketiga, penguatan tata kelola dan

(17)

Aliyah Program Khusus (MAPK), Madrasah Model, Madrasah Unggulan,

Madrasah Terpadu, dan sebagainya.

Di samping itu upaya yang dilakukan oleh Negara/pemerintah, di samping

memberikan perhatian dalam pembiayaan dan subsidi juga menerbitkan sejumlah

kebijakan publik, baik berupa TAP MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah,

Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan SKB tingkat

Menteri. Beberapa kebijakan yang diterbitkan pemerintah itu, ada yang dinilai

oleh masyarakat sebagai kontroversial. Bahkan dari kebijakan Pemerintah

terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam itu dinilai sebagai memuat agenda

untuk mengubah lembaga-lembaga pendidikan Islam menjadi lembaga sekuler.

Tetapi kontroversi dan kesalah pahaman itu dapat diselesaikan, dicarikan solusi

melalui dialog dan musyawarah di antara Pemerintah dan komponen-komponen

masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaan pendidikan Islam (Saridjo, 2011 :

86)

Data kualifikasi guru Madrasah Aliyah yang ada sampai tahun 2010 dapat

dilihat dalam table berikut :

Table 1.4

Kualifikasi guru Madrasah Aliyah

Tahun Madrasah Aliyah < S1 ≥ S1 2004 25.369 65.073 2005 25.368 65.073 2006 26.913 69.791 2007 22.091 75.895 2008 25.885 86.525 2009 29.282 83.441 2010 28.760 93.147

Selain hal di atas, berdasarkan data EMIS tahun 2009/2010 angka putus

sekolah dan drop-out tingkat Madrasah Aliyah masih cukup tinggi, yakni sebesar

3.405 orang. Walaupun angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 4.290 orang. Hal ini memerlukan

perhatian serius dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan

(18)

Peran kepemimpinan madrasah dalam rangka meningkatkan keefektifan

madrasah tidak hanya terfokus pada pengelolaan pembelajaran saja, akan tetapi

harus menyeluruh termasuk dimensi sosial budaya madrasah. Penelitian mengenai

peran kepemimpinan dalam mengembangkan budaya mutu yang mengarah pada

terbentuknya budaya madrasah yang kuat ternyata belum banyak dilakukan.

Sedangkan menurut Covey (2009:47) siswa sebagai objek dan sekaligus

subjek membutuhkan suatu pendidikan yang memenuhi kebutuhan pokok, yaitu :

1. Kebutuhan fisik : Keselamatan, kesehatan, makanan, latihan, tempat perlindungan, dan kebersihan;

2. Kebutuhan Emosi social: Penerimaan, kebaikan, persahabatan dan hasrat untuk mencintai dan dicintai;

3. Kebutuhan mental: pertumbuhan kecerdasan, kreativitas, dan tantangan yang membangkitkan semangat;

4. Kebutuhan spiritual : sumbangan, arti dan keunikan

Kurang berfungsinya prinsip-prinsip manajemen dan lemahnya

kepemimpinan menjadikan pengelolaan di banyak madrasah Aliyah (terutama

swasta) kurang efektif. Begitu juga masih rendahnya komitmen SDM guru dan

staf Madrasah terhadap program pendidikan serta rendahnya partisipasi

masyarakat pada lembaga pendidikan, menjadikan madrasah seolah-olah hanya

formalitas saja. Hal ini berdampak sangat signifikan terhadap motivasi dan

prestasi siswa itu sendiri. Hal ini terlihat dalam raihan event-event internasional,

belum banyak yang berasal dari siswa Madrasah, walaupun beberapa event telah

diraih khususnya oleh MAN Insan cendekia. Seperti :

Table 1.5

Siswa Madrasah Berprestasi

No Nama Siswa Prestasi 1 Thariq Salafi

(MAN Insan Cendekia Serpong)

Peraih Medali Perak bidang Biologi pada Olimpiade Tingkat Internasional di Taiwan

2 Nabila Oktaviola

(MAN Insan Cendekia Serpong)

Peraih Medali Perak bidang Matematika pada Olimpiade Tingkat Internasional di Taiwan

3 Ahmad Faizi Ibadurrahman (MAN Insan Cendekia Serpong)

Peraih Medali Emas bidang Kimia pada Olimpiade tingkat Nasional di Manado 4 Gianlogi Grimaldi Maliar

(MAN Insan Cendekia Serpong)

(19)

Manado 5 M. Ali Muharram

(MAN Insan Cendekia Serpong)

Peraih medali Emas bidang Komputer pada Olimpiade Tingkat Nasional di Manado

6 Reza Putri Mahardika (MTs N II Kediri)

Juara III Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI ke-42 tahun 2011

Salah satu Madrasah Aliyah unggulan program Kementerian Agama

adalah MAN Insan Cendekia Serpong. Dalam pengantar buku Pedoman

Akademiknya (2012) disebutkan bahwa Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia

Serpong bertekad hadir sebagai bagian dari solusi bangsa yang menyiapkan kader

dengan pemimpin bangsa di masa depan yang sarat dengan keunggulan IPTEK

dan IMTAK. Dengan demikian MAN Insan Cendekia Serpong dapat memasok

kader bangsa yang siap membangkitkan kejayaan Indonesia masa depan dengan

keunggulan kehidupan di berbagai bidang.

Lebih dari itu MAN Insan Cendekia Serpong juga akan memberikan

sumbangsih kebangkitan bangsa dengan tetap terjaganya konservasi nilai

kebangsaan dan keagamaan. MAN Insan Cendekia Serpong setiap tahun

meluluskan siswanya dengan rata-rata nilai yang diraih dalam Ujian Akhir

Nasional (UAN) dengan grade A. Di samping itu MAN Insan Cendekia Serpong

aktif mengikuti kegiatan lomba, baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional,

dan internasional.

Di samping itu Madrasah Insan Cendekia Serpong Tangerang Selatan

Provinsi Banten, selain MAN Insan Cendekia di Gorontalo Sulawesi Utara,

merupakan proyek percontohan madrasah tingkat Aliyah (menengah atas) dari

Kementerian Agama Pusat. Di mana semua anggaran dan pengadaan serta

pemeliharaan fasilitasnya masuk dalam anggaran DIPA Kementerian Agama

pusat.

Madrasah efektif dan unggul khususnya model Madrasah Aliyah Negeri

Insan Cendekia Serpong, menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada saat

ini. Walaupun secara makro ada permasalahan eksternal dan internal yang

(20)

B. Identifikasi dan Fokus Masalah

Mengelola pendidikan secara umum, lebih khusus lagi pendidikan Islam,

bukanlah pekerjaan mudah, apalagi yang dimaksud dengan mengelola tidak

sekadar dalam pengertian “mempertahankan” yang sudah ada, tetapi melakukan

pengembangan secara sistematik dan sistemik, yang mengikuti aspek ideologis

(visi dan misi) kelembagaan dan langkah operasionalnya serta mencerminkan

pertumbuhan (growth), perubahan (change), dan pembaruan (reform) (Fadjar,

1998 : 91). Kemudian menurut A.Fadjar juga, ketiga hal ini harus terus-menerus

dilakukan untuk mendinamiskan pendidikan Islam agar tetap relevan dengan

perubahan yang berlangsung dengan cepat.

Sebagaimana dalam kaidah yang sering dikutip untuk masalah ini yaitu:

ْ اـْصأا دـْيدـ ـلا ىلع دـْخأاو ْ لاـصـلا مْـيدـق ىلع ةـظـفاحـملا

DzMelestarikan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baikdz.

Meskipun dalam perkembangan sampai saat ini, madrasah tidak lagi

ekslusif dengan menerima fiqh dan hadis saja (Rahim, dkk, 2012: 20) tetapi

berbagai disiplin ilmu lainnya juga diterima. Namun dalam pelaksanan

pendidikannya masih sangat perlu dikembangkan.

Madrasah atau sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem

pendidikan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu

sama lain. Dengan demikian, pengembangan kompetensi pada diri siswa tidak

dapat diserahkan hanya pada kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas,

melainkan juga pada iklim kehidupan dan budaya sekolah secara keseluruhan.

Setiap sekolah sebagai suatu kesatuan diharapkan mampu memberikan

pengalaman belajar kepada seluruh siswanya untuk menguasai keempat

kompetensi di atas sesuai dengan jenjang pendidikannya dan misi khusus yang

(21)

Secara teoritik, penilaian efektivitas sekolah perlu dilakukan dengan cara

mengkaji bagaimana seluruh komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain

secara terpadu dalam mendukung keempat kompetensi yang harus dikuasai oleh

siswa. Namun, pada praktiknya, pandangan yang holistik ini sulit

diimplementasikan secara sempurna karena keterbatasan pendekatan penilaian

yang dapat digunakan. Oleh karena itu, pengertian penilaian sekolah efektif

dirumuskan sebagai penilaian terhadap keoptimalan berfungsinya setiap

komponen sekolah dalam mendukung penguasaan kompetensi yang harus

dikuasai oleh siswa.

Kajian sejumlah literatur yang membahas tentang sekolah efektif akan

dijumpai rumusan pengertian yang bermacam-macam. Sekolah efektif adalah

sekolah yang semua sumber dayanya diorganisasikan dan dimanfaatkan untuk

menjamin semua siswa, tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status

sosial-ekonomi, dapat mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah itu.

Rumusan pengertian ini lebih diorientasikan pada pengoptimalan pencapaian

tujuan pendidikan sebagaimana termuat kurikulum.

Pengertian lain tentang sekolah efektif yakni sekolah efektif menunjukkan

pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik

fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya

maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal

kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup

sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai media bagi siswa

untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah

sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban

sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi

dan transformasi budaya.

Berikut ini sebuah model sekolah yang efektif yang ditawarkan Jaap

(22)

Gambar. 1.2

Aspek-aspek yang berkaitan dengan sekolah efektif

Dari beberapa identifikasi berkaitan dengan model sekolah efektif di atas,

peneliti menetapkan fokus masalah penelitian ini tentang: Bagaimana menjadikan

sebuah madrasah ideal sehingga menjadi sekolah efektif? Peneliti mengambil

studi kasus di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong yang banyak

dijadikan rujukan oleh madrasah-madrasah lain.

Konteks

Hasil dorongan dari tingkat administrasi yang lebih tinggi

Pembangunan pembiayaan pendidikan Variabel (ukuran sekolah, sarana,

prasarana, komposisi OSIS, kategori sekolah, kota/desa

Tingkat Sekolah

Tingkat hasil orientasi kebijakan Kepemimpinan pendidikan

Konsensus, rencana kerjasama guru-guru Kualitas isi kurikulum sekolah dan

susunan formal

Waktu latihan (termasuk PR) Susunan pengajaran Kesempatan belajar

Harapan yang tinggi akan kemajuan siswa

Tingkat evaluasi dan pengawasan perkembangan siswa

(23)

C. Pertanyaan Penelitian

Secara sederhana dapat dipahami bahwa kata efektif itu sendiri mengandung

pengertian tentang derajat pencapaian tujuan yang ditetapkan, maka upaya

perumusan konstruk dan indikator efektivitas sekolah tidak dapat dilepaskan dari

konsep tentang kemampuan (kompetensi) yang hendak dikembangkan melalui

pendidikan di sekolah. Dengan memperhatikan keberadaan madrasah sebagai

sebuah lembaga pendidikan, berbagai kelemahan yang berkembang di masyarakat,

dan dengan mempertimbangkan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi

nilai-nilai Agama, maka madrasah di Indonesia seharusnya dikembangkan untuk

membantu siswanya menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupannya di

masa depan, yaitu: (1) Kompetensi keagamaan, meliputi pengetahuan, sikap dan

keterampilan keagamaan yang diperlukan untuk dapat menjalankan fungsi

manusia sebagai hamba Allah Yang Mahakuasa dalam kehidupan sehari-hari (2)

Kompetensi akademik, meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan

keterampilan yang diperlukan untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sesuai dengan jenjang pendidikannya. (3) Kompetensi

ekonomi, meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk

dapat memenuhi kebutuhan ekonomi agar dapat hidup layak di dalam masyarakat.

(4) Kompetensi sosial pribadi, meliputi pengetahuan, sistem nilai, sikap dan

keterampilan untuk dapat hidup adaptif sebagai warga negara dan warga

masyarakat internasional yang demokratis.

Efektivitas sekolah pada dasarnya menunjukkan tingkat kesesuaiannya

antara hasil yang dicapai (achievements atau observed output) dengan

hasil-hasil yang diharapkan (objective targeta intended output) sebagaimana telah

ditetapkan. Abin Syamsuddin Makmun (1999:11)

Terkait dengan fokus penelitian tentang sekolah di atas, maka peneliti

merumuskan pertanyaan penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah tujuan madrasah dinyatakan secara jelas dan dapat diraih ?

2) Bagaimana kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf)

(24)

3) Bagaimana cara monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non

akademik di MAN Insan Cendekia Serpong?

4) Bagaimanakah partisipasi orang tua terhadap MAN Insan Cendekia Serpong?

5) Bagaimana tingkat orientasi kebijakan di MAN Insan Cendekia?

6) Bagaimana kepemimpinan kepala madrasah di MAN Insan Cendekia Serpong?

7) Bagaimanakah kurikulum dan evaluasi MAN Insan Cendekia Serpong?

8) Bagaimana budaya madrasah di MAN Insan Cendekia Serpong?

9) Bagaimana prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan

Cendekia Serpong?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan amanat Undang-undang, pendidikan mempunyai posisi

strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat setiap warga negara

sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks tersebut pendidikan harus dilihat sebagai “alat sekaligus sarana” yang signifikan untuk kemajuan sebuah bangsa.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memverifikasi,

melukis-jelaskan dan memaknai determinasi madrasah efektif di MAN Insan Cendekia

Serpong dalam mencapai keefektifan sekolah, terutama yang terkait dengan

hal-hal sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan

staf) MAN Insan Cendekia Serpong, monitoring prestasi siswa dalam bidang

akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong, partisipasi

orang tua, orientasi kebijakan MAN Insan Cendekia, kepemimpinan kepala

madrasah, kurikulum dan evaluasi MAN Insan Cendekia Serpong, budaya

madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN

Insan Cendekia Serpong.

2. Menganalisis keterkaitan aspek kompetensi dan komitmen SDM (Kepala

Sekolah, guru dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik

(25)

kepala madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi

siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong.

3. Merekomendasikan strategi peningkatan kualitas madrasah efektif di masa

depan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Secara teoritis, dapat memberikan masukan terhadap

pengembangan manajemen pendidikan khususnya di Indonesia dalam

merumuskan dan mendesain sekolah yang berkualitas.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua

unsur pendidikan yang terkait dengan kondisi nyata yang dihadapi bersama dalam

rangka peningkatan mutu pendidikan, di samping mendorong dan memotivasi

lembaga-lembaga pendidikan lain dalam menerapkan manajemen pendidikan

berkualitas.

Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan berdampak

positif bagi peningkatan kualitas sekolah, khususnya bagi madrasah-madrasah

yang ada di Indonesia.

F. Sistematika Penyajian

Penelitian ini disusun menjadi lima bab dan beberapa sub bab di dalamnya

dengan berpedoman pada buku Pedoman penulisan Karya Ilmiah, Tesis, dan

Disertasi yang diterbitkan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan

Indonesia tahun 2012.

Pada bab kesatu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan

perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi

penelitian, dan sistematika penyajian penelitian.

Kemudian bab kedua menjelaskan tentang Kajian teori yang berkaitan

dengan determinasi madrasah efektif menuju keunggulan sebuah madrasah, yang

meliputi kajian tentang kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru

(26)

partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan kepala madrasah,

kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik

dan non akademik dan teori-teori yang dianggap korelasional dengan penelitian,

serta kerangka pemikiran

Bab dua mengenai Metode Penelitian, terdiri atas uraian dan penjelasan

tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, tehnik

pengumpulan data serta analisis data.

Bab empat mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri

dari temuan di lapangan tentang kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah,

guru dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non

akademik, partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan kepala

madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang

akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong

Bab lima terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil pembahasan temuan penelitian. Pada bagian

akhir dari penulisan dicantumkan pula daftar pustaka serta berbagai lampiran yang

(27)

135

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Salah satu madrasah unggulan program Kementerian Agama adalah MAN

Insan Cendekia Serpong. Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong

bertekad hadir sebagai bagian dari solusi bangsa yang menyiapkan kader dengan

pemimpin bangsa di masa depan yang sarat dengan keunggulan IPTEK dan

IMTAK. Dengan demikian MAN Insan Cendekia Serpong dapat memasok kader

bangsa yang siap membangkitkan kejayaan Indonesia masa depan dengan

keunggulan kehidupan di berbagai bidang. Lebih dari itu MAN Insan Cendekia

Serpong juga akan memberikan sumbangsih kebangkitan bangsa dengan tetap

terjaganya konservasi nilai kebangsaan dan keagamaan. MAN Insan Cendekia

Serpong setiap tahun meluluskan siswanya dengan rata-rata nilai yang diraih

dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan grade A. Di samping itu MAN Insan

Cendekia Serpong aktif mengikuti kegiatan lomba, baik tingkat kabupaten/kota,

provinsi, nasional, dan internasional

Gagasan pendirian SMU Insan Cendekia (sebelum jadi MAN) dilatar

belakangi cita-cita Pak Habibie untuk membuka jalan (akses) bagi anak-anak dari

madrasah dan pondok pesantren agar bisa memasuki perguruan tinggi umum

dalam negeri atau dikirim keluar negeri dengan beasiswa yang diusahakan oleh

BPPT atau oleh Pak Habibie sendiri (Saridjo, 2011:158).

Pada tahun 90-an ada ratusan atau ribuan siswa tamatan SMU/SMA yang

memenuhi kualifikasi dan persyaratan yang dikirim Pak Habibie ke berbagai

Negara di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada untuk melanjutkan studinya atas

biaya Negara-negara donor atau yayasan-yayasan di Negara Barat.

Entah atas kesadaran Pak Habibie sendiri atau atas rekomendasi ICMI,

yang kebetulan ketuanya Pak Habibie juga, (waktu itu) dalam rangka

(28)

pesantren, maka dipandang perlu mendirikan sebuah SMA yang calon-calon

siswanya 75%-80% berasal dari madrasah dan pesantren.

Atas dasar pemikiran itu, maka didirikanlah dua SMA, satu SMA Insan

Cendekia Serpong Tangerang dan satu lagi SMA Insan Cendekia Gorontalo.

Sistem rekruitmen calon siswa dan bentuk pembelajaran dari kedua SMA itu

sama, dan siswanya diasramakan.

Sejak tahun 2000, SMA Insan Cendekia, baik di Serpong maupun di

Gorontalo tidak lagi diurus BPPT dan pengelolaannya diserahkan kepada

Kementerian Agama. Dan sejak itu pula, nama Insan Cendekia diubah menjadi

Madrasah Insan Cendekia dan statusnya menjadi MAN negeri.

Dewasa ini, pembiayaan kedua MAN Insan Cendekia di Serpong dan

Gorontalo, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kementerian Agama. Karena

sistem berasrama (boarding school) biayanya cukup mahal dibanding dengan

biaya MAN biasa.

Misinya adalah Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif

dan mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini berfokus pada determinasi (faktor-faktor) dominan menjadi

madrasah efektif dengan sub fokus pencapaian keunggulan madrasah di MAN

Insan Cendekia Serpong Tangerang Selatan Provinsi Banten.

Strategi pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus. Peneliti beranggapan bahwa penelitian ini akan lebih mudah dijawab

dengan desain studi kasus. Rancangan studi kasus, juga digunakan karena peneliti

ingin mempertahankan keutuhan subjek penelitian.

Di samping itu, pemilihan strategi ini juga terkait dengan peristiwa

kontemporer yang menjadi obyek penelitian. Studi kasus lebih dikehendaki untuk

melacak peristiwa-peristiwa kontemporer yang tidak dapat dimanipulasi.

(29)

berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti, yaitu dokumen, peralatan,

wawancara, dan observasi (Yin, 2008: 12).

Studi kasus diartikan sebagai : an intensive, holistic description, and

analysis of a single instance, phenomenon or social unit (Ozbarlas:2008:60). Dari

pengertian ini memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya studi kasus

merupakan strategi penelitian yang mengkaji secara rinci atas suatu latar atau satu

orang subjek atau satu peristiwa tertentu (lihat Ary, 2007:449)

Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di

dalam konteks kehidupan nyata, di mana batas-batas antara fenomena dan konteks

tidak tampak tegas, dan memanfaatkan beragam sumber bukti. Pemilihan

pendekatan ini terkait dengan bentuk pertanyaan yang diajukan, yaitu

“bagaimana”. Seperti dikatakan Yin (2008: 9), pertanyaan-pertanyaan

“bagaimana” dan “mengapa” pada dasarnya lebih eksplanatoris dan lebih

mengarah pada strategi-strategi studi kasus, historis, dan eksperimen. Hal ini

karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu berkenaan dengan masalah-masalah

operasional yang menuntut pelacakan waktu tersendiri, bukan sekedar frekuensi

atau kemunculan.

Adapun tipe desain studi kasus yang digunakan adalah studi kasus tunggal

terjalin. Alasan digunakannya tipe ini karena keunikan dan kemampuannya untuk

mengetengahkan suatu kontribusi yang signifikan kepada pengembangan teori dan

pengetahuan (Yin, 2008: 47-48).

Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yaitu penyajian

pandangan subjek yag diteliti sehingga dapat ditemukan konsistensi internal yang

tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga

keterpercayaan (trusthworthiness) (Mulyana, 2003:201)

C. Metode Penelitian

Terkait dengan kajian manajemen yang menjadi subyek penelitian ini,

sebagaimana dikatakan Séville dan Perret dalam Firmanzah (2003), sampai

(30)

kunjung menemukan kesimpulan tentang mana yang terbaik dan harus digunakan

dalam penelitian ilmu manajemen dan organisasi. Selama ini, sebagian besar

penelitian di dominasi oleh paradigma positivist. Sementara banyak kalangan

yang melihat paradigma ini melahirkan teori dan model yang over-generalis.

Padahal, semakin dibuktikan bahwa realitas berjalan begitu dinamis dan

kompleks, dan tidak semua kasus bisa dijelaskan oleh teori universal. Sehingga

hal ini membuat sebagian peneliti menggunakan metode yang lebih kualitatif

dalam menganalisa variabel, seperti penggunaan metode studi kasus.

Berdasarkan fokus kajian, penelitian, subyek dan karakteristik datanya,

maka metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode

penelitian kualitatif disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya

dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Ia disebut sebagai metode

penelitian etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan

untuk penelitian bidang antropologi budaya. Ia juga disebut sebagai metode

kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif

(Djam’an dan Aan, 2010; Sugiyono, 2008).

Obyek alamiah sebagaimana dimaksudkan di atas adalah obyek yang

berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti, dan kehadiran peneliti

tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Makna sentral masalah

dalam penelitian kualitatif lebih bersifat eksplorasi pemecahan masalah dalam

kehidupan sehari-hari, atau pengembangan model dari suatu praktk terbaik yang

dilakukan sebuah institusi untuk ditemukan makna dibaliknya. Menurut Sarwono

(2003) dalam Djam’an dan Aan (2010), pendekatan kualitatif lebih mementingkan

proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu, urut-urutan kegiatannya

dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang

ditemukan. Tujuan utamanya adalah mengembangkan pengertian, konsep-konsep,

yang pada akhirnya menjadi sebuah teori.

Alasan lain digunakannya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan

penelitian ini adalah karena peneliti melihat dari sifat masalah yang diteliti dapat

(31)

juga berkeyakinan bahwa dengan pendekatan alamiah, penelitian ini akan

menghasilkan informasi lebih kaya

D. Instrumen Penelitian

Konsep dasar penelitian menyatakan, bahwa pada prinsipnya meneliti

adalah melakukan tindakan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.

Untuk itu harus ada alat ukur yang baik dan sesuai untuk mengukur

variabel-variabel yang ada dalam fenomena-fenomena yang tersebut. Dalam kegiatan

penelitian, alat ukur itu biasanya dinamakan instrumen penelitian.

Ada dua hal yang bisa mempengaruhi kualitas hasil sebuah penelitian,

yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Semenarik

apapun masalah yang dihadapi atau ada di tengah-tengah masyarakat tentu tidak

akan ada artinya jika si peneliti tidak mampu mengungkap apa yang terjadi dalam

fenomena itu. Instrumen penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan

yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena yang diharapkan mampu

mengungkapkan informasi-informasi penting dari fenomena yang diteliti.

Sedangkan efektivitas proses penggunaan instrumen itu akan sangat tergantung

pada proses pengumpulan data yang nota bene menggunakan instrumen yang

dibuat peneliti (Sugiyono, 2008: 250).

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah orang (human

instrument), yaitu peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, alat penelitian adalah

peneliti sendiri. Kategori instrumen yang baik dalam penelitian kualitatif adalah

instrumen yang memiliki pemahaman yang baik tentang metodologi penelitian,

penguasaan wawasan bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek

penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Djam’an Satori, 2007: 10).

Hal ini dilakukan agar instrumen mampu menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas

temuannya. Dalam hal ini, Sugiyono (2008: 251) menyebutkan bahwa peran

peneliti merupakan key instrument dalam proses penelitian kualitatif. Oleh karena

(32)

maka peneliti dituntut untuk memiliki bekal teori dan wawasan yang luas,

sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret serta mengkonstruksi situasi

sosial yang diteliti sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna.

Keuntungan peneliti sebagai instrument kunci penelitian adalah karena

sifatnya yang responsive dan adaptable. Peneliti sebagai instrument akan dapat

menekankan pada keholistikan (holistic emphasis), mengembangkan dasar

pengetahuan (knowledge bases expantion), kesegeraan memproses (processual

immediacy), dan dapat meringkas (opportunity for clarification and

summarization), serta dapat menyelidiki respon yang istimewa atau khas.

(Lincoln, 1985:192-194).

Sebagai instrument kunci, kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan

lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran dari subjek penelitian

dibandingkan dengan penggunaan alat nonhuman (seperti instrument angket)

sebab dengan demikian peneliti dapat mengkonfirmasi dan melakukan

pengecekan kembali kepada subjek apabila informasinya kurang atau tidak sesuai

dengan tafsiran peneliti melalui pengecekan anggota (member checks)

Sebagai instrument kunci, peneliti menyadari bahwa dirinya merupakan

perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi pelapor dari hasil

penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti harus bisa menyesuaikan diri dengan

situasi dan kondisi lapangan. Hubungan baik antara peneliti dan subjek penelitian

sebelum, selama maupun sesudah memasuki lapangan merupakan kunci utama

dalam keberhasilan pengumpulan data. Hubungan yang baik dapat menjamin

kepercayaan dan saling pengertian. Tingkat kepercayaan yang tinggi akan

membantu kelancaran proses penelitian, sehingga data yang diinginkan dapat

dengan mudah dan lengkap. Peneliti harus menghindari kesan-kesan yang

merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan diketahui

secara terbuka oleh subjek penelitian.

Sehubungan dengan hal di atas, peneliti menempuh langkah-langkah

sebagai berikut : 1) sebelum memasuki lapangan, peneliti meminta izin kepada

pihak sekolah yang bersangkutan dan mempersiapkan segala peralatan yang

(33)

menghadap kepala madrasah MAN Insan Cendekia dan menyampaikan surat izin

penelitian, memperkenalkan diri serta menyampaikan tujuannya. 3) membuat

jadwal penelitian berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan subjek penelitian.

4) memperkenalkan diri kepada warga sekolah melalui pertemuan formal maupun

non formal. 5) melaksanakan kunjungan untuk mengumpulkan data sesuai jadwal

yang telah disepakati. 1. Bagaimanakah kompetensi dan

komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf) MAN Insan

Cendekia Serpong ?

2. Bagaimanakah monitor prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong?

7. Bagaimana budaya madrasah di MAN Insan Cendekia Serpong?

(34)

E. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai

situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat

triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara

gabungan.

Penelitian kualitatif secara inheren merupakan multi-metode di dalam satu

fokus, yaitu yang dikendalikan oleh masalah yang diteliti. Penggunaan

multi-metode atau yang lebih dikenal triangulation, mencerminkan suatu upaya untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang

diteliti. Yang bernama realitas obyektif sebetulnya tidak pernah bisa ditangkap.

Triangulation bukanlah alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanyalah suatu

alternatif terhadap pembuktian. Kombinasi yang dilakukan dengan multi-metode,

bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur tampaknya

menjadi strategi yang lebih baik untuk menambah kekuatan, keluasan dan

kedalaman suatu penelitian. (Agus Salim, 2001)

Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan

tujuan tertentu. Maksud wawancara antara lain untuk membuat suatu konstruksi

"sekarang dan di sini" mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motivasi, perasaan

dan lain sebagainya. (Lincoln dan Guba, 1985: 268).

Lebih jelas mengenai penggunaan wawancara sebagai salah satu teknik

pengumpulan data ini, berikut kutipan dari Nasution (2003: 92):

“Dalam penelitian naturalistik kita ingin mengetahui bagaimana persepsi responden (informan, pen.) tentang dunia kenyataan. Untuk itu kita harus

berkomunikasi dengan dia melalui wawancara. Observasi saja tidak memadai

dalam melakukan penelitian. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak

(35)

observasi harus dilengkapi dengan wawancara. Dengan melakukan wawancara

kita dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden (informan, pen.).

Tehnik wawancara terdiri dari tiga jenis, yaitu : wawancara terstruktur

(structured interview), wawancara semiterstruktur (semistructured interview) dan

wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). (Sugiono, 2008:233).

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan sesuai dengan

pedoman penelitian, apabila muncul kejadian di luar pedoman tersebut maka hal

itu tidak perlu diperhatikan. Adapun wawancara semiterstruktur adalah

wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan instrument penelitian.

Wawancara semiterstruktur ini sudah masuk dalam kategori wawancara

mendalam, di mana pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka dibanding dengan

wawancara terstruktur. Wawancara yang sebenarnya adalah jenis wawancara

ketiga. Kerena itu wawancara mendalam sering juga disebut dengan wawancara

tak terstruktur yang menerapkan metode interview secara lebih mendalam, luas,

dan terbuka dibanding dengan wawancara terstruktur. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui pendapat, persepsi, pengetahuan dan pengalaman seseorang.(Sugiono,

2008).

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

jenis kedua dan ketiga yaitu semiterstruktur (semistructure interview)dan

wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). Dipilihnya jenis wawancara

ini dimaksudkan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana

pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan gagasan-gagasannya

mengenai subyek penelitian (Sugiyono, 2008: 302)

2. Observasi Partisipatif

Observasi adalah cara yang memungkinkan peneliti berhubungan secara

langsung dengan subyek penelitian. Dengan hubungan langsung tersebut peneliti

dapat melihat langsung apa yang terjadi di lapangan. Patton seperti yang dikutip

Nasution (2003: 59-60) mengemukakan beberapa manfaat yang diperoleh melalui

teknik observasi dalam mengumpulkan data. Dengan berada di lapangan, peneliti

(36)

langsung memungkinkan peneliti menggunakan teknik induktif, sehingga tidak

dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Peneliti dapat

melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang

yang berada di lingkungan itu, karena telah dianggap biasa, dan karena itu tidak

akan terungkap dalam wawancara. Peneliti juga dapat menemukan hal-hal yang

sedianya tidak terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif

atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. Selanjutnya, peneliti

dapat menggunakan hal-hal di luar persepsi responden sehingga peneliti

memperoleh gambaran yang komprehenshif. Di lapangan, peneliti tidak hanya

dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

Adapun jenis observasi yang diguanakan adalah partisipasi pasif (passive

participation). Dalam hal ini peneliti mendatangi institusi yang menjadi subyek

penelitian, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan mereka.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen dan catatan (Document and Record) merupakan sumber

informasi yang sangat berguna. Beberapa alasan digunakan analisis dokumen ini,

antara lain; 1) dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena

mudah diperoleh dan relatif murah, 2) merupakan sumber informasi yang mantap,

baik dalam merefleksikan situasi secara akurat maupun untuk melakukan

dianalisis ulang tanpa membuat perubahan di dalamnya, 3) dokumen dan catatan

merupakan sumber informasi yang kaya, 4) keduanya merupakan sumber resmi

yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan pernyataan formal dan 5) tidak

seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan tidak terpengaruh

oleh perlakuan peneliti. (Lincoln and Cuba, 1985: 276-277).

F. Analisis dan Penafsiran Data

Analisis data dilakukan dalam dua tahap waktu, yaitu analisis selama dalam

proses pengumpulan data selama berada di lapangan, dan analisis pasca

pengumpulan data.

Analisis selama dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan cara (1)

(37)

analitik-korektif, (3) mengembangkan rencana pelengkapan data sesuai

kebutuhan, (4) menjaga konsistensi relevansi data dengan fokus penelitian, (5)

membuat catatan sistematis hasil pengamatan, (6) mempelajari rujukan yang

relevan selama di lapangan, (7) menggunakan konsep, analogi yang

divisualisasikan.

Sedangkan analisis data pasca pengumpulan data dilakukan melalui

kegiatan (1) reduksi data untuk menyelaraskan data dengan masalah penelitian

berdasar prinsip ketersesuaian data, (2) menyajikan tampilan (display) dalam

bentuk tabel, gambar, matrik, bagan, dan diagram yang menggambarkan keutuhan

atau totalitas data penelitian, (3) penarikan kesimpulan hasil penelitian.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan analisis dokumentasi yang

sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen resmi, dokumen pribadi, gambar,

foto dan sebagainya. Langkah berikutnya adalah melakukan reduksi data yang

dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, berupa upaya membuat rangkuman

inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di

dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun makna yang bulat dan dapat

berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Satuan-satuan itu kemudian

dikategorikan sesuai dengan tema yang dibahas. Kategori ini dilakukan sambil

membuat pengkodean. Tahap akhir analisis data adalah mengadakan pemeriksaan

terhadap keabsahan data untuk kemudian dilakukan penafsiran data. Dalam

mengolah data sementara menjadi teori substantif digunakan beberapa metode

tertentu.

Penafsiran data memberikan arti yang signifikan kepada analisis,

menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.

Tujuan utama penafsiran data dalam penelitian ini adalah untuk mencapai teori

substantif, teori baru dari dasar, yaitu teori mengenai implementasi manajemen

mutu terpadu di sekolah.

Adapun tahap awal yang dilakukan peneliti untuk menafsirkan data adalah

menemukan kategori dengan kawasannya. Kemudian memaknai data sehingga

(38)

penyusunan teori yang berasal dari data (teori substansif) yang dilakukan melalui

analisis komperatif (Moleong, 1990: 190-214).

Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa karena penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, maka data yang telah terkumpul akan

dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan untuk memasukkan perhatian

terhadap data-data yang dianggap penting, dan data-data mana yang harus

ditinggalkan agar memudahkan dalam mengendalikan data.

2. Display data, yaitu upaya untuk menyajikan data agar dapat melihat secara

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu yang menjadi fokus dari

penelitian ini.

3. Mengambil kesimpulan dengan cara melakukan verifikasi, penyelarasan,

dan perumusan hasil penelitian. (Miles & Huberman, 1992 :17)

Berikut bagan teknik analisa data dalam penelitian kualitatif model

interaktif :

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan Akhir

(39)

253

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Pengelolaan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong sudah

menggunakan pendekatan-pendekatan model madrasah efektif mulai dari input,

proses, dan outputnya.

Berdasarkan analisis data hasil penelitian di lapangan dan pembahasannya,

dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut;

1. Dalam memilih, menunjuk, dan mengangkat SDM sebuah lembaga pendidikan

diperlukan penyeleksian yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga akan

berfungsi optimal dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kompetensi Sumber daya manusia madrasah MAN Insan Cendekia Serpong

linear dengan kebutuhan sebuah lembaga pendidikan, sehingga berdampak baik

pada pelaksanaan program dan kegiatan madrasah.

Begitu juga komitmen kerja SDM warga madrasah MAN Insan Cendekian

dapat dikatakan sangat memuaskan. Tidak ada keluhan atau komplain yang

signifikan dari warga madrasah berhubungan dengan kinerja dan partisipasi

mereka. Hampir semuanya mengatakan betah kerja atau belajar di IC karena

nyaman, terbuka, dan kebersamaan. Di samping sebagai formalitas ada kontrak

kerja tertulis yang ditandatangani awal tahun pelajaran.

Berkenaan dengan hal ini terlihat bahwa pada kegiatan yang dilakukan setiap

awal tahun ajaran, khususnya pimpinan, guru dan staf madrasah selalu

mengadakan musyawarah kerja guna membahas program dan kegiatan yang sudah

Gambar

Table 1.1 Perkembangan UN Sekolah/Madrasah
Gambar 1.1 Tiga gelombang perubahan paradigma sekolah
Table 1.2 Perbedaan aspek pendidikan
Table 1.3  Jumlah madrasah tahun 2009/2010
+5

Referensi

Dokumen terkait

A japán alkalmazási rendszert (avagy az élethosszig tartó alkalmazás rendszerét) általában az életkor alapú előléptetési és bérrendszer, valamint a

Dari hasil implementasi dan pengujian sistem pemasaran berbasis web pada developer properti Tridjaya Kartika Property, yang meliputi user guest, registered guest,

Grading skala refleks dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan pasien yang akan diberikan stimulus tegangan yaitu pada pasien arefleksia (tidak ada kontraksi otot dan

Memberikan informasi mengenai alternatif lain dalam menghilangkan ion logam berat Mn dengan memanfaatkan bubuk buah ketapang ( T.catappa) yang mempunyai nilai

Variabel dominan setiap faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli udang jerbung di pasar swalayan di Kota Yogyakarta didasarkan pada besarnya factor loading

Whitney U-Test kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan media game petu-

Berdasarkan uraian di atas dapat dijabarkan beberapa tujuan dari penelitian ini sesuai dengan masalah yang terjadi, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Berdasarkan fungsinya, kata tugas bahasa Ngaju dapat dikelompokkan menjadi (1) KTatributif yang terbagi menjadi tiga subkelompok, yaitu (1.1) Kelompok KT atributif