• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1 Rekomendasi

Dengan kesimpulan tersebut, dan beberapa hambatan yang kami temukan dalam proses kalkulasi kapasitas, maka kami merekomendasikan hal-hal berikut:

 Log-file harus mengikutsertakan hal-hal berikut: waktu eksekusi CPU, waktu eksekusi DB, jumlah RAM yang digunakan, dan catatan akses dengan detik.

Karena nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk mengukur kapasitas server.

 Bila pemilik menghendaki jumlah akomodasi pengguna yang lebih tinggi dari 60.67 sesi perdetik, pemilik dapat mengganti CPU dengan waktu proses yang lebih cepat. Penggantian CPU tergantung dari jumlah sesi per detik yang ingin diakomodir oleh pemilik aplikasi. Sebagai ilustrasi, untuk mengakomodir jumlah sesi dua kali lebih banyak, pemilik bisa mempertimbangkan untuk mengganti CPU dengan waktu proses dua kali lebih cepat (scale-up). Bila kecepatan CPU yang dikehendaki tidak tersedia di pasaran, maka dapat dilakukan penambahan server (scale-out).

 Karena perhitungan kapasitas dilakukan dengan “perilaku pengguna” sebagai input, maka sebaiknya perhitungan kapasitas ini dilakukan secara periodik. Untuk mengidentifikasi perubahan perilaku pengguna yang menyebabkan perubahan kemampuan server dalam merespon.

DAFTAR PUSTAKA

Budianto. (2009). Analisis Kapasitas Web Site Studi Kasus di PT Farmindo Adijaya Pesada. Jakarta: MTI Fasilkom UI.

Ishi, A. (t.thn.). ApacheBench for Multi URL. Diambil kembali dari Google Code: https://code.google.com/p/apachebench-for-multi-url/

Menascé, D. (2002). Load Testing of Web Sites. IEEE INTERNET COMPUTING. Menascé, D., & Almeida, V. A. (2002). Capacity Planning: an Essential Tool for

Managing Web Services. IEEE IT Professional.

Menascé, D., & Almeida., V. A. (2000). Challenges In Scaling E-Business Sites. Computer Measurement Group Conference. Orlando.

Menascé, D., & Almeida., V. A. (2000). Scaling for E-Business Sites. Upper Saddle River: Prentice Hall.

Prihastuti, R. (2012). Manajemen Kapasitas Server AS/400 Untuk Mendukung Kebutuhan Bisnis PT. Bank PQR Tahun 2012 – 2014. Jakarta: MTI Fasilkom UI.

Siregar, S. R. (2008). Perencanaan Kapasitas Jarigan Perusahaan Studi Kasus: PT XYZ, Sebuah Produsen Produk-Produk Kimia Kebutuhan Rumah Tangga. Jakarta: MTI Fasilkom UI.

Lampiran 1: Transkrip Wawancara

Responden: Bayu Aji Wicaksono. Organization Development Head. BDMN

dengan Pak Bayu dari HR, benar pak?

Benar

Bisa diceritakan pak tentang Aplikasi DVN ini?

Aplikasi ini membantu kita, yang mau menginternalisasi budaya internal BDMN. Maksudnya apa? Kita ingin pegawai-pegawai BDMN itu nggak cuma kita kasih tau tentang budaya BDMN, tapi "Hidup" didalamnya -- me-relate nilai-nilai perusahaan. Nggak cuma di kasih tau "hei nilai-nilai perusahaan itu ini lho..." Tapi dia bisa relate-to dia bisa associate-to dengan konsep dan value dari corporate culture. Dengan cara apa? dengan cara, dia bisa ikut berinteraksi dengan value shares, dengan norma-norma dan nilai itu.

Nah, cara kira ngajak mereka berinteraksi apa? ya kita ngajak mereka sharing. Apa sih yang menurut mereka represent values tertentu? Nah, sharingnya dengan cara yang informal juga. Karen kita nggap itu yang paling nyaman, yang paling baik, paling enak...

Itu sebetulnya. Jadi, Objectivenya adalah: Kita, menyediakan media untuk semua pegawai kita. Untuk bisa saling sharing, saling relate, berinteraksi, tentang pengalaman-pengalaman mereka, dan apapun yang mereka persepsikan terhadap nilai-nilai budaya perusaahaan. Nilai-nilai yang positif. Media itu yang kita pingin, daan sifatnya informal.

Nah, kenapaa akhirnya kita perlu aplikasi sendiri. Diluar sana sebernya sudah banyak media-media sharing.. Bahkaan kita juga punya corporate portal perusahaan, ini ada dua lah... Kalo corporate-portal perusahaan itu, biasanya kita ngeliat kan lebih formal,

Takutnya casual nya ilang, orang jadi nggak nyaman. Jadi kita bikin yang orang tu merasa nyaman dan bebas untuk ekspresi disitu.

Lampiran 1: Transkrip Wawancara (Lanjutan)

Satu lagi, kenapa kita nggak pake media social yang udah ada... ada plus minus nya sih ya..

Plus nya banyak lah macem2, sudah tersedia, kita tinggal pake, update segala macem kita nggak usah pikirin, dll. minusnya adalah, itu adalah environment yang kita tidak bisa kontrol secara konten. Kayak gitu. jadi, apa yang ada di media social,

pasti akan tersedia buat semua orang diseluruh dunia... sementara kalo disini, kalo memang ada shaare maacem-macem, paaling nggak itu cuma ada di environment kita sendiri.. Kita mau kasih environment yang bebas, oraang santai, bisa lebih relax, tapi tetep di environment yang terkontrol.

Bagaimana Aplikasi akan mempengaruhi BDMN?

Bagaimana aplikasi ini bisa berhubungan dengaan performaance perusahaan?

YaK begini, Perusahaan itu kan definisinya, sekumpulan orang-orang yang berkumpul, sama-sama, untuk mencapai satu tujuan. Nah, tujuan ini, sebetulnya ada tujuan hard-nya, dan ada tujuaan soft-nya. Hard nya tentu saja kalo perusahaan bisnis, ya..

VAT lah, profit laah, revenue dan segala macem.. Tapi tujuan soft-nya itu terkait dengan visi-misi dan values. kayak gitu.. Semua perusahaan pengen untung tapi yang membedakan perusahaan yang ini dan ini dan ini, adalah caranya bagaimana mereka mendapatkan keuntungan.

Jadi gitu, perusahaan ada tujuan hard dan adaa tujuan soft, perusahan bisnis kurang lebih sama. Dell, Apple, Microsoft, katakanlah.. itu perusahaan dibidang yaang sama, IT,

dengan hard-targetnya kurang lebih sama.. Tapi valuesnya mereka beda, Nah itu yang akan membuat orang-orang didalamnya merasa beda. Karena toh yang akan memproduksi output finansialnya kan orang..

Lampiran 1: Transkrip Wawancara (Lanjutan)

Yang ternyata, setelah diliat-liat dan di omong-omong para "teoriawan-teoriawan" tentang organisasi, industri, dan people dan HR, apabila pegawai itu merasa "belive" bahwa employee-employee didalamnya itu "engage", engage itu artinya dia punya ikatan emosional terhadap perusahaan itu. Maka si employee-employee ini akan mau secara sukarela,

untuk “do beyond” dari apa yang di-expect dari dia, Jadi orang bukan cuma sekedar kerja doang disitu.. Orang itu memang mau berkontribusi sesuatu karena dia believe dengan valuesnya si perusahaan..

Jadi, kalo dia kerja di perusahaan A, karena valuesnya nggak cocok sama dia, yaudah dia kerja aja, dia terima gaji, jam 7 masuk, jam 5 pulang..

Sedangakan kalo diperusahaan B, dia tau bahwa perusahaan B ini mensejahterakan orang, bukan cumaa cari duit doang.. dia akan bekerja sekeras mungkin karena dia valuenya sama, dia believe.

Jadi anda ingin membuat suatu aplikasi yang bisa membuat orang bekerja lebih optimal, dengan cara membuat mereka, percaya dengan nilai-nilai perusahaan?

Ahhh.. Itu levelnya masih banyak.. gini, itu sub-conscious.. jadi, kenapa orang itu bisa believe, karena dia bisa relate..

nah.. itu tadi.. kalo kita bisa ngajaak semua pegawai kita untuk believe dengan apa yang perusahaan tuju, caranya, valuesnya, maka perusahaan itu akan lebih bagus kinerjanya..

Nah caranya macem-macem yang pasti no satu, yang nggak bisa di bantah adalah masaloah leadership. ada masalah leaadership, ada masalah infrastrukturnya

juga, itu banyak laah ada kategori kategori tentang bgaimana sih membuat si pegawai-pegawai ini engage. Ada juga masalah value daan culture yang di "believe" itu.

Lampiran 1: Transkrip Wawancara (Lanjutan)

DVN ini kan cuma salah satu alat.. untuk mencapai tujuan ini...

salah satu media untuk bisa berkomunikasi, tetang apa yang dia believe, dan apa yang dia alami, dan related ke values-values itu...

Kalo daru segi teknis gimana? maksudnya gini, sekarang kan DNV, hosting-nya di luar. Kenapa nggak di dalem?

Selain itu juga, gimana sih prosesnya untuk ngambil keputusan lokasi hosting?

---

OK, sebagai orang awam yang ngerti dikit-dikit... Jadi begini.. teknologi sekarang ini kan lagi mengarah ke "awan". Kalo sekarang perusahaan ini bisa focus ke core processnya dia, harusnya kerjanya bisa lebih optimal..

Kalo perusahaan banking dan financial services, dia akan beef-up dia punya resource dan process semua gw fokusin kesitu..yang lain-lain kalo bisa, kalo boleh dia punya luxury, dia nggak mau pikirin. Makanya ada outsourcing company.

Jadi kalo ini perusahaan restoran, saya nggak perlu pikirin soal listriknya, nggak usah pikirin soal AC nya, nggak usah pikirin soal cleaningnya, yang penting saya punya koki, saya punya resep bagus.. gitu..

Akhirnya semuanya mau di outsource.. termasuk IT.. Nah infrastructure itu mau di outsource, bahkan sampai penyimpanan data dan segala macem..

makanya kita bisa liat sofware as a service dan segala macem.. Jadi, kenapa kita hosting, diluar? karena kita bukan perusahaan IT.. Kita nggak pengen pusing soal itu. Itu satu..

Kalo di BDMN,untuk aplikasi, kita harus sediain tiga server.. satu untuk development, satu untuk testing, satu untuk production. Nah itu harganya nggak karu-karuan..

Nah pertimbangan lainnya, nggak semua pegawai itu nggak dikasih akses internet. Nah kalo kita pengennya aplikasi ini adalah aplikasi yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun, lebih baik aksesnya lewat internet.. apalagi sekarang ada istilah BYOD, Bring Your Own Device.

Lampiran 1: Transkrip Wawancara (Lanjutan)

Jadi begini, mungkin, udah lima tahunan ini, semenjak tablet meraja-lela, aplikasi udah di tablet.. apa-apa tablet.. Perusahaan-perusahaan melihat bahwa, kayaknya, pegawai-pegawai lebih suka bekerja dengan gadgetnya sendiri.. karena mereka punya kebebasan, mereka punya spek terserah mereka..

Dulu, sempet jadi.. agak friksi. Bahkan beberapa perusahaan tuh melarang untuk menghidupkan modem, atau menyaalakan laptop, karena takut data mereka ilang. Tapi lama-lama itu nggak bisa ditahan kan, malah lama-laama di switch, "yaudah kita manfaatin aja.. orang-orang yang punya laptopnya sendiri, yang jauh

lebih bagus.." Bayangin aja, saya secara individu, mungkin akan beli (intel) i7, sementara perusahaan kan nggak mungkin ngasih i7 ke semua pegawainya. Akhirnya, "Yaudahlah,

kalo gitu, kita justru suruh dia untuk bawa devicenya sendiri aja, Karena kalo lu beli sendiri, lu akan beli yang bagus" Sementara perusahaan nggak mungkin kasih

barang top-of-the-line. Nah setalah itu, tinggal mikirin, gimana caranya bikin datanya bisa aman dan lain-lain.

Setelah itu, tetang BYOD, daripada ngaasih akses internet kepada puluhan ribu karyawan perusahaan: "yaudah, nggak usah disuruh, mereka juga pasti butuh akses internet kan? perusahaan nebeng aja di situ sekalian.." Soal nanti dibikin tunjangan internet segala macem, ya itu nanti diliaat lah..

Kalo saya liat sih sebenernya, arahnya kesana. bahkan kita memang lagi coba melihat.. Kalau dari sisi keuntungan atau cost-efficiency, pasti nyewa lebih baik.. yah, kitaa nggak perlu maintenance, kita nggak perlu setup organisaasi utk maintain itu.. costnya bisa jadi berlibet-libet kalo ada masalah ini masalah itu.. kita jadi bisa fokus ke core process kita.

Cuman, masih memang saat ini, di Indonesia, di bisnis banking, kita masih jaga data, jadi nggak segampang itu untuk taro data di luar.

Lampiran 1: Transkrip Wawancara (Lanjutan)

di server luar negeri. apalagi data nasabah. Kalaupun kita mau "cloud" server nya nggak boleh di luar indonesia.

Jadi, karena server DVN hanya memiliki data pegawai, dan servernya adaa di Indonesia, jadi nggak masalah?

Kita lagi mikir, untuk beberaapaa proses HR, seperti rekrutmen dan lain-lain, kitaa laagi mikir untuk nyewaa Software as a service (SaaS), cuman itu tadi, kita lagi kaji, apakah boleh kitaa taro daata pegawai, diluar environment kita.. tapi selama itu masih di dalaam indonesia. Nah si vendor SaaS ini, kemaren bilaang, "Nggak apa-apa, kitaa udah cek ke BI, BI bilang, selamaaa servernyaa masih aadaaa di Indonesia, nggak apa2, mereka masih OK".

Nah, karena kita juga belom ngerasaa "firm" bahwa data ini ditaro diluar, kita masih mikirin, untuk masukin si DVN ini di dalem environment kita.

Kendalanya adalah, begitu itu masuk environment kita, beraarti akses internet haarus dibuka, karena kan visinya bisa dipake dimana aja, kapan aja. Nggaak hanya intranet.

Satu lagi sebetulnya, saat ini kan bentuknya masih web.. kita pengen bikin itu jadi aplikasi mobile. Jadi perlu internet.

ini kan aplikasi support, dan mobile app butuh server dengan kapasitas yang lebih besar, apa itu nggak masalah?

Kita ini kan pengen bikin oraang senyaman mungkin, karena kita nggak pengen maksa orang utnuk make aplikasi ini. Kita ngerasa, aplikasi mobile itu punya user experience yang lebih bagus.

Jadi anda akan membuat requirement lebih besar, untuk sebuah aplikasi support, yang anda belum tau itu akan bagus atau nggak (berguna atau tidak). Itu gimana?

Lampiran 1: Transkrip Wawancara (Lanjutan)

Kita punya "believe" bahwa ini bagus, maksudnya orang akan share hal-hal bagus disini, Oleh karena itu, kita haarus bikin orang-orang ngerasa

nyaman untuk make aplikasi ini. kenapa butuh investasi yang lebih besar?

karena kita pengen aplikasi ini punya impact. (Aplikasi) Ini harus bisa mengubah behavior, tanpa ada unsur pemaksaan.

Gimana caranya untuk mengukur keberhasilan aplikasi ini?

Kita ukur dari interaksinya... maksudnya, kayak, aksesnya berapa, dan dari berapa orang. Katakaan lah ada 10% pegawai BDMN berinteraksi disitu,

menurut saaya itu udah OK. Mungkin nanti kita bisa bikin analisis lagi, jangan-jangan dari 3000 interaksi, isinya cuma sepuluh orang, dan kita punya problem.. Kalo dihubungin sama performance daari perusahan secara keseluruhan, statementnya cuma begini:

"Highly engage employee, itu akan punya significant impact kepada performance dari perusahaan"

Selain itu, kita juga masih bisa liat, berapa content yang di "flag".

Dari situ juga bisa liat apakah orang-orang yang disini kebanyakan ngasih kontent yang negatif atau nggak.

Lampiran 3: Hasil Clustering K-means; k=3 ========================== member num: 4, 639, 7 --- intraMean : 480.28877549309976 intraVar : 87486.05278401634 intraCoVar : 0.6158386958219606 interMean : 1815.7767741907928 interVar : 423408.2543487079 interCoVar : 0.35835808198724295 betaVar : 0.20662339924994738 betaCoVar : 1.7185009262436097 K-means;k=4 ========================== member num: 638, 4, 2, 6 --- intraMean : 402.85541491062594 intraVar : 50083.53283743089 intraCoVar : 0.5555181750607163 interMean : 1659.127607933109 interVar : 147313.03513627505 interCoVar : 0.23133470919053536 betaVar : 0.33998032007893975 betaCoVar : 2.4013611143979787 K-means; k=5 ========================== member num: 6, 634, 4, 4, 2, --- intraMean : 364.35514714232784 intraVar : 31573.88342006351 intraCoVar : 0.4876846558516278 interMean : 1391.9306034357926 interVar : 83785.96754543013 interCoVar : 0.20795437476438167 betaVar : 0.3768397542576999 betaCoVar : 2.3451521825601827 K-means; k=6 ========================== member num: 629, 6, 5, 2, 4, 4, --- intraMean : 317.5744128234423 intraVar : 23195.156050517267 intraCoVar : 0.47957125667009226 interMean : 1220.9587767635567 interVar : 56461.149226951224 interCoVar : 0.19461389993942305 betaVar : 0.41081622262561507 betaCoVar : 2.464218932046309

Dokumen terkait