• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Perbaikan Mutu

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 24-49)

a. Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Pada Produk

Akhir Sirup Beras Kencur

1) Volume sirup beras kencur yang tidak sesuai

Volume sirup beras kencur yang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan yaitu 600 ml/botol merupakan permasalahan yang paling dominan yang terjadi pada Usaha Beras Kencur Putri Solo. Hal ini sebenarnya dapat menekan jumlah sirup beras kencur yang dihasilkan per botolnya, karena ketika sirup beras kencur yang dituangkan ke dalam botol terlalu berlebih dari standarnya maka apabila dikalkulasi akan dapat mengurangi jatah sirup beras kencur yang seharusnya dapat dituangkan ke botol yang lainnya, sehingga akan mengurangi jumlah produk yang seharusnya dapat dihasilkan. Melihat hal tersebut maka dilakukanlah suatu evaluasi terhadap kesalahan yang terjadi sehingga produk yang dihasilkan dapat maksimal dan juga volume sirup yang

sesuai standart menunjukkan bahwa produk tersebut menjadi bermutu karena keajegan volume sirup yang diproduksi akan memberi gambaran kepada konsumen bahwa produk yang mereka beli telah sesuai standartnya yaitu 600 ml/botol.

Tabel 7. Penyebab Volume Sirup Beras Kencur Tidak Sesuai No Factor yang diamati Masalah yang terjadi

1 Material Botol terbagi menjadi dua tipe sehingga menyebabkan kesan volume berbeda 2 Man a. Kurang konsentrasi dan tidak telaten

b. Adanya rasa jenuh

3 Method Penakaran hanya didasarkan pada perkiraan

4 Environment Kondisi suhu ruangan yang panas Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan penyebab dari volume sirup yang tidak sesuai kemudian dibuatlah Fishbone diagram seperti pada gambar 8 berikut ini:

Gambar 8. Diagram Fishbone Volume Sirup Beras Kencur Tidak Sesuai Botol tidak diurutkan sesuai jenisnya MAN METHOD MATERIAL ENVIRONMENT Volume sirup tidak sesuai standart Adanya rasa jenuh

Kurang konsentrasi dan tidak telaten

Penakaran hanya didasarkan perkiraan

Botol terbagi menjadi dua tipe sehingga menyebabkan kesan volume berbeda

Kondisi suhu ruangan yang panas

Pekerjaan tidak sesuai

Tergantung pasokan

Berdasarkan gambar 8 mengenai Fishbone diagram diatas dapat diketahui bahwa factor penyebab dari volume sirup beras kencur yang tidak sesuai standar terdapat empat factor yaitu man, method, material,

environment. Berikut ini adalah rincian dari keempat factor:

a) Material

Botol yang tersedia di Usaha Beras Kencur Putri Solo ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu berukuran sedang dan berukuran sedikit lebih kecil. Sementara itu menurut Soekarto dan Soewarno (1990), ukuran juga dijadikan sebagai factor mutu yang penting sehingga ini menjadi suatu permasalahan bagi usaha tersebut. Hal ini dikarenakan usaha tersebut tidak memproduksi botol sendiri, botol yang digunakan adalah botol bekas yang di dapatkan dari beberapa pemasok botol bekas dari beberapa daerah seperti klaten, pasar legi dan kartasura, dimana botol yang diperoleh sulit untuk dikendalikan karena tergantung pasokan yang ada. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan terdapat ukuran botol yang sedang dan yang berukuran sedikit lebih kecil. Hal ini tentunya berdampak pada volume sirup yang dituangkan. Sehingga batas standar sirup pun menjadi dua macam dimana botol yang lebih kecil akan memiliki batas ketinggian sirup yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan botol berukuran sedang. Selain itu pemakaian botol bekas ini dapat juga menjadi permasalahan antara lain pertama, keberlangsungan usaha ini tentunya akan bergantung pada ketersediaan botol bekas yang ada, apabila ketersediaan botol bekas yang sesuai dengan keinginan pemilik usaha seperti tidak retak atau pecah, tidak terdapat ulir pada tutup botol, dan botol bening yang masih dapat dibersihkan, serta tidak terdapat kotoran pada botol ini sulit untuk ditemukan maka hal ini akan mengakibatkan kerugian karena botol-botol tersebut baru dapat diperiksa setelah membeli

kepada pemasok. Kedua, botol bekas ini dapat juga berdampak pada kesehatan, karena akan memberikan kesan kepada konsumen bahwa botol yang mereka gunakan tidak higienis terlebih lagi bila proses pembersihan tidak maksimal. Ketiga masalah social dan prestise, tentunya hal ini akan membuat para konsumen berfikir dua kali apabila ingin membeli produk usaha tersebut, terlebih lagi hingga saat ini kebanyakan industri kecil dibidang jamu botol yang digunakan adalah botol bekas, karena ketidakmampuan usaha untuk memproduksi botol sendiri. Meskipun terdapat permasalahan-permasalahan tersebut, pemilik usaha tetap melakukan pengendalian terhadap mutu botol yang digunakan antara lain memilih botol yang tidak retak, tidak terdapat ulir pada tutup botol dan botol bening yang masih dapat dibersihkan, setelah itu botol akan dicuci dengan sabun dan dijemur serta disiram dengan air panas sbelum dipakai, sehingga meskipun merupakan botol bekas, namun botol bekas yang digunakan masih botol bekas yang layak untuk digunakan. Sedangkan untuk botol yang tidak sesuai akan ditukar kembali dengan para pemasok, atau yang sudah tidak dapat dipakai lagi seperti botol yang retak maka akan dihancurkan dan dijual kembali.

b) Man

Kurang konsentrasi pada saat penuangan sirup beras kencur menyebabkan kesulitan pada saat melakukan pengawasan agar sirup beras kencur yang dituangkan sesuai dengan volume yang telah ditetapkan. Selain itu kurangnya sifat ketelatenan oleh tenaga kerja menyebabkan seringkali volume yang dihasilkan kurang stabil, ada yang berlebih bahkan ada yang kekurangan. Hal ini terjadi karena kurangnya focus dan juga rasa sabar selama proses penuangan dan penakaran tersebut yang dimana tentunya manusia selama bekerja

akan menemukan rasa kejenuhan sehingga mengakibatkan tingkat kesabaran dan konsentrasipun berkurang. Menurut Prihantoro (2012), karena manusia hanya mempunyai satu otak, dan tidak ada ruang pada otak untuk lebih dari satu konsentrasi pada saat yang sama, terkecuali genius. Identifikasi dan pisahkan item yang cukup pantas untuk mendapat perhatian saat ini dengan keterbatasan akan kerja pikiran, waktu, dan dana. Selain itu adanya rasa jenuh yang dirasakan oleh para pekerja semakin mempersulit pekerjaan, hal ini terjadi dikarenakan tingkat pendidikan para pekerja di bagian penuangan sirup hanya sebatas SMA yang mempunyai keterbatasan terhadap pengtahuan namun mereka tetap memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka, terlebih lagi dengan umur pekerjanya yang berkisar 25 – 30 tahun sebenarnya umur yang masih cukup muda bagi usia kerja, dimana pada usia ini pekerja cenderung memiliki ekspetasi yang lebih tinggi terhadap jenis pekerjaan yang dilakukannya, namun karena latar belakang pendidikan dan rata-rata sudah berkeluarga sehingga hal ini menyebabkan mereka enggan untuk mencari pekerjaan yang lain dan mau tidak mau harus meneruskan usaha tersebut yang merupakan usaha turun-temurun dan merupakan pekerjaan yang meskipun tidak sesuai dengan cita-cita yang mereka inginkan namun setidaknya usaha ini paling menjanjikan mengingat saat ini persaingan yang tinggi di dunia kerja.

c) Method

Metode yang dilakukan selama proses penuangan dan penakaran oleh usaha tersebut adalah metode tradisional atau manual yaitu tanpa penggunaan mesin yang tentunya akan lebih akurat daripada dengan cara manual. Dimana pada tahap ini tenaga kerja akan menuangkan sirup ke dalam botol dengan volume sirup

yang telah diperkirakan mencapai volume 600 ml/botolnya. Sehingga metode ini didasarkan pada pengalaman tenaga kerja yang telah menjadi hafalan tenaga kerja. Namun kelemahan dari metode ini yaitu karena cara yang digunakan tenaga kerja adalah dengan memperkirakan volume yang seringkali ketika botol-botol tersebut dijejerkan akan terlihat perbedaan ketinggian pada sirup beras kencur tersebut. Terlebih lagi metode ini dilakukan dengan tidak melakukan pengecekan ulang terhadap penakaran volume tersebut yang sebenarnya menurut Sudarmadji (1999), bahwa apabila terdapat penyimpangan maka usaha perbaikan akan lebih baik dilakukan pada saat terjadinya proses penyimpangan terjadi tanpa penundaan

Selain itu pada saat proses penuangan sirup beras kencur botol-botol yang digunakan tidak dikelompokkan dahulu antara botol-botol yang berukuran sedang dan botol yang berukuran kecil. Hal ini mengakibatkan produk menjadi tidak tertata dengan baik, dan proses penakaran akan menjadi lebih sulit karena tenaga kerja harus menggolongkan botol terlebih dahulu. Sehingga hal ini mengakibatkan proses menjadi lebih lama.

d) Environment

Lingkungan kerja pada saat penuangan sirup beras kencur ini cenderung panas, sehingga menyebabkan tenaga kerja sering merasa gerah, padahal pada saat penuangan sirup beras kencur membutuhkan konsentrasi dan juga ketelatenan. Hal ini dapat mengganggu proses tersebut. Akibatnya seringkali pengerjaan pada proses penuangan dan penakaran menjadi agak tergesa-gesa mengingat sirup beras kencur yang diproduksi cukup banyak dan kegiatan ini dilakukan dengan manual tentunya akan menguras cukup energy dengan kondisi ruangan yang panas.

b. Botol Yang Kurang Bersih

Botol sirup beras kencur yang kurang bersih merupakan jenis permasalahan ke dua yang ditemui pada Usaha Beras Kencur Putri Solo. Kebersihan pada botol atau kemasan sirup ini merupakan hal yang perlu untuk dievaluasi karena kebersihan merupakan hal yang penting dalam mendapatkan dan juga mempertahankan konsumen yang saat ini sudah semakin cerdas dalam memilih produk yang baik. Selain itu, mengingat bahwa botol yang digunakan oleh Usaha Beras Kencur Putri Solo adalah botol bekas pakai, hal ini tentunya cukup mengandung resiko antara lain kebersihan botol itu sendiri dan tidak jarang botol yang akan digunakan sudah retak atau pecah. Sehingga untuk menjaga kesetiaan pelanggannya, Usaha Beras Kencur Putri Solo perlu untuk selalu menjaga kebersihan produk terutama pada kebersihan kemasan atau botol yang digunakan yang merupakan botol bekas.

Tabel 8. Penyebab Botol Yang Kurang Bersih

No Factor yang diamati Masalah yang terjadi 1 Material Botol terasa lengket

2 Man a. Kurang telaten dan kurang jeli b. Rasa jenuh

3 Method a. Tidak dilakukannya pengecekan kebersihan botol

b. Proses pengelapan kurang maksimal

4 Environment Kurang bersihnya lingkungan kerja Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan penyebab dari botol yang kurang bersih kemudian dibuatlah Fishbone diagram seperti pada gambar 9 berikut ini:

Gambar 9. Diagram Fishbone Botol Yang Kurang Bersih

Berdasarkan gambar 9 menunjukkan bahwa dari Fishbone diagram diatas dapat diketahui bahwa factor penyebab dari volume sirup beras kencur yang tidak sesuai standar terdapat empat factor yaitu man,

method, material, environment. Berikut ini adalah rincian dari keempat

factor: a) Material

Salah satu penyebab botol yang kurang bersih pada produk akhir ini salah satunya disebabkan oleh botol yang terasa lengket. Dimana penyebab adanya rasa lengket pada botol tersebut dikarenakan adanya proses penuangan sirup beras kencur ke dalam botol yang seringkali sirup yang dituang ke dalam botol tersebut meluber ke bagian luar dari botol. Sementara itu sirup beras kencur ini merupakan tekstur yang lengket, sehingga dengan adanya sirup beras kencur yang meluber ke luar botol ini mengakibatkan keadaan botol menjadi kotor kembali dan terasa lengket. Rasa lengket Botol terasa lengket

MAN METHOD MATERIAL ENVIRONMEN T Botol yang kurang bersih Rasa jenuh

Kurang telaten dan kurang jeli

Penuangan sirup yang meluber

ke luar botol Kurang bersihnya

tangan pekerja Tidak sabar

Pekerjaan tidak sesuai

Tidak dilakukan pengecekan ulang

Lingkungan kerja kurang bersih

Kurang pengetahuan Lap digunakan masih kotor

Air tidak dibilas Pengelapan tidak merata

Proses pengelapan kurang maksimal

tersebut apabila tidak diperhatikan pada proses pengelapan dapat mengakibatkan pada produk jadi pun masih ditemui botol yang kurang bersih. Inilah yang menjadi persoalan penting yang perlu diperhatikan mengingat kualitas dari penampilan produk adalah bagian terbesar dari kesan atau persepsi konsumen terhadap produk (Yamit, 2004). Dimana hal ini berkaitan dengan kebersihan atau kehigienisan dari produk yang dihasilkan, semakin kurang bersihnya produk yang dihasilkan karena kesalahan pada proses, maka akan memperburuk pandangan konsumen terhadap produk, yang menyebabkan konsumen akan enggan dalam membeli maupun memesan kembali. Sehingga meskipun hanya suatu usaha yang kecil, namun tentunya kebersihan adalah suatu hal yang sangat penting mengingat ini adalah produk yang akan masuk ke dalam tubuh manusia, maka semakin bersih wujud luarnya, akan semakin mennarik juga untuk dibeli.

b) Man

Kurang jelinya tenaga kerja pada saat proses pengelapan botol yaitu proses yang dilakukan setelah pengemasan dan sebelum produk diberi label menyebabkan kesulitan pada saat melakukan pengawasan terhadap botol yang dilap. Adanya rasa jenuh yang dirasakan tenaga kerja menyebabkan kecermatan dan kejelian menjadi berkurang dan tidak maksimal. Selain itu kurangnya sifat ketelatenan oleh tenaga kerja menyebabkan pada produk akhir masih ditemui botol yang masih terasa lengket atau kurang bersih. Hal ini terjadi karena kurangnya focus dan juga rasa sabar selama proses pengelapan botol tersebut yang dimana tentunya manusia selama bekerja terkadang akan menemukan rasa kejenuhan sehingga mengakibatkan tingkat kesabaran dan konsentrasipun berkurang yang mengakibatkan ada kemungkinan terjadinya

kesalahan pada manusia (human error) pada saat bekerja karena kerja manusia tidak pernah sempurna sehingga perlu dilakukan perbaikan terus-menerus (Prihantoro, 2012). Selain itu tenaga yang ada pada bagian pengelapan botol tersebut adalah laki-laki yang biasanya tidak begitu sabar apabila dibandingkan dengan perempuan sehingga perlu adanya pembagian kerja yang lebih baik. Adanya rasa jenuh yang dirasakan oleh para pekerja juga semakin mempersulit pekerjaan, hal ini terjadi dikarenakan tingkat pendidikan para pekerja di bagian penuangan sirup hanya sebatas SMA yang mempunyai keterbatasan terhadap pengtahuan namun mereka tetap memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka, terlebih lagi dengan umur pekerjanya yang berkisar 24 – 35 tahun sebenarnya umur yang masih cukup muda bagi usia kerja, dimana pada usia ini pekerja cenderung memiliki ekspetasi yang lebih tinggi terhadap jenis pekerjaan yang dilakukannya, namun karena latar belakang pendidikan dan rata-rata sudah berkeluarga sehingga hal ini menyebabkan mereka enggan untuk mencari pekerjaan yang lain dan mau tidak mau harus meneruskan usaha tersebut yang merupakan usaha turun-temurun dan merupakan pekerjaan yang meskipun tidak sesuai dengan cita-cita yang mereka inginkan namun setidaknya usaha ini paling menjanjikan mengingat saat ini persaingan yang tinggi di dunia kerja.

c) Method

Permasalahan botol yang kurang bersih ini salah satunya disebabkan oleh factor metode pada proses pengelapan botol yang dilakukan oleh Usaha Beras Kencur Putri Solo. Sementara metode yang dilakukan selama proses pengelapan botol adalah metode tradisional atau manual yaitu tanpa penggunaan mesin yang

tentunya akan lebih akurat daripada dengan cara manual. Dimana penyebab factor permasalahan pada metode ini yaitu proses pengelapan botol yang kurang maksimal karena terdapat bagian-bagian yang seringkali lupa untuk di lap seperti bagian-bagian bawah botol dan ternyata lap yang digunakan untuk mengelap sebenarnya sudah dibersihkan namun seringkali air yang digunakan untuk membilas tidak diganti. Hal ini menyebabkan lap tidak dapat maksimal dalam membersihkan botol karena kotoran menumpuk pada lap tersebut. Selain itu belum dilakukannya proses pengecekan lagi terhadap kebersihan botol sebelum produk siap dijual yang merupakan salah cara yang dapat dilakukan oleh usaha tersebut dalam pengawasan terhadap mutu bahan selama proses produksi agar hasil produk yang dibuat sesuai standar yang ditetapkan perusahaan (Prawirosentono, 2002). Hal ini tidak dilakukan karena kurangnya pengetahuan terhadap pentingnya proses pengecekan tersebut karena hal inilah yang akan mempengaruhi penampakan produk secara fisik. Sehingga tidak adanya standar prosedur tentang pengecekan kebersihan pada produk akhir.

d) Environment

Lingkungan kerja sekitar juga mempengaruhi kebersihan pada botol sirup beras kencur yang sebenarnya penting sekali dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih karena kualitas dari produk akhir dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan tempat produksi (Sina, 2012). Seringkali pada proses pembuatan sirup beras kencur kebersihan lingkungan sekitarnya kurang bersih. Hal ini diakibatkan karena kebersihan tangan para tenaga kerja kurang diperhatikan, hal ini mengakibatkan lingkungan kerja menjadi kurang bersih terlebih lagi pada proses pengelapan botol apabila tangan tenaga kerja kurang bersih maka dapat menghambat proses tersebut. Dimana

tangan tenaga kerja yang kurang bersih mengakibatkan tenaga kerja akan sulit dalam menjaga botol yang sudah bersih dan mengenali botol yang masih kotor.

b. Perumusan Tindakan Perbaikan

Berikut adalah factor-faktor yang mempengaruhi kualitas sirup beras kencur yang diproduksi di Usaha Beras Kencur Putri Solo.

1) Man

Sumber Daya Manusia merupakan komponen yang krusial terkait mutu pada sirup beras kencur yang diproduksi, karena manusialah yang akan bertanggung jawab menjalankan seluruh proses produksi yaitu mulai dari pembelian bahan baku hingga produk jadi. Sehingga SDM ini sangatlah mempengaruhi sirup beras kencur yang diproduksi baik dari segi pengetahuan, keahlian, kebersihan, kedisiplinan maupun ketelitiannya terutama menyangkut keseluruhan proses produksi dari awal sampai akhir.

Jumlah tenaga kerja yang ada di Usaha Beras Kencur Putri Solo berjumlah tujuh orang dengan rata-rata berpendidikan terakhir yaitu SMA. Dimana tenaga kerja tersebut diperoleh dari dalam keluarga, sehingga memudahkan dalam bekerja dan juga dalam mengurangi biaya untuk membayar tenaga kerja yang berasal dari luar. Kemudian dalam melatih tenaga kerja tersebut juga tidak terlalu sulit, karena tenaga kerja yang diambil dari dalam keluarga tersebut tentunya sejak kecil telah mengenal dan mengetahui bagaimana tradisi pembuatan sirup beras kencur tersebut dilakukan, sehingga hal ini akan memudahkan pemilik karena usaha-usaha tersebut nantinya akan diteruskan oleh anak dan cucunya. Namun meskipun keahlian masing-masing tenaga berbeda, Pak Hari sebagai pemilik tetap melatih anggota keluarganya dengan sebaik mungkin, dengan harapan keberlangsungan usaha tersebut nantinya tetap dapat dipertahankan.

2) Method

Dalam menjalankan proses pembuatan sirup beras kencur ini Usaha Beras Kencur Putri Solo tetap mengikuti prosedur produksi sesuai dengan tradisi yang telah turun temurun dijaga oleh keluarganya, selain itu Pak Hari sebagai pemilik usaha juga menyesuaikan proses produksi dengan penyuluhan yang telah beliau peroleh yaitu seperti penyuluhan keamanan pangan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Surakarta dalam rangka memperoleh sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, agar usahanya tetap sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan. Selain itu proses produksi yang dilakukan oleh usaha beliau ini dilakukan secara sederhana dan manual atau tradisional, dimana pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk produksi, pak Hari membeli dan memilih sendiri bahan baku yang masih segar, dan bebas dari hama penyakit, pada tahap-tahap selanjutnya juga masih menggunakan cara tradisional dimana semua proses menggunakan peralatan biasa, dan diolah langsung dari tangan manusia. Hanya saja karena permintaan akan produk semakin meningkat, khusus untuk proses penggilingan menggunakan mesin giling yang dilakukan di Pasar Gemblegan sehingga ekstrak yang dihasilkan lebih halus, sebenarnya pak Hari dahulu pernah membeli mesin giling untuk mempermudah produksi, namun karena bising dan mengganggu tetangga sekitar, akhirnya mesin tersebut dijual kembali dan kembali ke cara lama yaitu menggiling di tempat langganan yang berada di Pasar Gemblegan.

3) Material

Bahan baku akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses produksi sirup beras kencur. Dimana bahan baku yang diperlukan antara lain yaitu beras,air,gula (jawa dan pasir), garam dan empon-empon yaitu kencur, jahe, kunir serta ditambah rempah-rempah

seperti merica, cengkeh, kapulaga, manis jangan, kayu manis, cabe jamu, dan misoyi. Adapun bahan-bahan tersebut didapatkan dari Pasar Gede dan Pasar Legi, untuk gula pasir didapat dari Pasar Gede sementara bahan-bahan yang lain didapat dari pasar legi serta beras didapat dari daerah Bekonang, Karanganyar. Adapun semua bahan-bahan didapat dalam keadaan segar, utuh dan tidak terserang oleh penyakit atau hama yang dibeli dalam jumlah sedikit, yang digunakan hanya dalam satu kali produksi saja, sehingga harapannya dapat menjaga kesegaran bahan baku, mengurangi biaya penyimpanan bahan baku dan juga mengurangi resiko terhadap kerusakan bahan baku yang mungkin saja dapat terjadi seperti yang ada pada SNI 01-6994-2004 bahwa bahan baku yang digunakan harus segar, utuh dan tidak terserang oleh penyakit atau hama.

Adapun permasalahan yang timbul terkait bahan baku yaitu tentang ketesediaan botol yang diperoleh. Dimana botol yang digunakan oleh usaha beliau ini merupakan botol bekas yang didapat dari beberapa pemasok yaitu dari klaten, kartasura dan pasar legi, yang sulit untuk dikendalikan ketersediaannya karena tergantung pasokan yang ada. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan terdapat botol yang sedang dan yang berukuran sedikit lebih kecil. Hal ini dilakukan karena usaha beliau merupakan usaha yang masih kecil sehingga tidak memungkinkan untuk memproduksi botol sendiri. Sehingga berdampak pada volume sirup yang dituangkan, dimana batas standar sirup pun menjadi dua macam dimana botol yang lebih kecil akan

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 24-49)

Dokumen terkait