BAB V PENUTUP
B. Rekomendasi
Dari beberapa kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran diantaranya sebagai berikut:
1. Kepada pihak bank perlu selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian atau
prudential principle, baik dalam proses seleksi nasabah maupun objek
jaminan fidusia. Agar kedepannya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti wanprestasi atau sengketa.
2. Kepada calon nasabah sebaiknya sebelum menandatangani akad pembiayaan, harus membaca dan mempelajari isi akad. Bila diperlukan berkonsultasi terlebih dahulu kepada seorang konsultan hukum yang menguasai dalam bidang pembiayaan terutama bagi calon nasabah yang tidak mengerti hukum.
91
DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Al-Jaziri, Abd Ar-Rahman. “Al-Fiqh Ala Al-Mazhahib Al-Arba’ah”. dalam
Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah. Cet. Pertama. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Ali, Zainudin. Hukum Perbankan Syariah. Cet. Pertama. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Asyhadie, Zaeni dan Rahma Kusumawati. Hukum Jaminan di Indonesia: Kajian
Berdasarkan Hukum Nasional dan Prinsip Ekonomi Syariah. Depok:
RajaGrafindo Persada, 2018.
Dahlan, Ahmad. Bank Syariah: Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta: Teras, 2012.
Fuady, Munir. Jaminan Fidusia. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2003.
Hasbullah, Frieda Husni. Hukum Kebendaan Perdata Hak-Hak Yang Memberi
Jaminan. Jakarta: Indhill Co, 2009.
Ismail. Perbankan Syariah. Cet. Pertama. Jakarta: Kencana, 2011.
Kamelo, Tan. “Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan”. dalam Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati. Hukum Jaminan di
Indonesia: Kajian Berdasarkan Hukum Nasional dan Prinsip Ekonomi Syariah. Depok: RajaGrafindo Persada, 2018.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013.
Machmud, Amir dan Rukmana. Bank Syariah Teori, Kebijakan, dan Studi
Empiris di Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2010.
Naf‟an. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Satrio, J. Hukum Jaminan Hak-hak Jaminan Kebendaan. Cet. V. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2007.
SjahdeiniRemy, Sutan. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Subekti, R. Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum
Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1991.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
92
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Syafi’I, Antonio Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani, 2001.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Seri Hukum Bisnis: Jaminan Fidusia. Cet. 3, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.
B. Jurnal
Hulam, Taufiqul. “Jaminan dalam Transaksi Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah”. Mimbar Hukum, 22, 3 Oktober, 2010.
Lathif, Ah. Azharudin. “Penerapan Hukum Jaminan dalam Pembiayaan di Perbankan Syariah”. Jakarta: Makalah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Wahyuni, Nienik. “Penerapan Prinsip 5C dalam Pemberian Kredit Sebagai Perlindungan Bank”. Kediri: Fakultas Hukum Universitas Kadiri, 2014. C. Skripsi
Halimatus Sa’diyah, Norsain, dan Isnani Yuli Andini. “Kedudukan Fidusia Sebagai Jaminan Akad Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah: Studi Kasus Pada BPRS Bhakti Sumekar Sumenep”. Sumenep: Misykat Al-Anwar Jurnal Kajian Islam dan Masyarakat, 2018.
Nurcahyani, Dian. “Implementasi Jaminan Mudharib Terhadap Risiko Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Mandiri Area Malang”. Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018.
Ridwan Fathoni, Siti Malikhatun Badriyah, dan R. Suharto. “Efektivitas Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik Terhadap Pembiayaan Bank Syariah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Artha Amanah Ummat Kabupaten Semarang)”. Semarang: Jurnal Hukum Universitas Diponegoro, 2016.
Saputri, Dewi Eka. “Analisis Yuridis Pembiayaan Mudharabah Dengan Jaminan Kebendaan Pada Perbankan Syariah Menurut Hukum Islam (Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Kota Lhokseumawe)”. (Medan: Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2016).
Sutisna, Opan Ruly. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyitaan Jaminan Fidusia (Studi di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Mu’amalah Cilegon)”. Skripsi
93
S-1, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sultan Hasanuddin Banten, 2018.
D. Peraturan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/ POJK.05/2019 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit.
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
E. Wawancara Pribadi
Wawancara pribadi dengan Ery Budhi. Bank Syariah Mandiri Pusat. Jakarta, 22 September 2020.
Wawancara pribadi dengan Lilik Priyadi. Bank Syariah Mandiri Pusat. Jakarta, 13 Agustus 2020.
F. Website
94 LAMPIRAN
Hasil Wawancara
1. Apa saja produk yang menggunakan akad mudharabah pada Bank Syariah Mandiri dengan menggunkan jaminan Fidusia?
Jawaban : Pembiayaan Koperasi Karyawan Kepada Anggotanya (PKPA) yang menggunakan jaminan fidusia sebagai agunan (Pola executing). Pembiayaan Koperasi Karyawan Kepada Anggotanya (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan kepada atau melalui Koperasi untuk pemenuhan kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan melalui Koperasi. Instansi atau perusahaan tempat Koperasi bernaung tersebut adalah instansi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kementerian atau Dinas atau Pemda, BUMN atau BUMD, Lembaga Pemerintah dan Perusahaan swasta.
2. Bagaimana mekanisme pembiayaan produk tersebut di Bank Syariah Mandiri?
Jawaban: Mekanisame nya adalah sebagai berikut:
a. Koperasi mengajukan permohonan Fasilitas PKPA kepada Bank dan melengkapi dokumen pembiayaan (Sudah dijelaskan jenis dokumen yang dibutuhkan pada skripsi)
b. Bank melakukan assesment atas kelayakan usaha Koperasi menggunakan Nota Analisa Pembiayaan dan persetujuan melalui Komite Pembiayaan sesuai limit.
c. Bank dan Koperasi menandatangani Perjanjian Line Facility Fasilitas PKPA, setelah persetujuan dari komite pembiayaan.
d. Anggota Koperasi mengajukan permohonan pembiayaan kepada Koperasi.
e. Koperasi melakukan assesment dan mengisi melengkapi dokumen sesuai checklist document Anggota Koperasi serta daftar nominatif sesuai ketentuan Bank terhadap pengajuan masing-masing Anggota Koperasi.
95
3. Apa saja syarat yang harus dipenuhi calon nasabah dalam pengajuan pembiayaan mudharabah?
Jawaban : Syarat pengajuan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: a. Melakukan BI checking terhadap anggota koperasi
b. Melakukan review berkas kelengkapan dokumen Anggota Koperasi sesuai checklist dokumen anggota.
c. Melakukan verifikasi terhadap penghasilan Anggota Koperasi 4. Apakah saja yang dinilai dalam kelayakan pembiayaan Mudharabah?
Jawaban : Untuk penilaian kelayakan pembiayaan yang utama adalah, a. Memiliki badan hukum dan laporan keuangan audited 3 tahun berturut
memperoleh laba.
b. Bonafiditas perusahaan telah diakui contohnya seperti Koperasi BUMN/BUMD.
5. Apa saja kendala yang sering ditemui dilapangan untuk produk PKPA ini? Answer: banyak kendala yang sering ditemukan dalam produk PKPA, a. Terlalu banyak jaminan yang tidak mengcover.
b. Tidak banyak portofolia yang diterima dipembiayaan ini lebih banyak ke mitra guna.
c. Ada projek yang datang dari Koperasi induknya. Contohnya: koperasi karyawan pabrik A mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan antar jemput karyawannya. Yang kemudian dibiayai untuk beli kendaraan. Jadi kemudian yang dibiayai adalah yang dijaminkan berupa kendaraannya.
d. Banyakan PKPA simpan pinjam dan pembayaran melalui potong gaji atau peror.
e. Pada pelaksanaannya sulit dilakukan.
f. Untuk memberikan pembiayaan harus sangat kolektif, jd hanya 1 atau 2 saja yg bisa diterima.
96
6. Apa saja faktor yang menyebabkan pembiayaan macet pada pembiayaan produk mudharabah di Bank Syariah Mandiri?
Jawaban : Faktor pembiayaan macet bisa dari faktor internal dan eksternal. a. Wanprestasi (salah satu pihak tidak mengikuti kesepakatan yang
tertuang dalam akad pembiayaan) b. Internal (Bank)
a) Bank tidak melakukan monitoring secara tepat b) Bank tidak melakukan penagihan
c) Bank tidak mengingatkan nasahab d) Tidak melakukan kunjungan secara rutin c. Nasabah (eksternal)
a) Mengambil pembiayaan lain diluar pembiayaan yang sedang dijalani. Dan nasabah akan melakukan aktifitas keuangan diluar kapabilitasnya. dan ketika sudah terjadi bisa jadi ada yg harus dikorbankan.
b) Nasabah tidak menjalankan amanahnya. Ex: bank membiayai pembiayaan modal kerja namun nasabah tidak digunakan sebagai mana mestinya. Penyalahgunaan fasilitas pembiayaan tidah sesuai dengan sebagaimana mestinya.
7. Bagaimana langkah-langkah yang dipilih Bank Syariah Mandiri untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah atau kredit macet?
Jawaban : Bank Syariah Mandiri Pusat melakukan beberapa upaya dalam menyelesaikan pembiyaan bermasalah seperti,
a. pelaksaan rescheduling (penjadwalan kembali), b. reconditioning (persyaratan kembali), dan
c. restructuring (penataan kembali). Restrukturisasi pembiayaan penerapannya dapat dilakukan secara bersamaan atau kombinasi, seperti pelaksanaan rescheduling dan reconditioning, pelaksanaan
rescheduling dan restructuring, serta rescheduling, reconditioning, restructuring secara bersamaan. Bank dapat memberikan keringanan
97
jumlah angsuran disertai dengan kelonggaran jadwal pembayarannya sesuai dengan kebijakan yang diambil dan adanya kesepakatan bersama nasabah.
8. Apa saja faktor-faktor yang mengharuskan jaminan dicairkan?
Jawaban : Eksekusi jaminan ini dilakukan Bank Syariah Mandiri bagi nasabah yang sudah tidak memiliki prospek usaha dan/atau kemampuan membayar sehingga tidak dapat dilakukan restrukturisasi pembiayaan. 9. Bagaimana prosedur yang dilakukan untuk eksekusi jaminan fidusia dalam
pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri?
Jawaban : Eksekusi jaminan dilakukan ketika bank sudah memberikan surat peringatan pertama dan setelah satu minggu peringatan pertama tidak ada tanggapan dan respon, maka bank akan mengeluarkan surat peringatan kedua dan ketiga. Jika bank sudah memenuhi syarat dan prosedur secara administrasi dan nasabah tetap bersikap tidak kooperatif, maka bank akan melakukan eksekusi terhadap jaminan. Bank akan melayangkan surat lelang jaminan pada debitur dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Selanjutnya akan ditindaklanjuti KPKNL dengan memberikan surat kepada debitur bahwasannya jaminan akan dilelang pada hari yang sudah ditentukan.
98