• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDAS

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian dan analisis temuan di lapangan, maka berikut dikemukakan beberapa rekomendasi untuk kepentingan dan kemajuan di masa yang akan datang yaitu:

1. Bagi Guru

Untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja, diperlukan dewan guru yang berkualitas, memiliki motivasi internal dalam bekerja dengan baik, menguasai TIK, dan memahami perkembangan dunia

usaha secara berkelanjutan. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan kepada dewan guru untuk selalu meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan yang relevan, magang di dunia industri, mengikuti perkembangan TIK serta bekerja dengan dilandasi ketulusan dan kesungguhan.

2. Bagi Kepala Sekolah

Sekolah hendaknya memulai inisiatif untuk mengaktifkan peran majelis sekolah atau komite sekolah dalam membantu memediasi kerjasama yang produktif antara SMK dengan institusi pasangan. Kesenjangan hubungan antara sekolah dengan institusi pasangan yang selama ini terjadi sangat memungkinkan untuk difasilitasi oleh adanya majelis sekolah / komite sekolah yang produktif. Keterlibatan institusi pasangan dalam pendidikan sistem ganda ini tidak hanya terbatas pada praktek kerja industri tetapi juga pada seluruh kegiatan SMK mulai dari penerimaan peserta didik baru sampai dengan pemasaran alumni.

Keterlibatan institusi pasangan dalam proses pendidikan pendidikan sistem ganda bersifat mutlak. Untuk itu, keberadaan majelis sekolah harus ada. Kalaupun majelis sekolah ini diganti istilah dengan Komite Sekolah, hendaknya keterlibatan unsur institusi pasangan / asosiasi industri dan organisasi profesi harus dalam kepengurusan komite sekolah harus lebih dominan. Hal ini bertujuan agar partisipasi dunia industri dalam proses pendidikan akan lebih maksimal.

Pengelolaan PSG di sekolah sebaiknya dikelola oleh kelompok kerja yang bersifat tetap. Hal ini bertujuan agar proses pembenahan dalam pelaksanaan PSG

dapat dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu pekerjaan PSG merupakan pekerjaan yang tidak terputus sepanjang waktu selama SMK tersebut masih menggunakan pola PSG.

Keterlibatan institusi pasangan dalam proses penerimaan peserta didik baru sangat penting. Hal ini berguna untuk mendapatkan calon peserta didik yang unggul dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Kualitas calon tenaga kerja yang akan dihasilkan sangat ditentukan oleh calon peserta didik yang direkrut oleh SMK.

Dalam penyusunan kurikulum, hendaknya institusi pasangan selalu dilibatkan. Sebagaimana dipahami bersama, bahwa ilmu, ketrampilan kerja, alat- alat kerja dan seni dalam bekerja selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan peradaban manusia. Industri adalah pihak yang seringkali terlebih dahulu merespon perkembangan tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Sementara itu sekolah seringkali dihadapkan oleh keterbatasan-keterbatasan perlengkapan praktik serta ketertinggalan ilmu dan seni dalam bekerja. Menyikapi hal tersebut, sangat penting untuk melibatkan institusi pasangan dalam proses penyusunan kurikulum, dengan harapan perkembangan yang terdapat disektor industri dapat ditransfer ke sekolah dengan segera.

Proses pembelajaran disekolah, terutama untuk komponen pembelajaran praktik produktif perlu melibatkan unsur institusi pasangan. Praktik produktif akan lebih luwes diajarkan oleh orang yang sehari-harinya melakukan pekerjaan-

pekerjaan tersebut. Begitu pula adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam praktik produktif akan dengan mudah diidentifikasi oleh orang yang sudah terbiasa dan mahir melakukannya. Proses pelibatan institusi pasangan dalam pembelajaran disekolah dapat sebagai guru tamu atau sebagai anggota tim pendidik dalam suatu mata pelajaran.

Perlu dilakukan seleksi terhadap peserta didik yang dapat mengikuti praktik kerja industri (prakerin). Seleksi ini hendaknya didasarkan oleh kriteria tertentu yang ditetapkan secara bersama-sama antara sekolah dengan institusi pasangan. Kriteria sebaiknya lebih ditekankan pada kemampuan peserta didik dalam menguasai komponen produktif daripada sekedar pada kelas (tingkat) peserta didik. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil dari prakerin tersebut. Peserta didik yang belum menguasai materi pendidikan dan pelatihan sebaiknya tidak dipaksakan untuk mengikuti prakerin walaupun sudah berada pada semester 4.

Dalam menyusun target kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dalam prakerin hendak dengan melibatkan unsur institusi pasangan. Hal ini dimaksudkan agar kompetensi ini sesuai / relevan dengan kondisi lapangan.

Guru-guru yang dilibatkan sebagai pembimbing prakerin hendaknya guru yang memiliki kompetensi produktif yang sesuai dengan siswa yang dibimbing. Hal ini penting untuk memantau perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik dan mengarahkan siswa secara lebih mendalam.

Perlu dilakukan standarisasi secara bersama-sama antara SMK dengan institusi pasangan tentang kriteria siswa yang dinyatakan kompeten dalam mengikuti prakerin. Standar kelulusan ini tidak hanya terfokus pada nilai yang bersifat normatif atau administratif belaka tetapi lebih ditekankan pada standar kompetensi siswa setelah mengikuti prakerin. Standar ini disampaikan kepada siswa sebelum pelaksanaan prakerin sehingga siswa memiliki kesungguhan dalam melaksanakan prakerin. Selain itu adanya standar ini juga akan membuat kegiatan prakerin yang dilaksanakan oleh siswa lebih terfokus pada kompetensi yang telah ditetapkan bersama.

Kunjungan industri merupakan kegiatan yang sangat positif dalam menunjang kompetensi peserta didik serta memperluas wawasannya. Kegiatan ini secara nyata dibutuhkan oleh peserta didik. Namun dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pembenahan secara berkelanjutan.Dalam pelaksanaan kunjungan industri, tempat pelaksanaan hendaknya lebih diarahkan pada industri yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi program keahlian yang diselenggarakan oleh SMK. Hal ini dimaksudkan agar dapat memperluas wawasan keahlian peserta didik. Selain itu lokasi kunjungan industri sebaiknya juga yang memungkinkan peserta didik untuk mencari pekerjaan setelah lulus SMK.

Dalam ujian kompetensi hendaknya proses pelaksanaan ujian kompetensi menggunakan situasi yang ideal. Hal ini dapat ditempuh dengan cara menggunakan fasilitas institusi pasangan yang telah standar atau mendekati standar. Untuk memperlancar pelaksanaan ujian kompetensi, sekolah sebaiknya menyiapkan laboratorium yang terstandar.

Perlu dilakukan peninjauan kembali naskah kerjasama antara SMK dengan institusi pasangan dalam pemasaran alumni. Pihak sekolah melalui BKK harus selalu aktif meminta informasi kepada institusi pasangan terkait adanya rekrutmen pegawai baru di perusahaannya.

Selain itu, sekolah harus lebih terbuka menerima peran serta dari masyarakat terutama dari sektor industri untuk turut serta menentukan arah dan kualitas lulusan SMK kedepan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi dan memfungsikan komite sekolah / majelis sekolah.

3. Bagi Institusi Pasangan

Pendidikan sistem ganda merupakan kerjasama simbiosis mutualisme, artinya kerjasama ini kerjasama yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Bagi institusi pasangan, kegiatan pendidikan sistem ganda akan menguntukan karena perusahaannya akan terbantu dengan adanya peserta didik dari SMK yang sedang praktek. Dalam jangka panjang, adanya lulusan SMK yang berkualitas akan memacu peningkatan produktifitas perusahaan serta mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan training. Oleh karena institusi pasangan hendaknya selalu meningkatkan peran dan meningkatkan kerjasama dengan pihak SMK.

4. Bagi Kepala Dinas Pendidikan

Kepala dinas pendidikan selaku wakil dari pemerintah kota hendaknya membantu SMK dalam mewujudkan kerjasama antara SMK dengan membuat kebijakan-kebijakan dan sistem regulasi pendidikan yang mendorong terjalinnya

kerjasama yang produktif antara SMK dengan institusi pasangan. Termasuk didalamnya adalah menekankan institusi pasangan yang berada diwilayah kerjanya untuk merekrut pegawai dari lulusan SMK lokal.

Selain itu dinas pendidikan hendaknya mendorong peran serta masyarakat terutama masyarakat industri untuk berperan secara aktif dalam proses pendidikan dan pelatihan di SMK dalam semua aspek pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. dan Jabar, C.S.A (2010). Evaluasi Program Pendidikan (Edisi Kedua), Jakarta : Bumi Aksara

Beckner, W. & Cornett. D.J., The Secondary School Curriculum- Content and Structrure. Intexs Educational Publisher. Scranton-San Fransisco-Toronto- London.

Bogdan, R.C. & Biklen S.K. (1982). Qualitative Research for Education : An Introduction to Theory and Methode. Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Bungin, B. (2008). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Brady Laurie, (1990). Curriculum Development Third Edition Australia: Prentica Hall.

Creswel W. John (1998). Qualitative Inquiry And Research Design. Choosing Among Five Traditions. USA : Sage Publications, Inc.

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, (2008) Potret Kemajuan Pendidikan Dasar dan Menengah : Dari Mutu Menuju Akses. Jakarta. Digandakan oleh : Bagian Proyek Kegiatan Penyusunan Pengembangan Kurikulum / Bahan Ajar dan Model Pembelajaran Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. (2004) Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta : Digandakan oleh : Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun Anggaran 2004.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. (2010) Garis-Garis Besar Program Pembinaan SMK tahun 2010. Tersedia di www.ditmenjur.go.id,

Djohar, A. (2007) Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. dalam Ali, M., Ibrahim,R. Sukmadinata, NS. Sudjana, D. dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan : Handbook. Bandung: Pedagogiana Press. (Halaman 1285-1300)

Djoyonegoro, W. 2002. "Link and Match" atau Reformasi Pendidikan yang Berkelanjutan. dalam Syarif, Ikhwanuddin. Murtadlo, Dodo (Editor). Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru 70 tahun Prof. Dr. HAR Tilaar,M.Sc.Ed. Jakarta Grasindo (Halaman 261-279)

Domu, I. (2008) Link and Match sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai ‘Kunci Pas’ atau ‘Kunci Inggris’ terhadap Dunia Kerja. Abdimas, Vol. 1 No.2 Desember 2008.

Fauziah, (2009) Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistim Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh, Tesis, Medan : Tidak diterbitkan.

Guba, E.G; dan Lincoln, Y.S. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications.

Hafid, T. dan Anwar, (2008) Evaluasi Terhadap Pelaksaan Program Pendidikan Sistem Ganda Pada Smk Di Sulawesi Tenggara, [Online] Available at : http://www.google.co.id/search?client=firefox-

a&channel=s&hl=id&source=hp&q=jurnal%2C+pendidikan+sistem+ganda %2C+evaluasi&meta=&btnG=Penelusuran+Google, December 5, 2010. Hamalik, Oemar. (1990) Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Kejuruan,

Kewiraswastaan dan Manajemen. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

Hasan,S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung : SPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya.

http://download.smkdki.net/index.php?dir=KUMPULAN_MATERI_BIMTEK_P ELATIHAN, [Online] 5 November 2010.

http://www.pendidikan-diy.go.id/?view=baca_berita&id_sub=1482. [Online] 5 November 2010.

Idi, A. (2007). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta : Ar Ruzz Media.

Isaac,S., Michael, W.B. (1984). Handbook in research and evaluation. California: Edith Publishers.

Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI-Press.

Miller, J.P. and Seller, W. (1985). Curriculum: Perpectives and Practice. New York: Longman.

Moleong, L.J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitattf. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muliati, A. (2008) Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (Suatu Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan

2005/2007),[Online] Available at :

http://www.damandiri.or.id/file/muliatyunjbab.pdf, December 5, 2010. Murdiono. (2010). Pendidikan Sistem Ganda(PSG) Sebagai Upaya Peningkatan

Kompetensi Lulusan SMK Ma’arif NU Bobotsari, [Online] Available at :

http://pasca.uns.ac.id/?p=1170, December 5, 2010.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurharjadmo,W. (2008), Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda Di Sekolah Kejuruan, Spirit Publik Volume 4, Nomor 2 Halaman: 215 – 228 ISSN.

Oliva, P.F.(1992). Developing the Curicculum. New York: Harper Collins Publisher.

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design. Australia : Allen & Unwin

Purnomo, E. dan Munadi, S. (2005), Evaluasi Hasil Belajar Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Sekolah Menengah Kejuruan, Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2

Samidjo, (2008) Sekolah Kejuruan dan Permasalahannya, Wacana Akademika, Volume 3, Nomor 4, Juli 2008 : 305-392.

Samsudi,(2008). “Daya Serap Lulusan SMK Masih Rendah”, Disampaikan pada Pidato Dies Natalis ke-43 Unnes, Republika,Online, 2008. (http://202.155.208./cetak_beritaasp?id=328575&kat_id=23&=Online,) Satori, Dj. dan Komariah, A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung :

Saylor, J.G; Alexander, W.M; and Lewis, A.J. (1981). Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. Tokyo: Holt-Saunders Japan.

Schippers, Uwe. Patriana, Djadjang Madya. (1994) Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Bandung : Angkasa.

Shaughnessy, J. J. et al. (2003). Research Methods in Psychology. New York: McGraw-Hill Higher Education.

Sonhadji KH,.A. (1998) Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di Suatu Sekolah Menengah Kejuruan : Studi Kasus dengan Pendekatan Kualitatif. Forum Penelitian Pendidikan Tahun 10, Desember 1998, hal. 17-34.

Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2008). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen). Bandung: Refika Aditama. Sumadi, Ujian Kompetensi pada Pendidikan Sistem Ganda di Jerman, [Online]

Available at :

http://www.smkn1trucuk.sch.id/?pilih=artikel&action=baca&id=16, December 5, 2010.

Sumantri, M. (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumantri, M, Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Taba, H. (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Harcourt, Brace, and Worl.

Tanuatmadja, D. (2008). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab

Tantangan Pengangguran dan Entrepreneurship, Jurnal Pendidikan

Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008. Tribun Jabar, 6 Januari 2009.

Tyler, R.W (1949), Basic Principles in Curriculum and Instruction. Chicago : University of Chicago Pres

Wena M. (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito.

Worthen, B.R. dan Sanders, J.R. (1979). Educational Evaluation : Alternative Approaches and Practical Guidelines. New York & London : Longman. Zais, R.S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. USA: Harper and

Row Publishers, inc.

Zamroni. (2000). Paradigma pendidikan Masa Depan. Jakarta: Bigraf Publishing. (http://www.tekkomdik-sumbar.org/wacana_pdd_frameset.html)

Pedoman dan Perundang-undangan:

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Edisi Tahun 1999, Jakarta: Depdikbud.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2006). Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA. (2007). Panduan Penyelenggaraan Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Jakarta: Depdikbud.

Kepmendikbud No. 080/V/1993 tentang Pembentukan Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Pembentukan Dewan Pendidikan dan komite sekolah. Jakarta : Depdikbud.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta : Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI). Jakarta : Depdiknas.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Jakarta : Depdiknas.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1999 tentang pengesahan ILO convention no. 138 concerning minimum age for admission to employment (konvensi ILO mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja).

SKB Mendikbud Nomor 0217/U/1994 dan Kadin Nomor 044/SKEP/KU/VIII/1994. Jakarta : Depdikbud.

Dokumen terkait