• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENDIDIKAN SISTEM GANDA : Studi di SMK Negeri 1 Metro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PENDIDIKAN SISTEM GANDA : Studi di SMK Negeri 1 Metro."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

i

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

LEMBAR PERNYATAAN ... ix

MOTTO ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Batasan Masalah ... 10

E. Definisi Istilah ... 11

F. Kerangka Berpikir ... 12

G. Tujuan Penelitian ... 14

H. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Evaluasi ... 16

1. Pengertian Evaluasi... ... 16

2. Tujuan Evaluasi ... 18

3. Jenis-Jenis Evaluasi ... 19

4. Model-Model Evaluasi ... 20

5. Evaluasi Program ... 23

6. Penelitian Evaluasi ... 25

(2)

ii

2. Tujuan Pendidikan Kejuruan ... 31

3. Model Pendidikan Kejuruan ... 32

4. Jenjang Pendidikan Kejuruan ... 34

5. Karakteristik Pendidikan Kejuruan ... 36

6. Kurikulum Pendidikan Kejuruan ... 37

C. Pendidikan Sistem Ganda ... 46

1. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda ... 46

2. Tujuan Pendidikan Sistem Ganda ... 49

3. Manajemen Pendidikan Sistem Ganda ... 49

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 63

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 65

C. Teknik Pengumpulan Data ... 66

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 82

1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda ... 82

a) Pengelolaan Pendidikan Sistem Ganda ... 83

b) Penerimaan Peserta Didik Baru ... 88

c) Penyusunan Kurikulum ... 90

d) Pembelajaran di Sekolah ... 91

e) Praktik Kerja Industri ... 94

f) Kunjungan Industri ... 101

g) Ujian Kompetensi ... 102

h) Pemasaran Alumni ... 104

2. Kesesuaian Antara Pelaksanaan PSG dengan Standar pelaksanaan PSG yang Ditentukan Sekolah ... .. 107

(3)

iii

c) Penyusunan Kurikulum ... 110

d) Pembelajaran di Sekolah ... 111

e) Praktik Kerja Industri (Prakerin) ... 112

f) Kunjungan Industri ... 114

g) Ujian Kompetensi ... 116

h) Pemasaran Alumni ... 117

3. Faktor Pendukung dan Penghambat PSG ... 118

a) Faktor Pendukung ... 118

b) Faktor Penghambat ... 120

B. Analisis Data ... 122

C. Pembahasan ... 127

1. Pengelolaan PSG ... 127

2. Penerimaan Peserta Didik Baru ... 136

3. Penyusunan Kurikulum ... 138

4. Pembelajaran di Sekolah ... 141

5. Praktek Kerja Industri (Prakerin) ... 142

6. Kunjungan Industri ... 153

7. Ujian Kompetensi ... 157

8. Pemasaran Alumni ... 160

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 161

1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda ... 161

2. Kesesuaian Antara Pelaksanaan PSG dengan Standar Pelaksanaan . 164 3. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 165

B. Rekomendasi ... 165

DAFTAR PUSTAKA... 172

(4)

iv

Tabel 4.1. Rekapitulasi Jumlah Guru SMK Negeri 1 Metro ... 93

Tabel 4.2. Alokasi Waktu Pelaksanaan Prakerin TP.2010/2011 ... 94

(5)

v

Gambar 1.1. Hubungan mutu dan relevansi dengan sebutan SMK ... 5

Gambar 1.2. Kerangka Berfikir Penelitian ... 13

Gambar 2.1 Komponen-Komponen Kurikulum yang merupakan Sistem. ... 40

Gambar 4.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian. ... 81

Gambar 4.1 Proses Pembentukan Lulusan dalam PSG. ... 122

Gambar 4.2 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kejuruan. ... 140

Gambar 4.3 Siklus Kegiatan Prakerin. ... 144

Gambar 4.4 PSG Model Block Release. ... 150

Gambar 4.5 PSG Model Day Release. ... 150

Gambar 4.6 Pola Pembagian Waktu PSG Model Day Release. ... 151

Gambar 4.7 PSG Model Hour Release. ... 151

Gambar 4.8 Pola Pembagian Waktu PSG Model Hour Release. ... 152

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

yang semakin ketat dan kompetitif. Melalui kesepakatan global ini, tenaga kerja

dan hasil-hasil produksi dari suatu negara dapat dengan leluasa masuk ke negara

lain tanpa adanya pembatasan. Bila peningkatan kualitas tenaga kerja tidak

dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan suatu bangsa akan menjadi buruh di

negeri sendiri. Oleh karena itu meningkatkan kualitas pendidikan sehingga

menghasilkan lulusan yang terampil, professional, serta memiliki daya saing yang

tinggi sudah menjadi keniscayaan.

Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

melesat begitu pesat, terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi,

juga menuntut kita untuk merespon secara tepat. Akselerasi pembangunan Bangsa

Indonesia akan semakin jauh tertinggal manakala proses pendidikan tidak

didukung dan diiringi oleh IPTEK yang relevan. Begitupula dengan pembangunan

pendidikan mesti didukung oleh sarana dan perangkat yang memadai dan

dilaksanakan dengan metodologi dan sistem yang inovatif. Untuk mewujudkan

lulusan / tenaga kerja yang bermutu, terampil, inovatif, tanggap terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi, memiliki daya saing dan daya

serap ke dunia kerja, pemerintah mengembangkan kebijakan link and match.

(8)

Kebijakan ini diharapkan akan menjembatani kesenjangan antara harapan dunia

usaha terkait dengan kompetensi calon tenaga kerja dengan institusi (sekolah)

yang mendidik dan melatih tenaga kerja. Pendidikan bagi calon tenaga kerja yang

bermutu dan relevan dengan kebutuhan institusi pasangan merupakan kunci agar

bangsa kita mampu bersaing dalam kancah internasional.

Pendidikan yang berorientasi pada pembentukan tenaga kerja praktis

(vocational education) dilaksanakan pada berbagai jalur dan jenjang. Jalur

pendidikan kejuruan meliputi pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

Jenjang pendidikan vokasional tingkat menengah pada jalur formal yaitu sekolah

menengah kejuruan, dilanjutkan pada jenjang pendidikan volasional di perguruan

tinggi meliputi pendidikan vokasi yang diselenggarakan di akademi dan

politeknik, pendidikan profesi yang diselenggarakan setelah menyelesaikan

jenjang pendidikan sarjana (S1) dan pendidikan spesialis yang diselenggarakan

setelah menyelesaikan pendidikan akademik pascasarjana (S2).

Selain melalui pendidikan formal pendidikan vokasional juga dapat

ditempuh melalui jalur nonformal yang dilaksanakan melalui lembaga-lembaga

kursus dan pelatihan-pelatihan ketrampilan. Pendidikan vokasional pada jalur

nonformal juga dilaksanakan secara berjenjang mulai dari pendidikan ketrampilan

yang bersifat teknis, teknis lanjutan sampai dengan pendidikan ketrampilan

manajerial.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

(9)

sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau

MTs (UU Nomor 20 tahun 2003). Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah

menyiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap

profesional.

Pendidikan menengah kejuruan berfungsi: (a) meningkatkan, menghayati,

dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur; (b)

meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta

tanah air; (c) membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan

masyarakat; (d) meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta

mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni; (e) menyalurkan bakat dan

kemampuan di bidang olahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani

maupun prestasi; dan (f) meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup

mandiri di masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan

tinggi. Melalui pendidikan kejuruan ini, peserta didik diharapkan memiliki bekal

umum untuk menghadapi kehidupan dan secara khusus memiliki kemampuan dan

keterampilan untuk bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Selain disiapkan

untuk mengisi formasi pekerjaan di bidang pekerjaan tertentu, lulusan SMK

diharapkan dapat mengikuti pendidikan lanjutan ke jenjang yang lebih tinggi

dengan baik.

Upaya-upaya untuk merevitalisasi SMK terus dilakukan, namun sampai saat ini

konsentrasi pemerintah masih terfokus pada kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari

(10)

kita. Diantaranya adalah: pertama, masih rendahnya kualitas atau mutu

pendidikan. Kedua, adalah belum adanya pemerataan dalam memperoleh akses di

bidang pendidikan. Ketiga, tidak adanya efisiensi dalam penyelenggaraan

pendidikan. Disamping itu persoalan yang keempat adalah belum adanya

demokratisasi pendidikan. Peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan masih

sangat terbatas (Nurharjadmo, 2008:1). Khusus untuk sekolah kejuruan, persoalan

yang dirasakan sangat penting berkaitan dengan ketidakmampuan lulusan dalam

memasuki lapangan kerja. Hal itu disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara

"supply" lulusan dengan kecilnya "demand". Selain itu juga kualitas dan relevansi

lulusan yang memang jauh dari kehendak pasar.

Salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk

mengantisipasi hal itu adalah kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (dual sistem).

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang diselenggarakan pada sekolah menengah

kejuruan merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan "link and match"

antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan PSG

menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara

sitematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program keahlian

yang diperoleh langsung di perusahaan. Sistem ini berusaha mengintegrasikan

kepentingan dunia pendidikan dengan dunia industri. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan kualitas dan relevansi lulusan pendidikan, khususnya Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), baik pengetahuan, ketrampilan maupun etos kerja yang

(11)

Melalui pendidikan si

relevansi yang dimiliki

Kebijakan link

kesesuaiannya denga

menyelenggarakan pro

Pola penyelenggaraan

sudah nyata membuat

yang dibutuhkan duni

prinsip "keterkaitan da

dan relevansi. Mutu m

didemonstrasikan ole

pelatihan, sedangkan

diajarkan oleh SMK d

Korelasi an

sistem ganda ini diharapkan ada kesesuaian a

liki lulusan, dengan tuntutan dunia kerja.

nk and match untuk meningkatkan kompeten

ngan kebutuhan dunia nyata memaksa

proses pendidikan dengan selalu melibatkan duni

an pendidikan secara sepihak oleh sekolah saja

uat kompetensi lulusan SMK tidak relevan den

unia kerja. Penyelenggaraan diklat pada SMK

dan kesepadanan" yang berorientasi kepada pe

u mengacu pada peningkatan kualitas kompeten

oleh peserta didik setelah mengikuti proses

an relevan berarti adanya kesesuaian antara k

dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh indu

Gambar 1.1

antara mutu dan relevansi pendidikan dengan s (Sumber : http://download./mkdki.net/)

n antara mutu dan

tensi lulusan dan

sekolah untuk

unia usaha/industri.

aja (school center)

engan kompetensi

K dilandasi oleh

peningkatan mutu

tensi yang mampu

s pendidikan dan

kompetensi yang

ndustri.

(12)

Dalam rangka menghasilkan lulusan yang relevan, maka keterlibatan sektor

industri dalam proses pendidikan merupakan keniscayaan. Oleh karena itu tidak

bisa ditangani hanya oleh SMK, tetapi harus melibatkan pihak-pihak yang terkait

dengan dunia kerja, khususnya dunia usaha dan industri, termasuk

organisasi-organisasi yang ada di dunia usaha dan asosiasi keahlian. Untuk mencapai

keterkaitan dan kesesuaian antara SMK dengan institusi pasangan, maka

diselenggarakan pendidikan sistem ganda (PSG). PSG bukanlah kegiatan yang

terlepas (mandiri) dari proses pendidikan secara keseluruhan, tetapi merupakan

bagian integral dari proses pendidikan di SMK secara keseluruhan mulai dari

proses penerimaan peserta didik baru hingga pemasaran lulusan. Oleh karena itu,

setiap kegiatan sekolah selalu terintegrasi didalamnya program pendidikan sistem

ganda. Untuk dapat melaksanakan pendidikan sistem ganda, setidaknya terdapat

tiga lembaga yang harus ada, yaitu sekolah, institusi pasangan selaku institusi

pasangan dan majelis sekolah selaku mediator antara keduanya. Antara ketiga

lembaga ini harus terjalin kerjasama yang erat agar pelaksanaan pendidikan sistem

ganda, agar proses pendidikan di SMK dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu pihak dunia usaha/industri harus terlibat mulai dari proses

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pendidikan. Hal

ini juga disarankan oleh Domu (2008:590) bahwa “Link and Match bukan hanya

dalam kegiatan praktek siswa, tetapi juga dalam merancang, melaksanakan, dan

mengevaluasi materi pelajaran terkait.” Keterlibatan pihak dunia usaha/industri ini

tidak hanya pada kegiatan praktek kerja industri saja tetapi seluruh kegiatan

(13)

penyelenggaraan pembelajaran di sekolah, penyelenggaraan praktek kerja industri

(prakerin), ujian kompetensi sampai dengan pemasaran alumni ke dunia kerja.

Dengan konsep pendidikan sistem ganda ini diharapkan, lulusan sekolah menengah

kejuruan dapat terserap dengan secara maksimal ke dunia kerja, karena dari segi

kompetensi lulusannya sudah diakui oleh dunia kerja begitu pula dengan

relevansinya terhadap dunia kerja.

Harapan pemerintah terhadap lulusan sekolah kejuruan ternyata belum

memenuhi harapan yang diinginkan. Karena dalam kenyataan yang terjadi masih

jauh dari harapan, yaitu masih rendahnya jumlah lulusan SMK yang terserap dunia

kerja. Dalam laporan BPS sebagaimana disampaikan Deputi Bidang Statistik Sosial

BPS Arizal Ahnaf (Tribun Jabar, 6 Januari 2009) menyatakan :

“Angka pengangguran pada Agustus 2008 berdasarkan pendidikan didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Data Badan Pusat Statistik atau BPS menyebutkan, lulusan SMK tertinggi yakni 17,26 persen, disusul tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas) 14,31 persen, lulusan universitas 12,59 persen, serta Diploma I/II/III 11,21 persen. Tamatan SD ke bawah justru paling sedikit menganggur yakni 4,57 persen dan SMP 9,39 persen.”

Lulusan sekolah menengah kejuruan yang diproyeksikan sejak awal untuk

menjadi lulusan yang siap kerja dalam kenyataannya menduduki peringkat pertama

dalam menyumbangkan pengangguran. Padahal persentase lulusan SMA jauh lebih

banyak daripada lulusan SMK. Dengan memperhatikan persentase pengangguran

berdasarkan jenis pendidikan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwasanya lulusan

SMK belum menjadi pilihan bagi dunia kerja dalam perekrutan tenaga kerja.

Sekaitan dengan keterserapan SMK di dunia kerja, menurut (Samsudi,

(14)

“...idealnya secara nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki dunia kerja sekitar 80-85%, sedang selama ini yang terserap baru 61%. Pada tahun 2006 lulusan SMK di Indonesia mencapai 628.285 orang, sedangkan proyeksi penyerapan atau kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK tahun 2007 hanya 385.986 atau sekitar 61,43%”.

Data yang dikemukan di atas semakin memperjelas bagi kita tentang peran serta

SMK dalam menyumbangkan pengangguran setiap tahunnya kepada bangsa

Indonesia, yaitu sekitar 39 persen dari lulusan SMK setiap tahunnya.

Dalam perkembangan berikutnyanya, Direktur Pendidikan Menengah

Kejuruan, Joko Sutrisno Selasa (26/1/2010) di Jakarta menyampaikan "Kalau

tahun ini daya serap lulusan ke pasar kerja baru 50 persen, maka tiap tahun

diharapkan ada kenaikan 5 persen sehingga pada 2014 lulusan SMK bisa terserap

70 persen ke dunia kerja"

(http://www.pendidikan-diy.go.id/?view=baca_berita&id_sub=1482).

Sajian data terkait rendahnya daya serap lulusan SMK oleh lapangan kerja

ini menunjukkan bahwa lulusan SMK masih belum menjadi primadona bagi dunia

kerja. Dengan dasar itulah penulis menaruh minat untuk melakukan penelitian

tentang Evaluasi Pendidikan Sistem Ganda (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Metro).

B. Fokus Penelitian

Pendidikan sistem ganda merupakan pendidikan yang dilaksanakan secara

sinkron dan sistematis antara SMK dengan institusi pasangan terhadap peserta

didik yang diarahkan untuk mencetak peserta didik agar kompeten dalam bidang

tertentu. Konsep pendidikan ini merupakan perubahan dari konsep pendidikan

(15)

pasangan/perusahaan mitra hanya bertindak sebagai instansi yang berperan hanya

sebagai tempat praktik.

Dengan perubahan sistem ini, diharapkan dapat meningkatkan peran

institusi pasangan dari peran sebagai objek menjadi subjek serta menghasilkan

lulusan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Namun apakah proses

pendidikan sistem ganda sudah sesuai dengan yang telah digariskan secara

konseptual oleh pemerintah? Penelitian berusaha mengevaluasi pendidikan

sistem ganda dengan berfokus pada keterlibatan / peran institusi pasangan dalam

proses pendidikan sistem ganda di SMK.

C. Rumusan Masalah

Tujuan utama pendidikan kejuruan adalah mendidik siswa sehingga mampu

untuk siap bekerja pada bidang tertentu dengan adaptasi yang minimal.

Indikator keberhasilan sekolah menengah kejuruan adalah sejauhmana lulusan

SMK mampu diserap oleh dunia kerja. Untuk menciptakan keselarasan

(relevansi) yang maksimal, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan

Nasional telah menetapkan sebuah kebijaksanaan kesetaraan dan kesepadanan

atau link and match. Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut pada tataran

implementasinya dilaksanakan dengan pendidikan sistem ganda (PSG). PSG

adalah suatu bentuk pengelolaan pendidikan yang diselenggarakan secara

bersama-sama antara SMK dengan institusi pasangan (perusahaan, institusi,

industri) mulai dari proses penerimaan peserta didik baru sampai dengan

pemasaran alumni. Dengan model ini diharapkan akan dapat menjembatani

(16)

pasangan dengan kualitas lulusan yang di hasilkan oleh SMK. Dengan asumsi ini

diharapkan lulusan SMK dapat diterima oleh institusi pasangan sehingga dapat

menurunkan angka pengangguran.

Pada kenyataannya, sampai dengan tahun 2010 keterserapan lulusan SMK

masih sangat minim. Berdasarkan data yang dilaporkan Direktur Pembinaan

SMK, jumlah lulusan SMK baru 50% setiap tahunnya. Dengan kondisi tersebut

penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan PSG dalam aspek pengelolaan, implementasi PSG

dalam penerimaan peserta didik baru, implementasi PSG dalam penyusunan

kurikulum, implementasi PSG dalam proses pembelajaran di sekolah,

implementasi PSG dalam praktek kerja industri, implementasi PSG dalam

kunjungan industri, implementasi PSG dalam kegiatan ujian kompetensi dan

implementasi PSG dalam pemasaran alumni.

2. Apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan PSG dengan standar pelaksanaan

PSG yang ditentukan oleh sekolah ?

3. Apasajakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat

keterlibatan peran institusi pasangan dalam implementasi pendidikan sistem

ganda?

D. Batasan Masalah

Pendidikan sistem ganda memiliki banyak dimensi dalam pelaksanaannya,

seperti manajemen pendidikan sistem ganda, pembiayaan pendidikan sistem

(17)

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti dalam penelitian ini serta

agar penelitian ini lebih fokus, maka dalam kegiatan penelitian dibatasi pada

keterlibatan institusi pasangan / industri dalam pendidikan sistem ganda. Dari

aspek tempat dan waktu penelitian, kegiatan penelitian terbatas pada kegiatan

PSG yang berlangsung di SMK Negeri 1 Metro tahun pembelajaran 2010/2011.

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran, maka perlu dijelaskan

beberapa istilah penting yang berkaitan dengan topik dan judul penelitian:

1. Evaluasi

Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan evaluasi adalah upaya yang

dilakukan untuk mencari informasi dan mengetahui tentang adanya kesesuaian /

ketidaksesuaian konsep pendidikan sistem ganda dan standar sekolah dalam

pelaksanaan pendidikan sistem ganda terhadap implementasinya dan untuk

mengetahui secara menyeluruh tentang pelaksanaan kegiatan tersebut.

2. Pendidikan Sistem Ganda

Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan

keahlian professional yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara

program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang

diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai

suatu tingkat keahlian professional tertentu.

3. Institusi Pasangan

Institusi pasangan adalah perusahaan, industri, instansi baik milik

(18)

mitra sekolah menengah kejuruan dalam menyelenggarakan pendidikan sistem

ganda. Dalam beberapa literatur istilah institusi pasangan lazim pula disebut

DUDI yang merupakan singkatan dari Dunia Usaha dan Dunia Industri yang

menjadi mitra SMK dalam PSG.

4. Praktek Kerja Industri (Prakerin)

Praktik kerja industri adalah kegiatan pembelajaran praktikum siswa yang

diselenggarakan secara langsung di institusi pasangan.

5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah menengah kejuruan adalah lembaga pendidikan formal milik

pemerintah atau swasta yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada bidang

keahlian tertentu.

6. Majelis Sekolah

Organisasi yang dibentuk secara bersama-sama antara sekolah dengan

institusi pasangan untuk melaksanakan koordinasi / mediasi antara sekolah dengan

institusi pasangan dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda.

F. Kerangka Berfikir

Penelitian ini berusaha untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan

pendidikan sistem ganda. Evaluasi yang dilakukan meliputi komponen proses

penyusunan, pelaksanaan program dan penilaian program pendidikan sistem

ganda. Kegiatan evaluasi ini berusaha untuk mengetahui apakah yang menjadi

standar sekolah dalam kegiatan pendidikan sistem ganda yang

(19)

Dengan diterapkannya Pendidikan Si/tem Ganda di SMK, idealnya

lulu/an SMK dapat diterima di/erap oleh dunia kerja /ecara

mak/imal.

Pada Kenyataanya, Daya /erap dunia kerja terhadap lulu/an SMK belum mak/imal. Sampai dengan tahun 2010 daya /erapnya baru 50%. (Depdikna/,

2010)

Evalua/i Pendidikan Si/tem Ganda

Ke/impulan & Rekomenda/i

Anali/i/ Standar Pelak/anaan Ideal

PSG Di/krip/i Pelak/anaan

Pendidikan Si/tem Ganda di SMK

Anali/i/ Standar Pelak/anaan PSG oleh

Sekolah Pertanyaan Penelitian :

Bagaimanakah Pelak/anaan Pro/e/ Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan dalam mengimplementa/ikan Pendidikan Si/tem Ganda ?

Tujuan :

Menetapkan faktor-faktor dalam pelak/anaan pendidikian /i/tem ganda yang berdampak pada rendahnya daya /erap dunia kerja terhadap lulu/an SMK. dilaksanakannya, serta melakukan evaluasi pelaksanaan pendidikan sistem ganda

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh sekolah dan kriteria baku dalam

pendidikan sistem ganda.

(20)

G. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan memperoleh data tentang proses-proses

pendidikan yang harus diperbaiki dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda di SMK

Negeri 1 Metro ditinjau dari aspek keterlibatan peran institusi pasangan. Berdasarkan

hasil temuan dan evaluasi, selain digunakan untuk perbaikan ke dalam, diharapkan juga

dapat dijadikan bahan perbaikan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada

sekolah-sekolah lainnya yang dipandang memiliki transferabilitas yang layak.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh data tentang proses-proses pendidikan yang harus diperbaiki tentang

keterlibatan peran institusi pasangan dalam pengelolaan pendidikan sistem

ganda, penerimaan peserta didik baru, penyusunan kurikulum, proses

pembelajaran di sekolah, praktek kerja industri, kunjungan industri, ujian

kompetensi, dan dalam pemasaran alumni.

2. Menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan peran

institusi pasangan dalam implementasi pendidikan sistem ganda.

H. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis

dan manfaat secara praktis.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan prinsip-prinsip yang

(21)

mewujudkan lulusan yang trampil, mampu beradaptasi dengan dunia kerja yang

berdampak pada daya serap lulusan SMK secara optimal. Hasil temuan juga

diharapkan memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pengelola

pendidikan sistem ganda dalam memaksimalkan kegiatan. Dengan demikian,

diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan pendidikan

khususnya pada penyelenggaraan pendidikan sistem ganda.

2. Secara Praktis

Setelah penelitian ini selesai, diharapkan dapat memberikan sumbangan

konkrit berupa :

a) Masukan bagi guru dalam menerapkan konsep pendidikan sistem ganda yang

bersesuaian dengan bidang tugasnya masing-masing.

b) Masukan bagi kepala sekolah, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan pembinaan dan menetapkan suatu kebijakan

dalam rangka mengoptimalkan pendidikan sistem ganda.

c) Masukan bagi dinas pendidikan untuk menentukan kebijakan pendidikan

sistem ganda di wilayah kerjanya.

d) Sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya yang

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini

menggunakan metode penelitian evaluatif dengan pendekatan kualitatif. Hasan

(2008:228) mengatakan bahwa ciri khas dari metode evaluasi kualitatif ini adalah

fokus utamanya adalah proses pelaksanaan kurikulum. Sukmadinata (2009: 121)

mengatakan bahwa penelitian evaluatif diperlukan untuk merancang,

menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Dalam

merancang suatu program/kegiatan diperlukan data hasil evaluasi tentang program

atau kegiatan pendidikan yang lalu, kondisi yang ada serta tuntutan dan kebutuhan

bagi program baru. Selanjutnya Sukmadinata (2009: 121) mengatakan bahwa

secara lebih rinci tujuan penelitian evaluatif adalah; (1) Membantu perencanaan

untuk pelaksanaan program, (2) Membantu dalam penentuan keputusan

penyempurnaan atau perubahan program, (3) Membantu dalam penentuan

keputusan keberlanjutan atau penghentian program, (4) Menemukan fakta-fakta

dukungan dan penolakan terhadap program, dan (5) Memberikan sumbangan

dalam pemahaman proses psikologis, sosial, politik dalam pelaksanaan program

serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.

Hasan (2008:103) mengatakan bahwa suatu evaluasi formal harus

memberikan perhatian terhadap keadaan sebelum suatu kegiatan kelas

(23)

berlangsung dan terhadap keadaan kelas itu sendiri. Hasan (1988: 128) lebih

lanjut mengatakan bahwa model ini memberikan perhatian terhadap lingkungan

luas dimana suatu inovasi kurikulum dilakukan. Keberhasilan suatu implementasi

sebagai kurikulum dalam pengertian proses dapat dipahami dengan memberikan

perhatian terhadap lingkungan tersebut. Sedangkan Shaughnessy (2003: 88)

mengatakan bahwa “...The goals of naturalistic observation are to describe

behavior as it normally occurs and to examine relationships among variables”.

Pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik antara lain: (a) data langsung

diambil dari setting alami; (b) penentuan sampel dilakukan secara purposive; (c)

peneliti sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses dari pada

hasil, sehinggan bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data secara induktif atau

interprestasi bersifat idiografik; dan (f) mengutamakan makna di balik data

(Nasution, 2003:9). Penelitian kualitatif dalam pendidikan sering disebut inkuiri

naturalistik. Inkuiri naturalistik berarti proses pengkajian yang dilakukan pada

situasi lapangan yang alami (bukan di laboratorium), menggunakan

metode-metode alami (observasi, wawancara, dan lain-lain), dan peniliti berinteraksi

secara alami dengan subyek penelitian (Williams, 1988:53). Oleh karena itu

dalam penelitian ini peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan peneliti

mengkonsentrasikan perhatian dalam memahami perilaku, sikap, pendapat,

persepsi, dan sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti tersebut.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung dengan

subyek yang diteliti dengan cara mendeskripsikan kebijakan dan kegiatan

(24)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Metro untuk melihat

pengelolaan dan kinerjanya, serta di instansi/perusahaan pasangan untuk melihat

kinerja tempat pendidikan sistem ganda. Pertimbangan memilih lokasi penelitian

berdasarkan wilayah kerja, waktu, dan biaya. Subjek penelitian sebagai sumber data

dalam penelitian ini terdiri dari semua personil yang memberikan informasi

untuk kelengkapan data yang diperlukan. Sejalan dengan pendapat Nasution

(2003:11) bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan sampel yang acak dan

juga tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Dalam penelitian

kualitatif biasanya menggunakan sampel sedikit dan sampel dipilih menurut tujuan

penelitian. Sesuai dengan paradigma, masalah dan tujuan penelitian, subjek

penelitian yang ditetapkan adalah dari pihak pengelola program pendidikan sistem

ganda, pihak pelaksana program pendidikan sistem ganda di instansi/perusahaan,

dan siswa peserta program pendidikan sistem ganda.

Subjek penelitian dari pihak pengelola yaitu Kepala Sekolah SMK Negeri 1

Metro, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Bidang

Hubungan Masyarakat dan Industri sebagai pengelola program pendidikan sistem

ganda, dan guru pembimbing. Dari pihak pelaksana program pendidikan sistem

ganda di instansi/perusahaan adalah Kepala/direktur/kepala bagian/manajer

instansi dan instruktur di tempat tersebut. Subjek penelitian di atas

terus berkembang tergantung pada tujuan dan pertimbangan kelengkapan

(25)

C. Tehnik Pengumpulan Data

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, partisipan dalam penelitian

ini diambil secara purposive sampling (Lincoln & Guba, 1985:40). Hal ini

mengingat keragaman fenomena yang akan diteliti. Pemilihan informasi dicari

dari subjek yang benar-benar menguasai permasalahan dan memiliki ciri-ciri

spesifik dan terlibat dalam proses pengelolaan pendidikan sistem ganda. Teknik

pengumpulan data secara khusus dilaksanakan secara berikut :

1. Wawancara

Peneliti menggunakan wawancara untuk mengumpulkan data. Wawancara

mendalam adalah percakapan antara dua orang dengan maksud tertentu, dalam hal

ini adalah peneliti dengan informan. Jenis wawancara yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur karena jenis wawancara ini

mempunyai banyak kelebihan. Wawancara tidak terstruktur dapat dilakukan

secara lebih personal sehingga memungkinkan sekali diperolehnya informasi

sebanyak-banyaknya meskipun yang sifatnya rahasia dan sensitif sekalipun. Lebih

lanjut, memungkinkan sekali dicatatnya semua respon afektif yang tampak selama

wawancara berlangsung.

Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara ini adalah informasi

tentang diskripsi proses dan keterlibatan / peran institusi pasangan dalam :

pengelolaan pendidikan sistem ganda, PPDB, penyusunan kurikulum,

pembelajaran disekolah, prakerin, kunjungan industri, ujian kompetensi, dan

(26)

Sesuai dengan jenis wawancara yang digunakan, maka dalam setiap

wawancara tidak digunakan instrumen yang terstandar. Namun sebelum dilakukan

wawancara, terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang akan

ditanyakan kepada informan. Garis-garis besar pertanyaan disusun berdasarkan

fokus dan rumusan masalah penelitian. Selanjutnya sementara proses wawancara

berlangsung kadang-kadang diselipkan pertanyaan-pertanyaan pendalaman

(probing) yang bertujuan untuk menggali lebih dalam lagi tentang hal-hal yang

diwawancarakan. Pertanyaan-pertanyaan mendalam tersebut dikembangkan

secara spontan sewaktu proses wawancara berlangsung dengan tata urutan

berbentuk cerobong (the funnel sequence) dimulai dari hal-hal yang sifatnya

umum mengarah pada hal-hal yang sifatnya khusus.

Sebagai informan pertama adalah kepala sekolah karena selaku pimpinan

tertinggi disekolahnya tentu memiliki banyak informasi tentang sekolahnya dan

mengetahui situasi sekolahnya dengan baik. Selanjutnya kepala sekolah tersebut

diminta menunjukkan pihak yang bertanggung jawab/koordinator

penyelenggaraan PSG, serta satu, dua, atau lebih guru yang dapat dijadikan

informan selanjutnya. Begitu selesai diwawancarai, diantara para guru tersebut

juga diminta menunjukkan orang lain yang dapat dijadikan informan berikutnya.

Demikian seterusnya sehingga informan penelitian ini dipilih dengan

menggunakan teknik purposive atau purposeful sampling strategy (Creswell,

1998:118), yaitu dengan memilih orang-orang yang dianggap tahu tentang fokus

masalah secara mendalam dan bisa dipercaya untuk dijadikan sumber data, serta

(27)

sebelumnya untuk menunjukkan orang-orang lain yang dapat dijadikan informan

berkutnya (Bogdan dan Biklen, 1982:34). Jadi, penetapan informan disini bukan

didasarkan pada pemikiran bahwa para informan harus mewakili populasinya

tetapi informan itu harus dapat memberikan informasi yang diperlukan.

2. Observasi

Observasi digunakan dengan cara dimana peneliti memasuki, mengamati,

dan sekaligus berpartisipasi di dalam latar atau suasana tertentu. Observasi

digunakan untuk semakin melengkapi pengumpulan data dengan wawancara.

Suasana-suasana yang dapat dimasuiki dan diamati adalah: situasi sekolah,

fasilitas sekolah, proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas /

laboratorium / unit produksi, juga aktivitas siswa dan guru di luar kelas. Bahkan,

melalui observasi berperan serta dapat diperoleh informasi yang mendukung atau

menolak informasi yang ditemukan melalui wawancara. Peran yang sering

dimainkan peneliti dalam observasi ini adalah hadir secara pasif, berinteraksi

secara terbatas, dan aktif tapi terbatas yan dimaksudkan agar proses belajar

mengajar tidak terganggu.

3. Studi Dokumentasi

Untuk semakin melengkapi kegiatan mengumpulkan data, maka juga

digunakan dokumen-dokumen yang merupakan sumber non insani dengan alasan:

(a) tersedia dan murah dilihat dari konsumsi waktu; (b) dokumen dan rekaman

merupakan sumber informasi yang stabil, akurat, dan dapat dianalisis kembali;

(c) dokumen dan rekaman merupakan sumber informasi yang kaya secara

(28)

legal yang dapat memenuhi akuntabilitas; serta (e) bersifat non reaktif sehingga

tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.

Selama proses penelitian, ada beberapa dokumen yang telah dikumpulkan

dan dianalisis, diantara dokumen-dokumen tersebut ada yang dianalisis untuk

memahami kondisi-kondisi sekolah-sekolah yang dijadikan latar penelitian, yaitu:

(a) profil sekolah yang mencakup identitas sekolah, daftar guru menurut usia dan

latar belakang pendidikannya, daftar jumlah murid menurut kelas, pegawai,

rombongan belajar, prestasi sekolah, dan alumni; (b) kurikulum sekolah (c)

dokumen-dokumen dan perangkat administrasi yang berkaitan dengan PSG serta

(d) dokumen-dokumen lain yang dianggap perlu.

Di dalam setiap mengumpulkan data, baik melalui wawancara, observasi

dan studi dokumentasi digunakan beberapa alat yaitu: buku catatan, alat perekam

(tape recorder), juga kamera untuk mendokumentasikan perilaku atau peristiwa

penting yang muncul selama observasi. Sementara dalam setiap melakukan studi

dokumentasi digunakan format catatan lapangan.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Secara garis besar kegiatan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah

pokok sebagai berikut: (1) tahap pra-lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3)

analisis data, dan (4) tahap pelaporan.

1. Tahap Pra-lapangan.

Pelaksanaan pra-lapangan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

lengkap dan jelas mengenai lokasi/keadaan objek penelitian, gambaran umum

(29)

lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. Pada tahap ini secara umum

dilakukan kegiatan-kegiatan meliput: (1) penyusunan rancangan penelitian,

terutama dalam mentukan desain dan fokus penelitian; (2) memilih lapangan

penelitian yang sesuai dan mendukung kelancaran penelitian ini lebih

mempertimbangkan fokus dan tujuan penelitian, dalam hal ini peneliti memilih

SMK Negeri 1 Metro sebagai lokasi penelitian dengan alasan: telah menerapkan

program pendidikan sistem ganda, akses ke tempat peneliti relatif mudah supaya

kegiatan penelitian tidak terhambat oleh jarak dan waktu, sedangkan penelitian

kualitatif diperlukan intensitas yang cukup dengan pihak sekolah; (3) mengurus

perizinan, dari rektor melalui direktur SPS UPI; (4) menjejaki dan menilai

keadaan lingkungan tempat penelitian, dalam kegiatan ini peneliti mengunjungi

lokasi penelitian secara formal, menjejaki kemungkinan pelaksanaan penelitian,

berdialog dengan kepala sekolah kemungkinan pelaksanaan penelitian; (5)

memilih dan memanfaatkan informan; (6) menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan.

Pada tahap pekerjaan penelitian ini terdapat tiga kegiatan utama, yaitu: (1)

memahami latar penelitian dan persiapan diri; (2) memasuki lapangan; dan (3)

berperan serta sambil mengumpulkan data. Fokus masalah tentang implementasi

program pendidikan sistem ganda digali secara mendalam dalam kegiatan ini

dengan cara observasi, pengamatan, dan wawancara maupun studi dokumentasi.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap arah dan tujuan penelitian

secara purposif, dengan menggunakan pedoman pengamatan wawancara yang

(30)

pada pengumpulan data dan ketelitian serta ketelatenan peneliti, disamping

kelengkapan alat bantu yang memadai.

Bogdan dan Biklen (1982: 73-74) mengemukakan bahwa “keberhasilan

suatu penelitian naturalistik atau kualitatif sangat tergantung pada ketelitian dan

kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun peneliti.” Disamping

peneliti berusaha untuk mempertajam penelitian, juga melengkapi diri dengan alat

bantu catatan lapangan dan alat rekam suara (tape recording), video serta alat

bantu lain yang mendukung penelitian. Alat perekam tersebut digunakan untuk

merekam data dan informasi verbal dan non verbal serta kejadian nyata di

lapangan. Untuk penggunaan media perekam ini, peneliti mengkomfirmasikan

sebelumnya kepada responden dan menjaga kerahasiaan responden oleh peneliti.

Selama kegiatan pengambilan data di lapangan mengenai data program

pendidikan sistem ganda diperoleh, maka peneliti langsung memproses data dan

menganalisisnya dengan cara mereduksi data dan informasi yang telah diperoleh.

Dengan demikian dimungkinkan merangkum hal-hal penting secara sistematis

untuk menemukan fokus masalah serta memudahkan pelacakan kembali data yang

diperoleh bila diperlukan. Selanjutnya hasil rangkuman mengenai pokok-pokok

penelitian disajikan dalam bentuk catatan lapangan sebagai deskripsi data atau

temuan penelitian dalam bentuk penyajian disebut display data.

Setelah peneliti berada di lapangan dalam jangka waktu tertentu dan data

terkumpul hingga pada batas jenuh “point of redundancy” kemudian diolah,

(31)

berbagai konsep maupun kajian kepustakaan, selanjutnya disajikan sebagai hasil

penelitian.

3. Pengolahan Data

Analisis data yang dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan

penelitian berupa temuan penelitian. Analisis data adalah proses menyusun,

mengkategorikan data, mencari pola atau tema untuk ditafsirkan dengan maksud

untuk memahami maknanya. Merujuk pada Nasution (2003:129), prosedur

analisis data untuk disajikan dalam laporan hasil penelitian dengan

langkah-langkah, yaitu: reduksi data, “display data”, mengambil kesimpulan dan

verifikasi.

a. Reduksi data.

Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi data.

Kemudian data yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian

atau laporan yang terinci. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih

hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau

polanya. Tujuan reduksi data ini untuk memudahkan pemahaman terhadap data

yang sudah dikumpulkan. Reduksi data dilakukan dengan cara menyaring

data-data yang tidak berkaitan dengan pendidikan sistem ganda, sehingga memudahkan

peneliti untuk menganalisis pelaksanaan program pendidikan sistem ganda.

b. Display Data.

Setelah dilakukan reduksi data, kegiatan selanjutnya ialah membuat

rangkuman temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti dan

(32)

memahami gambaran keseluruhan dari aspek-aspek yang diteliti. Dengan

demikian akan dijadikan dasar untuk menafsirkan dan mengambil kesimpulan

hasil penelitian.

c. Uji Keabsahan Temuan Penelitian.

Dasar dari uji keabsahan adalah jawaban atas pertanyaan penelitian,

bagaimana peneliti dapat meyakinkan audiens bahwa temuan peneliti memiliki

nilai dan kegunaan; argumen apa yang dikemukakan oleh peneliti, kriteria apa

yang digunakan peneliti, pertanyaan apa yang akan dijawab melalui penelitian

tersebut.

Secara umum, Lincoln & Guba (1985: 290) mengemukakan empat kriteria

yang dijadikan dasar dalam menguji keabsahan penelitian kualitatif, yaitu:

kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.

1) Kredibilitas

Kredibilitas atau derajat kepercayaan merupakan ukuran kebenaran data

yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. Derajat kepercayaan atau

kredibilitas dapat dicapai dengan: (1) peneliti berada cukup lama di lapangan

diperkirakan bulan Maret 2011 sampai Juni 2011, (2) melakukan triangulasi

(teknik pemeriksaan keabsahan data dengan maksud mengecek atau pembanding

data tersebut yang dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu di luar data itu,

peneliti melaksanakan observasi terhadap hubungan siswa dengan guru di luar

jam pelajaran, wawancara dengan guru lain, dengan kepala sekolah.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

(33)

pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan

data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. “Data atau

informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data

itu dari sumber data lain” (Nasution, 2003:10). Tujuan triangulasi adalah

membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai

pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data.

Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan

data dalam penelitian ini perlu diperiksa kredibilitasnya, sehingga data penelitian

tersebut dapat dipertanggung-jawabkan dan dijadikan sebagai dasar yang kuat

dalam menarik simpulan. Bogdan dan Biklen (1982) menjelaskan, bahwa dalam

penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti merupakan instrumen utamanya.

Oleh karena itu, maka uji validitas dan realibitas instrumen penelitian bukan

dengan cara menguji-cobakan instrumen, melainkan melalui triangulasi.

Nasution (2003:114) menjelaskan, bahwa untuk menghindari terjadinya

keterlibatan dalam waktu lama yang melahirkan ‘kebablasan/kemunduran’ (going

native) disarankan adanya pengujian kesahihan data yang bertujuan untuk

membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti telah sesuai dengan apa yang

sesungguhnya ada dalam kenyataan dan sesuai dengan apa yang sebenarnya ada

dan yang akan terjadi.

Bungin (2008:254), untuk menghindari terjadinya keraguan terhadap hasil

penelitian, maka diperlukan mekanisme sistem pengujian keabsahan hasil

(34)

siklus kesamaan data; (3) ketekunan pengamatan; (4) triangulasi; (5) pengecekan

melalui diskusi; (6) kajian kasus negatif; (7) pengecekan anggota tim; (8)

kecukupan referensi; (9) uraian tugas; dan (10) auditing.

Untuk memperoleh data yang valid, dalam penelitian ini digunakan teknik

yang direkomendasikan Guba dan Lincoln (1985); Creswell (1998:202); dan

Nasution (2003:115), yaitu: triangulasi (triangulation) sumber data dan metode.

Oleh karena itu, untuk mempertinggi peluang mendapatkan temuan yang kredibel

peneliti tempuh melalui triangulasi. Sedangkan sebagai pelengkap, maka

digunakan juga teknik diskusi teman sejawat (reviewing/peer debriefing) dan

pengecekan mengenai ketercukupan referensi (referential adequacy checks).

Triangulasi dilakukan dalam penelitian ini untuk pengecekan keabsahan

data dengan memanfaatkan berbagai sumber sebagai bahan perbandingan.

Penggunaan triangulasi dalam studi kasus memungkinkan adanya hubungan

secara langsung dari ‘situasi data’ (Creswell, 1998:213). Moleong (2007:330)

memaparkan, bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Di sisi lain, uji keabsahan hasil penelitian

melalui triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan kejujuran peneliti, metode,

teori, dan sumber data merupakan cara yang paling penting dan mudah (Denzim

dalam Bungin, 2008:256).

Pertama, Triangulasi kejujuran peneliti (investigators triangulation).

Dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dan kemampuan merekam data

(35)

pengecekan langsung, wawancara ulang, serta merekam data yang sama di

lapangan. Seringkali dilakukan pada penelitian berkelompok.

Kedua, Triangulasi dengan sumber data (sources triangulation).

Dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara; apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara

pribadi; apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa

yang dikatakan sepanjang waktu; keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain; dan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah

berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan.

Ketiga, Triangulasi dengan metode (methods triangulation). Dilakukan

dengan mengecek penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang

didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, dan sebaliknya.

Tujuannya adalah mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.

Keempat, Triangulasi dengan teori (theories triangulation). Dilakukan

dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk mengorganisasikan data

yang barangkali mengarahkan pada upaya penemuan penelitian lainnya. Apabila

peneliti gagal menemukan informasi yang cukup kuat untuk menjelaskan kembali

informasi yang telah diperoleh, justru peneliti telah mendapat bukti bahwa derajat

kepercayaan hasil penelitian tinggi.

Secara khusus, penelitian ini menggunakan dua jenis triangulasi. Pertama,

triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil

(36)

oleh kepala sekolah sesuai atau tidak dengan kenyataan yang diamati.

Perbandingan-perbandingan di atas dimaksudkan sebagai pencarian benang merah

yang mengkaitkan antara pendapat, pandangan, pemikiran, dan ide-ide yang

bersifat ideal dengan hasil pengamatan peneliti di lapangan. Dengan demikian,

peneliti akan memperoleh kejelasan atas latar alasan terjadinya persamaan dan

perbedaan dari benang merah tersebut terutama dalam kaitannya dengan

pandangan ideal dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Kedua, triangulasi metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik

pengumpulan data, misalnya temuan tentang penggunaan buku sumber yang

dikeluarkan secara resmi oleh CIE (cambridge international examination) yang

akan dicek melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Mengecek

derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama, misalnya

cara guru mengajar di kelas akan dilakukan metode wawancara yang bersumber

dari guru yang bersangkutan dan dari siswa.

Informasi tentang beban belajar siswa yang dikumpulkan melalui teknik

wawancara dibandingkan dengan yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi,

misalnya melihat jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum. Sedangkan

triangulasi sumber data dilakukukan dengan cara menanyakan kebenaran

(37)

2) Transferabilitas.

Suatu temuan penelitian naturalistik berpeluang untuk diterapkan pada

konteks lain apabila ada kesamaan karakteristik antara setting penelitian dengan

setting penerapan. Lincoln & Guba (1985: 315) menjelaskan:

“The naturalist cannot specity the external validity of an inquiry, he or she can provide only the thick description necessary to enable some one interested in making an transfer to reach a conclusion about whether transfer can be contemplated as apossibility.”

Ini berarti bahwa dalam konteks transferabilitas, permasalahan dalam

kemampuan terapan adalah permasalahan bersama antara peneliti dengan

pemakai. Dalam hal ini, tugas peneliti adalah mendeskripsikan setting penelitian

secara utuh, menyeluruh, lengkap, mendalam dan rinci. Sedangkan tugas pemakai

adalah menerapkannya jika terhadap kesamaan antara setting penelitian dengan

setting penerapan.

3) Dependabilitas

Dalam penelitian kualitatif, uji dependabilitas dilakukan dengan melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Lincoln & Guba (1985: 515),

menyarankan agar keterhandalan atau dependability dapat diuji dengan menguji

proses dan produk. Menguji produk yaitu data, penemuan-penemuan,

interpretasi-interpretasi, rekomendasi-rekomendasi, dan membuktikannya bahwa hal itu

didukung oleh data. Dalam penelitian ini, peneliti melakukannya dengan

menggunakan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil

(38)

4) Konfirmabilitas.

Melakukan uji konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji

dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses

yang dilakukan, dalam arti bahwa bila hasil penelitian merupakan fungsi dari

proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi

standar konfirmabilitas.

Dalam penelitian ini, untuk menjaga objektivitas peneliti dilakukan melalui

pengamatan secara tekun, metode pengumpulan data yang bervariasi, serta

analisis data sesuai dengan konteksnya. Melalui pengamatan yang tekun,

penggunaan metode yang bervariasi dalam pengumpulan data, serta melakukan

analisis data secara kritis dengan berbagai persepsi diharapkan dapat ditemukan

data yang sesuai dan dapat dipercaya.

d. Mengambil kesimpulan dan verifikasi data

Kegiatan akhir yang dilakukan dalam menganalisis data ialah mengambil

kesimpulan yang dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dengan mengacu pada

permasalahan yang diteliti. Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif,

belum jelas, diragukan, tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu

lebih “grounded”. Kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara mempelajari kembali

data-data yang terkumpul dan meminta pertimbangan dari pihak-pihak yang

terkait misalnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan

(39)

Keempat macam kegiatan analisis data tersebut saling berhubungan dan

berlangsung terus selama penelitian dilakukan. Jadi analisis adalah kegiatan yang

kontinu dari awal sampai akhir penelitian.

4. Tahap Pelaporan.

Setelah kegiatan pengumpulan dan analisis data dilakukan, maka tahapan

selanjutnya menyusun laporan hasil kegiatan penelitian sebagai

pertanggungjawaban peneliti. Laporan ini disusun setelah selesai pengolahan dan

analisis data dilakukan, karena pada dasarnya penyusunan laporan hasil penelitian

yang dimaksud disini menyangkut pada penulisan tesis sebagai karya ilmiah.

Prosedur pelaksanaan penelitian secara skematis dapat digambarkan sebagai

(40)
[image:40.595.118.539.57.640.2]

Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pekerjaan Lapangan 2

•Memilih lokasi/lapangan •Mengurus perizinan

•Menjejaki dan menilai lapangan •Memilih dan memanfaatkan informasi •Menyediakan fasilitas penelitian

•Memahami latar penelitian dan persiapan diri

•Memasuki lapangan •Berperan serta sambil

mengumpulkan data

Tahap Pelaporan 3

Analisis data

Kredibilitas :

1) Lama di Lokasi Penelitian 2) Triangulasi

Verifikasi dan pengambilan kesimpulan

Reduksi data

Penyajian data

Uji Keabsahan

Konfirmabilitas : 1) Pengamatan secara tekun 2) Metode bervariasi

3) Analisa Data sesuai konteks Transferabilitas

Dependabilitas

(41)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

Pelaksanaan pendidikan di SMK Negeri 1 Metro telah didukung oleh

fasilitas, manajemen pengelolaan dan menerapkan proses yang bermutu, namun

penyelarasan standar kompetensi siswa terhadap kebutuhan dunia industri / dunia

usaha belum secara maksimal diupayakan.

Dalam pengelolan pendidikan sistem ganda di SMK Negeri 1 Metro,

keterlibatan komite sekolah / majelis sekolah belum dapat berperan secara

optimal. Hal ini selain disebabkan karena kesibukan dan keterbatasan pengurus

komite juga disebabkan karena minimnya anggota komite sekolah yang

merupakan berasal dari dunia usaha / industri serta lemahnya koordinasi sekolah

dengan komite dalam proses pendidikan. Keterlibatan komite sekolah masih

terfokus pada dukungan dalam pembiayaan pendidikan di sekolah. Proses

pengelolaan pendidikan sistem ganda masih didominasi oleh sekolah, mulai dari

proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Begitu pula dengan

peran institusi pasangan masih sebatas sebagai tempat lahan praktik bagi siswa

(42)

SMK, sebagaimana diterapkan pada SMK sebelum diberlakukannya kebijakan

link and match.

Dalam proses penerimaan peserta didik baru di SMK Negeri 1 Metro belum

melibatkan pihak institusi pasangan untuk turut serta menentukan kualifikasi

calon peserta didik. Padahal untuk menuju pada relevansi kualitas lulusan SMK

harus dimulai dari penerimaan peserta didik ini.

Begitu pula dalam penyusunan kurikulum SMK, unsur dunia usaha /

industri belum dilibatkan secara langsung. Standar kompetensi dan kompetensi

dasar dalam kurikulum disusun oleh guru-guru SMK Negeri 1 Metro dengan

difasilitasi oleh pengawas pendidikan setempat. Dengan cara ini, standar

kompetensi – standar kompetensi yang berkembang secara praktis dilapangan

tidak akan dapat diadopsi oleh sekolah secara maksimal.

Proses pembelajaran disekolah tidak mewajibkan SMK untuk melibatkan

institusi pasangan dalam proses pembelajaran, tetapi dapat melibatkan institusi

pasangan bila kompetensinya diperlukan. Melibatkan institusi pasangan dalam

proses pembelajaran disekolah telah dilaksanakan pada sebagaian program

keahlian. Namun frekwensi dan durasi pelaksanaannya masih sangat minimal dan

belum secara rutin/konsisten dilaksanakan. Untuk meningkatkan mutu dan

relevansi lulusan SMK yang lebih konsentrasi pada penguasaan ketrampilan

psikomotorik, sebaiknya keterlibatan institusi pasangan perlu ditingkatkan.

Dalam praktik kerja industri belum ditetapkan persyaratan kompetensi awal

(43)

pada bervariasinya kemampuan awal peserta didik yang mengikuti prakerin.

Siswa yang secara konseptual teori belum menguasai materi pendidikan dan

pelatihan kemudian dipaksakan untuk mengikuti prakerin akan berdampak pada

lemahnya kemampuan siswa dalam melaksanakan prakerin di institusi pasangan.

Dalam jangka panjang, hal ini menyebabkan pimpinan institusi pasangan tidak

percaya pada lulusan SMK karena dalam kegiatan prakerin yang selama ini

dilaksanakan di perusahaannya siswa tidak mampu menunjukkan kompetensi

yang meyakinkan.

Standar / profil kompetensi keahlian yang dituntut dalam pelaksanaan

prakerin selama ini hanya ditetapkan oleh pihak sekolah saja. Profil kompetensi

ini disusun dengan mengacu pada kurikulum yang ada. Tidak dilibatkannya

institusi pasangan dalam perencanaan prakerin ini berdampak pada tidak

terakomodasinya kompetensi praktis yang berkembang di perusahaan / industri.

Penyusunan profil kompetensi yang tidak memperhatikan masukan dari institusi

pasangan ini berdampak pada tidak maksimalnya pencapaian kompetensi keahlian

yang dapat dilaksanakan / dikerjakan oleh siswa SMK Negeri 1 Metro di institusi

pasangan yang selama ini terjadi.

Kegiatan kunjungan industri yang selama ini berlangsung merupakan

kegiatan yang positif. Hal ini sesuai dengan harapan sekolah dalam rangka

memperkaya wawasan dan pengalaman siswa. Namun tujuan sekolah untuk

menjadikan kunjungan industri sebagai sarana memperluas peluang peserta didik

dalam mencari kerja setelah lulus sekolah tidak tercapai secara maksimal. Hal ini

(44)

yang dikunjungi, secara geografis terlalu jauh untuk dijangkau siswa. Dalam

praktiknya lulusan SMK Negeri 1 Metro lebih banyak yang bekerja di daerah

Lampung, Banten, DKI Jakarta dan sekitarnya.

Dalam pelaksanaan ujian kompetensi, keterlibatan institusi pasangan sudah

cukup baik. Institusi pasangan telah secara langsung terlibat dalam ujian

kompetensi. Namun rasio asesor eksternal dengan jumlah siswa masih terlalu

minim. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan ujian kompetensi perlu

ditambah jumlah asesor eksternal dalam pelaksanaan ujian kompetensi.

Rendahnya keterlibatan majelis sekolah/komite sekolah dan institusi

pasangan dalam proses pendidikan di SMK Negeri 1 Metro membuat tujuan ideal

pendidikan sistem ganda menuju lulusan SMK yang link and match dengan

kebutuhan industri tidak dapat terwujud. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa implementasi pendidikan sistem ganda di SMK Negeri 1 Metro belum

berjalan secara optimal.

2. Kesesuaian Pelaksanaan PSG dengan Standar Pelaksanaan

Sekolah belum menetapkan standar pelaksanaan PSG secara tertulis, namun

dari standar normatif yang disampaikan melalui wawancara masih banyak

ketidaksesuaian pelaksanaan yang terjadi. Seperti : tidak aktifnya komite sekolah

dalam menjalankan perannya, minimnya peran institusi pasangan dalam kegiatan

PSG, tidak seragamnya kompetensi awal peserta didik saat akan prakerin, proses

(45)

kunjungan industri dalam menyerap siswa sebagai tenaga kerja setelah lulus

sekolah.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat

SMK Negeri 1 Metro sebagai sekolah negeri telah lama menjalankan proses

pendidikan memiliki faktor pendukung proses pendidikan antara lain : 1) fasilitas

pendidikan yang memadai, 2) SDM yang berkualitas, 3) citra sekolah yang sudah

terbangun dengan baik di masyarakat, 4) lokasi yang strategi serta dukungan dari

masyarakat dan dunia industri yang sangat baik.

Namun demikian SMK Negeri 1 Metro juga memiliki

kelemahan-kelemahan antara lain : 1) lemahnya pemahaman warga sekolah tentang visi, misi

sekolah dalam mengimplementasikan model pendidikan sistem ganda, 2)

lemahnya motivasi internal guru dan karyawan dalam bekerja, 3) keterbatasan

sumber dana penyelenggaraan pendidikan, 4) lemahnya koordinasi antar bagian di

sekolah, dan 5) lemahnya penguasaan TIK sebagian guru.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian dan analisis temuan di lapangan, maka berikut

dikemukakan beberapa rekomendasi untuk kepentingan dan kemajuan di masa

yang akan datang yaitu:

1. Bagi Guru

Untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan

dunia kerja, diperlukan dewan guru yang berkualitas, memiliki motivasi internal

(46)

usaha secara berkelanjutan. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan kepada

dewan guru untuk selalu meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik

melalui pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan yang relevan, magang di

dunia industri, mengikuti perkembangan TIK serta bekerja dengan dilandasi

ketulusan dan kesungguhan.

2. Bagi Kepala Sekolah

Sekolah hendaknya memulai inisiatif untuk mengaktifkan peran majelis

sekolah atau komite sekolah dalam membantu memediasi kerjasama yang

produktif antara SMK dengan institusi pasangan. Kesenjangan hubungan antara

sekolah dengan institusi pasangan yang selama ini terjadi sangat memungkinkan

untuk difasilitasi oleh adanya majelis sekolah / komite sekolah yang produktif.

Keterlibatan institusi pasangan dalam pendidikan sistem ganda ini tidak hanya

terbatas pada praktek kerja industri tetapi juga pada seluruh kegiatan SMK mulai

dari penerimaan peserta didik baru sampai dengan pemasaran alumni.

Keterlibatan institusi pasangan dalam proses pendidikan pendidikan sistem

ganda bersifat mutlak. Untuk itu, keberadaan majelis sekolah harus ada. Kalaupun

majelis sekolah ini diganti istilah dengan Komite Sekolah, hendaknya keterlibatan

unsur institusi pasangan / asosiasi industri dan organisasi profesi harus dalam

kepengurusan komite sekolah harus lebih dominan. Hal ini bertujuan agar

partisipasi dunia industri dalam proses pendidikan akan lebih maksimal.

Pengelolaan PSG di sekolah sebaiknya dikelola oleh kelompok kerja yang

(47)

dapat dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu pekerjaan PSG merupakan

pekerjaan yang tidak terputus sepanjang waktu selama SMK tersebut masih

menggunakan pola PSG.

Keterlibatan institusi pasangan dalam proses penerimaan peserta didik baru

sangat penting. Hal ini berguna untuk mendapatkan calon peserta didik yang

unggul dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Kualitas calon tenaga kerja

yang akan dihasilkan sangat ditentukan oleh calon peserta didik yang direkrut

oleh SMK.

Dalam penyusunan kurikulum, hendaknya institusi pasangan selalu

dilibatkan. Sebagaimana dipahami bersama, bahwa ilmu, ketrampilan kerja,

alat-alat kerja dan seni dalam bekerja selalu berubah dan berkembang sesuai dengan

perkembangan kebutuhan dan peradaban manusia. Industri adalah pihak yang

seringkali terlebih dahulu merespon perkembangan tersebut dalam rangka

memenuhi kebutuhan konsumen. Sementara itu sekolah seringkali dihadapkan

oleh keterbatasan-keterbatasan perlengkapan praktik serta ketertinggalan ilmu dan

seni dalam bekerja. Menyikapi hal tersebut, sangat penting untuk melibatkan

institusi pasangan dalam proses penyusunan kurikulum, dengan harapan

perkembangan yang terdapat disektor industri dapat ditransfer ke sekolah dengan

segera.

Proses pembelajaran disekolah, terutama untuk komponen pembelajaran

praktik produktif perlu melibatkan unsur institusi pasangan. Praktik produktif

(48)

pekerjaan-pekerjaan tersebut. Begitu pula adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh

siswa dalam praktik produktif akan dengan mudah diidentifikasi oleh orang yang

sudah terbiasa dan mahir melakukannya. Proses pelibatan institusi pasangan

dalam pembelajaran disekolah dapat sebagai guru tamu atau sebagai anggota tim

pendidik dalam suatu mata pelajaran.

Perlu dilakukan seleksi terhadap peserta didik yang dapat mengikuti praktik

kerja industri (prakerin). Seleksi ini hendaknya didasarkan oleh kriteria tertentu

yang ditetapkan secara bersama-sama antara sekolah dengan institusi pasangan.

Kriteria sebaiknya lebih ditekankan pada kemampuan peserta didik dalam

menguasai komponen produktif daripada sekedar pada kelas (tingkat) peserta

didik. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil dari prakerin tersebut.

Peserta didik yang belum menguasai materi pendidikan dan pelatihan sebaiknya

tidak dipaksakan untuk mengikuti prakerin walaupun sudah berada pada semester

4.

Dalam menyusun target kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dalam

pr

Gambar

Tabel 4.3. Hasil Penelusuran Alumni Tamatan Tahun 2010 ...........................  106
Gambar 1.2 : Kerangka Berfikir Penelitian
Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tesis ini terdiri dari enam bab yaitu: Bab I Pen- dahuluan, yang berisi tentang latar belakang, rumus- an masalah dan tujuan serta manfaat yang diperoleh dari

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah... Tujuan dan Manfaat Penelitian... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Penilaian Kinerja Tradisional………. Konsep Visi, Misi, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Pada bab ini akan dibahas kata-kata kunci dari judul penelitian yang melingkupi konsep biaya pendidikan, landasan hukum pembiayaan

Pada komponen input yang terdiri dari Ketersediaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang adaptif dengan program pelaksanaan pendidikan sisten ganda,

Evaluasi Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani di Kota Metro Ditinjau Dari Aspek Input Berbicara tentang aspek input dalam bab ini akan sangat menarik, karena selain membahas

Hasil perhitungan dan analisis data dari variabel konteks, input, proses dan produk terhadap efektivitas pelaksanaan program praktek kerja industri dalam

Bab II : Tinjauan teoritis tentang pendidikan agama anak balita dalam keluarga yang menguraikan tentang pengertian pendidikan agama, dasar dan tujuan pendidikan agama,

Mengkaji konsep dasar evaluasi program pendidikan dan pembelajaran, ruang lingkup evaluasi program: komponen-komponen evaluasi program, jenis-jenis evaluasi program,