• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Koding, Analisa Data, Analisa Tematik Partisipan I

Koding Analisis Data Analisis Tematik

P1.W1.b.4-15.h.1 Ketunadaksaan disebabkan penyakit diabetes terjadi yang diturunkan oleh ayah partisipan ketika partisipan berada dalam kandungan

Penyebab ketunadaksaan

P1.W1.b.18-22.h.1 Bagian tubuh yang mengalami kecacatan adalah kaki kanan, jari tangan sebelah kiri hanya empat saja, dan jempol kaki kiri tidak ada

Bagian tubuh yang mengalami kecacatan

P1.W1.b.81-94.h.3 Menggunakan tongkat ketika berusia 5 tahun, serta sepeda untuk pergi ke sekolah, dan menggunakan kaki palsu ketika duduk dibangku kelas III SMP sampai dengan sekarang

Alat bantu yang digunakan

P1.W1.b.26-28.h.1 Dari usia 0-2 minggu kaki partisipan memiliki ukuran yang tidak sama besar, mengalami pembusukan sehingga kaki kanan diamputasi pada usia 2 minggu

Perkembangan fisik

P1.W1.b.31-34.h.2 Perkembangan fisik partisipan hampir sama dengan individu normal, hanya berbeda ketika sudah bisa berjalan

Perkembangan fisik

P1.W1.b.62-64.h.2 Tidak bertanya kepada orang tua mengenai kondisi fisik karena sudah tahu dari orang lain

Reaksi terkait kondisi fisik

P1.W.3.b.53-61.h.20 Tidak bertanya kepada orang tua mengenai kondisi fisik karena partisipan takut pertanyaan – pertanyaan itu akan membebani orang tuanya

P1.W1.b.170-173.h.5 Pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dari teman

Pengalaman yang tidak menyenangkan

P1.W1.b.340-346.h.8 Ketika SD dan SMP partisipan dicela karena kondisi fisiknya ketika bergabung dengan teman-temannya

Pengalaman yang tidak menyenangkan

P1.W2.b.153-162.h.13 Partisipan pernah mengalami kegagalan untuk masuk ke jurusan kelistrikan yang menjadi jurusan impiannya karena kondisi fisik nya yang tidak memungkinkan

Pengalaman yang tidak menyenangkan

P1.W3.b.146-152.h.22 Ketika SD partisipan pernah diejek karena kondisi fisiknya dan dimintai uang

Pengalaman yang tidak menyenangkan

P1.W1.b.382-384.h.9 Pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis ketika duduk dibangku kelas III SMP

Hubungan dengan lawan jenis

P1.W1.b.151-154.h.4 Tidak merasa tertolak ketika berkumpul dengan keluarga besar

Komponen mattering

P1.W2.b.20-24.h.10 Ketika mengetahui partisipan diejek, ibu partisipan langsung mendatangi orang yang bersangkutan dan memarahi orang yang mengejek partisipan

Komponen mattering

P1.W1.b.107-116..h.3 Keluarga memberikan semangat kepada partisipan untuk maju meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki

Komponen mattering

P1.W1.b.218-223.h.6 Komunikasi dengan orang tua kurang efektif karena merasa tidak ada hal yang harus dibicarakan

Komponen mattering

P1.W2.b.106-110.h.12 Adakalanya keluarga meminta bantuan kepada partisipan

Komponen mattering P1.W2.b.123-129.h.13 Keluarga partisipan sering

melakukan diskusi keluarga misalnya tentang masalah yang terjadi dikeluarga ataupun masalah keuangan

Komponen mattering

P1.W1.b.224-231.h.6 Partisipan tidak terbuka dengan keluarga untuk masalah yang dihadapi karena takut menyusahkan orang tua

P1..W1.b.232-236.h.6 Tidak pernah membicarakan hal pribadi kepada orang tua ataupun saudara kandung

Komponen mattering

P1.W2.b.106-110.h.12 Adakalanya keluarga meminta bantuan kepada partisipan

Komponen mattering P1.W1.b.258-268.h.6-7 Untuk masalah yang berkaitan

dengan sekolah, seperti masalah uang sekolah, partisipan menceritakan kepada abangnya

Komponen mattering

P1.W3.b.77-84.h.21 Partisipan tidak menceritakan kepada keluarga apabila mempunyai masalah dengan temannya karena takut menyusahkan orang tua

Komponen mattering

P1.W1.b.272-276.h.7 Menginterpretasi hubungan yang dekat dengan kakak partisipan

Komponen mattering P1.W1.b.279-281.h.7 Menginterpretasikan hubungan

dengan figur abang kurang dekat karena dipisahkan oleh jarak

Komponen mattering

P1.W3.b.77-84.h.21 Partisipan tidak menceritakan kepada keluarga apabila mempunyai masalah dengan temannya karena takut menyusahkan orang tua

Komponen mattering

P1.W3.b.162-163.h.22 Kakak dan abang partisipan mengerti keadaan partisipan dalam segala hal

Komponen mattering

P1.W3.b.172-177.h.23 Komunikasi dengan ibu kurang Komponen mattering P1.W1.b.283-316.h.7-8 Menginterpretasikan hubungan

yang dekat dengan figur ibu, namun jarang bercerita ketika waktun luang karena kesibukan dan takut menyusahkan orang tua

Komponen mattering

P1.W.3.b.180-182.h.23 Bagi partisipan ibu partisipan adalah ibu yang terhebat dan kasih sayangnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata

Komponen mattering

P1.W1.b.325-326.h.8 Partisipan memiliki hubungan yang dekat dengan figur ayah

Komponen mattering P1.W1.b.330-332.h.8 Partisipan awalnya merasa tidak

menerima dan ingin selalu bersama ketika ayah partisipan meninggal

Komponen mattering

P1.W2.b.35-43.h.11 Dukungan yang diberikan keluarga terhadap partisipan

adalah semangat dan motivasi untuk maju meskipun dengan kondisi fisik yang terbatas bukan jadi penghalang untuk sukses P1.W3.b.121-125.h.22 Dukungan keluarga menjadi hal

yang sangat berarti bagi partisipan

Komponen mattering

P1.W3.b.280-285.h.25 Dalam hal pendidikan keluarga mendukung partisipan, misalnya menyediakan komputer buat partisipan ketika orang tua mengetahui minat partisipan serta memberikan semangat

Komponen mattering

P1.W2.b.80-87.h.12 Partisipan tidak merasa kesulitan mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya dan menikmati setiap tugas yang ada

Komponen mattering

P1.W2.b.91-101.h.12 Sejauh ini tidak ada tugas dirumah yang tidak bisa dilakukan partisipan

Komponen mattering

P1.W2.b.111-112.h.12 Ketika dimintai bantuan oleh keluarganya partisipan mampu melakukannya

Komponen mattering

P1.W3.b.88-99.h.21 Sejauh ini masalah yang dihadapi partisipan masih bisa diselesaikan

Komponen mattering

P1.W2.b.139-141.h.13 Dalam diskusi keluarga partisipan terlibat dalam memberikan saran mengenai permasalahan yang sedang didiskusikan

Komponen mattering

P1.W2.b.44-46.h.11 Harapan keluarga bagi partisipan adalah agar kedepannya bisa menjadi orang yang sukses

Komponen mattering

P1.W2.b.65-73;89-90..h.11 Pekerjaan yang dilakukan partisipan dirumah adalah mengerjakan tugas sekolah, membersihkan rumah, merapikan tempat tidur dan sesekali menyuci pakaian yang kotor, menyuci sepatu, dan menyuci kereta

Komponen mattering

P1.W3.b.289-291.h.25 Keluarga menanamkan kepada partisipan nilai moral seperti

sopan santun dan patuh kepada orang tua

P1.W1.b.133-136.h.4 Sering terlibat dalam acara keluarga

Komponen mattering P1.W1.b.53-57.h.2 Merasa gengsi dan iri dengan

individu yang normal

Kondisi pendukung mattering P1.W1.b.101-104.h.3 Ketika menyadari kondisi fisik

yang berbeda dari orang lain, partisipan merasa pasrah

Kondisi pendukung mattering

P1.W1.b.120-123.h.3-4 Tidak merasa minder ketika bergabung dengan orang lain

Kondisi pendukung mattering P1.W1.b.374-377.h.9 Percaya diri ketika bergabung

dengan teman dengan kondisi fisik yang normal

Kondisi pendukung mattering

P1.W1.b.144-148.h.4 Merasa takut dicela ketika ingin mendekati lawan jenis

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.214-217.h.15 Partisipan merasa sulit bersosialisasi karena takut ada orang yang tidak menerima kondisinya

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.234-238.h.15 Tidak percaya diri ketika bertemu dengan teman-teman atau kenalan baru karena takut tidak diterima

Kondisi pendukung mattering

P1.W3.b.106-109.h.21 Tidak pernah mengeluh dengan kondisi fisik

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.163-172.h.13-14 Pernah mengalami putus asa dan

menyesalkan kondisi yang ada karena mengalami kegagalan

Kondisi pendukung mattering

P1.W1.358-262.h.9 Sakit hati ketika dicela oleh teman

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.14-16.h.10 Menerima apa adanya ketika

diejek oleh teman dan tidak melawan/membela diri

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.29-32.h.11 Sempat mengalami patah semangat ketika diejek dan membandingkan kondisi diri dengan orang lain dengan fisik yang normal

Kondisi pendukung mattering

P1.W1.b.369-373.h.9 Partisipan memiliki keyakinan dalam diri bahwa dirinya mampu mencapai kesuksesan lebih dari pada individu normal meskipun dengan keterbatasan fisik yang dialaminya

Kondisi pendukung mattering

partisipan apa adanya menjadi hal yang paling penting bagi partisipan untuk percaya diri P1.W2.b.47-52.h.11 Orang tua membebaskan

partisipan untuk menjadi apa yang partisipan mau

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.57-62.h.11 Sejauh ini partisipan belum mencapai prestasi namun hal tersebut tidak mempengaruhi diri partisipan

Kondisi pendukung mattering

P1.W1.b.75-76.h.3 Menganggap kondisi fisik normal sebelum menyadari adanya kelainan dalam kondisi fisik

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.142-145.h.13 Partisipan memandang dirinya sebagai orang yang berguna bagi orang lain

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.209-212.h.14 Partisipan memandang dirinya sebagai orang pemalu, sabar, pendiam, sulit bersosialisasi

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.256-261.h.15-16 Sejauh ini partisipan merasa belum ada yang bisa dibanggakan dari dirinya karena belum ada yang bisa dicapai

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.265-276.h.16 Partisipan bangga dengan dirinya apabila bisa membahagiakan orang tua, salah satunya dengan menaikkan orang tua haji dan bisa berguna bagi banyak orang

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.296-318.h.16-17 Memiliki keyakinan untuk dapat mencapai cita-cita karena semangat dari diri sendiri dan sikap pantang menyerah

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.385-390.h.18 Sebenarnya partisipan suka bersosialisasi dan suka bercanda namun kondisi fisik yang membuatnya tidak dapat melakukannya secara maksimal

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.326-332.h.17 Partisipan tidak memiliki sahabat, hanya teman-teman biasa saja karena belum menemukan orang yang tepat untuk dijadikan sahabat

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.346-356.h.17-18 Disekolah ketika jam istirahat

partisipan biasanya

menghabiskan waktu sendiri

misalnya tidur, dikelas diam saja atau hanya bermain handphone namun sesekali juga bergabung dengan teman-teman yang lain P1.W3.b.5-7.h.19 Partisipan sulit bersosialisasi

karena malu dengan keadaan fisik

Kondisi pendukung mattering

P1.W3.b.224-260.h.24-25 Setiap hari minggu partisipan kumpul dengan teman lamanya

Kondisi pendukung mattering P1.W3.b.267-272.h.25 Teman partisipan menerima

kondisi partisipan dan tidak saling mengejek

Langkah 2

Rangkuman koding, analisa data, analisa tematik berdasarkan rumusan masalah (pertanyaan peneliti) Rumusan

Masalah

Koding Analisis Data Analisis

Tematik Mattering

(awareness)

P1.W1.b.151-154.h.4 Tidak merasa tertolak ketika berada dilingkungan keluarga

Komponen mattering P1.W1.b.272-276.h.7 Menginterpretasi hubungan

yang dekat dengan kakak partisipan

Komponen mattering P1.W1.b.279-281.h.7 Menginterpretasikan

hubungan dengan figur abang kurang dekat karena dipisahkan oleh jarak

Komponen mattering

P1.W1.b.258-268.h.6-7 Menginterprestasikan hubungan yang dekat dengan saudara kandung

Komponen mattering P1.W1.b.283-316.h.7-8 Menginterpretasikan

hubungan yang dekat dengan ibu namun memiliki kekurangan dalam hal komunikasi karena takut menyusahkan orang tua

Komponen mattering

P1.W1.b.330-332.h.8 Partisipan awalnya merasa tidak menerima dan ingin selalu bersama ketika ayah partisipan meninggal

Komponen mattering

P1.W1.b.325-326.h.8 Menginterpretasikan

hubungan yang dekat dengan ayah

Komponen mattering P1.W3.b.172-177.h.23 Komunikasi dengan ibu

kurang

Komponen mattering P1.W1.b.218-223.h.6 Komunikasi dengan orang tua

kurang efektif karena merasa tidak ada hal yang harus dibicarakan

Komponen mattering P1.W1.b.224-231.h.6 Partisipan tidak terbuka

dengan keluarga untuk

Komponen mattering

masalah yang dihadapi karena takut menyusahkan orang tua

P1..W1.b.232-236.h.6 Tidak pernah membicarakan hal pribadi kepada orang tua ataupun saudara kandung

Komponen mattering

P1.W3.b.77-84.h.21 Partisipan tidak

menceritakan kepada

keluarga apabila

mempunyai masalah dengan temannya karena takut menyusahkan orang tua

Komponen mattering

P1.W2.b.123-129.h.13 Keluarga partisipan sering melakukan diskusi keluarga misalnya tentang masalah yang terjadi dikeluarga ataupun masalah keuangan

Komponen mattering

P1.W.3.b.180-182.h.23 Bagi partisipan ibu partisipan adalah ibu yang terhebat dan kasih sayangnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata

Komponen mattering

P1.W1.b.133-136.h.4 Keterlibatan dalam keluarga Komponen mattering Mattering

(importance)

P1.W2.b.20-24.h.10 Reaksi ibu ketika partisipan diejek

Komponen mattering P1.W3.b.289-291.h.25 Keluarga menanamkan

kepada partisipan nilai moral seperti sopan santun dan patuh kepada orang tua

Komponen mattering

P1.W1.b.107-116.h.3 Keluarga memberikan semangat kepada partisipan untuk maju meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki

Komponen mattering

P1.W3.b.162-163.h.22 Kakak dan abang partisipan mengerti keadaan partisipan dalam segala hal

Komponen mattering P1.W2.b.35-43.h.11 Keluarga memberikan

semangat dan motivasi untuk maju meskipun dengan keterbatasan fisik

Komponen mattering

P1.W3.b.121-125.h.22 Dukungan keluarga menjadi hal yang sangat berarti bagi partisipan

Komponen mattering

P1.W3.b.280-285.h.25 Keluarga mendukung partisipan dalam hal pendidikan

Komponen mattering P1.W2.b.44-46.h.11 Harapan keluarga bagi

partisipan untuk menjadi sukses Komponen mattering Mattering (reliance) P1.W2.b.106-110.h.12 Adakalanya keluarga meminta bantuan kepada partisipan

Komponen mattering P1.W2.b.65-73;89-90..h.11 Partisipan juga melakukan

pekerjaan rumah

Komponen mattering P1.W2.b.111-112.h.12 Tidak merasa kesulitan

melakukan tugas yang diberikan

Komponen mattering P1.W2.b.80-87.h.12 Partisipan tidak merasa

kesulitan mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya dan menikmati setiap tugas yang ada

Komponen mattering

P1.W2.b.91-101.h.12 Sejauh ini tidak ada tugas dirumah yang tidak bisa dilakukan partisipan

Komponen mattering

P1.W3.b.88-99.h.21 Sejauh ini masalah yang dihadapi partisipan masih bisa diselesaikan

Komponen mattering P1.W2.b.139-141.h.13 Dalam diskusi keluarga

partisipan terlibat dalam memberikan saran mengenai permasalahan yang sedang didiskusikan Komponen mattering Self understanding (reflected appraisal)

P1.W1.b.120-123.h.3-4 Tidak merasa minder ketika bergabung dengan orang lain

Kondisi pendukung mattering P1.W1.b.374-377.h.9 Percaya diri ketika

bergabung dengan teman dengan kondisi fisik yang normal

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.214-217.h.15 Partisipan merasa sulit

bersosialisasi karena takut

Kondisi pendukung

ada orang yang tidak menerima kondisinya

mattering P1.W1.b.358-362.h.9 Sakit hati ketika dicela oleh

teman

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.14-16.h.10 Menerima apa adanya

ketika diejek oleh teman dan tidak melawan/membela diri

Kondisi pendukung mattering P1.W3.b.113-117.h.21 Teman yang menerima

kondisi partisipan apa adanya menjadi hal yang paling penting bagi partisipan untuk percaya diri

Kondisi pendukung mattering

P1.W3.b.24-37.h.19-20 Meskipun saat ini partisipan

sepenuhnya sudah

menerima kondisi fisik, namun ada masa dimana adanya hambatan untuk menerima kondisinya misalnya ketika hendak mendekati lawan jenis

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.234-238.h.15 Tidak percaya diri ketika bertemu dengan teman-teman atau kenalan baru karena takut tidak diterima

Kondisi pendukung mattering P1.W.3.b.66-68.h.20 Penerimaan diri partisipan

dipengaruhi oleh dukungan-dukungan yang diterima dari teman

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.142-145.h.13 Partisipan memandang dirinya sebagai orang yang berguna bagi orang lain

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.209-212.h.14 Partisipan memandang

dirinya sebagai orang pemalu, sabar, pendiam, sulit bersosialisasi

Kondisi pendukung mattering P1.W3.b.267-272.h.25 Teman partisipan menerima

kondisi partisipan dan tidak saling mengejek

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.47-52.h.11 Orang tua membebaskan

partisipan untuk menjadi apa yang partisipan mau

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.57-62.h.11 Sejauh ini partisipan belum

mencapai prestasi namun hal tersebut tidak

Kondisi pendukung mattering

mempengaruhi diri partisipan Self understanding (social comparison)

P1.W1.b.53-57.h.2 Merasa gengsi dan iri dengan individu yang normal

Kondisi pendukung mattering

P1.W1.b.101-104.h.3 Ketika menyadari kondisi fisik yang berbeda dari orang lain, partisipan merasa pasrah dan menerimanya sebagai pemberian dari Tuhan

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.29-32.h.11 Sempat mengalami patah semangat ketika diejek dan membandingkan kondisi diri dengan orang lain dengan fisik yang normal

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.326-332.h.17 Partisipan tidak memiliki sahabat, hanya teman-teman biasa

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.346-356.h.17-18 Disekolah ketika jam

istirahat partisipan biasanya menghabiskan waktu sendiri, hanya sesekali bergabung dengan teman

Kondisi pendukung mattering

P1.W2.b.283-292.h.16 Menerima kondisi diri dengan melihat keadaan orang lain yang lebih buruk dari kondisinya

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.277-279.h.16 Sudah menerima kondisi

fisik

Kondisi pendukung mattering P1.W3.b.224-260.h.24-25 Rutin berkumpul dengan

teman lama Kondisi pendukung mattering Self understanding (self attribution) P1.W2.b.385-390.h.18 Partisipan suka

bersosialisasi namun kondisi fisik membuat proses sosialisasi tidak maksimal

Kondisi pendukung mattering P1.W1.b.369-373.h.9 Partisipan memiliki

keyakinan dalam diri bahwa

Kondisi pendukung

dirinya mampu mencapai kesuksesan lebih dari pada individu normal meskipun dengan keterbatasan fisik yang dialaminya

mattering

P1.W2.b.163-172.h.13-14 Pernah mengalami putus asa ketika mengalami kegagalan

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.256-261.h.15-16 Belum merasa bangga

dengan diri karena belum mencapai sesuatu

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.265-276.h.16 Bangga dengan diri apabila

bisa menaikkan orang tua haji dan berguna bagi orang lain

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.296-318.h.16-17 Memiliki keyakinan untuk

dapat mencapai cita-cita karena semangat dari diri sendiri dan sikap pantang menyerah

Kondisi pendukung mattering

P1.W3.b.5-7.h.19 Partisipan sulit

bersosialisasi karena malu dengan keadaan fisik

Kondisi pendukung mattering

Langkah 3

Rangkuman koding, analisa data, analisa tematik, berdasarkan frekuensi yang muncul dalam analisa data

Frekuensi Koding Analisa Data Analisa

tematik 1x tidak merasa tertolak ketika berada ditengah keluarga (awareness)

P1.W1.b.151-154.h.4 Tidak merasa tertolak

ketika berada dilingkungan keluarga Komponen mattering 6 x menginterpretasikan kedekatan hubungan dengan keluarga (awareness) P1.W1.b.272-276.h.7 Menginterpretasi

hubungan yang dekat dengan kakak partisipan

Komponen mattering P1.W1.b.266-268.h.7 Menginterprestasikan

hubungan yang dekat

dengan saudara kandung Komponen mattering P1.W1.b.283-313.h.7-8 Menginterpretasikan hubungan dekat

dengan orang tua namun dalam hal komunikasi kurang dilakukan

Komponen mattering

P1.W1.b.330-332.h.8 Partisipan awalnya merasa tidak menerima dan ingin selalu bersama ketika ayah partisipan meninggal

Komponen mattering

P1.W1.b.279-281.h.7 Menginterpretasikan hubungan dengan figur abang kurang dekat karena dipisahkan oleh jarak

Komponen mattering

hubungan yang dekat dengan orang tua

mattering 7 x menginterpretasikan komunikasi dengan keluarga (awareness)

P1.W3.b.172-177.h.23 Komunikasi dengan ibu kurang

Komponen mattering P1.W1.b.283-316.h.7-8 Komunikasi jarang

dilakukan karena kesibukan dan takut menyusahkan orang tua

Komponen mattering

P1.W1.b.220-223.h.6 Komunikasi dengan orang tua kurang efektif karena merasa tidak ada hal yang harus dibicarakan

Komponen mattering P1.W1.b.224-231.h.6 Partisipan tidak terbuka

dengan keluarga untuk masalah yang dihadapi

karena takut

menyusahkan orang tua

Komponen mattering

P1.W1.b.232-236.h.6 Tidak pernah

membicarakan hal pribadi kepada orang tua ataupun saudara kandung Komponen mattering P1.W3.b.77-84.h.21 Partisipan tidak menceritakan kepada keluarga apabila mempunyai masalah dengan temannya karena takut

menyusahkan orang tua

Komponen mattering P1.W1.b.123-129.h.13 Keluarga partisipan sering melakukan diskusi keluarga misalnya tentang masalah yang terjadi dikeluarga ataupun masalah keuangan Komponen mattering 1 x menginterpretasikan kasih sayang orang tua (awareness)

P1.W.3.b.180-182.h.23 Menginterpretasikan kasih sayang orang tua

Komponen mattering 1 x menginterpretasikan keterlibatan dalam keluarga (awareness) P1.W1.b.133-135.h.4 Keterlibatan dalam keluarga Komponen mattering

1 x reaksi ibu ketika partisipan diejek (importance)

P1.W2.b.20-24.h.10 Reaksi ibu ketika partisipan diejek Komponen mattering 1 x bentuk kepedulian yang diterima partisipan dari orang tua (importance)

P1.W3.b.289-291.h.25 Keluarga menanamkan kepada partisipan nilai moral seperti sopan santun dan patuh kepada orang tua

Komponen mattering

5 xmerasakan dukungan secara emosional maupun materil dari keluarga (importance)

P1.W1.b.110-116.h.3 Keluarga memberikan semangat kepada partisipan untuk maju meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki

Komponen mattering

P1.W3.b.162-163.h.22 Kakak dan abang partisipan mengerti keadaan partisipan dalam segala hal

Komponen mattering

P1.W2.b.35-43.h.11 Keluarga memberikan semangat dan motivasi untuk maju meskipun dengan keterbatasan fisik

Komponen mattering

P1.W3.b.121-125.h.22 Dukungan keluarga menjadi hal yang sangat berarti bagi partisipan

Komponen mattering P1.W3.b.280-285.h.25 Keluarga mendukung

partisipan dalam hal pendidikan Komponen mattering 1 x menyatakan harapan keluarga (importance)

P1.W2.b.44-46.h.11 Harapan keluarga bagi partisipan untuk menjadi sukses Komponen mattering 3 xmenyatakan peran partisipan dalam keluarga (reliance) P1.W2.b.106-110.h.12 Adakalanya keluarga meminta bantuan kepada partisipan Komponen mattering P1.W2.b.65-73;89-90..h.11 Partisipan juga melakukan pekerjaan rumah Komponen mattering P1.W2.b.139-141.h.13 Dalam diskusi keluarga

partisipan terlibat dalam memberikan saran mengenai permasalahan yang sedang didiskusikan Komponen mattering

3 xmenyatakan kemampuan dalam melakukan peran (reliance)

P1.W2.b.111-112.h.12 Tidak merasa kesulitan melakukan tugas yang diberikan

Komponen mattering P1.W2.b.80-87.h.12 Partisipan tidak merasa

kesulitan mengerjakan tugas yang diberikan

kepadanya dan

menikmati setiap tugas yang ada

Komponen mattering

P1.W2.b.91-101.h.12 Sejauh ini tidak ada tugas dirumah yang tidak bisa dilakukan partisipan Komponen mattering 1 x menyatakan kemampuan dalam menyelesaikan masalah (reliance)

P1.W3.b.88-99.h.21 Sejauh ini masalah

yang dihadapi

partisipan masih bisa diselesaikan Komponen mattering 2 xmenyatakan kepercayaan diri apabila bergabung dengan individu lain ( self-understanding-reflected appraisal)

P1.W1.b.123.h.4 Tidak merasa minder ketika bergabung dengan orang lain

Kondisi pendukung mattering P1.W1.b.377.h.9 Percaya diri ketika

bergabung dengan teman dengan kondisi fisik yang normal

Kondisi pendukung mattering 3 x merasa malu ketika bertemu dengan orang-orang baru ( self-understanding-reflected appraisal)

P1.W2.b.215-217.h.15 Partisipan merasa sulit bersosialisasi karena takut ada orang yang

tidak menerima

kondisinya

Kondisi pendukung mattering

P1.W3.b.24-37.h.19-20 Merasa malu ketika hendak mendekati lawan jenis

Kondisi pendukung mattering P1.W1.b.234-238.h.15 Tidak percaya diri

ketika bertemu dengan teman-teman atau kenalan baru karena takut tidak diterima

Kondisi pendukung mattering

1 x menyatakan sakit hati ketika dicela ( self-understanding-reflected appraisal)

P1.W1.b.358-362.h.9 Sakit hati ketika dicela oleh teman

Kondisi pendukung mattering

menerima apa adanya ketika dicela ( self-understanding-reflected appraisal)

ketika diejek oleh teman dan tidak melawan/membela diri pendukung mattering 3 x menyatakan pengaruh positif penerimaan teman ( self-understanding-reflected appraisal) P1.W.3.b.66-68.h.20 Penerimaan diri partisipan dipengaruhi oleh

dukungan-dukungan yang diterima dari teman Kondisi pendukung mattering P1.W3.b.267-272.h.25 Teman partisipan menerima kondisi partisipan dan tidak saling mengejek

Kondisi pendukung mattering P1.W3.b.113-117.h.21 Teman yang menerima

kondisi partisipan apa adanya menjadi hal yang paling penting bagi partisipan untuk percaya diri Kondisi pendukung mattering 2 x menyatakan pandangan terhadap diri ( self-understanding-reflected appraisal) P1.W2.b.145.h.13 Partisipan memandang dirinya sebagai orang yang berguna bagi orang lain

Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.209-212.h.14-15 Partisipan memandang

dirinya sebagai orang

pemalu, sabar, pendiam, sulit bersosialisasi Kondisi pendukung mattering 1 x menyatakan kebebasan yang diberikan oleh orang tua ( self-understanding-reflected appraisal) P1.W2.b.47-52.h.11 Orang tua membebaskan partisipan untuk menjadi apa yang partisipan mau Kondisi pendukung mattering 1 x menyatakan prestasi tidak berpengaruh terhadap diri partisipan ( self-understanding-reflected appraisal)

P1.W2.b.59-62.h.11 Sejauh ini partisipan

belum mencapai

prestasi namun hal

tersebut tidak mempengaruhi diri partisipan Kondisi pendukung mattering 3 x merasakan reaksi psikologis ketika

P1.W1.b.53-57.h.2 Merasa gengsi dan iri dengan individu yang

Kondisi pendukung

membandingkan diri dengan orang lain (self understanding- social comparison)

normal mattering

P1.W1.b.101-104.h.3 Ketika menyadari kondisi fisik yang berbeda dari orang lain, partisipan merasa pasrah Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.29-32.h.11 Pernah mengalami patah semangat ketika

diejek dan

membandingkan

kondisi diri dengan orang lain dengan fisik yang normal Kondisi pendukung mattering 1 x menyatakan tidak memiliki sahabat, hanya teman biasa (self understanding- social comparison) P1.W2.b.327-332.h.17 Partisipan tidak memiliki sahabat, hanya teman-teman biasa Kondisi pendukung mattering 1 x menyatakan partisipan sering menghabiskan waktu sendiri disekolah (self understanding- social comparison)

P1.W2.b.346-356.h.17-18 Disekolah ketika jam istirahat partisipan biasanya menghabiskan waktu sendiri, hanya sesekali bergabung dengan teman Kondisi pendukung mattering 3 x menyatakan penerimaan terhadap kondisi fisik (self understanding- social comparison)

P1.W2.b.283-292.h.16 Menerima kondisi diri dengan melihat keadaan orang lain yang lebih buruk dari kondisinya

Kondisi pendukung mattering P1.W1.b.101-104.h.3 Disamping merasa

pasrah, partisipan menerima kondisi fisik sebagai pemberian dari Tuhan Kondisi pendukung mattering P1.W2.b.277-279.h.16 Sudah menerima kondisi fisik Kondisi pendukung mattering 1 xmenyatakan partisipan memiliki hubungan sosial yang baik (self understanding- P1.W3.b.224-260.h.24-25 Setiap minggu berkumpul dengan teman lama Kondisi pendukung mattering

social comparison) 2 x menyatakan sosialisasi terhambat karena kondisi fisik (self understanding- self attribution)

P1.W2.b.385-390.h.18 Partisipan suka bersosialisasi namun kondisi fisik membuat proses sosialisasi tidak maksimal Kondisi pendukung mattering P1.W3.b.5-7.h.19 Partisipan sulit bersosialisasi karena malu dengan keadaan fisik

Kondisi pendukung mattering 2 x menyatakan

keyakinan akan diri (self understanding- self attribution)

P1.W2.b.296-318.h.16-17 Memiliki keyakinan untuk dapat mencapai cita-cita karena semangat dari diri sendiri dan sikap pantang menyerah

Kondisi pendukung mattering

P1.W1.b.369-373.h.9 Partisipan memiliki keyakinan dalam diri bahwa dirinya mampu mencapai kesuksesan lebih dari pada individu normal meskipun dengan keterbatasan fisik yang dialaminya

Kondisi pendukung mattering 1 x merasakan putus asa ketika mengalami kegagalan (self understanding- self attribution) P1.W2.b.163-172.h.13-14 Pernah mengalami putus asa ketika mengalami kegagalan

Kondisi pendukung mattering

1 x merasa belum bangga dengan diri (self understanding- self attribution)

P1.W2.b.256-261.h.15-16 Belum merasa bangga dengan diri karena

belum mencapai sesuatu Kondisi pendukung mattering 1 x menyatakan

syarat agar bangga terhadap diri (self understanding-

Dokumen terkait