• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA “Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA “Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa”"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Informed Consent Lampiran 3 : Verbatim Partisipan I

Lampiran 4 : Verbatim Partisipan II

Lampiran 5 : Koding Partisipan I

Lampiran 6 : Koding Partisipan II

Lampiran 7 : Rekonstruksi Data Partisipan I

(3)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

“Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa”

I. Data Keluarga Partisipan

- Nama Ayah :

- Usia :

- Pekerjaan :

- Nama Ibu :

- Usia :

- Pekerjaan :

- Jumlah Anak :

II. Data Diri Partisipan

- Nama :

- Usia :

- Pekerjaan :

- Urutan kelahiran :

III. Riwayat ketunadaksaan

a. Apa penyebab terjadinya ketunadaksaan?

b. Bagaimana riwayat perkembangan fisik partisipan pada masa kecil, masa kanak-kanak, dan sampai pada masa remaja (masa kini)?

c. Bentuk keterbatasan fisik apa saja yang dialami partisipan?

d. Bagaimana reaksi partisipan terhadap ketunadaksaan yang dialami? e. Apakah partisipan sudah menerima kondisi ketunadaksaannya?

IV.Keluarga

a. Bagaimana reaksi keluarga terkait kondisi ketunadaksaan yang dialami partisipan? b. Apakah keluarga sudah menerima kondisi ketunadaksaan partisipan ?

(4)

V. Gambaran Aspek – Aspek Family Matters Pada Partisipan 1. Awareness

a. Seberapa sering partisipan terlibat dalam acara keluarga? b. Bagaimana reaksi orang lain ketika partisipan hadir disitu ?

c. Apakah partisipan berpikir bahwa orang lain tidak mengiraukan kehadiran partisipan atau sebaliknya, mereka akan memberikan reaksi positif, seperti menyapa atau memberikan senyuman ?

d. Apakah partisipan mengikuti kegiatan diluar rumah?

e. Seberapa penting kegiatan itu bagi partisipan dan mengapa ?

f. Ketika sedang berada di rumah, apa biasanya yang partisipan lakukan? g. Apakah partisipan terlibat dalam interaksi dengan orang tua ?

h. Bagaimana hubungan partisipan dengan keluarga ? (orang tua & saudara kandung)

2. Importance

a. Apakah partisipan pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan / masalah terkait dengan kondisi partisipan saat ini ?

b. Seperti apa pengalaman/masalah itu ?

c. Bagaimana reaksi partisipan terhadap pengalaman/masalah tersebut ? d. Seberapa jauh hal tersebut berpengaruh terhadap diri partisipan ?

e. Bagaimana partisipan memandang dirinya sendiri terkait pengalaman/masalah itu? f. Bagaimana reaksi keluarga ketika partisipan mengalami hal tersebut ?

g. Dukungan apa yang diberikan keluarga saat itu, dan seberapa berarti dukungan itu bagi partisipan ?

i. Apa harapan keluarga terhadap partisipan, misalnya dalam hal pendidikan ataupun pekerjaan partisipan kelak ?

j. Pencapaian / prestasi apa yang pernah partisipan raih hingga saat ini ? k. Apa bentuk apresiasi keluarga saat itu ?

3. Reliance

(5)

b. Apakah partisipan menikmati peran tersebut ?

c. Adakah masalah dalam mengerjakan peran tersebut ? jika ya,apa bentuk masalah tersebut dan mengapa ?

d. Apakah keluarga pernah meminta bantuan kepada partisipan? e. Bagaimana perasaan partisipan saat itu ?

f. Apakah partisipan berpikir bahwa partisipan mampu mengerjakannya? g. Jika ada diskusi dalam keluarga, apakah partisipan juga dilibatkan ? h. Apakah keluarga pernah meminta saran kepada partisipan

i. Jika ya, misalnya dalam bentuk apa?

(6)

LAMPIRAN 2

INFORMED CONSENT

Pernyataan Pemberian Izin oleh Responden

Judul Penelitian : Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa Peneliti : Desy Christina M

NIM : 091301042

Saya yang bertandatangan di bawah ini, dengan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Saya telah diminta dan telah menyetujui untuk diwawancarai sebagai responden dalam penelitian mengenai gambaran family matters pada remaja tunadaksa.

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan manfaat penelitiannya. Dengan demikian saya menyatakan kesediaan saya dan tidak berkeberatan memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya.

Saya mengerti bahwa identitas diri dan juga informasi yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian saja.

Medan, September 2013

(7)

Lampiran 3

Partisipan I, Wawancara I Verbatim

Iter (R) : “Apa penyebab yang membuat Lanang mengalami kecacatan ini?”

Itee (I) :”Ya itu kan akibat..eee..kena gula dari bapak, turun ke Lanang yang menyebabkan dibawah lutut itu busuk ..jadi gak bisa ya gimana ya, gak bisa berfungsi lagi, gak bisa bergerak lagi, yaudah akhirnya diamputasi, dipotong, dan dibuang sebagian yang dibawah lutut itu.”

R :”Nah, apa-apa saja yang kena selain lutut?”

I :”Yang kena, eh ini (sambil menunjuk tangan kiri), jari sebelah kiri,empat,selain

itu jempol kaki kiri..dah itu aja kak..”

R :”Jadi waktu kecil perkembangan sama kayak orang normal ya?”

I :”Enggak kak, beda. Kakinya satu besar satu kecil gitu. Busuk dia.”

R :”Kalo belajar berjalannya gimana?”

I :”Itu sama kayak yang lain kak, cuman pas udah pinter berjalan itu udah berbeda.”

R :”Diamputasi usia berapa?”

I :”Dua minggu.”

R :”Jadi kalo kondisi seperti ini, apalah kegiatan yang susah Lanang lakukan?”

I :”Ya berolahraga lah kak.”

R :”Kalo yang sehari-hari?”

I :”Kalo yang sehari-hari enggak ada kak”.

R :”Jadi, kapanlah Lanang tahu atau menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda

dari fisik Lanang sendiri?”

I :”Dari sejak SD lah kak..”

R :”Dari usia berapa ya?”

I :”Enam tahun..”

R :”Kalo Lanangingat waktu itu gimana?”

I :”Ya ada rasa gengsi gitu sama orang yang sempurna, ada rasa,ee apa iri gitu lihat

(8)

R :”Nanya gak sama orang tua kenapa begini?”

I :”Enggak kak, gak nanya..”

R :”Kenapa?”

I :”Karena udah dinilai sama orang diluar sana,dan tahu dari orang itu juga..”

R :”Jadi orang tua gak ngasih tahu?”

I :”Enggak kak.”

R :”Sampai usia berapa orang tua gak ngasih tahu?”

I :”Usianya kira-kira delapan atau sembilan tahun gitu lah kak.”

R :”Berarti Lanang beraktivitas gitu ajalah ya?”

I :”Iya,anggap aja kayak orang sempurna gitu.”

R :”Nah, jadi dulu pada saat masa anak-anak jalannya kayak biasa gitu atau

gimana?”

I :”Eee, pake tongkat..”

R :”Dari usia ?”

I :”Dari usia lima tahun..”

R :”Setelah itu, masukusia SD?”

I :”SD pake sepeda ke sekolahnya, kalo kayak biasa pake tongkat.”

R :”Oke, masuk SMP?”

I :”Kalo SMP kelas tiganya baru pake kaki palsu, pas kelas satu dan dua masih pake tongkat dan sampek SMA sekarang lah kak..”

R :”Nah, kemarin reaksi Lanang sendiri gimana pas menyadari kondisi Lanang

mengalami kecacatan fisik seperti ini?”

I :”….ya terima ajalah kak. Dah dikasih Tuhan kayak gini..ya udah..apalagi mau

dibilang.”

R :”Apa yang membuat Lanang menerimanya?

I :”Yaa..eee..apa ya..(diam sejenak)..semangat …”

R :”Semangat dari?”

I :”Semangat dari orang tua, teman-teman semua..yang ngasih…pokoknya yang

(9)

R :”Dan nerima kondisi yang sekarang ini?”

I :”Nerima..”

R :”Kalo masih gabung sama orang-orang yang normal, masih ngerasa minder?”

I :”Gak lagi..”

R :”Kalo ngomongi tentang tradisi didalam keluarga, kita kan sering ngumpul

-ngumpul dengan keluarga, biasanya dalam keluarga ini kumpul-kumpulnya dalam acara apa?”

I :”dalam acara wirid gitu, arisan keluarga, idul fitri..”

R :”Nah, Lanang kalo ada acara keluarga sering ikut gak?”

I :”Sering..”

R :”Saat itu pernah berpikir gak kalo keberadaan Lanang nanti ditolak orang?”

I :”eeee,pernah..”

R :”gimana bisa diceritakan gak pas ngerasa gitu?”

I :”Yah..pas ngerasa gitu kan, pas ngeliat cewek, misalnya mau dekati gitu, takut,

takut gitu gak diterima atau dicela gitu..”

R :”Kalo didalam acara keluarga merasa begitu?”

I :”Enggak begitu?”

R :”Jadi meskipun acara keluarga diadakan diluar, juga gak pernah berpikir begitu?”

I :”Enggak begitu..”

R “Berarti da sama sekali merasa bahwa semua keluarga udah menerima keadaan

Lanang?”

I :Iya kak..”

R :”Nah pernah punya pengalaman ditolak gak, maksudnya reaksi orang itu

kayaknya negatif sama Lanang?”

I :”Pernah..sama teman sekolah, sama teman bermain, sama teman dekat ginilah..”

R :”Oh berarti kalo sama keluarga enggak ya..dan kalo ada acara keluarga Lanang

ikut ajalah ya?”

I :”Iya kak..”

R :”Lanang ikut kegiatan diluar rumah gak?”

(10)

R :”Dari sejak dulu, dari SD,SMP, dan sampai sekarang sama sekali gak ada?”

I :”Gak ada..”

R :”Kenapa?”

I :”Karena merasa kurang bisa gitu untuk jalani kegiatan itu, merasa kurang

sanggup, kurang..fisiknya kurang memadai, aturannya …….masih sempurna tapi kan gak bisa juga awak pikirkan gitu?”

R :”Oh,berarti hanya karena merasa tidak mampu ajalah ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Tapi kalau keinginan dari diri sendiri?”

I :”Sebenarnya mau sih.”

R :”Maunya ikut apa?”

I :”Maunya ikut,eee, latihan bola gitu..eee..silat,ya sejenis itulah kak.”

R :”Berarti Lanang itu banyak menghabiskan waktu dirumah?”

I :”Iya kak.”

R :”Kalo dirumah biasanya ngapain?”

I :”Belajar, nonton TV, main komputer..itulah kak.”

R :”Kalau interaksi dengan orang tua atau sama kakak gimana?”

I :”Kurang kak.”

R :”Kenapa kira-kira?”

I :”(sambil berpikir)..Ya, eeee..karena gak ada yang mau dibicarainlah kak..hehe”.

R :”Lanang itu terbuka gak sih sama keluarga?”

I :”Enggak kak.”

R :”Kalau lagi ada masalah?”.

I :”Enggak juga kak”.

R :”Kenapa?”

I :”Yak karena takut nyusain gitu.”

R :”Pernah ngomongin hal yang pribadi sama orang tua, sama kakak, atau sama

(11)

I :”Enggak kak.Tertutuplah.”

R :”Ngerasa nyaman gak kalo begitu?”

I :”Ya kalo dibilang nyaman sih enggak kak.”

R :”Yang membuat gak nyaman itu apa?”

I :”Ya kayak ada ngerasa ganjal gitu, mau ngungkapin aja tapi gak bisa

diungkapin.”

R :”Kalo ngerasa gak nyaman kenapa gak coba diungkapin aja?”

I :”Ya itu tadi lah kak takut nyusahin orang tua.”

R :”Oh, biasanya masalah apa yang Lanang simpan?”

I :”Ya itu tadilah kak, yang cela-celaan itu,masalah sekolah.”

R :”Masalah sekolah apa?”

I :”Biasanya ya tentang uang sekolah gitu kak, ya dipanggil guru, disuruh panggil

orang tua. Gak Lanang bilang tapi, Lanang selesain sendirilah”.

R :”Loh, tapi kan harus dibayar”.

I :”Iya bilangnya sama abang ajalah kak gak sama mamak”.

R :”Oh oke.Kalo hubungan Lanang dengan kakak Lanang gimana?”

I :”Eee..dekat.”

R :”Dekat nya bagaimana?”

I :”Ya sering bercanda-bercanda sering cerita apa gitu, pokoknya dekatlah.”

R :”Kalo sama abang.”

I :”Sama abang kurang karena sering diluar gitu, jarang pulang gitu.”

R :”Sama mamak?”

I :”Sama mamak kurang juga”.

R :”Kenapa?”

I :”Ya karena mamak jarang dirumah juga, kerja kan, jadi jarang komunikasi lah”.

R :”Mamak bukannya dirumah?”

I :”Ya kalo ada kerjaan kan entah dari orang ada apa-apa kan keluar gitu, pulang

(12)

R :”Jadi kalo menurut Lanang hubungan dengan mamak dekat atau enggak?”

I :”Ya kalo dibilang deket, bisa, kalo dibilang tidak deket ya bisa juga..hahaha

R :”Kalo Lanang bilang bisa dibilang tidak dekat itu dalam hal apa?”

I :”Hmm..apa ya dalam hal sering- sering cerita gitu, kurang komunikasi gitu kak.”

R :”Bukannya mamak orangnya terbuka ya?”

I :”Iya memang kak, tapi jarang-jarang cerita aja gitu kak.”

R :”Karena apa?”

I :”Karena takut nyusahin tadi lah kak.”

R :”Bapak meninggal usia berapa?”

I :”Usia 30 tahun kak.”

R :”Waktu itu Lanang kelas berapa?”

I :”Kelas 3 SD”.

R :”Gimana hubungan sama bapak?”

I :”Deket kak dibandingin sama mamak.”

R :”Jadi pas bapak meninggal gimana perasaan Lanang waktu itu?”

I :”Ya..kayak gak terima aja gitu kak, pengennya selalu sama.”

R :”Kalo disekolah Lanang banyak temannya gak?”

I :”Banyak.”

R :”Masalah apa yang pernah Lanang alami atau hal yang tidak enak ketika gabung

ama teman-teman.”

I :”Dicela.”

R :”Apa kata mereka?”

I :”Ya, „Kau ngapain gabung-gabung sama kami, kau gak punya kaki, kakimu

puntung‟ yaudah gitulah kak.”

R :”Jadi Lanang bilang apa?”

I :”Yaudah gak dijawab pergi ajalah kak.”

R :”Itu kejadiannya waktu kapan?”

(13)

R :”SMA?”

I :”SMA enggak kak.”

R :” Jadi apa yang Lanang rasakan ketika dikatakan seperti itu?”

I :”Ya..(diam sejenak)..gak taulah bilangnya gimana kak..(diam), bisa dibilang sakit

hatilah kalo bisa dibilang…gitulah kak.”.

R :”Lanang orangnya percaya diri gak?”

I :”Percaya diri?”

R :”Kenapa bilang percaya diri?”

I :”Ya karena Lanang yakin, Lanang bisa sukses dari mereka, dengan kekurangan

seperti ini kenapa gak bisa sukses.”

R :”Kalo dalam pergaulan sama temen-temen percaya diri gak?”

I :”Percaya diri”.

R :”Kalo sama cewek?”

I :”Kurang kak..hehe (sambil tertawa)”.

R :”Udah pernah pacaran?”

I :”Udah kak”.

R :”Kapan?”

I :”SMP kelas 3 kak?”

R :”Oya, tapi sekarang udah gak lagi?”

I :”Enggak kak.”.

R :Oh, bertahan berapa lama?”

(14)

Partisipan I, Wawancara II

Iter (R) :”Bisa diceritakan gak, apakah Lanang pernah mengalami pengalaman yang tidak enak, terkait dengan kondisi ini?”.

Itee (I) :”Pernah. Tentang ..(berpikir sejenak), gimana dibilang ya, eeee, diejekin gitu.”

R :”Peristiwanya kapan?”

I :”SD kak.”

R :”SMP, SMA gak ada?”.

I :”Gak ada kak.”

R :”Bagaimana reaksi Lanang waktu itu?”

I :”Menerima apa adanya lah kak.”

R :”Menerima maksudnya?”

I :”Terima aja apa yang dibilang.”

R :”Gak melawan?”

I :”Enggak.”

R :”Apa reaksi orang tua saat itu?”

I :”Ya mamak pasti marah..hahaha (sambil tertawa kecil).”

R :”Marahnya gimana?”

I :”Ya, didatangin gitu orang itu, ya dimarah-marahi lah.”

R :”Nah, tadi kan Lanang bilang temen – temen ngejekin. Seberapa jauh lah hal itu

mempengaruhi Lanang?”

I :”Sempat juga sih patah semangat (nada suara rendah),ya kenapa aku berbeda dari

orang itu, kenapa aku begini.”

R :”Dukungan apa yang diberikan dari keluarga kepada Lanang?”

I :”Semangat, motivasi kak.”

R :”Biasanya semangat dan motivasi dalam hal apa?”

I :”Emm,gimana yah, misalnya motivasi untuk maju, dengan keadaan seperti ini

(15)

R :”Nah, kira-kira apa harapan keluarga terhadap Lanang?”

I :”Ya kedepannya sukses..”

R :”Oke, apakah keluarga ada menetapkan Lanang harus jadi begini..atau begitu..,

atau apakah keluarga memberikan kebebasan kepada Lanang?”

I :”Membebaskan kak.”

R :”Bagaimana Lanang memandang hal itu?”

I :”Ya pandangan Lanang sendiri sih nanggapinya sih bagus.”

R :”Nah, prestasi apa yang pernah Lanang capai sampai saat ini.”

I :”Belum ada sih.”

R :”Apakah hal itu mempengaruhi diri Lanang?”

I :”Enggak.”

R :”Oke..kalo dirumah tugas Lanang apa?”

I :”Kerjai tugas dari sekolah, beres-beresin rumah, tempat tidur, itulah.”

R :”Oh, jadi tugasnya dirumah kerjain tugas sekolah, beres-beresin rumah, tempat

tidur, trus ada lagi?”

I :”Misalnya ada pakaian kotor nyuci.”

R :”Oh pakaian kotor Lanang yang cuci?”

I :”Iya kak.”

R :”Ada merasa kesulitan dalam mengerjakannya?”

I :”Gak ada kak..”

R :”Oya, menikmati peran itu kah?”

I :”Iya kak.”

R :”Kenapa?”

I :”Ya asik aja ngerjain itu kak, haha (sambil tertawa).”

R :” haha (tertawa), asik misalnya ngerjain apa?”

I :”Ya nyuci gitu kak, haha (tertawa).”

R :”Selain itu apa lagi?”

(16)

R :”Ada gak tugas yang Lanang gak bisa lakukan?”

I :”Dirumah?”

R :”Iya dirumah.”

I :”(berpikir sejenak)..gak ada sih.”

R :”Semua tugas Lanang berarti bisa dilakukan?”

I :”Iya kak.”

R :”Ada masalah dalam melakukan tugas itu?”

I :”Gak ada kak.”

R :”Oke. Biasanya kalo mamak, atau keluarga, atau abang, atau kakak Lanang itu

pernah gak minta bantuan sama Lanang?”

I :”Pernah.”

R :”Dalam hal apa?”

I :”Disuruh gitu kak, keluar gitu, beli apa, disuruh ambilin apa gitu.”

R :”Hmm, Lanang bisa melakukannya?”

I :”Bisa kak.”

R :”Bagaimana perasaan Lanang ketika ada orang lain meminta bantuan Lanang?”

I :”Mau sih bantunya kak, gak merasa keberatan, itu aja sih.”

R :”Oke. Ada gak satu pekerjaan dimana Lanang berpikir bahwa Lanang gak bisa

ngerjain itu?”

I :”Sejauh ini sih bisa dilakuin kak?”

R :”Nah, kalau dirumah itu sering diskusi-diskusi keluarga gak?”

I :”Sering.”

R :”Biasanya tentang apa?”

I :”Masalah keluarga, masalah ekonomi, masalah keuangan gitu lah kak.”

R :”Biasanya kalo lagi ngobrol-ngobrol gitu semuanya ngumpul?”

I :”Ngumpul kak.”

R :”Lanang pernah kasih saran tentang masalah-masalah yang dihadapi atau

(17)

I :”Biasanya Lanang sendiri sih kak yang kasih saran, bukan mereka minta.”

R :”Apakah Lanang pernah berpikir „apakah aku ini berguna bagi orang lain‟?”

I :”Pernah, sering pun kak.”

R :”Kalau sering, berarti ada dong satu waktu tidak berpikir seperti itu?”

I :”Enggak sih kak.”

R :”Oh gitu. Oke, sekarang coba Lanang ungkapkan tentang siapa Lanang dalam

pandangan Lanang sendiri.”

I :”Sejauh ini bisa dibilang..eee.bisa dibilang baik, bisa dibilang enggak.”

R :”Baik dalam hal apa?”

I :”Dalam hal (berpikir sejenak), ada sih yang dalam kerjaan itu yang gak bisa dilakuin, misalnya kayak,ee, kemaren sih sempat pengen masuk ke audio video itu yang tentang listrik-listrik itu kak,kendalanya itu gak bisa disitu, tentang-tentang listrik, memang kepikiran juga kesitu kan, tapi gak bisa. Sempat putus asa juga sih, soalnya dulu pernah kepikiran disitu. Itu aja sih.”

R :”Oh jadi tidak bisa. Perasaan Lanang bagaimana?”

I :”Ya gimana ya, bisa dibilang,eee, nyesal juga sih karena gak bisa, karena yang di

cita-citain gak bisa dijalani, gak bisa untuk mencapainya.”

R :”Apa yang Lanang sesalkan?”

I :”Itu tadi kak karena gak bisa.”

R :”Apakah itu salah Lanang makanya gak bisa?”

I :”Enggak juga sih (tertawa kecil)”

R :”Enggak kan.Berarti salah siapa? Ada yang disalahkan disitu?”

I :”Gak ada sih kak?”

R :”Iya, berarti gak ada yang perlu disesalkan kan, hanya karena mungkin

kondisinya yang tidak memungkinkan.”

R :”Ngomong-ngomong tadi tentang audio video, itu tentang apa tadi?”

I :”Tentang kelistrikan kak.”

R :”Oh. Itu disekolah sekarang ada?”

I :”Ada kak.”

(18)

I :”Iya kak.”

R :”Oke. Sekarang Lanang jurusan apa?”

I :”Komputer dan jaringan kak.”

R :”Oh. Berarti bisa disimpulkan bahwa Lanang sebenarnya ingin ke audio video

daripada yang komputer dan jaringan. Oke, berarti tidak dapat karena kondisi yang seperti ini ya.”

I :”Iya kak.”

R :”Oke, coba bisa ceritain tentang diri Lanang? Misalnya „aku ini orangnya seperti

ini, atau seperti itu‟ gitu.”

I :”Saya ini orangnya pemalu, sabar, eee, sejauh itu aja sih kak.”

R :”Terus?”

I :”Pendiam, susah bersosialisasi gitu sih kak.”

R :”Kenapa susah bersosialisasi?”

I :”Ya karena liat keadaan gini kak, takut ada yang gak nerima,..”

R :”Terus?”

I :”Itu aja sih kak.”

R :”Nah, Lanang itu orangnya percaya diri gak?”

I :”Enggak kak.”

R :”Kenapa?”

I :”Dengan keadaan seperti inilah kak.”

R :”Oke,karena keadaan Lanang yang seperti ini. Kemaren Lanang pernah bilang

kalau Lanang sudah menerima kondisi Lanang yang sekarang ini, tetapi Lanang tidak percaya diri. Bisa diceritakan kenapa bisa seperti itu?”

I :”Kalo sama temen-temen biasa-biasa sih percaya diri. Tapi kalo sama temen

baru, kenalan gitu, itu rasanya kurang gitu, kayak gak diterima aja gitu.”

R :”Itu dari pikiran sendiri ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Tapi belum pernah ngalamin pengalaman ditolak sama lingkungan kan?”

(19)

R :”Berarti Lanang itu susah bersosialisasi, pemalu, sabar. Oke, sekarang kakak coba ambil yang susah bersosialisasi dan pemalu. Hal itu disebabkan karena apa?”

I :”Karena keadaan tadilah kak.”

R :”Oke, takut ditolak gitu ya.”

I :”Iya kak.”

R :”Lanang bangga dengan diri Lanang sendiri?”

I :”(diam sejenak). Sejauh ini belum sih, belum ada yang bisa dibanggain.”

R :”Kenapa?”

I :”(diam sejenak) belum ada yang bisa dicapai kak. Gitu sih kak.”

R :”Apa yang bisa membuat Lanang bangga dengan diri Lanang?”

I :”Terutama membahagiakan orang tua sih (diam sejenak), itu sih yang utama.”

R :”Apakah ada hal yang lain yang bisa membuat Lanang bangga, atau adakah

syarat Lanang untuk membuat Lanang bangga dengan diri Lanang sendiri?”

I :”Naikkan orang tua haji.”

R :”Terus?”

I :”Terus berguna buat orang, itu aja sih kak.”

R :”Oke. Sudah menerima kah kondisi saat ini?”

I :”Sudah kak.”

R :”Apakah yang membuatmu yakin bahwaLanang nerima kondisi saat ini?”

I :”Yang membuat yakin,eee, liat-liat orang disekitar juga lah kak, ada yang lebih dari Lanang gini, ada yang lebih kurang dari Lanang gitu.”

R :”Lanang liatnya tiap hari?”

I :”Gak tiap hari sih kak. Misalnya ada ngumpul-ngumpul, ada wirid gitu, rupanya

ada yang lebih (kurang) dari Lanang.”

R :”Sejauh ini Lanang percaya kalo Lanang bisa mencapai cita-cita?”

I :”(berpikir sejenak) percaya kak.”

R :”Kenapa?”

(20)

R :”Oke, kita kan punya tujuan hidup, punya cita-cita, dan kakak tanya apakah Lanang percaya dapat mencapai apa yang Lanang cita-cita kan itu, dan Lanang jawab percaya. Hal apa yang membuat Lanang percaya?”

I :”Ya..semangat itulah kak yang membuat yakin. Tidak pantang menyerah.”

R :”Semangat dari siapa?”

I :”Dari diri sendiri.”

R :”Oke, berarti semangat itu sudah ada dalam diri Lanang sehingga Lanang yakin

bisa mendapatkan yang Lanag mau.”

I :”Iya.”

R :”Cita-citanya apa?”

I :”Ahli komputer.”

R :”Tujuan hidupnya jadi apa?”

I :”Berguna untuk semua orang.”

R :”Kira-kira bisa didapatkan dua hal ini?”

I :”Insyaallah bisa.”

R :”Lanang punya sahabat?”

I :”Dekat kak?”

R :”Iya dekat.”

I :”Enggak kak.”

R :”Disekolah?”

I :”Enggak. Teman biasa-biasa ajalah kak.”

R :”Berapa orang kira?”

I :”Kurang lebih 20 gitulah kak.”

R :”Temannya itu cuman teman „say hello‟ aja?”

I :”Iya kak.”

R :”Pengen punya sahabat?”

I :”Pengen sih.”

(21)

I :”Belum ada yang merasa enak aja kak untuk didekati, untuk dikawani.”

R :”Lanang disekolah bagaimana hubungan sosialisasinya?”

I :”Ya gitu tadi kak susah bersosialisasi jadi disekolah itu paling tidur, dikelas itu

diem, main handphone.”

R :”Tidak bergabung dengan teman yang lain?”

I :”Kadang-kadang sih gabung.”

R :”Kalo gabung biasanya kalian ngapain?”

I :”Ya kumpul-kumpul gitu aja sih kak.”

R :”Dilingkungan rumah gak ada teman juga?”

I :”Enggak kak.”

R :”Merasa kesepian?”

I :”Enggak.”

R :”Kenapa?”

I :”Yah gak ngerasa aja kak.”

R :”Oke, berarti kalo dirumah sama kelurga aja, kalo disekolah sama temen, tapi temen biasa. Dan kalo kakak bisa ambil kesimpulan Lanang itu susah bersosialisasi karena kondisi Lanang saat ini. Kalo sebenarnya Lanang itu punya keinginan gak untuk bersosialisasi?”

I :”Punya kak.”

R :”Oke, karena kondisi yang akhirnya membuat Lanang susah bersosialisasi ya.

Berarti sifat pendiam itu juga sebenarnya karena kondisi juga yang menyebabkan, bisa dikatakan seperti itu?”

I :”Iya kak.”

R :”Kalo bisa digali, sebenarnya sifat Lanang itu seperti apa ya?”

I :”Suka bercanda orangnya kak.”

R :”Dan suka bersosialisasi juga?”

I :”Sebenarnya suka.”

R :”Tapi itu tidak terjadi karena kondisi tadi ya?”

I :”Iya kak.”

(22)

Partisipan I, Wawancara 3

Iter (R) :”Kemaren Lanang bilang bahwa Lanang itu susah untuk bersosialisasi, nah alasanya kenapa?”

Itee (I) :”Karena keadaan. Karena malu juga dengan keadaan..jadi susah bersosialisasi kak.”

R :”\ Kenapa harus malu?”

I :”Karena keadaan ini kak.”

R :”Alasan lain selain keadaan, ada lagi dek?”

R :”Gak ada kak.”

:”Oke, berarti hal yang membuat Lanang susah bersosialisasi adalah hanya karena keadaan ya dek.”

I :”Iya kak.”

R :”Lanang sejauh ini sudah menerima kondisi Lanang atau ada fase dimana kadang

nerima kadang enggak, atau sudah sepenuhnya kah menerima, atau bagaimana?”

I :”Ya kalau dibilang sudah nerima, ya sudah nerima kak (nada suara rendah).”

R :”Apakah sepenuhnya menerima atau ada masa Lanang gak nerima?”

I :”Ada masa kak.”

R :”Pada saat kapan, atau pada situasi seperti apa Lanang itu jadi tidak nerima kondisi?”

I :”Situasi kayak mendekati cewek gitu kak (sambil tersenyum)..gitu lah paling

yang hambatannya kak.”

R :”Cewek aja?”

I :”Iya kak.”

R :”Nah kalo kita ngomongin kembali ke masa kecil, Lanang pernah gak nanya

sama mamak, sama bapak dulu, perihal ketunadaksaan?”

I :”Enggak kak.”

(23)

I :”Mmmm kenapa ya (sambil berpikir sejenak).”

R :”Apa gak ingin tahu gitu dek?”

I :”Gak ingin tahu memang Lanang.”

R :”Kira-kira kenapa dek?”

I :”Yantar kalo nanya kan, „kenapa aku begini, orang lain gak ngalamin seperti itu‟

kan pasti itu yang ditanyakan. Takut kepikiran gitu kak orang tua.”

R :”Oh takut membebani gitulah ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Oke. Nah, tadi Lanang bilang kalo sudah menerima kondisi Lanang. Apa yang

membuat Lanang menerima?”

I :”Ya karena support-support dari kawan juga. Ya gitulah kak.”

R :”Nah Lanang gimana dikeluarga, apakah terbuka dengan keluarga atau gimana

dek?”

I :”Kalo dengan keluarga tertutup kak.”

R :”Bisa diceritakan tertutup nya bagaimana?”

I :”Kalo misalnya ada masalah kan gak mau cerita gitu, misalnya ada ama kawan

-kawan masalah gak mau cerita..gitulah.”

R :”Kenapa?”

I :”Yah karena takut nyusahin juga.”

R :”Sejauh ini apakah masalah yang Lanang hadapi bisa diselesaikan sendiri?”

I :”(sambil berpikir) Sejauh ini bisa sih.”

R :”Masalah apa yang biasanya Lanang hadapi?”

I :”Kalo misalnya masalah sekolah..kalo bayar-bayar uang sekolah, jadi diambil

dari uang jajan dikumpul-kumpulin. Kadang-kadang juga minta uang jajan lebih sama mamak untuk menutupi itu.”

R :”Selain itu masalah apa lagi yang Lanang hadapi?”

I :”Gak ada sih, itu aja.”

R :”Sama teman-teman gimana, ada masalah?”

I :”Gak ada kak.”

(24)

I :”(berpikir sejenak) Gak kak.”

R :”Oke. Ngomong-ngomong hal apa yang bisa membuat Lanang percaya diri?”

I :”Bisa percaya diri?Hmm apa ya,ya itu tadi kawan-kawan bisa nerima dengan

keadaan seperti ini. Hmm..itu sih yang paling penting.”

R :”Trus seberapa penting dukungan keluarga buat Lanang?”

I :”Penting. Penting kali pun.”

R :”Kenapa?”

I :”Kalo gak ada keluarga ya mana mungkin Lanang bisa seperti sekarang ini kak.”

R :”Oke, selain penerimaan dari kawan-kawan Lanang, ada kah hal lain yang

membuat Lanang percaya diri, misalnya prestasi gitu?”

I :”Gak kak. Pokoknya gak mempengaruhilah hal itu”

R :”Oke, berarti hal yang membuat Lanang percaya diri adalah teman-teman yang

menerima Lanang apa adanya dan juga dukungan dari keluarga?”

I :” Iya kak.”

R :”Oiya Lanang pernah ngalamin keadaan dimana Lanang patah semangat?”

I :”Patah semangat, pernah.”

R :”Kapan, dan situasi apa yang terjadi pada saat itu?”

I :”(berpikir sejenak) Kapan ya. Oh pas waktu SD sih kak, yang ada teman yang

ngejekin Lanang karena kondisi kayak gini, ngompas Lanang, terus bilang „kaki puntung‟ gitu sama Lanang.”

R :”Oh, selain itu ada pengalaman yang lain?”

I :”Enggak sih kak.”

R :”Oke. Ngomong-ngomong bagaiman hubungan Lanang terhadap abang dan

kakak Lanang?”

I :”Baik lah kak.”

R :”Baiknya seperti apa?”

I :”Ya mereka mengerti gitu kak. Eh dalam hal semuanya.”

R :”Kalau dengan mamak bagaimana?”

I :”Maksudnya gimana kak?”

(25)

I :”Hmm, kurang sih kak.”

R :”Kurangnya kenapa?”

I :”Hmm, gimana ya..pokoknya kurang lah kak, karena kan dirumah Lanang

tertutup, jarang cerita-cerita. Paling kalo ngumpul-ngumpul gitulah kak, ketawa-ketawa.”

R :”Tapi kasih sayang mamak ini menurut Lanang gimana?”

I :”Gak bisa diungkapin lah kak, benar-benar ibu yang terhebatlah kak.”

R :”Kalo disekolah pergaulan Lanang gimana?”

I :”Kalo disekolah kurang dekat kak ama kawan-kawan. Gitu-gitu ajalah kak

pokonya, kumpul-kumpul aja. Kalo jam istirahat paling dikelas aja main-main handphone, itu aja sih kak, gak pernah keluar, jarang.”

R :”Kenapa?”

I :”Gak ada sebabnya sih kak, emang pengen dikelas aja.”

R :”Apa ada rasa takut tertolak dari teman-teman?”

I :”Enggak ada kak, emang pengen gitu aja.”

R :”Berarti Lanang orangnya pendiam?”

I :”Bisa dibilang iya, bisa dibilang gak juga sih kak.”

R :”Nah kalo disekolah temannya banyak gak?”

I :”(sambil berpikir) Hmm disekolah sekitar 20 an lah kak.”

R :”Sahabat gak ada ya?”

I :”Gak ada ka, cuma teman gitu aja.”

R :”Apakah tidak punya sahabat itu mempengaruhi Lanang?”

I :”Biasa aja kak.”

R :”Biasa aja. Kalo dirumah pergaulannya gimana?”

I :”Sama aja sih kak.”

R :”Gak ada teman-teman disini?”

I :”Gak ada kak, tapi dikota ada, di Teladan dirumah yang dulu.”

(26)

I :”Tiap hari online dirumah, kadang ke Teladan nongkrong disana, kumpul-kumpul karena disitu rumah dulu kan,jadi main-main kesitu. Disitulah paling banyak kawan, soalnya dari kecil disana ka, 3 SMP lah kak baru pindah kemari.”

R :”Oh berarti sebenarnya temannya ada dong?”

I :”Ada, tapi gak disini.”

R :”Oh berarti kalo kakak ambil secara keseluruhan berarti teman Lanang ada,

kayak gank gitu?”

I :”(sambil tertawa kecil) Iya kak.”

R :”Berapa orang kalian?”

I :”Hmm berapa ya, lima puluhan gitu adalah.”

R :”Oh jadi kalo Lanang ngumpul kesana pas kapan?”

I :”Hari minggulah kak, kumpul-kumpul.”

R :”Biasanya kalo ngumpul ngapain?”

I :”Ya dirumah kawan gitu, nongkrong-nongkrong. Sebenarnya sih tiap minggu ada

acara gitu dirumah kawan, patungan buat manggang-manggang apa gitu. Gitu sih kak.”

R :”Sejauh ini menikmati bersama mereka?”

I :”Menikmati kak.”

R :” Oh gitu ya. Gimana sih sikap teman-teman Lanang ke Lanang sendiri, sejauh

yang Lanang lihat, baik itu teman disekolah, ataupun di Teladan?”

I :”Baik sih kak, sejauh ini mereka bisa menerima. Baik sih.”

R :”Baiknya gimana?”

I :”Hmm ngerti keadaan, gak saling ejek gitu kak. Itu sih.”

R :”Itu yang paling penting buat Lanang?”

I :”Iya kak.”

R :”Oke. Nah, kalo kita balik kembali ke keluarga, sejauh ini dukungan apa yang

udah keluarga kasih ke Lanang?”

I :”Kalo dukungan, dalam hal pendidikan gitu kak, cita-cita kan pengen jadi ahli komputer, sejak kecil udah dibelikan komputer gitu kak. Dan semangat. Gitu sih kak.”

R :”Nilai apa yang ditanam oleh bapak dan mamak sejak dulu ke Lanang?”

(27)

R :”Gitu ya. Nah, kalo kerjaan Lanang dirumah biasanya ngapain?”

I :”Ya nonton televisi, online, ngerjain PR, kadang nyuci, bersihkan rumah, karena

kan kak dirumah gak ada orang, kakak kuliah, trus bantuin mamak lah, beresin tempat tidur. Gitu sih.”

R :”Merasa terganggu dengan itu dek atau ada masalah dalam mengerjakannya?”

(28)

Lampiran 4

Partisipan 2, Wawancara I

Iter (R) :”Apa penyebab terjadinya kecacatan fisik yang Yumi alami?”

Itee (I) :”Emm..gak tau kak.”

R :”Yumi gak pernah nanya sama mama?”

I :”Gak kak, gak pernah.”

R :”Kenapa?”

I :”Ya gitulah kak, gak pernah Yumi nanya.”

R :”Berarti sampai sekarang Yumi belum tau apa yang menyebabkan kondisi Yumi

saat ini?”

I :”Belum.”

R :”Oke, jadi waktu kecil bagaimana, Yumi gak bertanya-tanya dengan kondisi

Yumi?”

I :”Emm,enggaklah kak (sambil tersenyum kecil).”

R :”Seingat Yumi bagaimana dulu waktu Yumi kecil, waktu belajar jalan, anak

-anak, masuk usia sekolah SD, SMP, itu bagaimana?”

I :”Ya biasa-biasa gitu lah kak, belajar pake tongkat.”

R :”Pake tongkatnya dari usia berapa?”

I :”Dari usia 3 tahun kayaknya kak.”

R :”Yang ngajarin siapa dek?”

I :”Yang ngajarin papa kak.”

R :”Nah, Yumi gak pernah terlintas sedikit pun, melihat kondisi Yumi ketika

bergabung dengan teman-teman Yumi, berpikir bahwa Yumi berbeda?”

I :”Enggak kak, Yumi biasa aja. Ah gak apa-apalah gitu kan ka.”

R :”Pernah bertanya dalam hati mengenai kondisi Yumi ?”

I :”Pernah kak.”

R :”Bisa gak diceritakan bagaimana ketika itu dek?”

(29)

R :”Pada usia berapa terlintas di pikiran Yumi?”

I :”Usia 12tahun kak, pas SMP kak.”

R :”Ketika SD pernah gak?”

I :”Pernah sih kak, cuman gak terlalu kali, biasa-biasa aja. Yaudalah terima ajalah,

udah takdir dari Tuhan, gitu sih kak Yumi mikirnya.”

R :”Berarti Yumi menyadari bahwa ada yang berbeda dengan kondisi Yumi?”

I :”Iya kak.”

R :”Yumi menyadarinya ketika usia berapa?”

I :”Dari kecil kak, sekitar 10 atau 11 tahun.”

R :”Berarti sebelumnya Yumi tidak menyadari nya ya dek dan menganggapnya

sebagai sesuatu yang normal?”

I :”Iya kak.”

R :”Oiya kalo kakak boleh tahu yang mengalami kecacatan bagian tubuh mana aja

dek?”

I :”Kaki sebelah kiri kak.”

R :”Selain itu ada lagi?”

I :”Enggak kak.”

R :”Dan setau Yumi ini bawaan lahir atau karena kecelakaan misalnya?”

I :”Bawaan lahir kak, gitu kata mamak.”

R :”Reaksi Yumi sendiri ketika menyadari kondisi Yumi yang berbeda dari yang

lain itu bagaimana?”

I :”Ya gitu lah kak (sambil tertawa kecil)

R :”Apakah merasa minder ketika itu?”

I :”Kalau minder pasti ada kak.”

R :”Kalau gabung sama teman-teman merasa seperti itu?”

I :”Ya ada juga sih. Ya gitu lah kak. (sambil tertawa kecil).”

R :”Yumi sudah nerima kondisi Yumi sekarang ini?”

I :”Udah kak.”

R :”Kenapa Yumi bilang udah?”

I :”Karena Yumi yakin, kalo, kalo ini kan udah ditakdirkan Tuhan gitu kan kak, gak

(30)

R :”Kalau keluarga sendiri bagaimana reaksi nya terhadap kondisi Yumi, apakah mereka sudah nerima?”

I :”Udah kak.”

R :”Apa yang membuat Yumi menerima kondisi Yumi?”

I :”Apa ya kak, eee..dukungan dari keluargalah kak, teman, sama keyakinan Yumi

sendiri.”

R :”Kalau dari keluarga dukungan apa yang biasanya dikasih?”

I :”Ya jangan putus asa, tetap jalani aja suka duka nya, gitulah kak kata keluarga.”

R :”Kalau dari teman dukungan apa yang Yumi terima?”

I :”Kalau dari teman mereka bilang.‟udahlah Yum,gak usah terlalu minder kali, apa

adanya aja, syukuri aja apa yang ada,‟gitu kak.”

R :”Kalau dari Yumi sendiri?”

I :”Ya mau gimana lagi, namanya memang udah kayak gini kak, gak perlu disesali

lagi gitu kan.”

R :”Seberapa penting dukungan keluarga buat Yumi?”

I :”Ya penting kali kak, untuk mendorong Yumi untuk bisa tetap semangat, untuk

sukses, gitu kak, biar gak gampang putus asa.”

R :”Nah, kalau ada acara-acara keluarga Yumi itu sering ikut gak?”

I :”Sering.”

R :”Contohnya kemana?”

I :”Contohnya kemaren pas tahun baru kemaren kan ada yang meninggal, ya Yumi

ikut ke situ. Kalau ada arisan keluarga Yumi ikut, kalau ada yang pesta Yumi selalu ikut kak.Selalu ikut.”

R :”Biasanya perginya dengan siapa?”

I :”Dengan mama.”

R :”Nah, pernah kah Yumi berpikir ketika Yumi ada didalam acara keluarga, Yumi

akan dtolak?”

I :”Enggak kak, gak pernah Yumi kayak gitu.”

R :”Lalu, bagaimana respon keluarga besar Yumi, selain papa, mama, kakak, dan

abang Yumi, bagaimana reaksi mereka terhadap Yumi?”

I :”Ya mereka sayang sama Yumi. Sayang, terus pengertian, ya gitu kak.”

R :”Sering jumpa dengan mereka?”

(31)

R :”Oke, berarti Yumi tidak pernah berpikirlah ya bahwa Yumi akan ditolak ketika sedang kumpul dengan keluarga?”

I :”Enggak kak, gak pernah.”

R :”Biasanya kalau Yumi berinteraksi dengan orang lain, atau misalnya berinteraksi

dengan keluarga, nah biasanya reaksi positif yang mereka berikan itu apa?”

I :”Eh, ketawa-ketawa, basa-basi, menyapa, kasih senyuman. Ya gitulah kak,

bercanda-bercanda. Biasanya juga mereka akan nanya Yumi darimana, udah makan atau belum,nanya sekolah Yumi bagaimana, gitu kak.”

R :”Nah, Yumi sekarang ikut kegiatan di luarsekolah gak?”

I :”Diluar sekolah enggak kak.”

R :”Kalau ekstrakurikuler?”

I :”Kalo ekstrakurikuler iya kak, tapi cuma tata boga aja kak.”

R :”Oh itu biasanya diluar jam sekolah?”

I :”Iya kak, habis pulang sekolah.”

R :”Berapa kali seminggu dek?”

I :”Ya gak tentu juga kak.”

R :”Selain itu Yumi diluar sekolah ada ikut kegiatan lain?”

I :”Ada kak diluar ikut organisasi?”

R :”Apa organisasinya?”

I :”Ya seperti Remaja Mesjid gitu kak.”

R :”Udah berapa lama gabung di Remaja Mesjid dek?”

I :”Ya baru 4 bulan kak.”

R :”Apa yang membuat Yumi ingin bergabung kesana?”

I :”Ya supaya apa ya..eee, tahu bagaimana cara berorganisasi gitu lah kak.”

R :”Siapa yang ngajak Yumi ikut ke sana?”

I :”Ada kawan kak.”

R :”Oh gitu ya, Selain itu ada lagi ikut kegiatan lain dek?”

I :”Enggak kak, cuman itu aja.”

R :”Kalau ikut les ada?”

I :”Oiya ada kak.”

R :”Lesnya privat atau diluar?”

(32)

R :”Berapa kali seminggu?”

I :”Dua kali seminggu kak.”

R :”Oh oke. Kalau biasanya Yumi sehabis pulang sekolah, apa kegiatannya di

rumah?”

I :”Pulang sekolah, Yumi bisa cuci piring juga kak, Yumi cuci piring, terus kalo

rumah lagi berantakan dirapiin, disapu, diberes-beresin tempat tidur, Yumi bisa ngerjain semuanya kak.”

R :”Biasanya pakai alat bantu, misalnya tongkat gitu?”

I :”Pake kak.”

R :”Ada kesulitan melakukan semua nya dek?”

I :”Oh enggak kak, semuanya bisa dikerjakan.”

R :”Nah, kalau dirumah bagaimana interaksi atau komunikasi Yumi dengan orang

tua?”

I :”Ya apa ya kak..”

R :”Seringkah berkomunikasi?”

I :”Sering kak.”

R :”Biasanya membicarakan tentang apa?”

I :”Yang diomongin masalah masakan gitu kan, ini gimana mak, kayak-kayak

gitulah kak, Yumi nanya-nanya aja.”

R :”Kalau komunikasi untuk ngomongin tentang keluarga, tentang sekolah Yumi itu

ada gak komunikasi yang seperti itu?”

I :”Itu jarang kak.”

R :”Papa sama mama suka bertanya gak tentang sekolah Yumi?

I :”Ya kadangkan mereka tanya gimana sekolahnya, dapat nilai berapa tadi. Kadang

kalau dapat nilai jelek dimarahin. Gitu lah kak.”

R :”Yumi terbuka gak dengan keluarga?”

I :”Ya terbukalah.”

R :”Oke, kalau Yumi punya masalah, Yumi cerita gak ke keluarga atau

bagaimana?”

(33)

R :”Kenapa?”

I :”Ya gak apa-apa kak, Cuma malu aja ngomonginnya. Paling ama kawan

ceritanya.”

R :”Jadi masalah apa yang Yumi cerita ke keluarga?”

I :”Kalau masalah disekolah itu ngomong kak.”

R :”Biasanya masalah apa?”

I :”Biasanya masalah pelajaran gitu kak, debat-debat gitu.”

R :”Oh, berarti kalau masalahtentang pribadi Yumi sendiri, Yumi gak cerita?”

I :”Enggak kak.”

R :”Terus hubungan Yumi dengan kakak Yumi atau dengan abang Yumi

bagaimana?”

I :”Ya baik-baik aja.”

R :”Baiknya bagaimana?”

I :”Ya sering negur, cakap gitu kan, kadang berantem, ya gitu lah kak, namanya

kakak adik.”

R :”Terbuka dengan mereka gak?”

I :”Ya terbuka. Ada juga sih yang gak terbuka (sambil tertawa kecil).”

R :”Dalam hal apa biasanya terbuka dengan mereka?”

I :”Ya ada deh (sambil tertawa ).”

R :”Dalam hal apa, dalam hal berpacaran kah, dalam hal sekolah kah, atau dalam hal

apa?”

I :”Dalam sekolah iya kak.”

R :”Masalah apa yang biasanya Yumi terbuka, dengan abang ataupun dengan

kakak?”

I :”Kalo dengan kakak Yumi kurang curhat, soalnya kakak gak dirumah karena kan

udah berumah tangga, jadi gak. Kalo sama abang Yumi gak berani, nanti takut diledekin, nanti dilaporin ke mamak. Susah kak kalau sama abang. Nanti ngadu ke mamak, jadikan tahu semuanya.”

R :”Kalau dengan bapak bagaimana?”

I :”Kalau dengan bapak sering.”

(34)

I :”Misalnya bapak kan suka nonton TV, yang diputer itu-itu aja kan ka, misalnya tentang korupsi, gak ada film lain. Gitulah kadang-kadang marah-marahan gara-gara TV (sambil tertawa kecil).”

R :”Oh kalau ngobrol tentangmasalah pribadi enggak lah ya?”

I :”Enggak kak.”

R :”Berarti interaksi Yumi dengan bapak dengan mamak itu hanya sekedar

ngomongi hal-hal yang bersifat sehari-hari aja,, kalau untuk masalah pribadi itu jarang terbuka?”

I :”Iya kak.”

R :”Kalau begitu Yumi terbukanya dengan siapa?”

I :”Sama kawanlah kak.”

R :”Kawan disekolah atau kawan dirumah?”

I :”Kawan dirumah kak.”

R :”Dia sahabat Yumi kah?”

I :”Ya bisa jadi kak.”

R :”Berapa orang?”

I :”Cuma satu sih kak, eh dua kak.”

R :”Kelas berapa?”

I :”Ada yang kelas 2 SMA sama kelas 3 SMA/”

R :”Jadi kalau ada masalah lebih cerita ke mereka?”

I :”Iya kak.”

R :”Berapa lama udah berteman dengan mereka?”

I :”Udah lama kak, dari SD kak.”

R :”Yumi punya pengalaman yang tidak enak gak terkait dengan kondisi Yumi?”

I :”Udah lupa sih kak (tertawa kecil).”

R :”Kalau Yumi sedang sendiri pernah gak Yumi merenung, mengeluh dengan

kondisi Yumi?”

I :”Pernah kak. Lagi merenung.”

R :”Apa yang terlintas saat itu?”

I :”Ya. Tuhan kenapa aku begini. Kalau ini yang terbaik buat ku ya udah deh aku

jalani aja (sambil tersenyum kecil).”

R :”Sejauh ini rasa minder itu masih adakah ketika gabung dengan orang lain?”

(35)

R :”Kalau gabung dengan siapa?”

I :”Dengan kawan.”

R :”Kalau dengan cowok biasanya gimana?”

I :”Minder juga sih kak.”

R :”Kalau dengan kawan sekolah bagaimana?”

I :”Kalau dengan cowok?”

R :”Iya.”

I :”Kalau disekolah sama teman –teman cowok biasa aja gitu kak. Kalo sama teman

sekolah beda banget kak.”

R :”Kalau ketemu dengan orang baru biasanya minder gak?”

I :”Iya minder kak, karena gak kenal gitu kan kak.”

R :”Oke. Nah kalau dari kecil orang tua Yumi itu menanamkan nilai apa ke Yumi?”

I :”Nilai-nilai moral, ya gitulah kak.”

R :”Terkait dengan kondisi Yumi apa yang mereka katakana biasanya?”

(36)

Partisipan 2, Wawancara 2

Iter (R) :”Nah, Yumi pernah gak mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan terkait dengan kondisi Yumi saat ini?”

Itee (I) :”Ada. Itu waktu kumpul sama kawan, melihat Yumi begini dan orang lain begitu, yaudalah timbul kesedihan.”

R :”Apa reaksi mereka ketika itu?”

I :”Reaksi mereka ya acuh tak acuh gitulah kak,gitu kak.”

R :”Itu teman sekolah atau teman yang baru kenal?”

I :”Teman sekolah ada juga waktu SMP. Kalau SMA enggak ada sih.”

R :”Kalau Yumi ingat apa reaksi mereka saat itu, ketika Yumi ada disitu?”

I :”Sikap mereka sih biasa-biasa aja kak.”

R :”Lalu, kenapa Yumi katakan kalau itu adalah pengalaman yang tidak

menyenangkan?”

I :”Ya karena rasa minder gitu kan kak.”

R :”Apa yang mereka lakukan sehingga Yumi merasa seperti itu?”

I :”Ya mereka cuek, ada yang mandangin Yumi gak suka gitu kan.”

R :”Bagaimana perasaan Yumi saat itu?”

I :”Perasaannya ya sedih, serasa pengen putus asa (nada suara rendah).”

R :”Ketika Yumi merasakan itu, apakah mempengaruhi cara Yumi memandang diri

Yumi sendiri?”

I :”Maksudnya gimana kak?”

R :”Gini, tadi Yumi merasa sedih,ya kan, dan akhirnya Yumi memandang diri Yumi

menjadi negatif, itu pernah terjadi?”

I :”Oh pernah kak. Pernah kan kak, gini nyesal kali lah udah kayak gini kan ka, tapi

yaudah jalanilah kak gitu-gitu kak.”

R :”Oh sejauh ini Yumi masih merasakan minder itu?”

I :”Ada dikit.”

R :”Biasanya minder itu timbul kenapa?”

I :”Karena melihat kawan-kawan Yumi gitu kan kak. Ada yang olahraga, ya kan,

(37)

R :”Kalau kumpul dengan teman-teman ada rasa minder gak?”

I :”Kadang-kadang.”

R :”Pada saat kapan minder muncul?”

I :”Pada saat istirahat gitu kan.”

R :”Sejauh ini Yumi sudah menerima kah dengan kondisi Yumi saat ini?”

I :”Sudah kak.”

R :”Kenapa Yumi bilang Yumi sudah menerima?”

I :”Yah mau gimana lagi, udah begini sih takdirnya, harus diterima.”

R :”Nah, bagaimana akhirnya proses penerimaan itu dek? Apakah proses Yumi

menerima kondisi ini itu cukup lama atau memang dari dulu sudah menerima atau baru setahun terakhir menerima atau bagaimana ?”

I :”Sebenarnya sih udah lama juga kak. Waktu SMP. SMP itu mulainya waktu

kelas II, kelas III gitu kak udah menerima. Kan itu pas masa-masa remaja ya kak, udah ngerti, udah tahu lah gitu kan (sambil tersenyum kecil).”

R :”Perasaan menerima itu masih ada sampai sekarang?”

I :”Sekarang ya samalah kak, sepenuhnya.”

R :”Ada gak pengalaman yang tidak menyenangkan lainnya yang Yumi alami selain

yang tadi?”

I :”Oh iya, pas Yumi lagi jalan kan diliatin atau sering diejekin sama anak-anak

gitu kan, itulah pas pulang jadi sedih, nangis gitu kak.”

R :”Itu sering terjadi?”

I :”Dulu sih iya, tapi sekarang udah jarang kak.”

R :”Pernah cerita ke orang tua kalau sedang mengalami hal ini?”

I :”Enggak kak.”

R :”Masalah apa yang Yumi alami dimana Yumi itu cerita ke orang tua?”

I :”Enggak ada kak.”

R :”Jadi hal-hal apa yang biasanya Yumi ceritakan ke orang tua?”

I :”Hal-hal yang gak penting kak (sambil tertawa).”

R :”Contohnya?”

I :”Ya nanya-nanya yang gak penting lah kak.”

R :”Kalau tentang masalah enggak yah?”

(38)

R :”Sejauh ini Yumi kalau sedang ada masalah bisa diselesaikan sendiri atau bagaimana?”

I :”Sama kawan kak.”

R :”Biasanya masalah itu tentang apa?”

I :”Percintaan (sambil tertawa), ya tentang kondisi Yumi kayak gini, udah itu aja.”

R :”Sejauh ini dukungan apa yang keluarga kasih ke Yumi?”

I :”Dukungan-dukungan motivasi kak. Motivasi, itulah jangan putus asa, giat

belajar, jangan pernah malu,udah lah gitu.”

R :”Sering orang tua nasehati seperti itu?”

I :”Iya, kadang papa,mama, ya orang-orang disekitar Yumi lah.”

R :”Nah, ada gak harapan dari mama, papa terhadap Yumi, misalnya Yumi harus jadi ini ya, gitu?”

I :”Iya kak ada. Harapan mereka sih pengen Yumi sukses, kayak kakak sama abang

Yumi, biar masa depannya gak suram, udah kak.”

R :”Kalau orang tua mengharuskan Yumi untuk jadi sesuatu, misalnya harus jadi

dokter, harus jadi ini, jadi itu, itu ada gak?”

I :”Enggak kak. Itu atas kemauan kita sendiri aja kak.”

R :”Cita-cita Yumi sendiri jadi apa?”

I :”Jadi pengusaha sukses gitu kak.”

R :”Dibidang apa?”

I :”Dibidang chef gitu kak.”

R :”Oh koki ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Yumi merasa yakin bisa menggapainya?”

I :”Ya harus bisa kak.”

R :”Yumi sangat optimis ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Kenapa?”

I :”Namanya juga masa depan, harus bisalah kak.”

R :”Nah, sejauh ini prestasiapa yang sudah Yumi dapatkan?”

I :”Prestasi, eee ada sih kak waktu SMP dapat ranking. Prestasi tata boga. Itu aja

kak.”

R :”Seberapa kuatkah pengaruh prestasi itu sendiri terhadap diri Yumi?”

I :”Ya membangun Yumi lah untuk menuju sukses, itu sangat membantu sekali lah

(39)

R :”Oke, Seberapa penting prestasi itu bagi Yumi sendiri?”

I :”Ya penting juga sih kak.”

R :”Kenapa?”

I :”Ya untuk masa depan Yumi juga kan kak biar gak suram. Kan ada juga

pengaruhnya ke situ kan kak.”

R :”Kalau kita kaitkan dengan rasa percaya diri, prestasi yang Yumi dapatkan ada

gak sih mempengaruhi rasa percaya diri Yumi?”

I :”Ada kak.”

R :”Berarti prestasi ini sangat berperan penting dalam membangun rasa percaya diri

Yumi, apakah bisa dibilang seperti itu?”

I :”Bisa kak.”

R :”Peran Yumi atau tugas Yumi dirumah biasanya ngapain?”

I :”Ya bantuin mama, belajar, udah kak.”

R :”Sejauh ini semua bisa dikerjakan?”

I :”Bisa. Yumi bisa nyapu, bisa nyuci-nyuci jugalah kak, nyuci piring, kadang

nyuci baju sendiri.”

R :”Ada merasa kesulitan mengerjakan hal itu?”

I :”Tidak.”

R :”Semuanya bisa dikerjain?”

I :”Iya kak.”

R :”Nah, menikmati gak peran Yumi ?”

I :”Iya dong.”

R :”Keluarga itu pernah gak minta tolong ama Yumi?”

I :”Pernah.”

R :”Biasanya tentang apa?”

I :”Tolongambilin ini, itu, udah gitu aja kak.”

R :”Kalau misalnya acara kumpul keluarga, biasanya Yumi dilibatkan, misalnya

Yumi dimintai pendapat gitu?”

I :”Jarang kak.”

R :”Jadi sering kumpul-kumpul keluarga?”

(40)

R :”Setiap hari atau ada acara-acara tertentu aja?”

I :”Tiap hari kak.”

R :”Biasanya ngomongin apa kalo kumpul dengan keluarga?”

I :”Masalah sekolah, masalah yang gak penting pun juga diomongin, haha.

R :”Kalo sedang ngobrol gitu Yumi sering dimintai pendapat gak?”

I :”Gak pernah sih.”

R :”Ketika Yumi dimintai bantuan Yumi merasa bisa melakukannya?”

I :”Pasti. Kalo ada yang bisa Yumi buat ya Yumi buat gitu kak, kalau gak bisa ya

gak Yumi kerjain.”

R :”Ketika Yumi disuruh atau dimintai tolong perasaan Yumi bagaimana?”

I :”Ya senanglah kak, disuruh-suruh.”

R :”Pernah gak dek berpikir bahwa aku pasti berguna buat orang lain.”

I :”Iya kak, Yumi berguna buat orang lain.”

R :”Pada saat kapan Yumi menyadari bahwa Yumi berbeda dari orang lain?”

I :”Waktu SD kelas 6 kak.”

R :”Apa yang timbul dalam pikiran Yumi saat itu ketika Yumi menyadari Yumi

berbeda dari orang lain?”

I :”Yah Yumi berikir „kenapa aku beda dari orang lain, apa salah ku, gitu-gitu kan

kak. “

R :”Perasaan Yumi saat itu bagaimana?”

I :”Kacau.”

R :”Kacaunya gimana?”

I :”Ya banyak inilah masalah, tugas gitu kan kak, trus timbul rasa-rasa yang kayak

gitu, bercampur aduk.”

R :”Selain merasa kacau, apa lagi yang dirasakan?”

I :”Ya semuanya kak, sedih, kecewa.”

R :”Apakah Yumi tidak berpikir untuk bertanya tentang kondisi Yumi kepada

mamak?”

I :”Enggak kak gak pernah.”

R :”Kenapa ya ?”

I :”Gak tau kak. Gak pengen tau.”

R :”Rasa minder masih dirasakan?”

(41)

R :”Pada saat kapan itu muncul?”

I :”Pada saat kumpul-kumpul dengan kawan, pergi-pergi gitu kan kak.”

R :”Apa yang membuat Yumi menerima kondisi Yumi yang sekarang?”

I :”Ya dorongan-dorongan dari orang tua, kakak, banyaklah kak, dari guru-guru

juga ada, teman-teman.”

R :”Kalo dorongan dari Yumi sendiri ada?”

I :”Ada. Ngomong ama diri sendiri „aku pasti bisa, harus bisa menggapai cita-cita,

gak boleh menyerah, eee.udah itu aja.”

R :”Yumi punya perasaan takut ditolak gak?”

I :”Sama ?”

R :”Sama siapa aja.”

I :”Enggak sih, kan manusia itu gak ada yang sempurna kak (sambil tersenyum).”

R :”Oke, jadi ketika menghadapi teman-teman baru, kita datang ke lokasi yang baru,

Yumi punya rasa takut ditolak?”

I :”Enggak ah, malah Yumi yang nyamperin orang itu, ramah-ramah gitu kan kak,

udah gitulah.”

R :”Kemaren Yumi pernah bilang kalau Yumi ikut RM (Remaja Mesjid) ya kan,

udah berapa lama Yumi ikut itu?”

I :”Belum nyampek setahun lah ka, 5 bulan.”

R :”Nah, selama 5 bulan itu pengaruh positif apa yang Yumi dapatkan dari situ yang

mempengaruhi diri Yumi?”

I :”Yah berorganisasi, pentingnya berorganisasi, terus saling inilah

tolong-menolong gitu kan kak, belajar ilmu keagamaan.”

R :”Hal itu bisa meningkatkan rasa percaya diri Yumi?”

I :”Iya kak.”

R :”Oke, Yumi orangnya pendiam ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Mudah atau sulit bersosialisasi?”

I :”Sulit kak, agak sulit.”

R :”Kenapa?”

I :”Ya agak sulit beradaptasi dengan yang lain?”

R ;”Kenapa?”

I :”Ya karena ada rasa minder dikit itu tadi kak.”

R :”Sedekat apa Yumi dengan keluarga?”

I :”Ya dekatlah kak. Komunikasinya baik. Kalau lagi berjauhan ya sms-an gitu

tanya kabar, gitu kak.”

R :”Terbuka dengan mereka?”

(42)

R :”Kenapa?”

I :”Gapapa sih.,ya malu gitu ya..Lagipula takut ntar dibilang yang enggak-enggak

diomongin gitu”

R :”Jadi kalau ada masalah Yumi ceritanya kemana?”

I :”Ke teman.”

R :”Kalau dengan mamak deket?”

I :”Deket tapi gak pernah curhat.”

R :”Sama bapak?”

I :”Deket-deket gitu lah kak, tapi lebih deket ama mamak.”

R :”kalau dengan mamak biasanya ngobrol tentang apa?”

I :”Ya ngomong biasa aja kak, gimana mak udah masak, pokoknya gak yang

penting-penting gitu kak.”

R :”Kalo tentang masalah disekolah, tentang pribadi Yumi, tentang apa yang Yumi

alami gimana?”

I :”Enggak kak.”

R :”Kenapa Yumi sulit bersosialisasi?”

I :”Sebenarnya gampang sih kak bersosialisasi tapi cuman Yuminya aja yang

(43)

Partisipan II, Wawancara III

R : “Dukungan apa yang selama keluarga berikan ke Yumi, bapak, mamak, abang dan

kakak Yumi?”

I :”Dukungan, ya motivasi, eee ya..jangan mudah putus asa, ya gitu.”

R :”Emangnya mereka pernah lihat Yumi merasa sedih?”

I :”Enggak sih, Yumi sih kalo lagi sedih cuman dibelakang-belakang doang, gak

didepan-depan mereka.”

R :”Jadi saat kapan orang tua Yumi bilang ke Yumi,‟semangat ya, jangan patah semangat‟

itu pada saat kapan?”

I :”Saat Yumi lagi belajar didepan mereka, mereka selalu bilang jangan mudah menyerah,

yaudah jalani aja,gitu.”

R :”Yumi pernah mengeluh dengan keadaan Yumi yang sekarang?”

I :”Pernah sih.”

R :”Apa yang Yumi bilang sama bapak sama mamak?”

I :”Yumi jarang sih kak mengeluh, cuman pas Yumi waktu kecil, Yumi pernah bilang

sama mamak gini kan,‟mak, besok kaki Yumi bisa tumbuh gitu kan, terus ketawalah mama gitu kan, „ya ya ya bisa‟ terus kan besoknya kan, mana ini mak kok gak tumbuh-tumbuh gitu kak (sambil tertawa).”

R :”Itu usia berapa?”

I :”Gak tahu udah lupa Yumi kan kak.”

R :”Terus,terus?”

I :”Ya pas Yumi udah 4 atau 5 tahun, ya pas Yumi udah berakal gitu lah kak.”

R :”Jadi mamak bilang apawaktu itu?”

I :”Ee, ya nanti tumbuh lagi katanya (sambil tertawa).”

R :”Jadi mamak gak ada menjelaskan sama Yumi, atau Yumi pernah bertanya gak tentang

kondisi Yumi?”

I :”Oh pernah.”

R :”Apa yang Yumi bilang sama mamak waktu itu?”

I :”Yumi bilang,‟makkenapa Yumi bisa kayak gini,‟ee mungkin udah takdirnya ya kan, ya

(44)

R :”Yumi tanya sama mamak begitu?”

I :”Iya kak.”

R :” Oke, usia berapa Yumi tanya ke mamak begitu?”

I :”Usia berapa ya kak..(sambil berpikir)”

R :”Yumi udah sekolah waktu itu?”

I :”Udah, udah SD kak.”

R :”Oh SD ya, itu Yumi melihat ada yang berbeda dalam diri Yumi?”

I :”Iya kak.”

R :”Berarti mamak gak pernah bilang ke Yumi penyebab kondisi Yumi saat ini?”

I :”Enggak kak.”

R :”Dan Yumi sama sekali gak nanya?”

I :”Enggak, gak nanya.”

R :”Kenapa Yumi gak bertanya ya kira-kira?”

I :”Ya, ngapain ditanya. Yumi cuman nanya gitu-gitu doang gak pala Yumi apain kali,

Yumi gak pengen tahu kali, cuman sekedarnya doang, udahlah biarlah gitu aja kak.”

R :”Oke, waktu menyadari Yumi merasa berbeda, apa yang Yumi rasakan ketika itu?”

I :”Yang Yumi rasakan, sedih‟ kenapa Yumi bisa kayak gini, beda sama orang yang lain‟

tapi Yumi gak terlalu memikirkannya kali, Yumi bawanya semangat aja, ya gitu kan kak, gak usah terlalu disesali kali apa yang udah terjadi.”

R :”Berarti semangat ya. Semangat dari siapa?”

I :”Semangat dari diri sendirilah.”

R :”Apa yang Yumi bilang sama diri Yumi sendiri?”

I :”Ya jangan mudah putus asa,terus hadapi aja dengan ikhlas,sabar, apapun cobaannya

jalani aja.”

R :”Oke. Berarti reaksi Yumi ketika menyadari kondisi Yumi berbeda dari orang lain

adalah sedih ya?”

I :”Sedih. Cuman sedih aja sih.”

R :”Kecewa?”

I :”Kecewa enggak.”

R :”Penyesalan?”

I :”Penyesalan? Ngapain disesali, udah begini kok takdirnya.”

R :”Merasakan sedih itu lama gak prosesnya dek?”

I :”Enggak sih kak, cuman sebentar aja.”

(45)

I :”Enggak kak. Cuman sedih gitu aja, gak terlalu lama-lama kali. Yumi kan kak kalo lagi sedih gitu, ya udah lupain aja ngapain sedih-sedih gitu.”

R :”Yumi sudah menerima gak kondisi Yumi yang sekarang ini dek?”

I :”Sudah.”

R :”Apa yang membuat Yumi menerima?”

I :”Ya nerima gitu aja kak.”

R :”Dari sejakkapan?”

I :”Dari sejak Yumi udah SMP gitu kak.”

R :”Berarti dulu pernah gak nerima?”

I :”Pernah.”

R :”Apa yang ketika itu Yumi pikirkan yang membuat Yumi gak nerima?”

I :”Ya Yumi berbeda aja sama orang lain, kenapa aku berbeda, gak sama seperti orang itu, terus kalo pas Yumi menerima itu sejak SMP, ka nada guru yang bilang sama Yumi , agak lupa soalnya udah lama kali kak.”

R :”Apa yang Yumi ingat dari kata guru itu?”

I :”Yumi jangan sedih ya,meskipun Yumi beda sama orang itu Yumi pasti bisa kok, ibu aja

salut sama Yumi Yumi itu semangatnya luar biasa beda sama-sama yang lain, semangat belajarnya pun luar biasa. Yumi kan pas kelas II SMP kak sering nangis gitu kan.”

R :”Karena apa?”

I :”Karena itu lah kak.”

R :”Karena Yumi masih belum nerima waktu itu?”

I :”Iya kak. Yumi menerimanya waktu kelas III SMP. Dipanggil sama guru, ceritalah kenapa,ditanya gurunya kak. Gak papa bu Yumi bilang, karena Yumi kan orangnya tertutup kan kak. Udah lah Yumi ibu tahu, gak usah Yumi bilang pun Ibu tahu, gitu kan kak, udahlah Yumi ceritalah kaka sama gurunya, terus terakhirnya guru bilang Yumi jangan sedih-sedih lagi, gimana Yumi sekolahnya kalo Yumi sedih terus, apakah dengan kesedihan semuanya bisa berubah, jadi seperti orang yang lain gitulah kak dibilang gurunya. Pokoknya Yumi udah dinasehati ama gurunya gitu kak.”

R :”Kemaren Yumi bilang Yumi menangis kan dilihat guru, memangnya apa yang terjadi

ketika itu sehingga Yumi menangis?”

I :”Yumi agak lupa kak gimana, cuman Yumi waktu itu berantem dengan teman Yumi kan

(46)

”R :”Jadi teman Yumi ketika SMP dulu banyak yang membeda-bedakan Yumi karena kondisi Yumi?”

I :”Ada sih kak satu dua orang yang enggak begitu.”

R :”Mana yang lebih baik SMP atau SMA dek?”

I :”SMA kak.”

R :”SMA sama sekali gak adayang begitu ya?”

I :”Enggak ada kak. SMA kan udah dewasa semua, udah ngerti.”

R :”Berarti tadi yang membuat Yumi menerima adalah dukungan dari siapa?”

I :”Dari teman, guru, orang tua dan semangat dari Yumi sendiri.”

R :”Oke berarti sekarang Yumi sudah sepenuhnya menerima ya?”

I :”Iya kak.”

R :”Kalo keluarga besar Yumi bagaimana terhadap Yumi, keluarga besar berarti selain bapak, mamak, abang dan kakak, itu bagaimana?”

I :”Baik kak.”

R :”Baiknya seperti apa?”

I :”Saling mengerti, mengerti satu samalain, sayang sama Yumi.”

R :”Ada gak Yumi punya perasaan takut ditolak oleh keluarga ketika Yumi hadir dalam perkumpulan keluarga besar?”

I :”Enggak, Yumi cuek aja.”

R :”Kalo sama teman-teman?”

I :”Kalo sama teman-teman ada sih kan kak, waktu itu Yumi ngumpul sama teman Yumi

dan teman Yumi bawa temannya. Jadi Yumi pernah berpikir kan kak, segan lah gitu masuk nanti takut ditolak sama orang itu, terus kata kawan Yumi, udah gak apa-apa itu kan kawan Yumi juga, kata kawan Yumi. Ya udah dari saat itu udah enggak lagi.”

R :”Ketakutan itu dari Yumi sendiri aja atau Yumi pernah memang ditolak selain waktu SMP kemarin?”

I :”Gak pernah Yumi ditolak sih kak selain yang di SMP itu.”

R :”Bagaimana hubungan Yumi dengan kakak dan abang Yumi?”

(47)

R :”Kalo curhat ke mereka tentang masalah yang Yumi alami?”

I :”Enggak sih kak.”

R :”Jadi Yumi kalo ada masalah cerita sama siapa?”

I :”Ada sama kawan kak, kadang sih Yumi pendam.”

R :”Dengan orang tua gak pernah diceritain?”

I :”Enggak kak.”

R :”Kalo Yumi mengalami pengalaman yang gak enak, misalnya diejek, Yumi gak cerita ke

orang tua?”

I :”Enggak kak.”

R :”Berarti kalo Yumi punya masalah kira-kira orang tua tahu gak?”

I :”Enggak sih kak.”

R :”Nah, nilai apa yang orang tua tanamkan ke Yumi?”

I :”Disiplin, sopan santun, nilai agama ya yang seperti itulah kak.”

R :”Kalo terkait dengan kondisi Yumi apa yang orang tua sampaikan?”

I :”Semangatlah kak, gak boleh pantang menyerah, gitu-gitulah kak.”

R :”Kalo dengan mamak dekat dek?”

I :”Dekatnya gitu-gitu doang kak.”

R :”Maksudnya gimana?”

I :”Ya mamak kan sibuk jadi ya gimana ya jarang komunikasi.”

R :”Jadi komunikasi antara Yumi dengan mamak hanya hal-hal yang biasa aja?”

I :”Iya kak.”

R :”Kalo untuk masalah, curhat tentang sekolah gak cerita ya?”

I :”Kalo tentang sekolah cerita kak.”

R :”Kalo tentang sekolah biasanya tentang apa?”

I :”Sekolah cerita tentang kakak senior disekolah yang pintar sekali gitu kan kak, tentang gimana sekolahnya, kegiatan sekolah atau izin-izin pulang lama karena ada kerja kelompok misalnya, yang gitu-gitu lah kak.”

(48)

I :”Gak da sih kak karena Yumi gak pernah cerita itu.”

R :”Jadi Yumi ceritanya sama teman ya?”

I :”Iya kak teman rumah.”

R :”Sebenarnya masalah apa sih yang Yumi hadapi sehari-hari?”

I :”Masalah cinta kak (sambil tertawa). Cuman itu aja sih kak.”

R :”Oke, selain itu?”

I :”Enggak ada sih kak.”

R :”Kalo dalam pergaulan?”

I :”Enggak kak semenjak SMA ini.”

R :”Yumi masih jalan sama cowoknya?”

I :”Enggak kak da putus.”

R :”Semenjak kapan?”

I :”Semenjak dia sibuk-sibuk les kak.”

R :”Bagaimana perasaan Yumi?”

I :”Kecewa kak.”

R :”Siapa yang putusin?”

I :”Dia kak.”

R :”Oke, ketika orang lain bereaksi negatif terhadap Yumi, misalnya mengejek atau memandang Yumi dengan sinis,Yumi otomatis merasa sedih. Nah, itu mempengaruhi gak jadinya Yumi berpandangan negatif sama diri Yumi sendiri?”

I :”Pernah sih kak.”

R :”Itu terjadi saat kapan?”

I :”Ketika pernah ada orang lewat kan, ya udah Yumi merenung gitu kan kak, sedih, kenapa lah aku begini gitu kan kak, ya seperti itu lah kak.”

R :”Sangat mempengaruhi kah hal itu kepada Yumi?”

I :”Biasa aja sih kak.”

R :”Nah, Sejauh ini semua masalah yang Yumi alami bisa diselesaikan gak?”

(49)

R :”Oke, dulu kan ketika Yumi diejek orang lain Yumi kan merasa sedih, gitu kak. Nah, sekarang Yumi masih merasa seperti itu gak?”

I :”Enggak sih kak. Enggak.”

R :”Oya kenapa?”

I :”Karena capek lah kak masa setiap diejek merasa sedih-sedih terus.”

R :”Berarti semenjak Yumi SMA belum pernah Yumi mengalami pengalaman yang negatif

itu tadi ya?”

I :”Belum kak.”

R :”Nah, ketika Yumi mengalami pengalaman yang tidak enak, kalo dulu kan Yumi sedih.

Nah apa yang membuat Yumi semangat lagi?”

I :”Semangat lah kak. Semangat dari diri., dekatkan diri sama Tuhan itu sih kak.”

R :”Kalo lagi ngumpul dengan keluarga biasanya yang diomongin apa?”

I :”Tentang keluarga gitu kan kak.”

R :”Tentang apa biasanya?”

I :”Tentang sekolah, keuangan.”

R :”Yumi pernah dimintai pendapat atau Yumi inisiatif sendiri berikan pendapat?”

I :”Enggak kak.”

R “Kenapa?”

I :”Karena Yumi gak pintar berpendapat kak.

R :”Jadi kalo ada acara keluarga Yumi selalu ikut ya?”

I :”Iya dong. Soalnya kalo gak ikut nanti dimarahi pula.”

R :”Jadi keluarga besar itu peduli banget ama yumi ya?”

I :”Iya kak, peduli.”

R :”Jadi kalo Yumi datang ke keluarga besar biasanya reaksi mereka gimana?”

I :”Senang lah (sambil tertawa). Eh Yumi apa kabar gimana sekolahnya gitu-gitu lah ka.”

R :”Sampai sekarang masih merasa minder gak?”

I :”Enggak sih kak udah berkurang?”

Gambar

figure ibu hanya hal-

Referensi

Dokumen terkait