• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL KOMPLIT DAN

REKONTRUKSI CELAH BIBIR BILATERAL KOMPLIT DAN TIDAK KOMPLIT

4.1 Waktu optimal untuk rekontruksi celah bibir

Perawatan yang dilakukan terhadap penderita celah bibir dan celah langit – langit merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak dini. Seperti yang kita ketahui bersama anak termasuk cacat celah bibir dan celah langit-langit akan membawa dampak yang serius dalam pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya apabila tidak ditanggulangi dari awal dengan usia muda.13

Walaupun penanganan penderita ini berbeda dari waktu umumnya baik terutama tidak menghidap infeksi pernafasan akut, dan tidak menderita pilek, serta diadakan pemeriksaan dahulu terhadap keadaan darah, urin, serta toraksnya.

Seperti yang telah diterangkan diatas bahwa syarat umum dilakukan operasi adalah anak/bayi sehat, tidak menderita penyakit atau kelainan sistemik. Selain syarat tersebut diatas, maka sebagai pedomen yang harus diiluti “The Rule Of Over 10’s” dari Millard, yaitu :

1. Umur anak minimal 10 minggu.

Pada saat seperti ini merupakan waktu yang tepat untuk dilakukan rekontruksi, terutama perlu diperhatikan adalah system cardio – respiration dan daya tahan vaskular pulmonarnya. Pada penderita ini hendaknya diamati tanda dan gejala gangguan tidur ( sleep-apnea) dengan menanyakan kepada orang tuanya apakah pasien kebiasaan mendengkur,

gelisah, berkeringat waktu malam, sulit bernafas, ataupun terlihat sianosis. Keadaan seperti ini supaya dikonsultasikan kebahagian THT untuk ditangani.

2. Beratnya minimal 10 lbs (5kg)

3. Hb minimal 10 gms (10mg per 100ml) dan lekosit tidak boleh diatas 10 000 sel per mm3.13,24,27

Selain kondisi fisik pasien waktu operasi atau jenis operasi yang harus dipertimbangkan juga harus ada kerjasama yang baik dari anggota tim yang merawat.

4.2 Persiapan pra bedah

Persiapan pra bedah penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tetap untuk dilakukan pembedahan.

Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar hambatan pasca bedah dapat dicegah. Hambatan-hambatan bedah dapat diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis merupakan tindakan pertama dalam proses pemeriksaan pasien. Tujuan anamnesis ini adalah untuk memperoleh gambaran kesehatan pasien secara umum maupun khusus.10

Sebelum tindakan bedah, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan klinis, pemeriksaan klinik patologis, dan pemeriksaan radiografis, sehingga diagnosa yang tepat ditegakkan dan memperkecil risiko timbulnya keadaan patologis dikemudian hari.

Tindakan persiapan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan pasien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan hasil yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.28

4.3 Desain Barsky

Pasien disiapkan pembedahan di bawah anestasi lokal. Setelah teranestasi dipasang duk steril, dan dipasang pack orofaring. Dilakukan tindakan aseptik baik extraoral dan intraoral. Sesudah itu tentukan titik-titik dengan mengukur lengkung kanan (AB) dan kiri (CD) dengan menggunakan kawat dimana lengkung yang pendek digunakan sebagai patokan, misal lengkung AB>CD dan, kelebihan lengkung kita pindahkan ke lengkung AB ketemu titik H. Pengukuran dasar hidung, kita tentukan titik K, sehingga CI=BK, selanjutnya menentukan titik L sehingga YD=HA+AL sehingga CI+DY=BK+HA+AL. Selanjutnya kita tentukan titik M dan N dan diukur dan dipindahkan ke sisi lateral kanan, kita peroleh titik L dan O (KM=LO). Tentukan titik P (OP=MG, LO=KM). Sedang PQ sesuai yang kita inginkan. Pada sisi lateral kiri ditarik garis Y ke S dimana jaranya sama dengan IN (YS=IN), lalu kita tentukan titik (ST=GN) panjang TR=PQ, untuk koreksi ukur EQ=RF.4,17,22

Gambar 8. Desain metode Barsky. (I Ketut S & Prihartiningsih. Koreksi

bibir sumbing bilateral. Maj Ked Gi 2009; 16 (1): 63-8)

Gambar 9. Hasil akhir post pembedahan Labioplasti Metode Barsky. (Driana P.W. & Soelistiono. Labioplasti Metode Barsky. Maj Ked Gi. 2008; 15 (2): 131-4)

4.4 Penataklaksanaan metode Barsky

Penataklaksanaan celah bibir dilakukan dengan labioplasti metode barsky dipilih karena prolabium pendek dan sisi sebelah kiri sumbing tidak komplit maka desain pada daerah tersebut dengan meninggikan titik dasar hidung agar sesuai dengan tinggi pada sisi kanan sumbing yang komplit, sehingga panjang insisi sebelah kiri dengan sebelah kanan sama.

Suntik daerah bibir yang akan dilakukan insisi dengan anestikum umum yang mengandung bahan vasokontriksi. Insisi garis-garis yang telah ditentukan dan dilakukan diseksi tumpul dan pisahkan kulit dengan otot bibir sampai otot-otot bibir lepas dan dapat ditarik ke tengah untuk ditemukan dengan otot-otot bibir disisi yang lain sehingga dapat bertemu dan otot tidak tegang. Dilakukan penjahitan dimulai otot dengan otot menggunakan dengan benang absorben 4.0, kemudian dan dijahit dengan benang non-absorben 5.0. Kontrol pendarahan, orofaring pack dibuka, operasi selesai.4

Gambar 10. Foto pasien labiognatopalatoschizis bilateral komplit dan tidak komplit. (I Ketut S & Prihartiningsih. Koreksibibir sumbing bilateral. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 63-8)

Gambar 11. a. Desain metode Barsky. b. Insisi desain metode Barsky. c. Sesudah penjahitan otot bibir dan kulit. d. Penjahitan kulit dan bibir. (I Ketut S & Prihartiningsih. Koreksibibir sumbing

bilateral. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 63-8)

4.5 Perawatan sesudah bedah

Intruksi pasca operasi, menjaga luka operasi agar tetap kering, diet bertahap cair sampai lunak tinggi kalori tinggi protein, bila sudah sadar dan pulih kembali dapat langsung

pulang, pemberitahuan mengenai kondisi yang biasa terjadi setelah operasi kepada orang tua pasien seperti rasa sakit dan tidak nyaman mencapai puncaknya pada waktu kembalinya sensasi dan menggunakan obat sesuai anjuran dokter. Obat-obatan yang diberikan pasca operasi adalah antibiotik, analgetik, dan antiinflamasi

Setiap hari dibersih luka dan dilakukan dressing pada hari ke-7 untuk dilakukan pelepasan jahitan selang seling serta hari ke-14 untuk diakukan pelepasan jahitan seluruhnya.10,27

4.6Komplikasi

Obstruksi jalan napas

Pascabedah obstruksi jalan napas adalah komplikasi yang paling penting dalam periode pasca-operasi langsung. Situasi ini biasanya hasil dari prolaps dari lidah ke orofaring sementara pasien tetap dibius dari anestasi. Intraoperative penempatan lidah tarikan jahitan membantu dalam pengelolaann situasi ini. Obstruksi jalan napas juga dapat menjadi masalah berkepanjangan karena perubahan pada saluran napas dinamika, terutama pada anak-anak dengan rahang kecil.24

Pendarahan

Selama pembedahan perdarahan adalah komplikasi yang sering terjadi pada langit-langit karena terdapat banyak pembuluh darahnya. Ini dapat berbahaya pada bayi karena kekurangan volume darah. Sebelum pembedahan penilaian tingkat haemoglobin dan platelet adalah penting.24

Peradangan

Komplikasi yang lain dapat terjadi antara lain adalah peradangan, injuri terhadap saraf, pembengkakan dan fistula. Odem setelah operasi adalah normal dan fisilogis. Kemungkinan perangan dapat diminimalisasi dengan terapi antibiotik, teknik pembedahan yang baik, dan memperhatikan syarat-syarat asepsis.24

BAB 5

KESIMPULAN

Celah bibir merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang belum diketahui sepenuhnya. Celah ini disebabkan oleh gen yang diturunkan dari kedua orang tua penderita dan faktor lingkungan. Etiologi dari celah bibir adalah akibat dari beberapa faktor yang diwariskan, yaitu terdapatnya kelainan genetik pada celah orofasial, tertelannya obat-obatan teratogenik pada saat trisemester pertama kehamilan, defisiensi atau kelebihan vitamin A, penggunaan steroid dan alkohol. Celah bibir juga dikaitkan dengan terjadinya gangguan posisi oral embrio selama pembentukan wajah, terjadi antara minggu ke-4 dan minggu ke-7 kehamilan merupakan masa perkembangan struktur wajah embrio.

Celah bibir bilateral adalah celah yang terdapat pada kedua sisi bibir atas. Celah ini dapat muncul sebagai celah komplit biasanya disertai celah palatum komplit dengan premaksila yang protrusif, prolabium kecil yang tipis dan menempel pada hidung dengan kolumela pendek atau bahkan tidak dijumpai adanya kolumela. Celah bibir bilateral inkomplit adalah celah bibir yang terjadi pada kedua sisi bibir atas, cacat tidak sampai ke dasar hidung namun mengakibatkan berkurangnya panjang bibir vertikal.

Operasi labioplasti bilateral dapat dilakukan diantaranya dengan metode: Millard, Barsky, Straight Line Closure, dan Machester. Tidak ada satupun metode operasi celah bibir yang lebih baik dibanding yang lain. Setiap metode ada kelebihan dan kekurangannya yang dapat menjadi pertimbangan pada waktu melakukan koreksi celah bibir. Operator dapat menggunakan metode mana yang lebih disukai sesuai dengan kemampuan, modifikasi dan pertimbangan dalam melakukan pembedahan. Agar hasil koreksi celah bibir memuaskan maka perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut: 1). Penyatuan kulit, otot, dan membrane

mukosa yang cermat; 2). Dasar cuping hidung simetris; 3). Lubang hidung simetris; 4).

Vermillion border simetris; 5). Bibir harus mencuat; dan 6). Jaringan parut minimal. Metode Barsky adalah teknik operasi labioplasti celah bibir bilateral yang diindikasikan untuk mengkoreksi prolabium pendek sehingga didapatkan prolabium normal.

Keberhasilan suatu tindakan setelah operasi tidak hanya tergantung dari operatornya tetapi juga oleh kepedulian pasien, keluarga pasien dan juga obat-obatan dalam pemyembuahan luka.

DAFTAR RUJUKAN

1. K. J. Lee. Essential otolaryngonolgy. Head and Neck Surgery, 9th edition, Mc Graw Hill 2008: 293-303.

2. Anil K. Lalwani. Current diagnosis & treatment in otolaryngology. Head & Neck Surgery. New York: A Lange Medical book 2010: 323-38.

3. Edward M. & Watson A C H. Advances in the management of cleft palate. Edinburgh: Churchill Livinngstone 1980: 27-47.

4. I Ketut Sudiarsa & Prihartiningsih. Koreksi bibir sumbing bilateral komplit dan tidak komplit dengan menggunakan metode Barsky di bawah anestesi umum. Maj Ked Gi Juni 2009; 16(1): 63-8.

5. Soelistiono. Operasi celah bibir unilateral komplit pada bayi usia 6 bulan dengan teknik Cronin. Maj Ked Gi Juni 2006; 21(2): 69-74.

6. Coulthard C, Horner K, Sloan. P, et al. Master dentistry cleft lip and cleft palate.

2nd ed. Philadelphia: Elsevier 2003; 1: 154-5.

7. Tjut Rostina. Pengaruh senam bibir terhadap celah inter labial pada remaja usia 15-18 tahun. Dentika Den J 2001; 6(1): 133-8.

8. Djodi Asmoro & Soesanto. Lapioplasty teknik tennison dengan bius local pada penderita complete unilateral labiopalatoschizis. Maj Ked Gi 1997; 30(3): 101-3.

9. Vinod K. Cleft lips and cleft palate. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed.New Delhi: Arya Publishers House 2009: 572-85.

10.Anonymous. Labiopschisis dan labiopalatopschisis. 5 April 2008. <http://

11.Shahrokh C. Bagheri, Chris Jo. Cleft lip and palate. Clinical Review of Oral and maxillofacial Surgery. Amerika: Mosby Elsevier 2008: 336-41.

12.Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa. Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC, 1996: 340.

13.Anonymous. Celah bibir, penyebab dan penanggulangannya. 2 Maret 2008. <http://penyebab cleft lip/

14.Victor S. The advantages of two stages in repair of bilateral cleft lip. University of Sao Paulo, Brazil 1989: 56-60.

titik respati gilarasi surabaya.html> (11 November 2011).

15.Thomas D. Cronin. The bilateral cleft lip with bilateral cleft of the primary palate.

Converse: The chapter 44. Missouri: Elsevier 2003; 1-19.

16.Bardach. J, Salyer. K, M. Samuel N. Bilateral cleft lip repair. Rekonstructive Oral Surgery. 3rd ed. New York: Thieme Medical Publishers 2008: 113-22.

17. Driana Pertama W., dan Soelistiono. Labioplasti metode Barsky dengan anestasi local pada penderita celah bibir bilateral inkomplit. Maj Ked Gi Desember 2008; 15(2): 131-4.

18.Agus S.G. dan Prihartiningsih. Rekonstruksi celah bibir bilateral pada pasien pasca operasi labioplasti. Maj Ked Gi Desember 2008 15(2): 121-4.

19.Anonymous. Transposition of lateral flaps below the prolabium. November 2009. <http://calder.med.miami.edu/>. (1 October 2011).

20.Anonymous. Conscientious objectors cleft lip and palate. April 2009. <http://calder.med.miami.edu/. (14 November 2011).

21.Balaji SM. Textbook of oral & maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier 2007: 383-84.

22.Moch. Agus A., dan Prihartiningsih. Labioplasti metode Barsky dengan pemotongan tulang vomer pada penderita bibir sumbing dua sisi komplit di bawah anestasi umum. Maj Ked Gi December 2008; 15(2): 149-52.

23.Musgrave R. H, William S, Garrett dkk. The unilateral cleft lip.

<http://premaks.tripod.com/ENT/Converse/conv39.pdf>. (14 November 2011).

24.Anonymous. Penanganan celah bibir dan celah langit-langit. 2 December 2009. <http://koranindonesia.wordpress.com/. (14 November 2011).

25. Anonymous. Langkah – langkah penanganan celah bibir dan langit-langit. 29 December

26.Richard B. Stark. Embriology of cleft lip and palate. 2 Maret 2009. <http://premaks.tripod.com/ENT/Converse/conv39.pdf>. (14 November 2011).

27.Haantje De V.H.O. Celah bibir & celah langit-langit. 4 Mei 2010. <http://pootoologydental.blog.com/>. (18 December 2011).

28.Anonymous. Hubungan antara celah bibir atau sumbing (cleft lip) embryology

29.Anonymous. Kelainan kongenital kraniofasial. Maret 2008. <http://darplastic.com/>. (18 december 2011).

30. Anonymous. Penataklaksanaan pada celah bibir (cleft lip). Mei 2005.

<http://www.ilmukesehatan.com/>. (20 December 2011).

31.Anonymous. Classification of cleft lip and cleft palate. Juni 2009. <http://www.ivillage.com/>. (20 December 2011).

32.Langman J. Medical embryology. 3th ed. Baltimore: The Williams & Wilkins Company 1995: 94-5.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : M. Vignesvary Manickam

Tempat/ Tanggal Lahir : Johor / 12 Februari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Alamat : Komp. Taman Setia Budi Indah, Blok

A 47 Medan 20122

Orangtua

Ayah : Manickam Suppru

Ibu : Jayalacthumi Munusamy

Riwayat Pendidikan

1. 1994 : Happyland Kindergarden

2. 1995-2000 : SJKT Kulai Besar, Johor

3. 2001-2005 : SMK Tunku Abdul Rahman Putra, Kulai

4. 2006-2007 : Sunway College Kuala Lumpur

Dokumen terkait