• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Relasi Kekuatan Antarpartai Politik

3.2.1 Relasi Kekuatan Partai Politik dominan

Peta politik Badung dilihat dari kekuatan partai politik diketahui 23 partai politik yang ikut kontestasi dalam pemilu 2004 menunjukkan adanya tiga kekuatan politik utama yakni partai politik yang memiliki kekuatan dominan, partai tengah dan partai gurem. PdiP dan Golkar merupakan partai politik yang memiliki kekuatan dominan, kekuatan partai tengah masing-masing PiB, demokrat, PnBK, PKPi, Pelopor. Partai gurem terdiri dari partai yang mendapatkan kursi di parlemen dan partai yang memperoleh suara akan tetapi tidak mendapatkan kursi , masing-masing PKPB dan PKB yang mendapatkan satu kursi selebihnya berada diluar parlemen.

Hasil perolehan suara menunjukkan modal politik bagi kekuatan partai politik dalam mengikuti kontestasi pilkada langsung mengingat calon diusung oleh partai politik atau gabungan (koalisi) partai politik. Kalau dilihat dari ambang batas minimal persyaratan mengajukan calon, PdiP dan Golkar secara mandiri dapat mengajukan paket calon sedangkan partai diluar itu harus membangun koalisi untuk memenuhi kuota minimal 15%. Akan tetapi untuk memenangkan kontestasi dengan berpegang pada modal politik perolehan suara, tidak ada partai politik yang memiliki kekuatan dominan diatas 50% plus satu. PdiP sebagai paertai hegemoni hanya memiliki kekuatan 47, 50% sedangkan Golkar 20,78%. di luar kedua partai tersebut masih ada kekuatan

sebesar 32,02%.

Berdasarkan kalkulasi politik, setiap partai politik melakukan kerjasama membangun relasi untuk memenangkan kontestasi kekuasaan. Atas realitas politik tersebut, bergaining positions partai “gurem” menjadi sangat diperhitungkan oleh kekuatan partai dominan. namun relasi yang terbangun tidak sepenuhnya menggunakan logika kekuasaan sebagaimana dikatakan Foucault, hal ini terbukti dari kepercayaan diri PdiP untuk tidak berkoalisi dengan partai politik lain dan mengusung calon secara mandiri. PdiP sebagai partai politik dominan dan memiliki kekuatan hegemoni dalam kekuasaan pemerintahan cendrung menerapkan strategi depensif dan tertutup. strategi ini ditempuh atas dasar kepercayaan diri dengan kekuatan modal politik pada pemilu 2004 dan kekuasaan eksekutif yang ada pada genggamannya. sebagai partai dominan dalam perhitungan politik PdiP belum dapat tampil sebagai partai berkuasa dengan menguasai 50% plus satu untuk memangkan pertarung pilkada langsung had to had. Hal ini disadari oleh pengurus partai, menurut i Made sumer (60 tahun), Ketua dPC PdiP Badung mengatakan sebagai berikut.

“Dalam melakukan rekruitmen politik, partai kami menerapkan sistem yang terbuka hal ini sesuai dengan semangat PDIP yang berideologi nasional sebagai partai yang terbuka untuk semua kalangan. Siapapun yang berminat untuk maju menjadi calon kepala daerah dipersilahkan mendaftarkan diri dengan mengambil formulir pendaftaran yang sudah disiapkan di sekretariat partai. Nama-nama yang telah masuk diteruskan dalam rapat cabang khusus yang pesertanya merupakan pengurus partai dari tingkat Kabupaten, Kecamatan samapai ke tingkat ranting, merekalah merenking paket pasangan calon untuk dimintakan rekomendasi ke DPP PDIP melalui DPD PDIP Bali”(wawancara, 15-7-2009).

Pernyataan tersebut dapat diintepretasikan sebagai upaya depensif dengan mempersilahkan siapapun untuk masuk dan mengambil formulir di PdiP untuk mendaftarkan diri sebagai calon. dengan pola rekruitmen politik seperti itu, kecil kecendrungannya

pihak luar dapat lolos untuk diusung PdiP. Mekanisme internal partai politik sangat tidak memungkinkan memasukkan orang- orang di luar partai dapat menjadi calon kepala daerah yang dapat mengalahkan kader-kader internalnya.

Proses seleksi internal melalui mekanisme rapat kerja cabang khusus (rakercabsus) melibatkan keseluruhan teras pimpinan partai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten dan ditinjau oleh dPd partai. Proses seleksi yang dilakukan mendorong ekskalasi dinamika internal partai mengingat kader-kader partai banyak pula yang berminat. ekskalasi perebutan kekuasaan diinternal PdiP antara AA ngurah Oka Ratmadi dengan drs. i Made sumer, Apt tidak terelakkan. terdapat tiga calon yang muncul dan dibahas dalam rakercabsus. Mereka adalah Anak Agung ngurah Oka Ratmadi, sH (incumbent Bupati Badung) yang juga kader senior PdiP, i Made sumer (wakil Bupati Badung), i Made nariana wartawan senior dari calon independen. Melalui proses panjang yang cukup melelahkan akhirnya muncul dua paket bakal calon yang dipilih melalui rapat kerja cabang khusus yakni; AA ngurah Oka Ratmadi, sH berpasangan dengan i Putu Parwata, dan drs. i Made sumer, A.Pt, berpasangan dengan i Gusti ngurah Oka, se. dari kedua paket calon menunjukkan karakteristik uyang khas. Paket Calon AA ngurah Oka Ratmadi, sH (incumbent) dan Putu Parwata merupakan calon kader partai, kombinasi dari incumbent dan pengurus partai, berasal dari denpasar dan Badung. sedangkan pasangan i Made sumer (ketua dPC PdiP) dan i Gusti ngurah Oka merupakan kombinasi dari partai dan independen, berlatar belakang politisi–pengusaha dan birokrasi profesional, berasal dari Badung selatan dan Badung Utara.

Paket calon i Made sumer dan i Gusti ngurah Oka memperoleh suara terbanyak dalam rapat kerja cabang khusus tersebut. Proses ini semepat memunculkan ketegangan di internal PdiP Badung mengingat AA ngurah Oka Ratmadi merupakan tokoh sentral PdiP Bali yang juga merupakan Bupati Badung saat itu. Ketegangan politik antara kedua tokoh ini sesungguhnya sudah berlangsung lama ketika mereka menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati. Prsaingan politik diantaranya tampak dlam merebut simpati

di internal PdiP utamanya dalam merebut kedudukan sebagai ketua dPC. disharmonisasi hubungan di birokrasi antara Bupati dan Wakil Bupati menyebabkan kekuatan birokrasi terpecah dan sangat merugikan rakyat dan PdiP oleh karena tidak optimal dapat menjalankan roda kekuasaan. secara lebih terbuka persaingan kedua tokoh tersebut muncul dalam pencalonan di internal PdiP.

Hasilnya disampaikan kepada induk partai (dPP) untuk mendapatkan rekomendasi sebagai calon yang diusung oleh partai. dPP merekomendasikan paket pasangan calon i Made sumer berpasangan dengan i Gusti ngurah Oka. Friksi yang terjadi dalam proses penjaringan dan penetapan calon, dapat memberikan dampak terhadap loyalitas kader dalam mendukung pasangan calon. Adanya kekecewaan bisa jadi kader-kader partai melakukan aksi perlawanan seperti melakukan pembelotan kepada calon yang lain. Partai Golkar melakukan proses penjaringan calon melalui konvensi. Proses awalnya hampir sama. Calon kemudian diputuskan melalui konvensi partai. Hasil konvensi disampaikan kepada dPP partai Golkar untuk diberikan rekomendasi. Rekomendasi merupakan upaya dPP mengendalikan proses politik lokal oleh elit partai pusat.