• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Relevan

Dalam Statement of Financial Acconting Concepts No.8 (FASB, 2010), relevan merupakan salah satu dari dua karakteristik kualitatif pokok. Relevan berarti, informasi keuangan mampu mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Suatu informasi keuangan dapat mengubah keputusan pengguna bila informasi tersebut memiliki nilai prediksi, nilai konfirmasi, atau keduannya. Informasi dikatakan memiliki nilai prediksi bila dapat digunakan pengguna untuk memprediksi masa depan. Informasi keuangan tidak perlu menampilkan prediksi atau ramalan untuk mempunyai nilai prediktif. Nilai prediktif dalam laporan keuangan maksudnya, pengguna dapat membuat prediksi dari laporan keuangan yang tersedia. Informasi memiliki nilai penegasan (confirmatory value) jika dapat memberikan umpan balik (feedback value) baik tetap atau ada perubahan dari kejadian masa lampau. Nilai prediksi dan penegasan saling berkaitan, informasi yang memiliki nilai prediktif sering memiliki nilai konfirmasi juga.

Contohnya, informasi pendapatan tahun berjalan, dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi pendapatan di masa mendatang, juga bisa dibandingkan dengan prediksi pendapatan untuk tahun berjalan yang dibuat di masa lalu. Perbandingan tersebut dapat membantu pengguna untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja dengan mengacu pada prediksi yang dibuat.

Menurut Suwardjono (2003) relevansi adalah informasi bernilai tinggi, yang terkandung dalam laporan keuangan, yang berkaitan dan dapat membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan. Perbedaan dalam pengambilan keputusan dapat terjadi apabila informasi yang ada dapat membantu pemakai untuk memprediksi dengan pasti akibat dari peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa datang. Bastian (2005:99) pun mengungkapkan hal yang serupa. Menurutnya informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

Hal serupa juga digambarkan dalam Standar Akuntansi Keuangan mengenani kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2009). Menurut SAK, suatu informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. Peran informasi dalam meramalkan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Contohnya, informasi mengenai besarnya aset bermanfaat bagi pengguna ketika pengguna berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi ketika berada dalam situasi merugikan. Di sisi lain, informasi tersebut juga berfungsi memberikan

penegasan (confirmatory role) atas prediksi masa lalu, misal tentang

bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau hasil dari operasi yang telah direncanakan.

Secara lebih ringkas Epstein (2001:14) mengungkapkan, bahwa relevansi adalah informasi yang memiliki nilai prediksi, nilai konfirmasi, atau keduanya. Dengan kata lain, informasi tersebut berguna untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemberi modal. Relevansi suatu informasi keuangan disebabkan oleh sifat dasar dan materialitasnya.

Suwardjono (2003) mengungkapkan dalam kaitannya mengenai relevansi, bahwa akuntansi menghasilkan informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan atau statemen keuangan. Informasi itu sendiri adalah data atau fakta yang diolah dan disajikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai makna bagi yang berkepentingan. Untuk menjadi informasi, sebuah data harus diproses untuk disajikan sesuai dengan kebutuhan pemakai. Agar data dapat disebut informasi untuk pemakai, informasi tersebut harus bermanfaat. Sederhananya, untuk menjadi informasi suatu data harus mempunyai nilai informasi dan kualitas tertentu.

Nilai informasi hanya dapat dinilai secara relatif dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan. Informasi dikatakan memiliki nilai dalam pengambilan keputusan jika informasi dapat menambah pengetahuan pengambil keputusan (masa kini dan lalu), dapat mengurangi ketidakpastian, dapat mengubah keputusan atau menyebabkan perubahan perilaku. Sementara kualitas informasi berkaitan dengan seberapa sering/tinggi suatu informasi digunakan untuk pengambilan keputusan. Kualitas informasi bergantung pada kebutuhan pemakai (relevansi) dan proses penyediaan informasi (reliabilitas) (Suwardjono, 2003).

SAK memberikan banyak penjelasan mengenai relevansi mengenai laporan keuangan. Menurut SAK informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk mempredikasi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pengguna. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.

Relevansi dipengaruhi oleh hakikat (relevansi itu sendiri) dan materialitas. Contohnya, pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa harus memandang materialitas hasil yang dicapai segmen baru pada tahun itu. Namun, ada pula saat hakikat dan materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan dalam perusahaan. Informasi yang material adalah informasi yang bila salah/lalai dicantumkan dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pengguna. Karenanya, materialitas berkaitan erat dengan relevansi, tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai karakteristik kualitatif melainkan sebagi titik pemisah yang harus dimiliki agar suatu informasi dianggap berguna (IAI,2009).

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar informasi yang terkandung dalam laporan keuangan memiliki nilai relevansi. Menurut Suwardjono (2003) agar relevan suatu informasi harus memenuhi tiga syarat. Syarat pertama adalah nilai prediktif (predictive value). Kualitas ini terletak pada kemampuan informasi dalam membantu pemakai mempredisi hasil atau akibat suatu peristiwa masa lalu, sekarang, dan yang akan terjadi. Syarat yang kedua adalah nilai balikan (feedback value). Informasi dikatakan memiliki nilai balikan apabila informasi dapat membantu pemakai meyakini bahwa harapan-harapan sebelumnya telah tercapai atau menyimpang dari kenyataan. Dengan demikian pemakai dapat memperbaiki harapan terhadap peristiwa yang serupa di masa datang. Syarat yang ketiga adalah ketepatwaktuan (timeliness). Suatu informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut ada pada waktu dibutuhkan. Ketepatwaktuan informasi maksudnya informasi tersebut disajikan sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan. Tepat waktu menjadi penting karena informasi yang bernilai prediksi tinggi pun akan menjadi tidak bermanfaat bila tidak ada saat diperlukan.

Kriteria sebuah informassi dikatakan relevan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah berikut ini.

1. Informasi memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Maksudnya,

informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

2. Informasi memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat

membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

3. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna

dalam pengambilan keputusan.

4. Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,

yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

Di SAK juga diungkapkan bahwa informasi yang relevan dan handal menemui beberapa kendala. Kendala yang pertama adalah ketepatan waktu. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan maka informasi akan kehilangan relevansinya. Maksudnya demikian, saat pemenuhan tepat waktu ingin dilakukan, aspek dan transaksi lainnya belum diketahui sehingga pemenuhan kehandalan tidak terpenuhi. Jika ingin memenuhi aspek kehandalan, maka pelaporan menjadi tidak tepat waktu dan kehilangan aspek relevansinya. Usaha untuk menyeimbangkan antara relevansi dan keandalan ditentukan oleh kebutuhan pengambil keputusan.

Kendala yang lain adalah keseimbangan antara biaya dan manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi harusnya melebihi biaya penyusunannya. Perusahaan akan memiliki banyak pertimbangan dalam mengevaluasi biaya dan manfaat untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Sama halnya dengan keseimbangan keandalan dan relevansi yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam pelaporan, diantara karakteristik kualitatif yang lain pun perlu dipertimbangkan keseimbangannya (IAI,2009).

Sejalan dengan SAK, FSAB menyatakan bahwa materialitas berkaitan erat dengan relevansi. Apabila suatu informasi dihilangkan atau dilaporkan salah dapat mempengaruhi keputusan pengguna, maka informasi tersebut dikatakan material. Informasi yang material juga dapat mempengaruhi keputusan pengguna apabila dihilangkan atau salah lapor, maka materialitas tidak dapat dipisahkan dari relevansi. Materialitas adalah salah satu aspek dalam relevansi (FASB,2010).

Dokumen terkait