• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relevansi Program Keluarga Harapan Terhadap Pemenuhan Hak Memperoleh Pelayanan Kesehatan Ditinjau dari Materi Hak Asasi

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 29-55)

Manusia dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program dari pemerintah yaitu Kementrian Sosial untuk meningkatkan derajat kesehatan warga negara. Dalam hal ini Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo bertindak

commit to user

sebagai kooordinator jalannya Program Keluarga Harapan di Kabupaten Sukoharjo. Program ini, memberikan jaminan kesehatan dan pendidikan keapa masyarakat miskin terutama di Kabupaten Sukoharjo dan khususnya di Kecamatan Polokarto. Di Kecamatan Polokarto sendiri, adanya Program Keluarga Harapan sangat membantu warga miskin untuk dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Serta untuk mengurangi kasus-kasus terkait kesehatan di wilayah Kecamatan Polokarto. Seperti yang diungkapkan Dr. Sugeng Purnomo, bahwa:

“Dengan adanya PKH ini, masyarakat miskin mendapatkan banytuan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan rutin memeriksakan kesehatan sesuai dengan kewajiban mereka, mampu menurunkan angka kasus kematian ibu hamil dan balita akibat tidak terpenuhinya asupan gizi. Dari tahun 2012 hingga akhir 2014 ini, kasus kematian balita dan ibu hamil menunjukkan penurunan yang signifikan” (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Fenomena kasus kematian ibu hamil dan balita akibat kemiskinan yang dialami dan tidak mampu memeriksakan kesehatannya ke dokter merupakan hal yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Dalam hal ini sebagai tanggung jawab pemerintah dalam memenui hak warganya, seperti hak memperoleh pelaynan kesehatan. Dalam pembelajaran persekolah, sesuai dengan Kurikulum 2013 yang dipakai saat ini, kajian mengenai hak memperoleh pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak yang melekat pada manusia. Materi Hak Asasi Manusia disampaikan di kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menggunakan Kurikulum 2013. Materi Hak Asasi manusia terdapat dalam Kompetensi Inti yakni mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Selanjutnya dibahas lebih mendalam dalam Kompetensi Dasar (KD) yaitu, mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai sumber data terkait peran pemerintah dan masyarakat dalam perlindungan dan pemajuan HAM di Indonesia sesuai dengan konsep dan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

commit to user

Hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan kodratnya, jadi hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi hak pribadi, hak politik, hak hukum, hak ekonomi, hak peradilan dan hak budaya. Dalam materi ini, pembahasan materi mengenai hak asasi manusia menyangkut hak asasi social budaya, yaitu hak memeperoleh pelayanan kesehatan. Pemenuhan hak warga negara dalam memperoleh pelayanan kesehatan masuk dalam keadilan distributif, yakni keadilan yang diberikan negara untuk warganya. Perwujudan dari tanggungjawab negara ini adalah dengan memberikan jaminan berupa Program Keluarga Harapan. Melihat fenomena kematian ibu hamil dan balita akibat kurangnya kesadaran akan kesehatan dan juga faktor kemiskinan menyebabkan tingginya angka kasus kematian bayi dan ibu hamil. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Dr. Sugeng Purnomo, bahwa :

“Memang kemiskinan membuat masyarakat kurang memperhatikan kesehatannya, mereka yang sakit kadang keseulitan memeriksakan diri karena faktor biaya. Maka tanggung jawab pemerintah dengan adanya PKH ini tepat. Selain memberikan bantuan, PKH ini juga mengubah pola hidup masyarakat agar mereka lebih sadar akan kesehatannya” (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan sudah menjadi tanggung jawab negara. Apabila ada warga negara yang belum mendapatkan haknya, maka negaralah yang bertanggungjawab. Sebagai wujud pertanggung jawaban pemerintah maka dibentuklah Program Keluarga Harapan, yang selanjutnya program ini dilaksanakan di Kecamatan Polokarto. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bahwa memang pemerintah bertanggung jawab memenuhi hak asasi warganya yang belum terpenuhi.

commit to user C. Pembahasan

Penerapan/implementasi Program Keluarga Harapan khususnya yang diterapkan di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo sebagai tempat penelitian memiliki tujuan yakni mempunyai tujuan umum yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/nifas/balita ke fasilitas kesehatan dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan dan tujuan khusus yaitu mningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan. Untuk wilayah Kecamatan Polokarto, hal tersebut sangatlah membantu karena memang faktor kemiskinan yang ada menyebabkan Kecamatan Polokarto memiliki kasus mengenai kesehatan yang cukup tinggi. Seperti kasus kematian bayi dan ibu hamil.

Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (1975) dalam Agustino (2008) adalah “Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Berdasarkan pengertian ini implementasi memiliki beberapa hal penting yang menjadi unsurnya. Unsur-unsur penting tersebut antara lain:

1. Adanya tujuan/ sasaran kebijakan

2. Adanya aktivitas/ kegiatan pencapaian tujuan 3. Adanya hasil kegiatan

Penjelasan untuk unsur-unsur diatas dengan implementasi Program Keluarga Harapan adalah sebagai berikut :

1. Adanya tujuan/ sasaran kebijakan

Tujuan dari Program Keluarga Harapan secara umum yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/nifas/balita ke fasilitas kesehatan dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan dan tujuan khusus yaitu meningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf

commit to user

pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Program Keluarga Harapan adalah program asistensi sosial kepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu dengan memberlakukan persyaratan dalam rangka untuk mengubah perilaku miskin. PKH diutamakan bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang memiliki ibu hamil/menyusui, dan anak usia 0-15 tahun, atau anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasarnya. Tujuan jangka pendek PKH adalah memberikan income effect melalui pengurangan beban pengeluaran Keluarga Sangat Miskin (KSM). Sementara tujuan jangka panjangnya adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan KSM melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak (price effect) serta memberikan kepastian akan masa depan anak (insurance effect) dan mengubah perilaku (behaviour effect) keluarga miskin. PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik.

Muhammad Jaelani, S.Sos, selaku Ketua Tim Pendamping PKH Kecamatan Polokarto mengungkapkan bahwa :

“Tujuan PKH untuk mengubah perilaku hidup warga miskin kearah yang lebih baik, dengan memperhatikan kesehatan dan kebutuhan finansial lainnya mendapat respon yang baik. Apalagi untuk wilayah Kecamatan Polokarto terdapat banyak warga miskin, selain itu perilaku hidup yang kurang sehat yang dilakukan terutama oleh ibu-ibu dan anak-anak menyebabkan tidak terpenuhinya gizi mereka. Sehingga dengan adanya program ini menjadikan perubahan”(Wawancara : Kamis, 8 Januari 2015)

Selain itu kasus kematian ibu hamil dan balita juga menjadi hal serius yang harus diperhatikan. Penyebabnya adalah kondisi ekonomi yang kurang, sehingga mereka yang tidak memiliki akses untuk ke dokter memilih membiarkan kesehatannya seadanya. Maka, tidak dipungkiri jika

commit to user

kasus semacam itu terjadi. Sebagaimana yang diungkapkan Dr. Sriyono, M.Kes, selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo bahwa:

“Permasalahan kesehatan yang terjadi karena dampak kemiskinan, menjadikan salah satu hak warga miskin tidak terpenuhi. Sudah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk memenuhi hak warga negaranya, terutama hak warga miskin yang belum terpenuhi. “ (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Tujuan utama PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan). Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut. Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Selain itu pemenuhan hak-hak pelayanan kesehatan juga menjadi tujuan dari PKH.

Penerima atau sasaran yang mendapatkan bantuan PKH adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/ bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu PKH. Hal ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (yaitu orang tua-ayah, ibu-dan anak) adalah satu unit sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Karena itu

commit to user

keluarga adalah unit yang relevan dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi.Beberapa keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur).Bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (dapat nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan). Untuk itu, pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga.

Mereka memperoleh pelayanan kesehatan sebagai wujud pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak dalam pelayanan yang diterima peserta berbeda-beda, tergantung pada kategori peserta. disini kategori peserta adalah :

1) Anak usia 0-6 bulan mendapatkan pelayanan berupa :

 Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali

 Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

 Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus.

 Anak usia 12-59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

commit to user

 Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali yaitu sekali pada usia kehamilan 3 bulan I, sekali pada usia kehamilan 3 bulan II, dua kali pada 3 bulan terakhir, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.

 Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan.

 Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan VI setelah melahirkan.

Bantuan lain yang mereka terima oleh peserta adalah memperoleh bantuan berupa uang tunai yaitu :

a. Bantuan tetap Rp 300.000,00

b. Bantuan pendidikan SD/MI Rp 500.000,00 c. Bantuan pendidikan SMA/MTs Rp 1.000.000,00

d. Bantuan kesehatan (ibu hamil/nifas, bayi atau balita) Rp 1.000.000 Bantuan minimal yang diterima peserta PKH minimal Rp 800.000,00 dan maksimal adalah Rp 2.800.000,00 per tahun. Bantuan tersebut dibayarkan 4 kali dalam 1 tahun (per 3 bulan) melalui kantor pos terdekat dengan membawa kartu peserta PKH/ undangan. Uang tersebut dapat digunakan peserta untuk memeriksakan diri ke dokter apabila di Puskesmas mereka mendapatkan hambatan seperti jangakaun lokasi yang jauh, maka dengan uang tersebut dapat digunakan untuk berobat ke dokter terdekat. Selain itu mereka juga memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis di Puskesmas, Polindes, dan Bidan Desa. Pelayanan yang diberikan berupa pemberian obat-obatan, vitamin, pemenuhan gizi.

2. Adanya aktivitas/kegiatan pencapaian tujuan

Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam implementasi Program Keluarga Harapan adalah menyangkut Tim Pendamping dan Peserta PKH. Program keluarga harapan bidang kesehatan mensyaratkan peserta PKH (yaitu ibu hamil, ibu nifas dan anak usia < 6 tahun) melakukan kunjungan

commit to user

rutin ke berbagai sarana kesehatan. Hal ini juga sebagai upaya pemenuhan hak mereka dalam hal kesehatan. Oleh karena itu, program ini secara langsung akan mendukung pencapaian target program kesehatan. Di samping itu, PKH juga merupakan bagian yang tidak terlepaskan dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JPKMM).

Setiap anggota keluarga peserta PKH dapat mengunjungi dan memanfaatkan berbagai fasilitas kesehatan.

a. Puskesmas

Puskesmas diharapkan mampu memberi seluruh paket layanan kesehatan yang menjadi persyaratan bagi peserta PKH Kesehatan termasuk memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (khususnya puskesmas PONED).

b. Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling, yang merupakan satelit Puskesmas (dan jika dilengkapi dengan tenaga bidan), sangat diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir.

c. Polindes dan Poskesdes

Pondok bersalin desa (dikenal dengan sebutan Polindes) biasanya dilengkapi dengan tenaga bidan desa. Polindes diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi ibu selama kehamilan, pertolongan persalinan, dan bagi bayi baru lahir; maupun pertolongan pertama pada kasus-kasus gawat darurat.

d. Posyandu

Posyandu yang dikelola oleh para kader kesehatan dengan bantuan dan supervisi dari Puskesmas, Pustu, serta Bidan desa diharapkan dapat memberikan pelayanan antenatal, penimbangan bayi, serta penhyuluhan kesehatan.

e. Bidan Praktek

Di samping memberikan pelayanan kesehatan di polindes, bidan desa yang melakukan praktek dirumah dapat dimanfaatkan oleh

commit to user

peserta PKH khususnya dalam pemeriksaan ibu hamil, memberikan pertolongan persalinan, maupun memberikan pertolongan pertama pada kasus-kasus kegawatdaruratan.

Selain itu pemberi layanan kesehatan juga mempunyai kegiatan kepada peserta. Kegiatan tersebutt sebagai berikut:

1) Menetapkan jadwal kunjungan

Pada tahap awal pelaksanaan, puskesmas dan posyandu memiliki peran penting dalam menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga peserta PKH ke berbagai fasilitas kesehatan. Prosedur penetapan jadwal kunjungan peserta PKH adalah sebagai berikut:

- Puskesmas akan menerima formulir jadwal kunjungan peserta PKH kesehatan dari UPPKH Kecamatan (Pendamping). Dalam formulir jadwal kunjungan tersebut sudah tertulis nama anggota keluarga, jenis pelayanan/pemeriksaan kesehatan yang diwajibkan, status pelayanan/pemeriksaan kesehatan, tanggal dan nama/tempat pelayanan kesehatan.

- Untuk mengisi status pemberian pelayanan kesehatan. Jika calon peserta PKH sudah pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan atau jaringan kerja Puskesmas tersebut, maka petugas puskesmas harus mencocokkan dengan register yang tersedia di Puskesmas (yaitu kohor ibu hamil, KMS, buku imunisasi, penimbangan, dll). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku register, petugas puskesmas mengklarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan yang sudah diberikan kepada setiap anggota keluarga peserta PKH. Jika calon peserta PKH belum pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan atau jaringan kerja Puskesmas (ini berarti register calon peserta tersebut tidak tersedia di puskesmas), maka petugas puskesmas harus menanyakan langsung kepada calon peserta PKH pada waktu acara pertemuan awal.

- Setelah klarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan dilakukan, petugas puskesmas menetapkan tanggal dan nama sarana kesehatan/PPK

commit to user

yang harus dikunjungi oleh seluruh anggota keluarga peserta PKH yang disyaratkan.

- Formulir kunjungan yang sudah terisi akan diambil langsung oleh pendamping PKH di puskesmas (paling telat 1 minggu sebelum acara pertemuan awal).

2) Menghadiri pertemuan awal

Perwakilan puskesmas akan diundang untuk menghadiri acara pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH. Dalam pertemuan ini, petugas puskesmas berkewajiban untuk:

- Mengklarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan dengan calon peserta PKH, khususnya bagi mereka yang datanya tidak tercatat dalam register.

- Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat PPK terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH.

3) Memberi Pelayanan Kesehatan

Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan baik secara aktif maupun pasif kepada semua peserta PKH. Secara aktif, misalnya mengunjungi peserta PKH yang tidak hadir sesuai jadwal yang sudah ditetapkan untuk diberikan pelayanan dan pembinaan. Secara pasif dengan cara memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta yang mendatangi fasilitas kesehatan. Dalam memberikan pelayanan, petugas kesehatan harus mengacu kepada ketentuan dan pedoman pelayanan kesehatan yang berlaku.Penetapan persyaratan PKH kesehatan akan berimplikasi pada peningkatan jumlah kunjungan di fasilitas kesehatan. Oleh karenanya, pemberi pelayanan kesehatan harus menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan (seperti, Vitamin A, Vaksin, tenaga kesehatan, dan lain-lain).

4) Memverifikasi Komitmen Peserta PKH

Pembayaran bantuan komponen kesehatan pada tahap berikutnya diberikan atas dasar verifikasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas. Jika peserta PKH memenuhi komitmennya (yaitu mengunjungi fasilitas

commit to user

kesehatan yang sudah ditetapkan sesuai jadwal kunjungan di atas), maka peserta PKH akan menerima bantuan tunai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Prosedur verifikasi komitmen peserta adalah sebagai berikut:

 PPK akan menerima formulir verifikasi komitmen peserta PKH dari PT POS (Form K).

 Petugas puskesmas (jika diperlukan) mengirim formulir verifikasi tersebut ke setiap PPK yang berada di bawah otoritas puskesmas, seperti Pustu, Polindes, Posyandu. Pengiriman formulir ke setiap PPK ini perlu dicocokan dengan jadwal kunjungan yang telah ditetapkan.

 Proses verifikasi yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan adalah memeriksa formulir K tersebut dan mengisi bulatan pada nama anak dan atau ibu hamil yang tidak hadir sesuai jadwal kunjungan yang telah ditentukan.

 Formulir yang telah diperiksa / diverifikasi oleh petugas kesehatan tersebut selanjutnya diambil langsung) oleh petugas puskesmas. Petugas puskesmas selanjutnya merekap/mencatat anak dan atau ibu hamil yang tidak hadir pada jadwal yang telah ditentukan.

 PT POS akan mengambil hasil catatan ketidakhadiran ini setiap 3 bulan sekali.

Pada kegiatan ini, Kepala Puskesmas bertanggung jawab dalam mengkoordinir pelaksanaan kegiatan (yaitu semua kewajiban PPK dalam PKH). Setiap kecamatan didampingi oleh 2 s/d 4 pendamping kecamatan sesuai dengan jumlah KSM dalam satu kecamatan. Satu pendamping rata – rata mendampingi 300 KSM. Sedangkan di Kabupaten sendiri terdapat dua tenaga operator yang mengentry data, mengolah data dan berkoordinasi antara pusat, provinsi, daerah dan pendamping. Untuk wilayah Kecamatan Polokarto, terdapat Tim Pendamping PKH sebanyak 4 orang. Pendamping merupakan aktor penting dalam mensukseskan PKH. Pendamping adalah pelaksana PKH di tingkat kecamatan. Pendamping diperlukan karena:

commit to user

a. Sebagian besar orang miskin tidak memiliki kekuatan, tidak memiliki suara dan kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka yang sesungguhnya. Mereka membutuhkan pejuang yang menyuarakan mereka, yang membantu mereka mendapatkan hak.

b. UPPKH Kabupaten/Kota tidak memiliki kemampuan melakukan tugasnya di seluruh tingkat kecamatan dalam waktu bersamaan. Petugas yang dimiliki sangat terbatas sehingga amatlah sulit mendeteksi segala macam permasalahan dan melakukan tindak lanjut dalam waktu cepat. Jadi pendamping sangat dibutuhkan. Pendamping adalah pancaindera PKH.

Selain kegiatan ini, Tim Pendamping PKH Kecamatan Polokarto memiliki kegiatan lainnya. Program kerja ini dilakukan oleh tim pendmping dari Kecamatan Polokarto sebagai berikut :

a. Melakukan pertemuan kelompok. Pada pertemuan ini juga dilakukan sosialisasi informasi mengenai pentingnya pendidikan dan kesehatan ibu dan anak, tips praktis dan murah bagi kesehatan keluarga serta pentingnya sanitasi dan nutrisi untuk meningkatkan mutu keluarga. Pendamping memiliki tugas yang sangat penting dalam pelaksanaan program di lapangan, seperti : pertemuan awal, tugas persiapan program, tugas rutin yang meliputi pendampingan pada saat penyaluran bantuan, berdiskusi dengan kelompok setiap sebulan sekali, pendampingan rutin, berkunjung kerumah penerima bantuan, memfasilitasi proses pengaduan, mengunjungi penyedia layanan, melakukan konsolidasi dan meningkatkan kapasitas diri.

b. Melakukan pendampingan rutin. Kegiatan yang dilakukan selama itu antara lain melakukan kunjungan ke unit pelayanan kesehatan dan pendidikan, mengunjungi keluarga untuk membantu mereka dalam proses mendaftarkan anak-anak ke sekolah, mengurus akta lahir maupun memeriksa rutin ke puskesmas

commit to user

c. Mengunjungi penyedia layanan seperti puskesmas, posyandu, bidan desa. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan vital keberlangsungan maupun peningkatan mutu PKH. Pendamping memantau kelancaran dan kelayakan kegiatan pelayanan, mengantisipasi permasalahan yang ada dalam program sehingga bisa melakukan tindakan yang sifatnya mencegah kegagalan kelancaran program ketimbang memperbaikinya. d. Membuat laporan, memperbaharui dan menyimpan formulir serta

kegiatan rutin administrasi lainnya. Secara kelembagaan, Pendamping melaporkan seluruh kegiatan dan permasalahannya ke UPPKH Kabupaten/Kota

Sebagai peserta PKH mereka juga memiliki kewajiban. Berkaitan dengan kesehatan, KSM yang sudah ditetapkan menjadi peserta PKH dan memiliki kartu PKH, diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan. Adapun peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah RTSM yang memiliki Ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD. Persyaratan dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.6 Kriteria Persyaratan Kesehatan bagi Peserta

Kategori Persyaratan kesehatan

Anak usia 0-6 tahun

1. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali

2. Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

3. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 29-55)

Dokumen terkait