• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

57 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

Kecamatan Polokarto merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Polokarto terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 96 m di atas permukaan laut. Dengan jarak dari barat ke timur ± 20 km, jarak dari utara ke selatan ± 8 km. Jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten Sukoharjo ± 9 km.

Adapun batas-batas Kecamatan Polokarto yakni: a. Sebelah utara : Kecamatan Mojolaban,

b. Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar, c. Sebelah selatan : Kecamatan Bendosari d. Sebelah barat : Kecamatan Grogol.

Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo sebagai Lokasi Penelitian

Kecamatan Polokarto mempunyai jumlah desa sebanyak 17 desa, dengan jumlah Rukun Warga (RW) terbesar pada Desa Polokarto yaitu 13 RW, sedangkan yang terkecil terdapat pada Desa Pranan dan Karangwuni

57 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

Kecamatan Polokarto merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Polokarto terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 96 m di atas permukaan laut. Dengan jarak dari barat ke timur ± 20 km, jarak dari utara ke selatan ± 8 km. Jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten Sukoharjo ± 9 km.

Adapun batas-batas Kecamatan Polokarto yakni: a. Sebelah utara : Kecamatan Mojolaban,

b. Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar, c. Sebelah selatan : Kecamatan Bendosari d. Sebelah barat : Kecamatan Grogol.

Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo sebagai Lokasi Penelitian

Kecamatan Polokarto mempunyai jumlah desa sebanyak 17 desa, dengan jumlah Rukun Warga (RW) terbesar pada Desa Polokarto yaitu 13 RW, sedangkan yang terkecil terdapat pada Desa Pranan dan Karangwuni

57 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

Kecamatan Polokarto merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Polokarto terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 96 m di atas permukaan laut. Dengan jarak dari barat ke timur ± 20 km, jarak dari utara ke selatan ± 8 km. Jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten Sukoharjo ± 9 km.

Adapun batas-batas Kecamatan Polokarto yakni: a. Sebelah utara : Kecamatan Mojolaban,

b. Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar, c. Sebelah selatan : Kecamatan Bendosari d. Sebelah barat : Kecamatan Grogol.

Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo sebagai Lokasi Penelitian

Kecamatan Polokarto mempunyai jumlah desa sebanyak 17 desa, dengan jumlah Rukun Warga (RW) terbesar pada Desa Polokarto yaitu 13 RW, sedangkan yang terkecil terdapat pada Desa Pranan dan Karangwuni

(2)

commit to user

yaitu sebesar 4 RW. Jumlah Rukun Tetangga (RT) terbesar terdapat pada Desa Mranggen yaitu sebesar 40 RT, sedangkan yang terkecil terdapat pada Desa Karangwuni. Pembagian desa, RW, dan RT dapat dilihat selengkapnya pada table dibawah ini.

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi (RW dan RT) Menurut Desa Tahun 2014 di Kecamatan Polokarto

No Desa RW RT 1 Pranan 4 16 2 Karangwuni 4 10 3 Bugel 6 20 4 Ngombakan 6 13 5 Bakalan 9 29 6 Godog 7 20 7 Kemasan 8 19 8 Kenokorejo 8 21 9 Tepisari 9 18 10 Bulu 6 18 11 Rejosari 6 17 12 Polokarto 13 26 13 Mranggen 11 40 14 Wonorejo 6 28 15 Jatisobo 7 19 16 Kayuapak 5 17 17 Genengsari 5 17 Jumlah 120 348

Sumber : Kecamatan Polokarto dalam angka 2013 BPS Kabupaten Sukoharjo

(3)

commit to user

b. Keadaan Penduduk Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

Penduduk Kecamatan Polokarto berjumlah 75.591 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.135 jiwa/ km². Komposisi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari 37.656 laki-laki dan 37.935 perempuan. Untuk lebih jelas keadaan penduduk di Kecamatan Polokarto dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Luas Daerah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Penduduk Per Km²

No Desa Luas Daerah Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) 1 Pranan 194 3058 928 1576 2 Karangwuni 170 2832 947 1666 3 Bugel 154 3220 1139 2091 4 Ngombakan 184 4108 1196 2221 5 Bakalan 305 5321 1514 1745 6 Godog 295 4684 1295 1588 7 Kemasan 335 4665 1386 1393 8 Kenokorejo 382 4866 1466 1274 9 Tepisari 616 2886 982 469 10 Bulu 501 3855 1169 769 11 Rejosari 612 3487 1104 570 12 Polokarto 824 6553 2026 795 13 Mranggen 442 7435 2327 1682 14 Wonorejo 226 5320 1406 2354 15 Jatisobo 220 4951 1349 2250 16 Kayuapak 324 3975 1165 1227 17 Genengsari 433 4375 1432 1010 JUMLAH 6218 75591 22831 24680

(4)

commit to user

Sumber : Kecamatan Polokarto dalam angka tahun 2014 BPS Kabupaten Sukoharjo

Dari tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Desa Tepisari mempunyai luas daerah yang terbesar (616 Ha), sedangkan luas yang terkecil yaitu Desa Bugel (514 Ha). Desa Tepisari dengan luas daerah yang terbesar sebagian besar terdiri dari hutan negara 225 Ha, tanah pekarangan 155 Ha, tanah sawah 143 Ha, dan tanah tegal 57 Ha, serta lainnya 6 Ha. Jumlah penduduk terbesar ada pada Desa Mranggen sebesar 7.435 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 2327 jiwa. Desa Mranggen merupakan pusat pemerintahandan administrative untuk Kecamatan Polokarto sehingga sangat wajar bila mempunyai penduduk terbesar. Sedangkan penduduk terkecil ada pada Desa Karangwuni sebesar 2832 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 652 jiwa. Hal ini dimungkinkan karena luas wilayah di Desa Karangwuni sebagian besar adalah adalah tanah sawah (121 Ha) sedangkan tanah pekarangan hanya sebesar (46 Ha). Kepadatan penduduk terbesar ada pada Desa Wonorejo (21 jiwa/ Ha) sedangkan kepadatan penduduk terkecil ada pada Desa Tepisari (5 jiwa/ Ha). Program penghijauan di Kabupaten Sukoharjo salah satunya yang dijadikan proyek percontohan hutan desa dialokasikan di Desa Tepisari sehingga wajar apabila kepadatan penduduknya sangat kecil.

Kebutuhan sarana dan social meliputi sarana pendidikan dan kebutuhan dasar di Kecamatan Polokarto relative tercukupi, terbukti dengan adanya sekolah dasar dan bidan desa di setiap desa. Jumlah TK tercatat sebanyak 33 unit, SD sebanyak 47 unit, SMP sebanyak 6 unit dan SMA/SMK ada 3 unit. Peningkatan sarana kesehatan sangat dibutuhkan sebagai upaya dalam peningkatan kesjahteraan masyarakat, selain pemerintah peran swasta cukup tinggi. Pada tahun 2013 untuk jumlah Puskesmas sebanyak 1 yaitu di Desa Mranggen. Selain itu juga ada Puskesmas Pembantu sebanyak 5 unit, Rumah Bersalin 1 unit, Poskesdes 17 unit, dan praktek dokter sebanyak 10 unit. Sedangkan untuk tenaga

(5)

commit to user

kesehatan terdapat 1 orang dokter umum, 43 orang bidan, dan 130 orang mantri kesehatan/ perawat.

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, mengusulkan kepada Kementrian Sosial Republik Indonesia untuk mengikutsertakan Kabupaten Sukoharjo dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Dan untuk semua kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo untuk mengikuti Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program bantuan tunai untuk Keluarga Sangat Miskin (KSM) dengan menetapkan syarat, ketentuan dan kewajiban bagi yang ditetapkan sebagai peserta PKH. PKH sendiri mempunyai tujuan umum yakni Meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/Nifas/Balita ke Fasilitas Kesehatan dan mengirimkan anak ke Sekolah dan Fasilitas Pendidikan dan tujuan khusus yaitu Meningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Pada Bulan September Tahun 2013, PKH mulai aktif di Kabupaten Sukoharjo dan dapat diakses di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 12 kecamatan dan 128 desa. Pada awal program, jumlah Keluarga Sangat Miskin yang harus divalidasi oleh pendamping sebanyak 11.002 KSM. Data awal yang diterima Dinas Sosial, untuk Kecamatan Polokarto sebanyak 1.452 jiwa. Data tersebut adalah data terbanyak dari 12 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Hal itu dikarenakan Kecamatan Polokarto memiliki warga miskin yang cukup banyak bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Sukoharjo. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan, menjadikan salah satu usaha pemerintah untuk memenuhi hak warga miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Terutama untuk ibu hamil dan balita yang rentan kesehatannya.

(6)

commit to user 2. Gambaran Umum Program Keluarga Harapan

Secara eksplisit negara melalui konstitusi mengamanatkan bahwa “Negara memelihara fakir miskin dan anak-anak yang terlantar,mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, serta bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan sosial yang layak yang diatur dengan undang-undang” UUD 1945). Sejalan dengan ini, Edi Suharto (2007) mengungkapkan:

“Sebagai salah satu bentuk kebijakan sosial dan public goods, pelayanan sosial tidak dapat dan tidak boleh diserahkan begitu saja kepada masyarakat dan pihak swasta. Sebagai lembaga yang memiliki legitimasi publik yang dipilih dan dibiayai oleh rakyat, negara memiliki kewajiban (obligation) dalam memenuhi (to fulfill), melindungi (to protect) dan menghargai (to respect) hak-hak dasar, ekonomi, dan budaya warganya. Mandat negara untuk melaksanakan pelayanan sosial lebih kuat daripada masyarakat atau dunia usaha. Berdasarkan konvensi internasional, mandat negara dalam pelayanan sosial bersifat ‘wajib’. Sedangkan, mandat masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan sosial bersifat ‘tanggungjawab’ (responsibility). Di samping UUD 1945, terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan yang menjamin hak kelompok masyarakat miskin. Sejalan dengan ketentuan tersebut, kebijakan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan 4 (empat) strategi utama, yaitu perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan UKM dan pembangunan infrastruktur pedesaan.

PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. PKH sebenamya telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat.

(7)

commit to user

Dengan perkataan lain, Program Keluarga Harapan atau yang selanjutnya disingkat PKH, merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sistem perlindungan sosial dan strategi intervensi pengentasan kemiskinan di Indonesia dengan mengadopsi Bantuan Tunai Bersyarat (Conditional Cash Transfers) yang sudah banyak diterapkan di berbagai negara.

Semakna dengan amanat yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 34 ayat 3 yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”, maka PKH harus bisa membuktikan secara empiris sehingga pengembangannya memiliki bukti yang nyata yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai wujud nyata dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3. Selain UUD 1945 Pasal 34 ayat 3, landasan hukum dari PKH adalah:

1. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Nasional, 2. UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, 3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

4. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tindak Percepatan Pencapaian Sasaran Program Pro-Rakyat, dan

5. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

PKH juga dimaksudkan sebagai bagian dari upaya pencapaian Millennium Development Goals. Tujuan Pembangunan Milenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, kelestarian lingkungan hidup, serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. Tujuan pembangunan Milenium ditargetkan untuk dapat dicapai pada tahun 2015.

(8)

commit to user

Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004, PKH menjadi model jaminan yang unik. Di satu sisi, PKH merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan (life survival) dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, PKH bernuansa pemberdayaan yakni menguatkan rumah tangga miskin agar mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong anak bersekolah. Dana yang diberikan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin secara tunai melalui Kantor Pos dimaksudkan agar penerima dapat mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan yakni anak-anak harus bersekolah hingga SMP, anak balita harus mendapatkan imunisasi, dan ibu hamil harus memeriksakan kandungan secara rutin (berkala).

Fokus persyaratan PKH adalah penurunan kemiskinan, tanggung jawab publik, investasi kapital/modal manusia dan memelihara modal manusia yang ada saat ini. PKH menuntut perubahan perilaku yang membawa manfaat dalam beberapa hal, dan mengasumsikan bahwa uang akan memampukan penerimanya melakukan itu. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa bantuan tunai lah yang memastikan penerimanya untuk memeriksakan kesehatan dan sekolah, pelayanan kesehatan dan sekolah tersedia. Bantuan tunai merupakan insentif yang tepat untuk mendorong kehadiran itu dan peningkatan status kesehatan dan kehadiran sekolah akan berdampak pada prestasi sekolah, dan dengan begitu akan memperbaiki kualitas hidup dan membuka berbagai kesempatan dalam hidup.

Menurut definisinya, Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Sebagai imbalannya KSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yaitu pendidikan dan kesehatan. UPPKH adalah unit pengelola PKH yang dibentuk baik di pusat dan daerah. Di Pusat adalah UPPKH Pusat dan di Daerah adalah UPPKH Kabupaten/ Kota. Peserta PKH adalah KSM yang memenuhi satu

(9)

commit to user

atau beberapa kriteria yaitu memiliki Ibu hamil/ nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar. Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan KSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. Penyelenggaraan PKH bersifat multisektor baik di Pusat maupun di Daerah yang melibatkan instansi pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan hingga Desa serta masyarakat. Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku KSM yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan.

Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: 1) Meningkatkan status sosial ekonomi KSM; 2) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari KSM; 3) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak KSM; 4) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KSM.

Selain itu, PKH menjamin hak-hak warga miskin dalam hal kesehatan, hak disini diwujudkan melalui pemberian bantuan berupa uang tunai agar warga miskin yang mendapatkan PKH dapat memeriksakan kesehatannya di pelayanan kesehatan yang ada, selain itu di bidang kesehatan, mereka juga memperoleh pelayanan berupa pemeriksaan untuk ibu hamil tiga kali selama masa kehamilan, memberikan balita vitamin dan pelayanan kesehatan terkait dengan kondisi kesehatan peserta.

Program PKH dilaksanakan secara berkelanjutan yang dimulai dengan uji coba di beberapa propinsi. Tujuan uji coba adalah untuk menguji berbagai instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain

(10)

commit to user

metode penentuan sasaran, validasi data, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, pengaduan masyarakat. Pasca uji coba, PKH diharapkan dapat dilaksanakan di seluruh provinsi setidaknya sampai dengan tahun 2015, sesuai komitmen pencapaian MDGs. Selama periode tersebut, target penerima (beneficiaries) akan ditingkatkan secara bertahap hingga mencakup seluruh KSM. Peserta PKH yang masih memenuhi kriteria dan persyaratan dimungkinkan menerima bantuan selama maksimal 6 tahun. Untuk itu, setiap 3 tahun akan dievaluasi dalam rangka resertifikasi terhadap status kepesertaan. Apabila setelah resertifikasi 3 tahun peserta dinilai tidak lagi memenuhi persyaratan, maka KSM dikeluarkan sebagai penerima PKH (exit strategy).

Namun jika sebelum 3 tahun menurut hasil verifikasi status kemiskinan oleh UPPKH Pusat bersama BPS ditemukan bahwa KSM sudah meningkat kesejahteraannya dan atau tidak lagi layak sebagai KSM sesuai kriteria yang ditetapkan, maka yang bersangkutan dikeluarkan dari kepesertaan PKH pada akhir tahun yang berjalan. Apabila setelah 6 tahun kondisi KSM masih berada di bawah garis kemiskinan, maka untuk exit strategy PKH berkoordinasi dengan program terkait lainnya untuk rujukan (referral system), seperti antara lain ketenagakerjaan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pemberdayaan masyarakat. Pada rencana awal pelaksanaan PKH telah disusun tahapan cakupan penerima termasuk pendanaannya yang dimulai sejak tahun 2007 hingga setidaknya 2015. Dalam proses perjalanan PKH hingga 2009 target tersebut belum dapat tercapai karena berbagai alasan antara lain tidak tersedianya data yang sesuai dengan kriteria, keterbatasan dana APBN. Dalam rangka memperluas cakupan sasaran, pengembangan PKH tetap dilaksanakan khususnya pada perluasan kecamatan di provinsi yang telah melaksanakan PKH. PKH memberikan bantuan tunai kepada KSM dengan mewajibkan KSM tersebut mengikuti persyaratan yang ditetapkan program.

Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama

(11)

commit to user

PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan).

Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut. Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin.

Berkaitan dengan kesehatan, KSM yang sudah ditetapkan menjadi peserta PKH dan memiliki kartu PKH, diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan. Adapun peserta PKH yang dikenakan kewajiban dalam hal kesehatan adalah KSM yang memiliki Ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD. Kewajiban dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.3 Hak Pelayanan Kesehatan bagi Peserta

Kategori Peserta Pelayanan Kesehatan

Anak usia 0-6 tahun 1. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali

2. Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

3. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan

(12)

commit to user Agustus.

4. Anak usia 12-59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

Ibu hamil dan ibu nifas 1. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali yaitu sekali pada usia kehamilan 3 bulan I, sekali pada usia kehamilan 3 bulan II, dua kali pada 3 bulan terakhir, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.

2. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan.

3. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan VI setelah melahirkan.

Program Keluarga Harapan bidang kesehatan mensyaratkan peserta PKH (yaitu ibu hamil, ibu nifas dan anak usia < 6 tahun) melakukan kunjungan rutin ke berbagai sarana kesehatan. Oleh karena itu, program ini secara langsung akan mendukung pencapaian target program kesehatan. Di samping itu, PKH juga merupakan bagian yang tidak terlepaskan dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JPKMM). Selain itu, PKH juga memberikan bantuan

(13)

commit to user

tunai berupa uang, yang selanjutnya uang nanti dimanfaatkan untuk bidang pendidikan dan memenuhi beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya.

Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan. Besaran bantuan tunai terdapat pada tabel 1.2 dibawah ini

Tabel 4.4 Besaran Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Skenario Bantuan Bantuan per KSM per tahun

Bantuan tetap Rp. 200.000

Bantuan bagi KSM yang memiliki:

a. Anak usia di bawah 6 tahun Rp. 800.000 b. Ibu hamil/menyusui

c. Anak usia SD/MI d. Anak usia SMP/MTs Rata-rata bantuan per KSM Bantuan minimum per KSM Bantuan maksimum per KSM

Rp. 800.000 Rp. 400.000 Rp. 800.000 Rp. 1.390.000 Rp. 600.000 Rp. 2.200.000

Dengan catatan bahwa bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan KSM per tahun.Batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata KSM per tahun.

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dari pemerintah bagi masyarakat miskin sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (2) yang berbunyi,

(14)

commit to user

“Negara mengembangkan sistem jaminan social bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Dan juga Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3) yang berbunyi “Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

Selanjutnya, diperjelas dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan diantaranya pada :

Pasal 5 Ayat (1) dan (2)

Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan.

Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Pasal 14 Ayat (1) dan (2)

Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Tanggung jawab pemerintah sebagaimana dimaksuda dalam ayat (1) dikhususkan pada pelayanan public. Pasal 17 Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses

terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 18 Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

Pasal 19 Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.

(15)

commit to user Pasal 20 Ayat

(1)

Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

Dengan adanya Program Keluarga Harapan ini, diharapkan mampu meringankan beban kemiskinan masyarakat, khususnya di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sarmadi, SE, M.Si, selaku Pengarah Unit Program Keluarga Harapan di Kabupaten Sukoharjo bahwa :

“Program Keluarga Harapan adalah jaminan yang unik, selain memberi bantuan kepada warga miskin, jaminan sosial dari pemerintah ini juga mewajibkan peserta PKH untuk melakukan kewajibannya seperti memeriksakan kesehatan sesuai dengan petunjuk. Sehingga diharapkan hal ini dapat menekan angka kemiskinan. Dan mensejahterakan masyarakat yang kurang mampu agar hidupnya menjadi lebih terarah, terutama untuk hal kesehatan.” (Wawancara : Jum’at, 2 Januari 2015)

Kabupaten Sukoharjo sudah menjalankan PKH sejak tahun 2013 akhir. Hal ini disebabkan untuk wilayah Kabupaten Sukoharjo masih banyak warga miskin, terutama untuk Kecamatan Polokarto. Data awal yang didapat oleh Kabupaten Sukoharjo menyatakan Kecamatan Polokarto memiliki jumlah penerima terbanyak diantara kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mengawasi jalannya PKH di setiap kecamatan, dibentuk Tim Pendamping PKH.

Setiap kecamatan didampingi oleh 2 sampai dengan 4 pendamping kecamatan sesuai dengan jumlah KSM dalam satu kecamatan. Satu pendamping rata – rata mendampingi 300 KSM. Sedangkan di Kabupaten sendiri terdapat dua tenaga operator yang mengentry data, mengolah data dan berkoordinasi antara pusat, provinsi, daerah dan pendamping. Untuk di Kecamatan Polokarto sendiri terdapat 4 pendamping, yakni Erni Puji Rahayu, Riris Satria Rosita Dewi, Atik Sulasmi dan Muhammad Jaelani, S.Sos. mereka bertugas mengawasi dan ikut mendamping jalannya PKH.

Kepesertaan PKH ditetapkan dari data Dinas Sosial yang selanjutnya divalidasi oleh pendamping. Proses validasi yang dilaksanakan oleh pendamping adalah dengan menyelenggarakan Pertemuan Awal di masing –

(16)

commit to user

masing desa dengan surat undangan pertemuan awal (SUPA) yang diberikan pada KSM calon peserta PKH. Dalam proses ini tentu saja peran pendamping kecamatan sebagai ujung tombak PKH menjadi sangat dibutuhkan.

Pada awal kepesertaan PKH di Kecamatan Polokarto, ditetapkan sebanyak 1.532, namun setelah divalidasi pendamping, datanya menjadi 1.200 orang. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Jaelani, S.Sos, selaku ketua Tim Pendamping PKH Kecamatan Polokarto, bahwa :

“Pada awalnya data yang kami peroleh dari Dinas Sosial sebanyak 1.532 Keluarga Sangat Miskin (KSM), namun setelah kami validasi datanya menjadi 1.200 KSM saja. Hal ini terjadi karena pada saat kami survey ternyata beberapa orang yang masuk dalam data tidak memiliki kriteria sebagaimana yang disyaratkan dalam PKH, sehingga datanya menjadi berkurang.” (Wawancara : Kamis, 8 Januari 2015).

Pelaksanaan PKH di Kecamatan Polokarto sampai awal tahun 2015 ini, memberikan dampak yang baik terhadap kesehatan warga miskin. Dengan adanya PKH, permasalahan kesehatan di Kecamatan Polokarto menurun. Terutama mengenai kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan balita yang menjadi sasaran dari PKH. Data yang diperoleh dari Puskesmas Polokarto, jumlah kematian ibu hamil dan balita menurun, pada tahun 2012 lalu angka kematian ibu hamil mencapai 13 kasus, sedangkan untuk 2013 sudah berjumlah 6 kasus dan pada 2014 tidak ditemukan kasus kematian ibu hamil. Sedangkan untuk angka kematian bayi di Kecamatan Polokarto pada tahun 2013 sudah 70 kasus, padahal sebelumnya pada 2012 lalu lebih dari 100 kasus, dan untuk tahun 2014 ini, tidak terdapat data tentang kematian balita di Kecamatan Polokarto. Sebagaimana diungkapkan Dr. Sugeng Purnomo, selaku Kepala Puskesmas Polokarto, bahwa :

“Setelah adanya PKH ini, kasus kesehatan di Kecamatan Polokarto berkurang. Apalagi untuk kasus balita dan ibu hamil, untuk 2014 ini, kami tidak mendapatkan adanya data mengenai kematian ibu hamil maupun balita, sehingga program dari pemerintah memang berjalan dengan baik. Selain itu mereka juga menjalankan kewajibannya sebagai peserta dengan baik.” ( Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Secara tidak langsung, hal ini memberikan dampak yang baik bagi warga miskin di Kecamatan Polokarto. Dengan adanya Program Keluarga

(17)

commit to user

Harapan ini, warga miskin yang menjadi peserta PKH, menjadi lebih memperhatikan kesehatannya. Sehingga, permasalahan kesehatan menjadi berkurang.

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil judul Implementasi Program Keluarga Harapan Terhadap Pemenuhan Hak Memperoleh Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan Relevansinya Terhadap Pengembangan Materi Hak Asasi Manusia (Studi di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo). Seperti diketahui, kemiskinan memberikan dampak terhadap beberapa bidang kehidupan. Salah satu dampaknya adalah di bidang kesehatan. Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Suharyanto, dalam Syawie, 2011). Hak-hak dasar disini termasuk hak pangan, sandang, papan, tidak adanya akses terhadap kebutuhan dasarnya seperti kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan lainnya (Suharto, 2005). Kemiskinan ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan, dan gizi. Beban kemiskinan sangat dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu seperti perempuan dan anak-anak yang berakibat pada terancamnya masa depan mereka.

Akibat kemiskinan yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan mereka yang belum mampu memenuhi haknya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi kesulitan. Dari sinilah tanggung jawab pemerintah dibutuhkan. Karena hak warga negara merupakan tanggung jawab pemerintah. Hak merupakan suatu kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu. Sebagaimana diketahui apabila hak warga Negara belum terpenuhi, maka hal itu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memenuhi hak mereka. Terjadinya fenomena kematian bayi akibat gizi buruk dan ibu hamil yang disebabkan oleh kemiskinan menjadi perhatian serius oleh negara. Tanggung jawab negara menjadi penting untuk menangani hal tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (2) bahwa “Negara mengembangkan sistem jaminan social bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

(18)

commit to user

martabat kemanusiaan”. Hal ini juga diperkuat dengan adanya Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Nasional.

Tanggung jawab negara, terhadap pemenuhan hak bagi warga negara adalah merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah di dalam sebuah negara. Berdasarkan pendapat TH Marshall dalam buku Citizenship and social Class (1950) tentang kewarganegaraan berbasis hak yang dikutip oleh Winarno (2009: 20), kewarganegaraan dikonseptualisasikan atas dasar tiga hak yaitu hak sipil, hak politik, dan hak sosial. Hak sipil mencakup perlindungan individu untuk bebas yaitu kebebasan berbicara, berkeyakinan, berhak atas keadilan. Hak politik mencakup hak berpartisipasi dalam pemerintahan. Hak sosial adalah hak atas pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya.

Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo memliki banyak sumberdaya, selain itu juga memiliki permasalahan seperti kemiskinan yang berdampak pada kesehatan. Masalah kesehatan balita dan ibu hamil terjadi di keluarga miskin di Kecamatan Polokarto. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kecamatan Polokarto, dari jumlah penduduk di Kecamatan Polokarto sejumlah 84.382 orang, terdapat 9270 orang penduduk miskin. Dan data dari Puskesmas Kecamatan Polokarto menunjukkan bahwa :

Tahun Jumlah Kematian Ibu Hamil/ Menyusui Prosentase Kematian Ibu Hamil/ Menyusui (%) Kematian Balita Prosentase Kematian Balita (%) 2012 13 11,5 100 88,5 2013 6 7,9 70 92,1

Tabel 4.5 Jumlah Kematian Ibu Hamil/ Menyusui dan Kematian Balita Kecamatan Polokarto

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dijelaskan dalam Pasal 5 bahwa Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Hal itu merupakan tanggung jawab pemerintah yang selanjutnya dijelaskan pula dalam Pasal 14 bahwa Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

(19)

commit to user

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Maka sesuai dengan program dari Kementerian Sosial Republik Indonesia, yang selanjutnya dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo yaitu Program Keluarga Harapan, merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menjamin hak warga Negara yang belum terpenuhi terutama hak warga miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Tanggung jawab pemerintah untuk mengurangi permasalahan mengenai belum terpenuhinya hak warga miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan sangatlah dibutuhkan. Sebagaimana yang diungkapkan Dr. Sriyono, M.Kes, selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo bahwa:

“Permasalahan kesehatan yang terjadi karena dampak kemiskinan, menjadikan salah satu hak warga miskin tidak terpenuhi. Sudah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk memenuhi hak warga negaranya, terutama hak warga miskin yang belum terpenuhi. Hak engenai kesehatan warga miskin salah satunya diwujudkan dalam pemberian pelayanan kesehatan.“ (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Berkaitan dengan hal ini, kajian mengenai implementasi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh palayanan kesehatan masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa rumusan masalah untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji secara mendalam. Beberapa rumusan masalah yang telah dibuat antara lain adalah:

1. Implementasi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

2. Hambatan/kendala pelaksanaan Program Keluarga Harapan

3. Relevansi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan ditinjau dari materi hak asasi manusia.

(20)

commit to user

1. Implementasi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Kecamatan

Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Sebagai imbalannya KSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui aspek pendidikan dan kesehatan. PKH adalah program asistensi sosial kepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu dengan memberlakukan persyaratan dalam rangka untuk mengubah perilaku miskin. PKH diutamakan bagi KSM yang memiliki ibu hamil/menyusui, dan anak usia 0-15 tahun, atau anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasarnya. Tujuan jangka pendek PKH adalah memberikan income effect melalui pengurangan beban pengeluaran RTSM. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan RTSM melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak (price effect) serta memberikan kepastian akan masa depan anak (insurance effect) dan mengubah perilaku (behaviour effect) keluarga miskin. PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan.

PKH sendiri mempunyai tujuan umum yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/nifas/balita ke fasilitas kesehatan dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan dan tujuan khusus yaitu meningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Hak dalam pelayanan yang diterima peserta berbeda-beda, tergantung pada kategori peserta. disini kategori peserta adalah :

a. anak usia 0-6 bulan mendapatkan pelayanan berupa :

 Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali

(21)

commit to user

 Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

 Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus.  Anak usia 12-59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan

ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

b. Ibu hamil dan nifas mendapatkan pelayanan berupa :

 Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali yaitu sekali pada usia kehamilan 3 bulan I, sekali pada usia kehamilan 3 bulan II, dua kali pada 3 bulan terakhir, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.  Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan.

 Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan VI setelah melahirkan. Dalam hal kesehatan, setiap peserta mendapatkan hak pelayanan kesehatan masing-masing sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya apabila balita mendapatkan vitamin, tambahan gizi, imunisasi dan pengobatan apabila terjadi sakit. Sedangkan untuk ibu hamil, mereka diwajibkan untuk dating ke tempat pelayanan kesehatan yang terdapat di setiap kelurahan seperti Puskesmas atau Bidan desa, untuk memeriksakan kehamilannya. Pemeriksaan itu juga harus dilakukan 4 kali dalam masa kehamilan. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sarmadi, SE, M.Si, selaku pengarah Unit PKH Kabupaten Sukoharjo, bahwa :

“Permasalahan kesehatan merupakan permasalahan finansial, maka melalui program dari Kemensos, diharapkan warga miskin yang menjadi peserta PKH memperhatikan kesehatannya, sebagaimana kewajibannya dalam menjalankan kepesertaannya di PKH. Untuk

(22)

commit to user

balita dan ibu hamil diwajibkan memeriksakan kesehatannya, selain itu pemenuhan gizi juga bida didapat dari pelayanan kesehatan di Puskesmas, Posyandu, atau bidan desa.” (Wawancara : Jum’at, 3 Januari 2015)

Selain itu Peserta PKH juga mendapatkan bantuan berupa uang tunai. Besaran bantuan tergantung kondisi masing-masing keluarga, jumlah bantuan akan berubah dari waktu ke waktu tergantung kondisi keluarga yang bersangkutan dan kebutuhan dalam memenuhi kewajiban, bantuan yang diberikan meliputi :

a. Bantuan tetap Rp 300.000,00

b. Bantuan pendidikan SD/MI Rp 500.000,00 c. Bantuan pendidikan SMA/MTs Rp 1.000.000,00

d. Bantuan kesehatan (ibu hamil/nifas, bayi atau balita) Rp 1.000.000 Bantuan minimal yang diterima peserta PKH minimal Rp 800.000,00 dan maksimal adalah Rp 2.800.000,00 per tahun. Bantuan tersebut dibayarkan 4 kali dalam 1 tahun (per 3 bulan) melalui kantor pos terdekat dengan membawa kartu peserta PKH/ undangan. Uang tersebut dapat digunakan peserta untuk memeriksakan diri ke dokter apabila di Puskesmas mereka mendapatkan hambatan seperti jangakaun lokasi yang jauh, maka dengan uang tersebut dapat digunakan untuk berobat ke dokter terdekat.

Dalam PKH ini, mewajibkan pesertanya untuk memenuhi kewajibannya. Kewajiban tersebut antara lain untuk anak usia 6 sampai 11 bulan harus diimunisasi lengkap dan ditimbang secara rutin setia bulan serta mendapatkan suplemen vitamin A sebanyak 2 kali dalam setahun. Sedangkan anak usia 1 sampai 5 tahun mendapatkan pemantauan tumbuh kembang setiap 3 bulan. Anak usia 2 sampai 6 tahun atau pra sekolah mendapatkan pemantauan tumbuh kembangnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Amrih Gancar Utami, AMd. Keb, selaku Bidan Desa di Desa Mranggen , bahwa :

“Sebagai wujud untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan, baik keluarga yang memiliki balita maupun ibu hamil harus rutin memeriksakan

(23)

commit to user

kesehatannya. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencagah terjadinya permasalahan terkait kesehatan. Selain itu faktor lain yang menyebabkan mereka rutin memeriksakan kesehatannya juga karena adanya sanksi dari PKH. Sanksi tersebut yakni pemotongan bantuan uang sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan peserta” (Wawacara : Kamis, 15 Januari 2015)

Dalam kepesertaan PKH, memang diwajibkan peserta harus menjalankan kewajibannya terhadap dalam hal kesehatan maupun pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar mereka juga memiliki sikap disiplin dan member perhatian khusus terhadap kesehatannya. Sebagaimana menurut Sarmadi, SE, M.Si, selaku Pengarah Unit PKH Kabupaten Sukoharjo bahwa:

“Memang PKH ini bantuannya unik, selain memberikan bantuan, peserta juga memiliki kewajiban untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin. Apabila mereka tidak melakukannya maka akan dipotong bantuan uannya sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Selain itu, kewajiban ini dimaksudkan agar peserta nantinya akan lebih memperhatikan kesehatannya dan menanamkan sikap sadar sehat” (Wawancara : Jum’at, 2 Januari 2015)

Dalam kurun waktu sampai 2014 ini, peserta PKH telah melakukan kewajibannya dengan baik. Terbukti dengan berkurangnya permasalahan kesehatan di Kecamatan Polokarto. Maka hal itu senada dengan yang diungkapkan Muhammad Jaelani, S.Sos, selaku Ketua Pendamping PKH Kecamatan Polokarto, bahwa :

“Untuk peserta PKH, sudah melakukan kewajibannya dengan baik. Dari pantauan kami, mereka rutin melakukan kewajibannya memeriksakan kesehatan di tempat-tempat pelayanan kesehatan. Terbukti dengan adanya kartu sehat yang divalidasi oleh pihak bidan atau dokter. Memang awalnya mereka ada yang masih menyepelekan, namun setelah kami memberikan bimbingan dan pengarahan, mereka secara sadar melakukan kewajibannya sebagaimana yang diharapkan dalam PKH” (Wawancara: Kamis, 8 Januari 2015).

Berdasarkan wawancara dengan beberapa peserta didapat informasi bahwa pemberian bantuan sudah sesuai dengan ketentuan didalam penyelenggaraan PKH. Dimana setiap KSM mendapatkan bantuan berupa uang tunai dan peberian hak-hak sesuai dengan tujuan dari PKH di bidang

(24)

commit to user

kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa peserta PKH pada saat wawancara yang dilakukan oleh peneliti, antara lain :

a. Ibu Umi Mukaromah (Peserta PKH yang memiliki 1 anak berusia 6 tahun dari Desa Mranggen) mengatakan bahwa “Saya memperoleh bantuan berupa uang tunai sebesar Rp 250.000,- tiap 3 bulan. Selain itu saya mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas, serta anak saya mendapatkan vitamin. ” (Wawancara : Kamis 4 Desember 2014)

b. Ibu Ratmini (Peserta PKH yang memiliki 4 anak masing-masing berusia 15 tahun, 9 tahun, 6 tahun dan 2 tahun dari Desa Tepisari) mengatakan bahwa “Saya memperoleh bantuan sebesar Rp 625.000,- setiap 3 bulan sekali. Karena disini anak saya 4 orang. Serta saya dalam posisi hamil sehingga bantuan tersebut saya dapatkan. Selain itu dalam hal pelayanan kesehatan, saya memperoleh gratis dari Puskesmas dan Bidan Desa. Pelayanan tersebut berupa pemberian vitamin dan pemeriksaan kesehatan anak saya, anak saya yang paling kecil juga mendapatkan vitamin A pada saat saya ke Posyandu kemarin.” (Wawancara : Kamis 4 Desember 2014) c. Bapak Paijo (Peserta PKH dari Desa Pranan) mengatakan bahwa, “ Saya

menerima bantuan sebesar Rp 250.000,-. Bantuan tersebut saya dapatkan setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun. Selain itu anak saya mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan pemberian vitamin di Posyandu.” (wawancara : Jum’at, 5 Desember 2014)

d. Ibu Mundariyah (Peserta PKH yang memiliki anak usia 6 bulan dari Godog) mengatakan bahwa,” saya memperoleh bantuan berupa uang tunai sebesar 250 setiap 3 bulan sekali. Anak saya mendapatkan imunisasi gratis di Puskesmas. Kemarin juga sudah diberi imunisasi lainnya sesuai dengan petunjuk Bidan.” (Wawancara : Jum’at, 5 Desember 2014)

e. Ibu Sri Mulyati (Peserta PKH yang hamil 3 bulan dan memiliki anak 7 tahun dari Desa Tepisari) mengatakan bahwa,”Saya memperoleh bantuan uang tunai sebesar Rp 375.000,00 setiap 3 bulan sekali melalui kantor Pos. saya mendapatkan pelayanan untuk periksa kandungan gratis di

(25)

commit to user

Puskesmas. Selain itu saya mendapatkan vitamin untuk tumbuh kembang bayi saya.”(Wawancara: Kamis, 4 Desember 2014)

Data pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa melalui PKH, peserta diberikan bantuan berupa uang tunai dan bantuan kesehatan. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya dari pemerintah untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Wujud dari pelayanan kesehatan tersebut adalah dengan memberikan pengobatan di Puskesmas gratis, pemberian vitamin pada balita, serta pemeriksaan ibu hamil 3 kali pada masa kehamilannya.

Berdasarkan dari wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan Program Keluarga Harapan sejauh ini berjalan sesuai dengan pedoman dan target yang telah ditentukan. Seperti hak mereka dalam memperoleh pelayanan kesehatan sudah terpenuhi. Namun, masih ditemui beberapa kendala dan hambatan yang menjadi kekurangan dari pelaksanaan program ini sehingga perlu ada perbaikan untuk ke depannya agar tujuan program ini segera tercapai secara maksimal.

2. Hambatan/Kendala Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Implementasi program tidak pernah jauh dari suatu permasalahan. Setiap pelaksanaan suatu program pasti selalu bersandingan dengan masalah, karena pada dasarnya dari permasalah tersebutlah suatu implementasi program maupun kegiatan dapat dicari kelemahannya untuk kemudian diperbaiki dan disempurnakan. Hambatan/kendala yang ada bukanlah indikator bahwa pelaksanaan program/kegiatan tersebut telah gagal, namun justru menjadi evaluasi untuk pelaksanaan yang lebih baik ke depannya. Begitu pula dengan Program Keluarga Harapan (PKH). Program PKH dalam implementasinya juga mengalami beberapa kendala baik dari segi teknis maupun non teknis. Kendala yang ada bukanlah menjadi bukti bahwa program ini telah gagal, namun justru menjadi evaluasi agar program ini semakin baik dari tahun ke tahun.

(26)

commit to user

Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat dalam PKH, maka penulis membagi menjadi 2, yakni pertama kendala dari pelaksana (dalam hal ini Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Pemberi layanan kesehatan, dan Tim Pendamping Kecamatan Polokarto). Yang kedua kendala dari peserta itu sendiri.

Menurut pelaksana dari Dinas Sosial salaku Koordinator PKH, Sarmadi, SE, M.Si, mengemukakan beberapa hambatan secara umum yang dihadapi Tim pendamping Kecamatan terhadap pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) antara lain:

“Ada beberapa hambatan/kendala dalam pelaksanaan PKH ini. Hambatan yang pertama yaitu verifikasi data, karena dari pihak Kabupaten sendiri tidak melakukan pendataan, data tersebut diterima dari BPS pusat dan kami hanya melakukan verifikasi melalui tim pendamping di setiap kecamatan. Selain itu hambatan lainnya juga berasal dari peserta sendiri, mereka kurang memahami tentang kewajiban sebagai peserta, sehingga menyepelekan” (Wawancara: Jum’at, 2 Januari 2015)

Dari petikan wawancara tersebut, maka hambatan itu masih secara luas yang mencakup semua kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan hambatan yang ada di Kecamatan Polokarto sendiri, dijelaskan oleh Tim Pendamping PKH Kecamatan Polokarto, Muhammad Jaelani, S.Sos, antara lain:

“Kendala awal atau kendala teknis adalah verifikasi data. Dari data yang diberikan Dinas Sosial, kami masih harus memvalidasinya degan mengunjungi satu per satu penduduk di Kecamatan Polokarto. Kendala lain yang dialami untuk setiap kelompok di Kecamatan Polokarto berbeda beda. Hal ini disebabkan karena letak geografis wilayah dan tingkat SDM yang rendah dikarenakan faktor pendidikan. Kendala yang dialami itu antara lain permasalahan administrasi kependudukan yang masih acak-acakan yakni Kartu Keluarga (KK) keluarga yang menerima PKH masih ikut dengan KK dari orang tua/ keluarga inti, kesulitan para penerima untuk menghadiri acara pertemuan dikarenakan terikat pekerjaan/ karyawan pabrik, keluarga yang bersangkutan/ penerima bantuan PKH pindah tempat, dan penerima PKH diasuh oleh walinya (simbah, bibi/ tantenya)” (Wawancara: Kamis 8 Januari 2015)

Dari penyataan diatas, maka hambatan/ kendala tersebut sudah ada sejak awal yaitu mengenai verifikasi data. Karena data yang diberikan Dinas

(27)

commit to user

Sosial masih belum terverifikasi, maka ini menjadi tugas dari Tim Pendamping untuk melakukan verifikasi data secara manual. Hambatan lainnya dikarenakan perbedaan letak geografis setiap desa yang ada di Kecamatan Polokarto sehingga hambatan menjadi beraneka ragam. Beberapa desa memang ada yang sudah maju, namun beberapa lainnya masih menunjukkan kemunduran. Salah satunya untuk Desa Polokarto, di desa ini, penduduknya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga mereka yang menjadi peserta PKH belum begitu memperhatikan kewajibannya sebagai peserta. Selain itu masih banyaknya keluarga yang belum memiliki Kartu Keluarga sendiri. Padahal untuk menjadi peserta PKH mereka harus mempunyai Kartu Keluarga sendiri sebagai data untuk kepesertaan. Hambatan lainnya dijelaskan bahwa penerima PKH diasuh oleh walinya yakni nenek/ kakek dan bibinya. Sehingga mereka terkadang menyepelekan kewajibannya sebagai peserta untuk melakukan cek kesehatan. Akibatnya pada awal kepesertaan masih ditemukannya kasus terkait permasalahan kesehatan.

Hambatan dan kendala akan selalu ada dalam setiap implementasi kebijakan, program maupun kegiatan, namun setiap kendala yang ada sudah seharusnya segera dicari solusinya dan segera ditangani agar tidak menjadi lebih besar. Begitu pula dengan hambatan dan kendala dalam implementasi PKH, karena setiap kendala pasti ada solusi untuk menyelesaikannya. Beberapa strategi yang dilakukan oleh Tim Pendamping Kecamatan Polokarto sebagai upaya menyelesaikan dan mengatasi hambatan dan kendala yang muncul dikemukakan oleh Muhammad Jaelani, S.Sos, yakni:

“Sejauh ini upaya yang dilakukan tim pendamping adalah memverifikasi data yang masuk untuk divalidasi dengan cara mendatangi setiap KSM yang menjadi peserta PKH secara manual, memberikan pengarahan untuk menertibkan administrasi kependudukannya, menjadwalkan agenda pertemuan sesuai dengan waktu mereka, bersilaturahmi ke rumah-rumah peserta penerima PKH, memberikan informasi dan wawasan apabila si penerima tidak disiplin dalam menjalankan kewajibannya sebagai peserta” (Wawancara: Kamis, 8 Januari 2015)

(28)

commit to user

Kendala yang kedua berasal dari peserta itu sendiri, berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi dari peneliti, kendala yang berasal dari peserta antara lain yaitu kurangnya kesadaran peserta untuk melaksanakan kewajibannya sebagai peserta dalam memeriksakan kesehatannya di tempat pelayanan kesehatan yang ada. Hal itu terbukti dari beberapa peserta ada yang dipotong bantuan tunainya, karena tidak memenuhi kewajibannya. Seperti yang diungkapkan ibu Mundariyah, Perserta PKH yang memiliki 1 anak dari Desa Godog bahwa :

“Saya kemarin hanya mendapatkan uang bantuan sebesar Rp 200.000,00 saja padahal biasanya saya terima Rp 250.000,00. Karena saya tidak menimbangkan anak saya ke Posyandu. Karena pada saat itu anak saya ikut saya kerumah simbahnya. Jadi kartu PKH, saya kosong satu kali. Uangnya langsung dipotong dari Kantor Pos sebesar 20%.” (Wawancara : Jum’at, 5 Desember 2015)

Selanjutnya, kendala lain disebutkan oleh ibu Utami, yaitu peserta PKH yang berasal dari Desa Polokarto dan memiliki 2 orang anak masing-masing berusia 4 tahun dan 9 tahun. Ia mengaku bekerja di pabrik sehingga sulit membagi waktu untuk pertemuan kelompok. Selain itu berdasarkan pengamatan dari peneliti, beberapa peserta yang dianggap sudah mampu secara ekonomi namun tidak memiliki kesadaran untuk lepas dari PKH. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Muhammad Jaelani, S.Sos yaitu :

“Beberapa peserta memang ada yang dianggap sudah mampu secara ekonomi dan lainnya, namun karena kesadarannya kurang, mereka tidak mau melepaskan diri dari PKH. Padahal secara persyaratan peserta yang sudah dianggap mampu secara ekonomi dan lainnya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, harus mau lepas dari PKH, dengan membuat surat pernyataan yang ditandatangani diatas materai.”(Wawancara : Kamis, 8 Januari 2015)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa permasalahan sudah diambil langkah-langkah penyelesaiannya. Seperti misalnya untuk kendala yang dialami oleh pelaksana yaitu pemutakhiran data dilakukan dengan cara mendatangi peserta kerumah masing-masing. Untuk kendala administrasi kependudukan yang masih acak-acakannya administrasi dan masih ikut orang tua diatasi dengan menertibkan administrasi. Hal ini dilakukan oleh tim pendamping yang bekerja sama

(29)

commit to user

dengan RT setempat, untuk mendata siapa saja keluarga yang Kartu Keluarganya masih ikut dengan orang tua. Selanjutnya permasalahan mengenai kendala yang dialami peserta yang berkaitan dengan tingkat kesadaran peserta untuk melakukan kewajibannya memeriksakan diri di pelayanan kesehatan, diatasi dengan menjadwalkan agenda pertemuan sesuai dengan waktu mereka, bersilaturahmi ke rumah-rumah peserta penerima PKH, memberikan informasi dan wawasan apabila si penerima tidak disiplin dalam menjalankan kewajibannya sebagai peserta. Dalam setip pertemuan kelompok yang diadakan sebulan sekali itu, mereka membahas mengenai berbagai informasi terkait PKH. Untuk peserta yang tidak mau mengundurkan diri dari PKH, akan diberi pengarahan dari Tim Pendamping agar dengan kesadarannya mau mengundurkan diri dari PKH.

Selain itu, solusi tersebut juga menunjukkan adanya dukungan dari pemerintah dan pelayan kesehatan. Faktor yang mendukung yaitu peran dari pemerintah Kabupaten Sukoharjo terhadap pelaksanaan PKH yakni adanya dana pendampingan yang diperoleh dari APBD Kabupaten, terkoordinasinya semua pelaksana yaitu Tim Operator Kabupaten, Tim Pendamping Kecamatan, dan tenaga medis sebagai pelaksanan pelayanan kesehatan di setiap daerah. Sebagai bentuk dukungan lainnya, pemerintah Kabupaten Sukoharjo menganggarkan Rp 1,67 miliar untuk dana pendampingan PKH. Dana sebesar itu untuk modal pembentukan koperasi di setiap kamunitas PKH di tingkat desa. Masing-masing desa akan mendapatkan bantuan dari APBD Sukoharjo sebesar Rp 10 juta.

3. Relevansi Program Keluarga Harapan Terhadap Pemenuhan Hak Memperoleh Pelayanan Kesehatan Ditinjau dari Materi Hak Asasi

Manusia dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program dari pemerintah yaitu Kementrian Sosial untuk meningkatkan derajat kesehatan warga negara. Dalam hal ini Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo bertindak

(30)

commit to user

sebagai kooordinator jalannya Program Keluarga Harapan di Kabupaten Sukoharjo. Program ini, memberikan jaminan kesehatan dan pendidikan keapa masyarakat miskin terutama di Kabupaten Sukoharjo dan khususnya di Kecamatan Polokarto. Di Kecamatan Polokarto sendiri, adanya Program Keluarga Harapan sangat membantu warga miskin untuk dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Serta untuk mengurangi kasus-kasus terkait kesehatan di wilayah Kecamatan Polokarto. Seperti yang diungkapkan Dr. Sugeng Purnomo, bahwa:

“Dengan adanya PKH ini, masyarakat miskin mendapatkan banytuan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan rutin memeriksakan kesehatan sesuai dengan kewajiban mereka, mampu menurunkan angka kasus kematian ibu hamil dan balita akibat tidak terpenuhinya asupan gizi. Dari tahun 2012 hingga akhir 2014 ini, kasus kematian balita dan ibu hamil menunjukkan penurunan yang signifikan” (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Fenomena kasus kematian ibu hamil dan balita akibat kemiskinan yang dialami dan tidak mampu memeriksakan kesehatannya ke dokter merupakan hal yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Dalam hal ini sebagai tanggung jawab pemerintah dalam memenui hak warganya, seperti hak memperoleh pelaynan kesehatan. Dalam pembelajaran persekolah, sesuai dengan Kurikulum 2013 yang dipakai saat ini, kajian mengenai hak memperoleh pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak yang melekat pada manusia. Materi Hak Asasi Manusia disampaikan di kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menggunakan Kurikulum 2013. Materi Hak Asasi manusia terdapat dalam Kompetensi Inti yakni mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Selanjutnya dibahas lebih mendalam dalam Kompetensi Dasar (KD) yaitu, mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai sumber data terkait peran pemerintah dan masyarakat dalam perlindungan dan pemajuan HAM di Indonesia sesuai dengan konsep dan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(31)

commit to user

Hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan kodratnya, jadi hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi hak pribadi, hak politik, hak hukum, hak ekonomi, hak peradilan dan hak budaya. Dalam materi ini, pembahasan materi mengenai hak asasi manusia menyangkut hak asasi social budaya, yaitu hak memeperoleh pelayanan kesehatan. Pemenuhan hak warga negara dalam memperoleh pelayanan kesehatan masuk dalam keadilan distributif, yakni keadilan yang diberikan negara untuk warganya. Perwujudan dari tanggungjawab negara ini adalah dengan memberikan jaminan berupa Program Keluarga Harapan. Melihat fenomena kematian ibu hamil dan balita akibat kurangnya kesadaran akan kesehatan dan juga faktor kemiskinan menyebabkan tingginya angka kasus kematian bayi dan ibu hamil. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Dr. Sugeng Purnomo, bahwa :

“Memang kemiskinan membuat masyarakat kurang memperhatikan kesehatannya, mereka yang sakit kadang keseulitan memeriksakan diri karena faktor biaya. Maka tanggung jawab pemerintah dengan adanya PKH ini tepat. Selain memberikan bantuan, PKH ini juga mengubah pola hidup masyarakat agar mereka lebih sadar akan kesehatannya” (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan sudah menjadi tanggung jawab negara. Apabila ada warga negara yang belum mendapatkan haknya, maka negaralah yang bertanggungjawab. Sebagai wujud pertanggung jawaban pemerintah maka dibentuklah Program Keluarga Harapan, yang selanjutnya program ini dilaksanakan di Kecamatan Polokarto. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bahwa memang pemerintah bertanggung jawab memenuhi hak asasi warganya yang belum terpenuhi.

(32)

commit to user C. Pembahasan

Penerapan/implementasi Program Keluarga Harapan khususnya yang diterapkan di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo sebagai tempat penelitian memiliki tujuan yakni mempunyai tujuan umum yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/nifas/balita ke fasilitas kesehatan dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan dan tujuan khusus yaitu mningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan. Untuk wilayah Kecamatan Polokarto, hal tersebut sangatlah membantu karena memang faktor kemiskinan yang ada menyebabkan Kecamatan Polokarto memiliki kasus mengenai kesehatan yang cukup tinggi. Seperti kasus kematian bayi dan ibu hamil.

Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (1975) dalam Agustino (2008) adalah “Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Berdasarkan pengertian ini implementasi memiliki beberapa hal penting yang menjadi unsurnya. Unsur-unsur penting tersebut antara lain:

1. Adanya tujuan/ sasaran kebijakan

2. Adanya aktivitas/ kegiatan pencapaian tujuan 3. Adanya hasil kegiatan

Penjelasan untuk unsur-unsur diatas dengan implementasi Program Keluarga Harapan adalah sebagai berikut :

1. Adanya tujuan/ sasaran kebijakan

Tujuan dari Program Keluarga Harapan secara umum yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengubah perilaku peserta PKH untuk memeriksakan ibu hamil/nifas/balita ke fasilitas kesehatan dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan dan tujuan khusus yaitu meningkatkan kualitas kesehatan, meningkatkan taraf

(33)

commit to user

pendidikan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Program Keluarga Harapan adalah program asistensi sosial kepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu dengan memberlakukan persyaratan dalam rangka untuk mengubah perilaku miskin. PKH diutamakan bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang memiliki ibu hamil/menyusui, dan anak usia 0-15 tahun, atau anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasarnya. Tujuan jangka pendek PKH adalah memberikan income effect melalui pengurangan beban pengeluaran Keluarga Sangat Miskin (KSM). Sementara tujuan jangka panjangnya adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan KSM melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak (price effect) serta memberikan kepastian akan masa depan anak (insurance effect) dan mengubah perilaku (behaviour effect) keluarga miskin. PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik.

Muhammad Jaelani, S.Sos, selaku Ketua Tim Pendamping PKH Kecamatan Polokarto mengungkapkan bahwa :

“Tujuan PKH untuk mengubah perilaku hidup warga miskin kearah yang lebih baik, dengan memperhatikan kesehatan dan kebutuhan finansial lainnya mendapat respon yang baik. Apalagi untuk wilayah Kecamatan Polokarto terdapat banyak warga miskin, selain itu perilaku hidup yang kurang sehat yang dilakukan terutama oleh ibu-ibu dan anak-anak menyebabkan tidak terpenuhinya gizi mereka. Sehingga dengan adanya program ini menjadikan perubahan”(Wawancara : Kamis, 8 Januari 2015)

Selain itu kasus kematian ibu hamil dan balita juga menjadi hal serius yang harus diperhatikan. Penyebabnya adalah kondisi ekonomi yang kurang, sehingga mereka yang tidak memiliki akses untuk ke dokter memilih membiarkan kesehatannya seadanya. Maka, tidak dipungkiri jika

(34)

commit to user

kasus semacam itu terjadi. Sebagaimana yang diungkapkan Dr. Sriyono, M.Kes, selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo bahwa:

“Permasalahan kesehatan yang terjadi karena dampak kemiskinan, menjadikan salah satu hak warga miskin tidak terpenuhi. Sudah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk memenuhi hak warga negaranya, terutama hak warga miskin yang belum terpenuhi. “ (Wawancara : Kamis, 12 Februari 2015)

Tujuan utama PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan). Seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut. Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Selain itu pemenuhan hak-hak pelayanan kesehatan juga menjadi tujuan dari PKH.

Penerima atau sasaran yang mendapatkan bantuan PKH adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/ bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu PKH. Hal ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (yaitu orang tua-ayah, ibu-dan anak) adalah satu unit sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Karena itu

(35)

commit to user

keluarga adalah unit yang relevan dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi.Beberapa keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur).Bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (dapat nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan). Untuk itu, pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga.

Mereka memperoleh pelayanan kesehatan sebagai wujud pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak dalam pelayanan yang diterima peserta berbeda-beda, tergantung pada kategori peserta. disini kategori peserta adalah :

1) Anak usia 0-6 bulan mendapatkan pelayanan berupa :

 Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali

 Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

 Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus.

 Anak usia 12-59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

Gambar

Gambar  4.1  Peta  Administratif  Kecamatan Polokarto,  Kabupaten Sukoharjo sebagai Lokasi Penelitian
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi (RW dan RT) Menurut Desa Tahun 2014 di Kecamatan Polokarto
Tabel 4.2 Luas Daerah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Kepadatan Penduduk Per Km²
Tabel 4.3 Hak Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Kategori Peserta Pelayanan Kesehatan
+5

Referensi

Dokumen terkait

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) %% PROSES TESTING DENGAN MENGGUNAKAN HASIL

untuk setiap kelompok konsumennya yang tergantung pada dua fali*or, yaitu 1) untuk objek apa energ:i listrik tersebut digunakan, dan 2) waktu Penggunaan (hours Joad)

Pembatasan ini dimaksudkan agar lebih fokus dan agar lebih mudah dimengerti, bukan untuk membedakan kurban yang ada dalam agama Hindu di dunia, karena sebenarnya

lintasan kabel-kabel yang menghubungkan aliran listrik monitor komputer supervisor pekerjaan belum tertata dengan baik. Selain itu motivasi karyawan PT. Jakarta

Pascaperlakuan, profil rerata persentase siswa yang mengetahui konsep, tidak mengetahui konsep, dan memiliki miskonsepsi pada materi rangkaian listrik untuk kelas eksperimen

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disusun pada bab IV, maka simpulan pada penelitian ini adalah variabel penerapan prinsip-prinsip andragogi

Untuk mengetahui hasil dari semua proses kurikulum. meliputi, pengadaan buku, pelatihan,

Para responden sudah menjawab 20 pernyataan dari masing-masing variabel yaitu 10 pernyataan untuk pemanfaatan koleksi koran dan 10 pernyataan untuk kebutuhan