• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.10 Hurlock Mendefinisikan masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. 11

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.12 Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa yang berada dalam peralihan atau berada di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa anak-anak dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.13

Maka remaja tidak hanya dikenali dari idealisme dan keadaan psikis mereka saja yang sebagian telah disebut oleh peneliti di atas, tetapi dalam Islam sendiri telah disebutkan secara sempurna bagaimana karakteristik seorang anak remaja. Karakteristik artinya orang yang mempunyai sifat yang khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Sedangkan Remaja adalah mereka 10 Ibid, h. 206 11 Ibid , h. 206 12 Ibid, h. 212 13

yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju pada masa kedewasaan. Pada masa itu seorang remaja pasti akan mengalami sederetan perubahan-perubahan yang terjadi. baik perubahan jasmani maupun perubahan rohani. Perubahan jasmani bisa kita lihat dengan jelas, misalnya adanya pertumbuhan badan yang mencolok sehingga para remaja akan sering berlama-lama di depan kaca, merasa resah akan keadaan tubuhnya yang begitu cepat berkembang.

Adapun perubahan yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani), misalnya 14 :

1. Suka mencari perhatian orang lain, agar ia dapat pujian.

2. Selalu berusaha melepaskan diri dari berbagai macam aturan yang menurutnya terlalu mengikat. Semua nasehat Orangtua atau Guru dianggap ketinggalan jaman (kuno/jadul), kolot, terbelakang dll. 3. Sering berontak terhadap sesuatu yang dipaksakan, baik yang

berasal dari orangtua, guru atau sahabat yang tidak sependapat dengan dia.

4. Kalau berbicara agak keras dianggapnya marah dan tidak suka kepada dia.

5. Yang lebih khas lagi, mulai melirik-lirik kepada lawan jenisnya\

2. Batas Usia remaja

Mengenai batas usia remaja, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menetapkan batas usia remaja dari 13- 21 tahun.15 Sedikit berbeda dengan pendapat yang di kemukakan oleh Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa yang membatasi usia remaja yaitu antara 12 sampai 21 tahun, di mulai saat

14Ikram Ridha, Puber Tanpa Gejolak, (Qisti Press. Jakarta. 2005), h. 19 15

timbulnya perubahan yang berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik, yakni pada usia 11 atau 12 tahun pada wanita, dan laki-laki lebih tua sedikit.16

Dr. ikram Ridha seorang ahli psikologi berkebangsaan mesir, dalam bukunya menyimpulkan bahwa masa baligh itu disertai pertumbuhan jasmani internal dan eksternal, serta pertumbuhan perasaan dan pengalaman. Pertumbuhan itu terjadi secara terus menerus, dimana prosesnya dimulai dari awal masa baligh dan mencapai puncaknya pada umur 15-18 tahun. Yaitu masa puber.17 Masa ini akan terus berlanjut dipenuhi oleh perubahan-perubahan yang sudah dimulai pada awal masa baligh tadi. Pada saat itu, perubahan tadi diiringin dengan pengalaman-pengalaman dan pemahaman-pemahaman yang semakin berkembang.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd. Dalam bukunya mengutip pendapat dari Lustin Pikunas yang membahas tentang tugas perkembangan ini, Lustin Pikunas mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk

16

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), h. 23

17

membimbing perilakunya.William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut 18:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.

3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul bersama teman sebaya atau orang lain, baik secara individu atau kelompok.

4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan dirinya.

6) Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Disamping itu, mulai dari Erikson, banyak para ahli spikologi memandang bahwa pembentukan identitas diri atau jati diri merupakn tugas perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak mampu menjawab pertanyaan “siapa saya?” dan “mengapa saya?” maka mereka akan mengalami konflik dalam dirinya. Jika secara terus menerus remaja aktif menanyakan tentang kebingungan mengenai idelogi dan ketidakjelasan tentang peranan dirinya dalam kelompok sebaya dan orang dewasa, maka remaja memerlukan tahun-tahun tambahan untuk menemukan solusi yang dapat diterima sebelum mereka mencapai gaya hidup seperti orang dewasa.

4. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak

18

Dr. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007), h. 23

laki maupun anak perempuan. Perkembangan prilaku seksual yang merupakan akibat langsung pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks, adalah hal yang sangat penting dalam masa remaja. Perkembangan perilaku seksual yang berhubungan dengan pergaulan sosial remaja, terasa sangat kuat dorongannya bagi mereka untuk mendekati lawan jenis. Remaja mulai terdorong kuat untuk mendekati remaja putri, dan sebaliknya remaja putri terdorong ingin mendekati remaja putra. Perasaan mulai menyukai lawan jenis pada dasarnya adalah hal yang alami, tidak mungkin seorangpun bisa menghalangi.

Tumbuhnya rasa cinta kasih adalah fitrah bagi manusia yang diciptakan oleh Allah., agar kehidupan manusia itu terasa tentram dan bahagia , tanpa cinta kasih kehidupan manusia terasa hampa dan hambar. Akan tetapi kecintaan pada lawan jenis ini harus disertai dengan tuntunan akhlak dan pegangan agama yang kuat. Sebab ini adalah kendali utama agar remaja tidak melampaui batas dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Ketika remaja menerjang rambu-rambu yang diberikan oleh agama dalam pergaulan maka akan terciptanya seks bebas.

Banyak hal yang menyebabkan remaja melakukan seks bebas sebagai pelarian dari berbagai persoalan yang membelenggu jiwanya. Keadaan remaja yang mana menjadi masa “badai dan tekanan” membuat remaja sering frustasi dan konflik batin yang berat, sehingga sering kali melakukan suatu tidakan yang menghancurkan masa depannya sendiri. Dari hipotesa

awal peneliti, ada beberapa sebab yang menjadikan remaja melakukan seks bebas diantaranya adalah :

4.1 Kurangnya kemampuan remaja untuk mengontrol dan

mengendalikan diri, terutama emosi-emosinya. Ini sering kali membuat remaja melakukan hal-hal negative, seperti prilaku seks bebas, tanpa terfikir olehnya mengenai dampak dan resiko yang ditimbulkan di kemudian hari.

4.2 Adanya ketidak stabilan psikis. Ini juga menjadi penyebab remaja mudah terjerumus dalam perbuatan negative dalam hal ini prilaku seks bebas. Ada kesan pada remaja bahwa seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan.

4.3 Kurang pemahaman agama. Konsep keimanan yang didapatkan dari pembelajaran keagamaan perlu dihayati serta diyakini setiap ketika oleh remaja. Pemahaman dan kesadaran tentang konsep ini akan membuat manusia rajin beribadat dan takut membuat maksiat. Inilah kunci atau intisari ilmu tauhid, pengesaan terhadap Allah dalam perbuatan, sifat dan zatNya. Dan yang sangat penting dengan nilai-nilai keimanan ini, tingkah laku remaja yang soleh, cerdas, bisa dibentuk. Dengan mempunyai akhlak yang tangguh dan iman yang kuat, meskiupun anak tersebut mencium bau-bau yang meransang daya seksualnya, maka hal tersebut akan disadarinya sebagai hal

yang normal-normal saja, jadi bukan sesuatu yang harus disalurkan saati itu juga, tanpa memandang efek-efek negatifnya.

Gambaran remaja dan seks bebas pada saat ini 1. Siswi gemar berbusana minim

2. Siswi yang merangkap gadis panggilan 3. Ayam kampus

4. Siswa yang merangkap gigolo

5. Parti seks dan striptease

6. Pernikahan usia muda dengan latar belakang hamil

Melihat pada gambaran di atas, remaja sering terlibat dalam hal-hal negative karena mereka memiliki persoalan dan tidak mengetahui cara pemecahannya. Karena itu mereka mencoba melupakan persoalannya tersebut dengan menjadi remaja yang bermasalah dan bergaul dengan kelompok yang salah. Orang dewasa atau orangtua sering mengeluh bahwa mereka tidak mengerti kemauan para remaja. Sebaliknya remaja mengeluh bahwa orang di sekitar tidak mau dan tidak bisa mengerti dunia mereka.

Sikap orang dewasa atau orang tua yang tidak mengerti dunia remaja karena mereka memandang dari sudut pandang dan pengalaman yang selama ini mereka miliki. Memahami perasaan (empatik) merupakan inti sukses berkomunikasi dengan remaja. Sangat tidak tepat jika oraang dewasa atau orangtua bersikap menggurui, karena harus disadari bahwa pada saat ini memasuki masa dunia remaja, anak-anak mengalami masa transisi antara lain tidak ingin tergantung dengan orangtua, merasa tidak membutuhkan orangtua,

tidak banyak bicara, serta tidak ingin banyak diawasi. Semua hal tersebut harus disadari dalam membangun komunikasi dengan remaja. Remaja membutuhkan bimbingan orangtua untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan berbagai potensi diri. Remaja perlu di arahkan dengan norma-norma yang berlaku, mereka harus dibantu untuk membentuk nilai-nilai memungkinkan mereka untuk membuat pilihan dan menggunakan kebebasan secara bijaksana.

Dokumen terkait