Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.kom.I)
Oleh :
Nawal Azka Faisal
NIM : 106052001967
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Nawal Azka Faisal
NIM : 106052001967
Pembimbing,
Dra. HJ. Asriati Jamil, M. Hum
NIP : 196104221990032001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
1. Skripsi ini karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar srata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA
(Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat )
Penelitian mengenai analisis terhadap perilaku seks bebas pada remaja dilaksanakan oleh peneliti pada remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Hurlock mendefinisikan Masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Sedangkan perilaku seks bebas adalah perbuatan hubungan intim suami istri di luar pernikahan dan tanpa ikatan yang jelas. Prilaku seks bebas bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh dari wawancara mendalam, observasi terhadap tiga remaja yang dikategorikan remaja penganut perilaku seks bebas. Selanjutnya untuk mengetahui faktor kecenderungan terjadinya perilaku seks seksual tersebut, penulis melakukan analisis / studi kasus terhadap data yang diperoleh dari masing-masing remaja yang bersangkutan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rasa ketidaktahuan penulis tentang sejauh mana keterlibatan remaja terhadap perilaku seks bebas. Ini karena penulis meyakini dengan fakta yang ada bahwa semakin hari semakin meningkat jumlah remaja yang terjerat dalam perilaku seks bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah remaja yang menganut perilaku seks bebas semakin meningkat pada saat ini. Banyak faktor yang menggiring mereka ke dalam jebakan seks bebas. Diantara faktor yang ditemukan adalah, sebagai berikut :
1. Kematangan sosial yang seperti tidak memperdulikan batas-batas pertemanan antara lawan jenis.
2. Mengkhianati kebebasan dan kepercayaan yang telah diberikan oleh orangtua.
3. Rasa ingintahu dan mencoba yang sangat tinggi, akibat dari kontrol berlebihan yang diberikan oleh orangtua.
4. Pengaruh lingkungan sekitar dan teman dekat, Sahabat atau pacar 5. Pendidikan seks dini yang masih sangat tabu yang diberikan
orangtua kepada anak-anak.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang memberi hidayah
kepada hamba-NYA yang memohon petunjuk kepadanya-NYA, agar diselamatkan
dari jalan kesesatan dan tipu daya syaitan, dan dengan izin-NYA juga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ya Allah, semoga Engkau
menurunkan rahmat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang berhasil
merubah akhlak dari zaman jahiliyah menuju ke zaman penuh ketauhidan dan
akhlakul karimah. Semoga shalawat dan salam juga tercurahkan kepada ahlul bait
beliau dan para sahabatnya.
Dengan penuh rasa kerendahan hati, penulis menyadari dan mengakui
penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan juga tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis membalas jasanya. Namun
berkat doa, bantuan serta dukungan yang begitu banyak dari berbagai pihak,
Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyusun skripsi ini hingga selesai dengan
judul “ ANALISIS TERHADAP PRILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA (
Kasus Pada Remaja, Srengseng, Kembangan, Jakarta barat ) ”
Dengan penuh rasa hormat, penulisan skripsi ini begitu banyak mendapatkan
bantuan, motivasi, teguran, semangat serta doa dan nasehat yang selalu mengiringi
dalam pembuatan skripsi. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin
Islam, serta ibu Dra. Nasichah, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum, selaku Pembimbing skripsi yang telah
mengorbankan waktu dan ilmu untuk memberikan bimbingan, arahan dan
petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini akan
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
4. Ibu Prof. DR. Ismah Salman, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik Mahasiswa
Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2006.
5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah banyak membri tunjuk ajar, bantuan, ilmu dan pengalaman. Dan juga untuk
perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta perpustakaan
Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan fasilitas memadai atas buku-bukunya.
6. Yang paling dicintai dan dihormati yaitu ayahanda Faisal Hasan Sufi, beserta
Ibunda Khadijah Muhammad, suami, Ramadhani Ali Murtala Lc. MA. dan
adik-adik tercinta (zaki, imad, zuhairah, manal, dan sumairah) yang telah mencurahkan
kasih sayang dan perhatian, serta segala pengorbanan dalam bentuk apapun
sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana.
7. Informan (keluarga Pak Ferdi dan Pak Slamet) yang ikut berpartisipasi dalam
memberikan informasi dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Semoga kebaikannya dibalas dengan kebaikan oleh Allh
SWT.
iii
iii
9. Para sahabat dan kerabat, serta semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan
satu persatu, dengan penuh kerendahan hati, untuk kesian kalinya penulis
mengucapkan jutaan terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga bantuan dan
kerjasama yang baik ini dibalas oleh Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pembacanya. Amien.
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...v
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11
D. Metodologi Penelitian...13
E. Tinjaun Pustaka...16
F. Sistematika Penulisan ...20
BAB II LANDASAN TEORI A. Prilaku Seks Bebas...18
1. Pengertian Prilaku Seks Bebas...18
2. Faktor-faktor Seks Bebas...19
3. Dampak dari Seks Bebas ...22
B. Remaja ...25
1. Pengertian Remaja ...25
2. Batas Usia Remaja ...26
3. Tugas Perkembangan Remaja...27
4. Kecendrungan Seks Bebas Pada Remaja ...28
vi
A. Letak Geografis ...33
B. Kondisi Sosial Masyarakat Srengseng ...33
C. KondisiFisik...35
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Subjek Peneltian...36
B. Deskripsi Kasus Perilaku Seks Bebas Pada Remaja ...37
C. Interpretasi Antar Kasus...42
D. Analisa Hasil Penelitian ...45
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...55
B. Saran...57
DAFTAR PUSTAKA...58
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini praktek seks bebas yang menjalar di kalangan remaja telah
menjadi masalah serius. Berubahnya oreintasi seks para remaja, dari berhubungan
intim suami istri yang sah kepada pemenuhan hasrat seksual tanpa ikatan apapun.
Masa belasan tahun lalu amat jauh berbeda dengan masa sekarang, terutama
dalam hal membicarakan masalah seks bebas. Dewasa ini seks bebas bukan lagi
menjadi hal yang tabu. Fenomena seks bebas di kalangan remaja seperti sebuah
fenomena gunung es. Yaitu, fenomena yang tertutup rapat namun sebenarnya
banyak dilakukan. Hal itu masih belum ditambah oleh jumlah mereka yang
melakukannya tanpa diketahui oleh masyarakat.
Berbicara soal remaja, maka tidak akan pernah lepas dari percintaan remaja.
Tentu semua remaja telah mengalaminya, sebagian remaja di dunia termasuk
Indonesia mempunyai suatu cara untuk mengekspresikan percintaan remaja itu
sendiri yang biasa disebut sebagai "pacaran". Pacaran, bukan hal yang tabu lagi di
kalangan sebagian remaja saat ini.
Dengan berbagai macam pula remaja tersebut mengekspresikan rasa
cintanya pada sang ‘pacar’. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima
secara moral karena perbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang ada.
Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima di kalangan
masyarakat timur adalah seks bebas. Seks bebas yang sering dikenal dengan kata
“freesex” kini mulai mewabah di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Dalam ajaran Islam tentang prilaku seks bebas sudah sangat jelas hukumnya.
Islam mengharuskan setiap pemeluknya, laki-laki dan wanita untuk menjaga
kehormatannya dan tidak menyerahkan kesuciannya kecuali kepada pasangan
hidup yang sah menurut ajaran agama dan menjauhi hal-hal yang dapat membawa
kepada ternodanya kesucian. Dalam al-Quran kepada kaum laki-laki Allah S.W.T
berfirman dalam surah an-Nur ayat 30 :
☺
⌧
☺
Artinya
:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(Q.S. An-Nur:30).Sementara kepada kaum wanita yang beriman Allah S.W.T lebih
menekankan lagi tentang pentingnya mereka menjaga kehormatan dan
menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat membawa kepada timbulnya
permasalahan yang dapat menodai kesucian. Dalam al-Quran Allah berfirman,
an-Nur : 31
☺
Artinya
:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur:31).Dari dua ayat di atas, sudah sangat jelas bahwa Allah SWT melarang keras
kehormatannya kepada orang lain yang bukan suaminya , namun bagaimana
memahami fenomena seks bebas yang marak menjadi budaya hidup di kalangan
remaja saat ini, tentu tidak mudah menyadarkan remaja dengan hanya
membacakan dua ayat di atas kepada mereka, pada kenyataannya masalah cinta
adalah masalah terbesar yang dialami remaja, hampir 80 persen masalah yang
dihadapi remaja tentang cinta.1 Yang perlu difahami juga, paradigma umum
remaja tentang kasih sayang dan cinta hanya dengan “berpegangan, berpelukan
dan bahkan berciuman” menurut sebagian remaja itu hanya sebatas cinta. Dan
itulah kasih sayang dan bukti cinta. Sedangkan Allah juga memerintahkan kaum
beriman, laki-laki dan wanita untuk menjauhi perbuatan dan segala hal yang dapat
menyebabkan terjadinya perbuatan zina. Allah berfirman dalam surah al-Isra : 32
⌧
⌧
Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S Al-Isra: 32)
Untuk membahas jauh tentang prilaku seks bebas pada remaja, ada baiknya
jika peneliti menjelaskan siapakah remaja ini sehingga seringkali remaja menjadi
soroton tajam masyarakat. Sedangkan, sudah pasti seks bebas bukan hanya
dilakukan oleh remaja, namun ada juga sebagian besar dilakukan oleh mereka
yang sudah berada pada periode dewasa dalam hidupnya. Namun di sini peneliti
hanya ingin meyorot seks bebas yang dilakukan oleh remaja.
1
Seperti yang diketahui, masa transisi pasti dialami oleh semua remaja,
dimana pada masa transisi itu para remaja sedang mengalami perubahan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Kelabilan pada masa transisi ini membuat mereka
sering membuat sensasi untuk menarik perhatian umum tentang keberadaan
mereka. Ada sensasi yang mereka buat terkadang bermuatan positif. Namun bagi
remaja yang lemah aqidah dan mempunyai dasar akhlak yang kurang memadai,
seringkali membuat sensasi-sensasi yang bernada negatif, bahkan sering juga
menjurus kedalam kriminalitas. Dan sensasi negatif inilah yang membuat
sebagian remaja terjerumus dalam lingkaran maksiat yang berterusan seperti
prilaku seks bebas.
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual
menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.2 Secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar.3 Perlu diketahui juga, tidak semua remaja mengalami masa badai dan
tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke
waktu sebagai konsukuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru
dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan
percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini dan oleh karena itulah,
perilaku seks bebas rentan menyambangi kehidupan anak pada periode ini.
2
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, ( Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama ), edisi kelima. h. 206
3
Di antara salah satu fenomena psikologis anak pada masa remaja adalah
mempunyai perhatian yang besar terhadap masalah-masalah seks. Ini karena
pertumbuhan organ-organ seks pada diri anak dimasa baligh menyebabkan anak
itu banyak memperhatikan masalah-masalah seks secara berlebihan, hingga
menyita sebagian besar waktu dan fikirannya. Dengan itu mereka akan terdorong
untuk membaca buku-buku dengan harapan bisa memperoleh pengetahuan yang
cukup tentang seks. Bahkan yang menjadi masalah ketika mereka mencari
referensi yang kurang pas untuk memuaskan rasa hausnya tentang informasi
tersebut, seperti menerima informasi dari temannya, pembantu, dari jalan,
buku-buku murahan dan film-film porno yang banyak digandrungi belakangan ini.
Kondisi seperti ini berbahaya sekali bagi anak pada masa ini, dan juga bagi
manusia pada setiap fase umurnya. Dan terkadang hal ini yang dapat
menyebabkan sang remaja mengalami penyimpangan seksual. Biasanya remaja
menentang pengarahan orang tua yang berhubungan dengan kaidah-kaidah akhlak
dalam kelakuannya, akan tetapi mereka sebenarnya menanti-nanti bantuan orang
tua, bahkan boleh jadi merasa goncang apabila orangtua mereka berhenti
menasehati dan berusaha tidak mencampuri urusan mereka. Dari sebuah
penelitian yang dilakukan oleh H.H Remmers dan C. G. Hacket dan ditulis dalam
buku mereka4, menyatakan sembilan dari sepuluh orang remaja menyatakan
bahwa mereka mengharapkan dari orangtuanya untuk memberi tahukan tentang
hal yang salah dan benar. Hanya saja terkadang, banyak orang tua yang
4
siakan kesempatan yang memungkin untuk membantu anak-anak mereka,
terutama dalam usaha menghindari berbagai bentuk masalah, salah satunya
masalah seks bebas.
Jadi, sudah sangat jelas sering mendengar bahwa dalam jiwa pemberontakan
remaja, sebagian besar dari mereka masih banyak yang merindukan perhatian dan
dituntun oleh orangtua mereka. Oleh karena itu, peran orang tua atau anggota
keluarga yang lain sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak.
Sepintas lalu tampaknya mendengar itu adalah pasif. Padahal mendengar dapat
merupakan suatu kegiatan aktif dalam arti yang sebenarnya. Dan aktif dalam
mendengarlah yang memberikan arti bagi remaja. Orang yang penuh dengan
berbagai perasaan dan penderitaan kejiwaan, ingin menumpahkan apa yang
menyenak dadanya kepada seseorang yang penyayang, dapat dipercaya, yang
sangat penting adalah dua hal yaitu keras dan penyayang. Keras tanpa kekasaran
dan lembut tanpa kelemahan. Itulah sebuah arti dari mendengar, yang hendak
peneliti kemukakan di sini adalah dalam mendengar terhadap luahan remaja.
Remaja menderita berbagai persoalan, maka semua yang berada di
lingkungan mereka dituntut terlibat sama untuk duduk mendengarkan
persoalan-persoalan mereka, memahami dan membimbing mereka dalam mencari
penyelesaian bagi persoalan-persoalan tersebut baik dalam kelompok atau sendiri.
Maka ini sangat membutuhkan perhatian yang khusus, jangan menyangka bahwa
penyelesaian persoalan remaja, hanya menuntut kepada remaja saja tanpa dengan
orang yang lainnya, terutama sekali adalah keluarganya. Kenapa remaja
umur 13- 21 tahun sedang melalui suatu masa di mana ia meninggalkan di
belakangnya masa kanak-kanak yang lemah, menghadap masa dewasa yang
mantap, baik laki-laki atau wanita. Ketika orang melalui masa ini maka
pemikiran, angan-angan, cita-cita dan perasaannya terpengaruh oleh masa lalu dan
oleh harapan-harapan masa mendatang. 5
Maka di sini masalah-masalah tidak bertemu secara sehat dan mantap, akan
tetapi diganggu oleh berbagai goncangan, badai dan topan. Oleh karena itu, dari
sini penulis bisa menyimpulkan dan memahami bahwa seharusnya remaja kecil
itu dibantu untuk melalui masa peralihan dengan cara menambah kepercayaan
kepada dirinya dan orang-orang dalam lingkungannya.
Persoalan dilema remaja bukanlah seluruhnya persoalan remaja, tetapi ini
juga persoalan orangtua yang mengalami kesulitan dalam menghadapi
anak-anaknya, karena jalan pikiran anak-anak tidak sesuai dengan pemikiran mereka.
Seperti remaja yang dibesarkan dalam keluarga dimana bapaknya ingin
mengarahkan anak tersebut seperti ia membimbingnya diwaktu kecil. Remaja
berontak terhadap hal itu, karena ia tidak kecil lagi, bahkan ia telah merasa
dewasa, ia harus diperlakukan seperti orang dewasa yang merdeka dan bebas.
Maka dari sini juga bisa mulai persoalan, bahkan mungkin meningkat. Dalam hal
seperti ini, diperlukan pengarahan bagi orangtua dan bagi anak-anak secara
perseorangan dan bersama-sama. Apa yang dilakukan oleh remaja pada umumnya
merupakan produk dari konsitusi anggota keluarga dan lingkungan tetangga dekat,
ditambah dengan nafsu dan keinginan di masa remaja yang tidak terkendali.
5
Semua itu mempengaruhi mental dan kehidupan remaja yang belum matang dan
sangat labil.
Oleh karena itu, bahwa persoalan remaja adalah persoalan yang sangat rumit
dan perlu perhatian yang khusus dalam menanganinya. Apa sebenarnya yang
dibutuhkan remaja, mereka butuh perhatian, sebagian besar remaja sanggup
melakukan apa saja supaya lingkungannya terutama keluarga untuk
memperhatikannya, akan tetapi mereka juga tidak mau dikekang dalam arti ingin
bebas dan tidak mau siapapun mencampuri urusannya. Remaja bukan hanya
memiliki persoalan dengan dirinya saja, tetapi persoalannya dengan keluarga.
Diantara persoalan remaja dengan keluarga adalah persoalan dengan keluarga
yang membesarkannya, dan persoalannya tentang keinginannya untuk bebas.
Sedangkan keluarganya telah terbiasa memperlakukannya seperti anak kecil. Ini
adalah sebuah bentuk konflik yang sangat kompleks dan bisa berakhir dengan
suatu kejadian yang tidak diinginkan disebabkan oleh ketidak stabilan emosi di
usia remaja.
Dari situasi yang penuh konflik di atas, maka benang merah dalam
penelitian ini adalah, persoalan kenakalan remaja. Dalam penelitian ini, salah satu
bentuk kenalakan remaja akan dibahas secara mendalam yaitu perilaku seks bebas
pada remaja. Tentunya, perilaku ini tidak terbentuk begitu saja tanpa ada
faktor-faktor pendorong yang bisa mengakibatkan semua ini terjadi. Siapa yang harus
dijadikan kambing hitam ketika melihat kembali hasil penelitian Synovate
Research yang dilakukan sejak September 2004 tentang prilaku seksual remaja di
berusia 15-24 tahun yang tersebar di 4 kota tersebut, 44 persen responden
mengaku bahwa mereka sudah pernah mempunyai pengalaman seks di usia 16
sampai 18 tahun. Sementara 16 persen lainnya mengaku pengalam seks itu sudah
mereka dapatkan saat berusia antara 13-15 tahun.6 Selain itu, pengakuan mereka
menyatakan bahwa rumah adalah tempat paling favorit sebanyak 40 persen untuk
melakukan hubungan seks bebas dan sisanya, mereka memilih hubungan seks di
tempat kost, 26 persen, dan di hotel, 26 persen.
Data di atas menunjukkan bahwa pola hidup seks bebas sudah dianut oleh
sebagian remaja, ini jelas sangat memprihatinkan. Dengan fakta seperti ini,
hubungan seks seolah-olah menjadi suatu hal yang sangat gampang dan murah.
Hubungan seks bebas begitu mudahnya dilakukan atas nama “cinta” dan “kasih
sayang”. Sebagian remaja bahkan ada yang berpandangan bahwa tidak dinamakan
pacaran kalau belum melakukan persetubuhan. Tidak mengherankan jika seks
bebas menjadi tidak asing lagi di kalangan remaja.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk menganalisa
perilaku seks bebas pada remaja, dengan identifikasinya faktor-faktor yang
mendorong kenakalan remaja yang semakin memanas disana- sini, khususnya
prilaku seks bebas. Penelitian ini berdasarkan kasus di kawasan padat penduduk
di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat.
Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini dengan menentukan
judul, yakni “ ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA
REMAJA (Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat)”.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang, untuk
memfokuskan pembahasan maka peneliti membatasi masalah pada prilaku seks
bebas remaja. Untuk mempermudah dan menghindari salah pengertian serta
mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis memandang perlu
menyampaikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam
judul di atas. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain :
1. Prilaku seks bebas, atau lebih dikenal dengan freesex, yaitu segala
bentuk penyimpangan prilaku seksual pranikah pada remaja.
2. Remaja. Peneliti memfokuskan pada remaja akhir. Usia 16 sehingga 21
tahun.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Sejauh mana perilaku seks bebas sudah mewabak dikalangan remaja ?
2. Apakah penyebab kecendrungan remaja terlibat dalam seks bebas ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah :
1.1 Ingin menganalisa sejauh mana perilaku seks bebas sudah mewabak
dikalangan remaja
1.2 Ingin mengetahui penyebab kecendrungan yang sudah membuat
2. Manfaat Penelitian
2.1 Manfaat akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat merupakan sumbangan
pemikiran ilmiah yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang
ilmu dan bimbingan konseling remaja.
2.2 Manfaat Praktis
2.2.a. Remaja. Memberikan gambaran secara khusus mengenai
penyesuaian diri remaja yang dihadapkan dengan kepribadian yang
bimbang, karena dapat menjadi acuan untuk mengatasi
masalah-masalah remaja yang menjadi remaja yang bermasalah-masalah.
2.2.b. Orang Tua. Hal ini merupakan salah satu cara untuk
memberikan pengertian tentang pentingnya keterbukaan dan
perhatian yang khusus pada anak remaja yang terus beranjak
dewasa.
2.2.c. Masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah
satu bahan pertimbangan bagi orang tua dengan penuh kesadaran
untuk membangun keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah
dengan dilandaskan pada pendidikan agama dengan cara
memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dari sedini mungkin.
Metode adalah, cara kerja untuk memahami suatu objek. Dengan demikian
metode mempunyai arti yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, karena
akan memperlancar proses pembahasan dalam penelitian skripsi ini. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih melakukan penelitian dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskiptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan
Bogdan) sebagaimana yang telah dikutip oleh Bagong Suyanto Sutinah dalam
bukunya 7 .
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Srengseng, Kembangan,
Jakarta Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada 12 Januari- 12
Februari 2010.
2. Jenis Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,
kualitatif berasal dari kata ’kualitas’ atau ’quality’ yang berarti mutu, sifat,
ciri-ciri.8 Berarti, jika berbicara tentang kualitatif, berarti berbicara
mengenai hal-hal yang bersifat mutu, ciri-ciri dan sifat sesuatu atau
seseorang. Demikian pula jika berbicara mengenai manusia sebagai bahan
pembicaraan atau kajian. Meskipun berasal dari latar belakang dan
populasi yang sama, dipastikan bahwa tak satu pun yang memiliki sifat,
ciri-ciri dan ’mutu’ yang sama. Maka dalam penelitian ini peneliti
7
Bagong Suyanto Sutinah (ed), Metode Penelitian Social, Berbagai Alternative Pendekatan, (Jakarta, Prenada Media Group. 2005), h. 166.
8
mengunakan diri sebagai instrumen. Dalam berupaya mencapai wawasan
imajinatif kedalam dunia informan, peneliti diharapkan fleksibel dan
reflektif tetapi tetap mengambil jarak. Pada hakekatnya penelitian
kualitatif ini digunakan karna beberapa pertimbangan antara lain: pertama,
menyesuaikan metode kualiatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat
hubungan antara peneliti dan informan; ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman, pengaruh
bersama dari terhadap pola-pola yang dihadapi. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Studi Kasus (case
study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan
mendalam terhadap informan. Oleh karena itu hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang utuh dan terorganisasi
dengan baik tentang komponen-komponen tertentu, sehingga dapat
memberikan kevalidan hasil penelitian.
3. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah remaja
yang bertempat tinggal di kawasan Srengseng, Kembangan. Jakarta Barat.
Dari pengamatan selama ini, kehidupan remaja yang rata-rata harus
menikah karena mengalami kehamilan di luar nikah. Maka peneliti ingin
memahami lebih dekat kenapa sensasi seks bebas begitu menjamur di
kawasan ini.
Yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk mendapatkan data
yang valid dalam penelitian ini adalah:
4.1 Tiga orang remaja pelaku seks bebas yang terpenting adalah mereka
setuju untuk berbagi kisah tentang dirinya.
4.2 Keluarga dan juga kerabat remaja
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini
maka peneliti mengunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Penelitian Lapangan, yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat
pengumpulan data dapat dilakukan secara spontan dapat pula
dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya. Pada
dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau
mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan
berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan terhadap dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan. Dalam penelitian ini, peneliti
mewawancarai tiga remaja yang bertempat tinggal di Srengseng,
Kembangan, Jakarta Barat, dan mereka melakukan seks bebas.
E. Tinjaun Pustaka
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan informasi-informasi apa saja sebagai
landasan teori terhadap buku-buku yang berkaitan dengan penelitian analisis
perilaku seks bebas pada remaja.
Untuk menentukan judul skripsi penulis melakukan tinjauan pustaka
1. Penelitian Dr. Sarlito Wirawan Sarwono tentang “Pergeseran
Norma Prilaku Seksual Kaum Remaja”. Sebuah penelitian
terhadap remaja di Jakarta, yang terdiri dari 417 responden.
2. Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Hasil
survei PKBI, dikutip Media Indonesia, menyatakan bahwa
sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah
berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2005 itu
dilakukan terhadap 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon,
3. Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation. 42,3 persen pelajar
SMP dan SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual.
Menurut pengakuan mereka, hubungan seks itu dilakukan suka
sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan.
Penelitian ini dilakukan Annisa Foundation (AF) pada
Juli-Desember 2006 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP
dan SMA negeri serta swasta.
Sedangkan judul skripsi penulis adalah “ Analisis Terhadap Perilaku Seks
Bebas ( Kasus Pada Remaja di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat )." Sebuah
penelitian yang berkaitan dengan perilaku seks bebas yang marak menjadi gaya
hidup sebagian remaja saat ini.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN , pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian. Manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI, pada bab ini diuraikan mengenai pengertian,
faktor, dan dampak dari prilaku seks bebas pada remaja. Dan juga
perkenalan secara mendetail tentang remaja dan tugas
perkembangannya.
BAB III : Pada bagian ini akan dibahas tentang letak geografis daerah Kawasan
Kembangan, Jakarta Barat, serta latar belakang kehidupan
masyarakat disini.
BAB IV : Bagian ini memuat dan membahas temuan lapangan, dan membahas
tentang hasil dari penelitian Analisis Terhadap Prilaku Seks Bebas
(Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan , Jakarta Barat).
BAB V : PENUTUP, Kesimpulan Dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Perilaku Seks Bebas
1. Pengertian Perilaku Seks Bebas
Seks di dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia berarti jenis kelamin1.
Yaitu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan. Maka
perilaku seks adalah segala bentuk perilaku yang muncul berkaitan dengan
dorongan seksual. Seksual adalah sesuatu yang ada hubungannya dengan
seks atau yang muncul dari seks. Hubungan seksual mempunyai arti
hubungan kelamin sebagai salah satu bentuk kegiatan penyaluran
dorongan seksual.2 Bebas pula bermaksud lepas sama sekali ataupun
merdeka3.
Oleh karena itu, maka, secara deskriptif yang dimaksud dengan
perilaku seks bebas adalah perbuatan hubungan intim suami istri di luar
pernikahan dan tanpa ikatan yang jelas. Perilaku seks bebas bisa terjadi
kapan saja dan dimana saja. 4 Prilaku seks bebas adalah pergaulan seks
tanpa mengira pasangan, seks bebas merupakan aktivitas yang tidak sehat
karena banyak membawa dampak negatif baik pada kehidupan sosial
1
Tri Kurnia Nurhayati, M.Pd. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta. Eska Media . 2005), h. 687
2
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Kota Bandung. “Dampak Seks Bebas”artikel di akses pada 1 Januari 2010 di http://www.scribd.com/doc/19294352/dampak-seks-bebas
3
Tri Kurnia Nurhayati, M.Pd. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta. Eska Media . 2005), h. 130
4
Achmad Saptono (Mahasiswa Sosiologi FISIP-UNSOED) “Perilaku Seks Bebas di kalangan Remaja dan Orang (Dewasa) Sudah Berkeluarga (sebuah kajian tentang perilaku dan kebutuhan)”, artikel diakses pada 31 Desember 2009 dari http://www.scribd.com/doc/13753330/Free-Sex.
maupun pada pribadi remaja yang melakukan seks bebas tersebut. Namun
yang menjadi persoalannya, faktor apakah yang mendorong sebagian
remaja terjebak dalam prilaku seks bebas ini.
2. Faktor-faktor Seks Bebas Pada Remaja
2.1 Perkembangan Seksual
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan
dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan
perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Karakter
seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang
berbeda hal ini seiring dengan pendapat haurlock, yang
mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada
laki-laki dan perempuan. Menurut haurlock, pada remaja putra : tumbuh
rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat,
suara membesar dan lain-lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul
melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai
mengalami haid, dan lain-lain. Seiring dengan pertumbuhan primer
dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul
juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. 5
2.2 Rasa ingin tahu dan mencoba
Karena meningkatnya minat pada seks, remaja akan berusaha
mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja
5
yang merasa cukup mengetahui informasi tentang seks dari
orangtuanya. Orangtua sering kali menabukan seksual, seringkali
orangtua tidak senang mendengar pertanyaan anaknya tentang seks,
sehingga mereka pun akan menunjukkan sikap marah dan melarang.
Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi yang
mungkin dapat diperoleh, misalnya dengan cara membahas dengan
teman-teman, membaca buku-buku tentang seks, atau yang lebih
ekstrim mengadakan percobaan dengan masturbasi, bercumbu, atau
bahkan bersenggama. Pada akhir masa remaja sebagian remaja
laki-laki dan perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks
guna memuaskan keingintahuan mereka.6 Berkembang pula opini seks
adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba.
2.3 Zaman globalisasi dan Lemahnya Pegawasan
Terdapat berbagai macam alasan serta penyebab seks bebas bisa
terjadi, salah satunya adalah adanya kesempatan, mengingat
globalisasi zaman yang sudah semakin canggih dengan berbagai
macam penemuan baru dalam bidang teknologi khususnya media
massa, dalam hal ini seperti internet. Materi seks di media yang
secara sengaja ditujukan untuk membangkit hasrat seksual. Segenap
bentuk materi yang terkait dengan seks. Yang menjadi masalah
adalah apabila orang terdorong untuk terus menerus mengkonsumsi
tayangan atau bacaan tersebut karena dampak yang dirasakan adalah
6
terbangkitnya dorongan seksual. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah dampak tontonan dan bacaan tersebut pada
kalangan remaja. Sangat wajar ketika manusia memiliki naluri seks
dan karena itu wajar jika mereka merasa senang dengan materi seks.
Namun demikian, bila remaja sering mengkonsumsi materi seks
secara terus menerus, dorongan untuk menyalurkan hasrat
seksualnya menjadi tinggi, karena itu, seperti sudah dikatakan,
mengkonsumsi materi seks di media, remaja potensial mendorong
tumbuhnya perilaku seks bebas yang tidak bertanggungjawab.
Maka dengan itu pengawasan dari orangtua sangat diperlukan.
Karena di zaman globalisasi ini budaya barat dengan mudah masuk
yang pada akhirnya selalu membuat kebudayaan bangsa ini semakin
terkikis, hidup berfoya-foya, gaya hidup bebas, dan lain sebagainya.
Pada saat yang lain gambar-gambar wanita dengan pakaian nyaris
telanjang itu dapat disaksikan pada tayangan televisi dirumah. Tidak
banyak pemirsa yang memprotes tayangan-tayangan itu.
Orangtuapun sering membeli dan membawa pulang tabloid dan
kalender dengan gambar wanita nyaris telanjang kemudian dipajang
dirumahnya. Hampir tidak satupun keluarga yang memprotesnya
seakan gambar-gambar itu sudah biasa. 7 Disamping ancaman media
hiburan yang sangat mengerikan, kelalaian orangtua yang suka
mengumbar kemesraan di depan anak juga menjadi salah satu faktor
7
yang kuat. Beberapa kasus pernah terjadi, seringkali disebabkan pada
waktu kecilnya, anak melihat kedua orangtuanya melakukan
persetubuhan. Meskipun mereka melihatnya dengan tanpa sengaja.
Kejadian seperti ini bisa mengakibatkan seorang anak menjadi
teransang dan mempraktekkannya dengan teman-temannya. Atau
pacarnya jika sudah miliki pacar. Sehingga mereka melakukan
pelanggaran seks pranikah. Dan diantara prilaku seksual yang sering
dilakukan remaja saat ini antara lain sebagai berikut 8 :
1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa
manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat
seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali
menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti
sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan
sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk
menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3. Dampak dari Seks Bebas
3.1 Kehamilan di luar nikah
Dampak yang paling menonjol dari perilaku seks bebas adalah
meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Bagi remaja
8
putri yang harus menanggung kehamilan di luar nikah terancam putus
sekolah dan harus menjalankan pernikahan dini, jika pasangannya mau
bertanggung jawab, sebaliknya terjadi ketika pasangan tidak mau
bertanggung, maka yang terjadi adalah tindakan aborsi ataupun
melahirkan anak tanpa ayah yang pada akhirnya menjadi beban pada
remaja putri karena harus mencari nafkah demi biaya membesarkan
anaknya.
3.2 Dampak Psikologis
Secara psikologis seks bebas memberikan dampak hilangnya
harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil dan takut
ketahuan, lemahnya ikatan yang terjalin kedua belah pihak yang
menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta beban moral karena
mendapat penghinaan dari masyarakat. Dan akhirnya ia menjadi orang
yang rendah diri di lingkungan sekitar. Belum lagi dia memikirkan
tanggungjawab yang amat besar dan pasti terjadi, yaitu
pertanggungjawaban di padang mahsyar pada hari kiamat nanti.
Ditambah dengan siksa kubur yang menantinya sesudah ia meninggal
dunia nanti.
3.3 Aborsi
Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
perempuan terutama jika dilakukan secara sembarangan yaitu oleh
mereka yang tidak terlatih. Pendarahan yang terus menerus serta
kematian perempuan yang melakukan aborsi. Selain kematian, aborsi
itu juga bisa berakibat kerusakan leher rahim, kanker rahim dan juga
kanker indung telur. Disamping itu aborsi juga berdampak pada
kondisi psikologis, perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin
akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang dapat
mengakibatkan depresi.
3.4 Meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit menular seksual
Berbagai penyakit menular seksual yang dapat ditularkan dari
seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual, seseorang
berisiko tinggi terkena penyakit ini bila melakukan hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan. Ada banyak macam penyakit yang
bisa digolongkan sebagai penyakit menular seksual, diantaranya 9 :
a) Sifilis
b) Hepatitis
c) HIV dan AIDS
d) Dan lain-lain.
Perilaku seks bebas sangat berbahaya pada remaja sehingga banyak
menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun remaja putri.
Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari prilaku seks bebas tersebut lebih
berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja putra.
9
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa”.10 Hurlock Mendefinisikan masa remaja dimulai
pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia
mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja
dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir.
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual
menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. 11
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan
tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar.12 Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, masa
remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa yang berada dalam
peralihan atau berada di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa
anak-anak dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.13
Maka remaja tidak hanya dikenali dari idealisme dan keadaan psikis
mereka saja yang sebagian telah disebut oleh peneliti di atas, tetapi dalam
Islam sendiri telah disebutkan secara sempurna bagaimana karakteristik
seorang anak remaja. Karakteristik artinya orang yang mempunyai sifat yang
khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Sedangkan Remaja adalah mereka
yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan
ketergantungan dan menuju pada masa kedewasaan. Pada masa itu seorang
remaja pasti akan mengalami sederetan perubahan-perubahan yang terjadi.
baik perubahan jasmani maupun perubahan rohani. Perubahan jasmani bisa
kita lihat dengan jelas, misalnya adanya pertumbuhan badan yang mencolok
sehingga para remaja akan sering berlama-lama di depan kaca, merasa resah
akan keadaan tubuhnya yang begitu cepat berkembang.
Adapun perubahan yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani),
misalnya 14 :
1. Suka mencari perhatian orang lain, agar ia dapat pujian.
2. Selalu berusaha melepaskan diri dari berbagai macam aturan yang menurutnya terlalu mengikat. Semua nasehat Orangtua atau Guru dianggap ketinggalan jaman (kuno/jadul), kolot, terbelakang dll. 3. Sering berontak terhadap sesuatu yang dipaksakan, baik yang
berasal dari orangtua, guru atau sahabat yang tidak sependapat dengan dia.
4. Kalau berbicara agak keras dianggapnya marah dan tidak suka kepada dia.
5. Yang lebih khas lagi, mulai melirik-lirik kepada lawan jenisnya\
2. Batas Usia remaja
Mengenai batas usia remaja, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menetapkan
batas usia remaja dari 13- 21 tahun.15 Sedikit berbeda dengan pendapat
yang di kemukakan oleh Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa
yang membatasi usia remaja yaitu antara 12 sampai 21 tahun, di mulai saat
14Ikram Ridha, Puber Tanpa Gejolak, (Qisti Press. Jakarta. 2005), h. 19
15
timbulnya perubahan yang berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik,
yakni pada usia 11 atau 12 tahun pada wanita, dan laki-laki lebih tua
sedikit.16
Dr. ikram Ridha seorang ahli psikologi berkebangsaan mesir,
dalam bukunya menyimpulkan bahwa masa baligh itu disertai
pertumbuhan jasmani internal dan eksternal, serta pertumbuhan perasaan
dan pengalaman. Pertumbuhan itu terjadi secara terus menerus, dimana
prosesnya dimulai dari awal masa baligh dan mencapai puncaknya pada
umur 15-18 tahun. Yaitu masa puber.17 Masa ini akan terus berlanjut
dipenuhi oleh perubahan-perubahan yang sudah dimulai pada awal masa
baligh tadi. Pada saat itu, perubahan tadi diiringin dengan
pengalaman-pengalaman dan pemahaman-pemahaman yang semakin berkembang.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa
remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Dr. H. Syamsu
Yusuf LN., M. Pd. Dalam bukunya mengutip pendapat dari Lustin Pikunas
yang membahas tentang tugas perkembangan ini, Lustin Pikunas
mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan
utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk
16
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), h. 23
17
membimbing perilakunya.William Kay mengemukakan tugas-tugas
perkembangan remaja sebagai berikut 18:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul bersama teman sebaya atau orang lain, baik secara individu atau kelompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan dirinya.
6) Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
Disamping itu, mulai dari Erikson, banyak para ahli spikologi
memandang bahwa pembentukan identitas diri atau jati diri merupakn tugas
perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak mampu
menjawab pertanyaan “siapa saya?” dan “mengapa saya?” maka mereka
akan mengalami konflik dalam dirinya. Jika secara terus menerus remaja
aktif menanyakan tentang kebingungan mengenai idelogi dan ketidakjelasan
tentang peranan dirinya dalam kelompok sebaya dan orang dewasa, maka
remaja memerlukan tahun-tahun tambahan untuk menemukan solusi yang
dapat diterima sebelum mereka mencapai gaya hidup seperti orang dewasa.
4. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja
Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
18
laki maupun anak perempuan. Perkembangan prilaku seksual yang
merupakan akibat langsung pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks, adalah hal
yang sangat penting dalam masa remaja. Perkembangan perilaku seksual
yang berhubungan dengan pergaulan sosial remaja, terasa sangat kuat
dorongannya bagi mereka untuk mendekati lawan jenis. Remaja mulai
terdorong kuat untuk mendekati remaja putri, dan sebaliknya remaja putri
terdorong ingin mendekati remaja putra. Perasaan mulai menyukai lawan
jenis pada dasarnya adalah hal yang alami, tidak mungkin seorangpun bisa
menghalangi.
Tumbuhnya rasa cinta kasih adalah fitrah bagi manusia yang
diciptakan oleh Allah., agar kehidupan manusia itu terasa tentram dan
bahagia , tanpa cinta kasih kehidupan manusia terasa hampa dan hambar.
Akan tetapi kecintaan pada lawan jenis ini harus disertai dengan tuntunan
akhlak dan pegangan agama yang kuat. Sebab ini adalah kendali utama agar
remaja tidak melampaui batas dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Ketika
remaja menerjang rambu-rambu yang diberikan oleh agama dalam
pergaulan maka akan terciptanya seks bebas.
Banyak hal yang menyebabkan remaja melakukan seks bebas sebagai
pelarian dari berbagai persoalan yang membelenggu jiwanya. Keadaan
remaja yang mana menjadi masa “badai dan tekanan” membuat remaja
sering frustasi dan konflik batin yang berat, sehingga sering kali melakukan
awal peneliti, ada beberapa sebab yang menjadikan remaja melakukan seks
bebas diantaranya adalah :
4.1 Kurangnya kemampuan remaja untuk mengontrol dan
mengendalikan diri, terutama emosi-emosinya. Ini sering kali
membuat remaja melakukan hal-hal negative, seperti prilaku seks
bebas, tanpa terfikir olehnya mengenai dampak dan resiko yang
ditimbulkan di kemudian hari.
4.2 Adanya ketidak stabilan psikis. Ini juga menjadi penyebab remaja
mudah terjerumus dalam perbuatan negative dalam hal ini prilaku
seks bebas. Ada kesan pada remaja bahwa seks itu menyenangkan,
puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak
perlu ditakutkan.
4.3 Kurang pemahaman agama. Konsep keimanan yang didapatkan dari
pembelajaran keagamaan perlu dihayati serta diyakini setiap ketika
oleh remaja. Pemahaman dan kesadaran tentang konsep ini akan
membuat manusia rajin beribadat dan takut membuat maksiat. Inilah
kunci atau intisari ilmu tauhid, pengesaan terhadap Allah dalam
perbuatan, sifat dan zatNya. Dan yang sangat penting dengan
nilai-nilai keimanan ini, tingkah laku remaja yang soleh, cerdas, bisa
dibentuk. Dengan mempunyai akhlak yang tangguh dan iman yang
kuat, meskiupun anak tersebut mencium bau-bau yang meransang
yang normal-normal saja, jadi bukan sesuatu yang harus disalurkan
saati itu juga, tanpa memandang efek-efek negatifnya.
Gambaran remaja dan seks bebas pada saat ini
1. Siswi gemar berbusana minim
2. Siswi yang merangkap gadis panggilan
3. Ayam kampus
4. Siswa yang merangkap gigolo
5. Parti seks dan striptease
6. Pernikahan usia muda dengan latar belakang hamil
Melihat pada gambaran di atas, remaja sering terlibat dalam hal-hal
negative karena mereka memiliki persoalan dan tidak mengetahui cara
pemecahannya. Karena itu mereka mencoba melupakan persoalannya tersebut
dengan menjadi remaja yang bermasalah dan bergaul dengan kelompok yang
salah. Orang dewasa atau orangtua sering mengeluh bahwa mereka tidak
mengerti kemauan para remaja. Sebaliknya remaja mengeluh bahwa orang di
sekitar tidak mau dan tidak bisa mengerti dunia mereka.
Sikap orang dewasa atau orang tua yang tidak mengerti dunia remaja
karena mereka memandang dari sudut pandang dan pengalaman yang selama
ini mereka miliki. Memahami perasaan (empatik) merupakan inti sukses
berkomunikasi dengan remaja. Sangat tidak tepat jika oraang dewasa atau
orangtua bersikap menggurui, karena harus disadari bahwa pada saat ini
memasuki masa dunia remaja, anak-anak mengalami masa transisi antara lain
tidak banyak bicara, serta tidak ingin banyak diawasi. Semua hal tersebut
harus disadari dalam membangun komunikasi dengan remaja. Remaja
membutuhkan bimbingan orangtua untuk membentuk pribadi yang baik dan
mengembangkan berbagai potensi diri. Remaja perlu di arahkan dengan
norma-norma yang berlaku, mereka harus dibantu untuk membentuk
nilai-nilai memungkinkan mereka untuk membuat pilihan dan menggunakan
A. Letak Geografis
Kelurahan Srengseng, Kembangan memiliki kode pos 11630. Kelurahan ini
terletak di kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Kelurahan ini memiliki
penduduk sebesar 29.425 jiwa dan luas 491.60 HA. Kelurahan ini berbatasan
dengan jln. Meruya Utara di sebelah utara, Kelurahan Meruya Utara di sebelah
barat, Kali Pesanggrahan di sebelah timur dan Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan
di sebelah selatan.
B. Kondisi Sosial Masyarakat Srengseng
Selama peneliti bermukim dan mengamati kondisi sosial masyarakat di
Srengseng ini terbilang baik. Penduduk yang rata-rata berpendapatan bercukupan,
hanya segelintir penduduk saja yang tergolong berpendapatan rendah. Kawasan
yang tergolong kawasan padat penduduk ini merupakan salah satu kawasan yang
sangat aman untuk bertempat tinggal. Sikap masyarakat yang ramah tamah dan
saling membantu antara satu sama lain. Tali persaudaraan yang kuat antara
mereka membuat peneliti merasa sangat nyaman untuk berada di sini.
Gambaran secara umum, kehidupan masyarakat di sini tergolong maju.
Kehidupan remaja yang mulai mengalihkan kiblatnya ke arah barat, dari hasil
observasi yang tidak singkat yang peneliti lakukan, peneliti menilai bahwa
kehidupan remaja di kawasan Srengseng semakin jauh dari harapan kita sebagai
bangsa yang menganut adat timur. Bukan sesuatu yang mengherankan ketika
remaja menikah disebabkan hamil pranikah, dan banyak anak-anak yang tidak
berdosa dilahirkan. Namun begitu, tidak sedikit juga remaja yang berhasil
mengukir prestasi. Ini karena secara keseluruhan remaja di sini mendapatkan
pendidikan selayaknya.
Melihat kondisi sosial masyarakat seperti ini, maka peneliti memilih
Srengseng sebagai tempat penelitian, semua ini terjadi karena masyarakat disini
seolah-olah sudah tidak tabu lagi jika ada salah satu remaja mereka harus hamil di
luar nikah dan bahkan melahirkan anak tersebut secara terang-terangan. Berbeda
dengan kehidupan di wilayah dimana anggapan masyarakat yang melihat ini hal
yang tabu. Meskipun kehidupan masyarakat disini tergolong kental dengan
agama.
Kesimpulannya, praktek prilaku seks bebas pada remaja sudah menjamur
di daerah ini tanpa mendapat penghakiman yang memalukan dari masyarakat.
Sedangkan dari sudut penilaian lain, peneliti tahu bahwa masyarakat di sini
adalah masyarakat yang baik, menjunjung tinggi nilai agama, saling membantu
dan mengasihi, serta saling menghormati satu sama lain. Namun, gambaran
kebaikan yang terukir oleh masyarakat tersebut tercoret dengan prilaku seks bebas
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil dari penelitain ini, peneliti
mengkhususkan penelitian dengan memilih tiga dari remaja di kawasan Srengseng
ini, yang mana remaja tersebut menganut perilaku seks bebas. Meskipun
penelitian ini yang harus dibuktikan keabsahannya, namun, peneliti tetap harus
menjaga kerahasiaan dari tiga remaja tersebut.
C. Kondisi Fisik
Kelurahan Srengseng merupakan salah satu kelurahan yang berada di
kecamatan Kembangan, Jakarta Barat sehingga banyak terdapat fasilitas umum
yang tersedia, seperti pasar, lapangan bola, masjid, jalan raya, kantor pos,
puskesmas, bidan, sekolah dari mulai TK sampai dengan SMA, Wartel, Warnet,
dan lain sebagainya. Letak kelurahan Srengseng diapit oleh kota-kota lain di
sekelilingnya. Karena letaknya yang strategis itu, maka akses menuju ke
Srengseng sangat mudah. Banyak kendaraan yang dapat digunakan untuk menuju
ke sini mulai dari ojek, angkutan umum antar kota. Kelurahan ini salah satu
kelurahan yang berada di kota maju, penduduk yang sangat padat dan sudah tentu
berbagai fasilitas umum dapat di akses dengan mudahnya. Kelurahan ini memiliki
A. Identiifikasi Subyek Penelitian
1. Kasus 1
Rita adalah seorang gadis yang kini telah menginjak usia dua puluh tahun.
Rita telah mempunyai pacar, dan mereka pacaran di bawah restu orangtua.
Pacar Rita adalah teman satu sekolah waktu di SMA dulu. Mereka telah
menjalin hubungan selama 2 tahun. Rita dan pacarnya sama-sama datang
dari keluarga yang bercukupan secara materi.
2. Kasus 2
Vina remaja yang berusia 19tahun. Dia baru saja menjadi mahasiswa di
salah satu perguruan tinggi negri di Jakarta. Jarak rumah Vina dengan
kampus yang tidak terlalu jauh, maka Vina tidak tinggal di kost, dia tetap
tinggal dirumah orangtuanya. Di awal masa perkuliahannya Vina berhasil
memukau teman-teman dan dosennya sebagai gadis yang santun dan
menutup aurat. Latar belakang pendidikan Vina yang berasal dari
pesantren. Dan bahkan dari kecil Vina sudah dibiasakan dengan sekolah
agama. Vina berasal dari keluarga yang sederhana dan kuat pendidikan
agama.
3. Kasus 3
Rina seorang remaja yang berusia 21 tahun, lahir dalam keluarga yang
cukup secara materi dan keluarga yang menganut kebebasan dalam
berpikir dan bertindak. Tidak jauh berbeda dengan Rita, keluarga Rina
bukanlah keluarga yang menekan akan kepentingan pendidikan agama.
Rina adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara. Dan kini dia sedang menuntut di
salah satu perguruan swasta di Jakarta.
B. Deskripsi Kasus
1. Kasus 1
“Rita telah menjalin hubungan selama 2 tahun. Kebetulan Rita
tinggal di kost, dan Rita sangat mencintai Rendi dan begitu juga
sebaliknya. Rita sering datang ke kostnya Rendi, Rendi juga datang ke
kost Rita. Dalam kesempatan itulah mereka saling menumpahkan isi hati
masing-masing dan saling berjanji untuk setia walau dalam keadaan
apapun. Merekapun telah berjanji untuk membangun sebuah rumah jika
mereka selesai kuliah dan dapat kerja nantinya. Rita mengakui hampir
setiap hari mereka berduaan, bercumbu, hingga mereka terlena dan lupa
diri, mereka telah melakukan hubungan di luar batas. Dan hubungan
seperti ini sering mereka lakukan. Sampai akhirnya Rita sering bolos
kuliah. Rita juga sangat kecewa karena Rendi juga memilih untuk tidak
Semenjak mereka ambil keputusan untuk keluar dari kampus, Rendi
pulang ke kotanya, sedangkan Rita tetap menjadi anak kost, karena Rita
tidak mau orangtuanya tahu kalau dia sudah gagal kuliah. Rita masih
membohongi keluarganya kalau dia masih kuliah. Rita tidak harus pusing
masalah biaya sebab orangtuanya terbilang orang mampu. Pada awal
perpisahan mereka sering berhubungan lewat handphone dan email. Dan
Rita sesekali berkunjung ke rumah Rendi dan pernah menginap sekamar
bersama Rendi. Saat itu mereka mengulang melakukan hubungan lagi.
Namun setelah Rita jarang berkunjung, kabar Rendi sudah tidak pernah
terdengar lagi, apalagi mengharapkan dia datang menemui Rita.
Dulu Rendi pernah kerumah Rita dan sudah sempat dikenalkan
dengan orangtuanya, namun orangtua Rita tidak mengetahui hubungan
mereka sudah terlampau jauh. Rita sangat takut jika orangtuanya
mengetahui hal itu, karena itu saat ini Rita merasa sangat tertekan dan
sedih. Rita jadi curiga pada Rendi, mungkin dia sudah miliki gadis lain,
padahal Rita selama ini sudah coba untuk setia dan rela menyerahkan
dirinya sepenuhnya karena dia sangat mencintai dan takut kehilangan
Rendi. Pengorbanan yang dilakukan Rita selama ini pada akhirnya
membuat dia terjatuh dalam lubang ke gagalan dan kehancuran. Pada saat
ini Rita masih menggangur dan sering mengunci diri di kamar kosannya. ”
Setelah memperhatikan ungkapan dari kasus yang dialami oleh
sudah menghancurkan harapan orangtuanya. Cinta Rendi telah
membutakan Rita. Tapi penyesalan itu baru datang saat ini, ketika dia
sadar dia telah menghancurkan harapan dan kepercayaan orangtuanya.
Perasaan bersalah itu sering menghantui Rita belakangan ini. Rita saat ini
masih sangat bingung bagaimana harus keluar dari semua kisah
memalukan ini dan ingin memulai semua yang baru.
2. Kasus 2
“ Vina remaja yang berusia 19tahun. Di awal masa perkuliahannya
Vina berhasil memukau teman-teman dan dosennya sebagai gadis yang
santun dan menutup aurat. Latar belakang pendidikan Vina yang berasal
dari pesantren. Dan bahkan dari kecil Vina sudah dibiasakan dengan
sekolah agama, jadi bisa di maklumi kalau Vina berprilaku layaknya
wanita yang solehah. Namun semua itu tidak bertahan lama, sebagaimana
yang diluahkan oleh Vina pada penulis, pada saat kuliah dia sering merasa
beda dengan teman-teman yang lain. Teman-teman Vina bebas pacaran,
sedangkan Vina berbicara sama laki-laki aja bisa dihitung dengan jari.
Seiring waktu, Vina berteman akrab dengan Wati.
Wati seorang gadis yang peramah dan menyenangkan, namun dia
seorang mahasiswa yang nakal. Vina sering di ajak main dan bahkan
menginap di kosan Wati. Vina pernah mengajak Wati ke rumah dan
memperkenalkan kepada keluarganya, sikap Wati yang peramah dan
berteman dekat dengan Wati. Sedangkan sejak dari Vina kecil,
orangtuanya sering mengontrol dengan sapa Vina berteman. Saat ini
orangtua Vina kecelongan. Semakin hari Vina semakin dekat dengan Wati,
dan perlahan Wati memperkenalkan siapa dirinya pada Vina tanpa ada
rasa sungkan seperti di awal mereka dekat. Wati jujur akan dirinya yang
suka melakukan hal-hal yang tidak wajar bersama pacarnya.
Setiap hari Vina jadi tempat luahan cerita Wati. Tanpa di sadari
Vina yang tidak pernah kenal dengan pergaulan bebas mulai memendam
hasrat, ingin mencoba, dan merasakan hidup seperti Wati. Wati hidup
dengan kebebasan, sedangkan Vina sangat di kontrol oleh orangtuanya.
Jangankan pacaran dan keluar bersama laki-laki, untuk menonton televisi
saja Vina sangat dibatasi. Rasa ingin tahu dan mencoba itu semakin
menghampiri naluri Vina, walaupun pada awalnya Vina merasa sangat
takut, namun Wati memberi dukungan kepadanya, Wati mengenalkan
Vina pada temannya, dan pada akhirnya mereka pacaran. Jadi pada
intinya, mereka sering mengadakan kencan bersama pasangan
masing-masing.
Ringkas cerita, setelah beberapa waktu, Vina dan Wati berlibur ke
luar kota, dan mereka mengajak pasangannya. Vina beralasan pada
orangtuanya ada acara kampus ke sana, jadi Vina harus ikut. Tanpa
disadari oleh orangtuanya, Vina semakin hari semakin menunjukkan
ini tidak pernah dia tahu, dan dia merasakan itu sangat indah. Vina sudah
merelakan kesuciaannya dirampas oleh laki-laki yang baru dikenalinya.
Tidak lama kemudian, setelah dua bulan dari kejadian, Vina
merasa badan tidak enak. Dan dia tidak sadar kalau sudah 1bulan ini
haidnya tak kunjung tiba. Vina semakin resah, namun Wati memujuknya
semua itu tidak mungkin terjadi, liat saja dirinya yang sudah kesekian kali
melakukannya namun tidak terjadi apa-apa. Tetapi semua yang diyakini
itu menjadi mimpi buruk pada Vina dan keluarga. Vina akhirnya
mengetahui bahwa dirinya hamil disaat kandungannya menginjak 3bulan.
Vina berusaha menutupi dari keluarganya, pacar Vina mau
bertanggungjawab atas bayi tersebut. Karena tidak sanggup menutupi
keaiban yang ditanggungnya, maka Vina jujur kepada keluarganya. Sudah
tentu Vina siap dengan segala resiko yang akan dihadapi dan hukuman
yang diberikan keluarganya. Kekecewaan terpancar jelas dari raut wajah
orangtua Vina. Keluarga yang selama ini di junjung tinggi
kehoramatannya oleh penduduk sekitar, sekarang harus menangggung aib
yang sangat hina itu. akhirnya Vina menikah dengan laki-laki tersebut dan
sekarang sudah memiliki seorang putri cantik yang tidak pernah tahu dosa
3. Kasus 3
“ Rina seorang remaja yang berusia 21 tahun, mengaku pernah
melihat film-film porno, pada awalnya dia diajak oleh teman-temannya.
Perasaan yang timbul setelah menonton adalah senang ingin melakukan.
Rina mengakui melakukan senggama hampir setiap minggu, pasangannya
adalah kekasihnya sendiri yang dikenalinya beberapa tahun belakangan. Ia
tidak pernah malacurkan diri. Dalam berpacaran ia melakukan banyak hal,
mulai dari saling mengunjungi, berjalan berduaan, cium pipi, cium bibir,
pegang buah dada, pegang alat kelamin sampai senggama.
Rina berpendapat, hubungan seks di luar perkawinan adalah
normal. Seks adalah sesuatu yang indah, yang dapat dinikmati oleh setiap
orang. Tuhan yang menciptakannya. Asal mau tanggung resiko dan bisa
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan seks adalah normal. Tetapi
Rina tidak setuju seks bebas dengan tukar menukar pasangan. Tentang
dampak dari seks bebas, ia mengatakan tidak apa-apa, asalkan kehamilan
dicegah dengan obat atau alat kontrasepsi. Dan sekiranya terjadi
kehamilan yang tidak dikehendaki, maka kandungan itu digugurkan saja.”
C. Intepretasi Antar Kasus
Dari tiga kasus hasil penelitian yang dilakukan, merupakan contoh kasus
yang sedikit berbeda walaupun punya kesamaan yaitu kasus seks bebas pada
remaja. Dari penelitian ini , intepretasi antar kasus yang dilakukan oleh
Pada kasus seks bebas yang dialami Rita, sangat jelas bahwa
keluarganya terlalu memberikan kepercayaan dan tidak disertai kontrol yang
bagus. Orangtua Rita sangat menyayangi Rita yang menjadi putri tunggal
dirumahnya. Peneliti menilai, kebebasan yang diberikan orangtua Rita tidak
disertakan dengan kontrol yang baik. Perilaku seks bebas yang dilakukan Rita
adalah atas keterlewatan batasan pacaran antara dia dan pacarnya. Dan
hubungan yang sudah sangat jauh ini tidak diketahui oleh keluarganya.
Keterlanjuran yang dirahsiakan itu kini hanya dipikul sendiri oleh Rita, dan
dia merasa depresi sampai saat ini, Rita mengalami tekanan batin, karena
merasa dirinya sant bodoh dan hina. Seolah-olah dia sangat kotor. Perasaan
sesal dan kecewa ini sering menghantui dirinya.
Vina yang harus menanggung aib dan mencoreng nama baik keluarga
dengan mengandung anak di luar nikah. Kepolosan dan keluguannya membuat
dia salah langkah dan menghancurkan semua kesan positif tentang keluargnya
di depan masyarakat sekitar. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua Vina
adalah pendidikan yang sangat sarat akan pendidikan agama, dan bahkan Vina
sendiri alumni pesantren. Terjebaknya Vina dalam pergaulan yang salah
menjadi bukti bahwa sifat keras dan kontrol berlebihan dari orangtua juga
tidak bagus dalam perkembangan anak. Ini terjadi karena anak merasa tidak
pernah diberi kesempatan untuk mengenal hal-hal yang bersifat sensitif,
sehingga dia akan mencari tahu dari dunia luar. Vina merasa hidupnya
terkungkung sejak dari kecil, dan dia juga ingin merasakan kebebasan seperti