• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis terhadap perilaku seks bebas pada remaja : kasis pada remaja srenseng. kebangkitan jakarta barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis terhadap perilaku seks bebas pada remaja : kasis pada remaja srenseng. kebangkitan jakarta barat"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.kom.I)

Oleh :

Nawal Azka Faisal

NIM : 106052001967

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Nawal Azka Faisal

NIM : 106052001967

Pembimbing,

Dra. HJ. Asriati Jamil, M. Hum

NIP : 196104221990032001

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

1. Skripsi ini karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar srata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA

(Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat )

Penelitian mengenai analisis terhadap perilaku seks bebas pada remaja dilaksanakan oleh peneliti pada remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Hurlock mendefinisikan Masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Sedangkan perilaku seks bebas adalah perbuatan hubungan intim suami istri di luar pernikahan dan tanpa ikatan yang jelas. Prilaku seks bebas bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh dari wawancara mendalam, observasi terhadap tiga remaja yang dikategorikan remaja penganut perilaku seks bebas. Selanjutnya untuk mengetahui faktor kecenderungan terjadinya perilaku seks seksual tersebut, penulis melakukan analisis / studi kasus terhadap data yang diperoleh dari masing-masing remaja yang bersangkutan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rasa ketidaktahuan penulis tentang sejauh mana keterlibatan remaja terhadap perilaku seks bebas. Ini karena penulis meyakini dengan fakta yang ada bahwa semakin hari semakin meningkat jumlah remaja yang terjerat dalam perilaku seks bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah remaja yang menganut perilaku seks bebas semakin meningkat pada saat ini. Banyak faktor yang menggiring mereka ke dalam jebakan seks bebas. Diantara faktor yang ditemukan adalah, sebagai berikut :

1. Kematangan sosial yang seperti tidak memperdulikan batas-batas pertemanan antara lawan jenis.

2. Mengkhianati kebebasan dan kepercayaan yang telah diberikan oleh orangtua.

3. Rasa ingintahu dan mencoba yang sangat tinggi, akibat dari kontrol berlebihan yang diberikan oleh orangtua.

4. Pengaruh lingkungan sekitar dan teman dekat, Sahabat atau pacar 5. Pendidikan seks dini yang masih sangat tabu yang diberikan

orangtua kepada anak-anak.

(5)

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang memberi hidayah

kepada hamba-NYA yang memohon petunjuk kepadanya-NYA, agar diselamatkan

dari jalan kesesatan dan tipu daya syaitan, dan dengan izin-NYA juga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ya Allah, semoga Engkau

menurunkan rahmat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang berhasil

merubah akhlak dari zaman jahiliyah menuju ke zaman penuh ketauhidan dan

akhlakul karimah. Semoga shalawat dan salam juga tercurahkan kepada ahlul bait

beliau dan para sahabatnya.

Dengan penuh rasa kerendahan hati, penulis menyadari dan mengakui

penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan juga tidak akan terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis membalas jasanya. Namun

berkat doa, bantuan serta dukungan yang begitu banyak dari berbagai pihak,

Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyusun skripsi ini hingga selesai dengan

judul “ ANALISIS TERHADAP PRILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA (

Kasus Pada Remaja, Srengseng, Kembangan, Jakarta barat ) ”

Dengan penuh rasa hormat, penulisan skripsi ini begitu banyak mendapatkan

bantuan, motivasi, teguran, semangat serta doa dan nasehat yang selalu mengiringi

dalam pembuatan skripsi. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin

(6)

Islam, serta ibu Dra. Nasichah, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum, selaku Pembimbing skripsi yang telah

mengorbankan waktu dan ilmu untuk memberikan bimbingan, arahan dan

petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini akan

bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

4. Ibu Prof. DR. Ismah Salman, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik Mahasiswa

Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2006.

5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah banyak membri tunjuk ajar, bantuan, ilmu dan pengalaman. Dan juga untuk

perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta perpustakaan

Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan fasilitas memadai atas buku-bukunya.

6. Yang paling dicintai dan dihormati yaitu ayahanda Faisal Hasan Sufi, beserta

Ibunda Khadijah Muhammad, suami, Ramadhani Ali Murtala Lc. MA. dan

adik-adik tercinta (zaki, imad, zuhairah, manal, dan sumairah) yang telah mencurahkan

kasih sayang dan perhatian, serta segala pengorbanan dalam bentuk apapun

sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana.

7. Informan (keluarga Pak Ferdi dan Pak Slamet) yang ikut berpartisipasi dalam

memberikan informasi dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Semoga kebaikannya dibalas dengan kebaikan oleh Allh

SWT.

iii

(7)

iii

9. Para sahabat dan kerabat, serta semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan

satu persatu, dengan penuh kerendahan hati, untuk kesian kalinya penulis

mengucapkan jutaan terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga bantuan dan

kerjasama yang baik ini dibalas oleh Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pembacanya. Amien.

(8)

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11

D. Metodologi Penelitian...13

E. Tinjaun Pustaka...16

F. Sistematika Penulisan ...20

BAB II LANDASAN TEORI A. Prilaku Seks Bebas...18

1. Pengertian Prilaku Seks Bebas...18

2. Faktor-faktor Seks Bebas...19

3. Dampak dari Seks Bebas ...22

B. Remaja ...25

1. Pengertian Remaja ...25

2. Batas Usia Remaja ...26

3. Tugas Perkembangan Remaja...27

4. Kecendrungan Seks Bebas Pada Remaja ...28

(9)

vi

A. Letak Geografis ...33

B. Kondisi Sosial Masyarakat Srengseng ...33

C. KondisiFisik...35

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Subjek Peneltian...36

B. Deskripsi Kasus Perilaku Seks Bebas Pada Remaja ...37

C. Interpretasi Antar Kasus...42

D. Analisa Hasil Penelitian ...45

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...55

B. Saran...57

DAFTAR PUSTAKA...58

(10)

A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini praktek seks bebas yang menjalar di kalangan remaja telah

menjadi masalah serius. Berubahnya oreintasi seks para remaja, dari berhubungan

intim suami istri yang sah kepada pemenuhan hasrat seksual tanpa ikatan apapun.

Masa belasan tahun lalu amat jauh berbeda dengan masa sekarang, terutama

dalam hal membicarakan masalah seks bebas. Dewasa ini seks bebas bukan lagi

menjadi hal yang tabu. Fenomena seks bebas di kalangan remaja seperti sebuah

fenomena gunung es. Yaitu, fenomena yang tertutup rapat namun sebenarnya

banyak dilakukan. Hal itu masih belum ditambah oleh jumlah mereka yang

melakukannya tanpa diketahui oleh masyarakat.

Berbicara soal remaja, maka tidak akan pernah lepas dari percintaan remaja.

Tentu semua remaja telah mengalaminya, sebagian remaja di dunia termasuk

Indonesia mempunyai suatu cara untuk mengekspresikan percintaan remaja itu

sendiri yang biasa disebut sebagai "pacaran". Pacaran, bukan hal yang tabu lagi di

kalangan sebagian remaja saat ini.

Dengan berbagai macam pula remaja tersebut mengekspresikan rasa

cintanya pada sang ‘pacar’. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima

secara moral karena perbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang ada.

Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima di kalangan

(11)

masyarakat timur adalah seks bebas. Seks bebas yang sering dikenal dengan kata

“freesex” kini mulai mewabah di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Dalam ajaran Islam tentang prilaku seks bebas sudah sangat jelas hukumnya.

Islam mengharuskan setiap pemeluknya, laki-laki dan wanita untuk menjaga

kehormatannya dan tidak menyerahkan kesuciannya kecuali kepada pasangan

hidup yang sah menurut ajaran agama dan menjauhi hal-hal yang dapat membawa

kepada ternodanya kesucian. Dalam al-Quran kepada kaum laki-laki Allah S.W.T

berfirman dalam surah an-Nur ayat 30 :

Artinya

:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(Q.S. An-Nur:30).

Sementara kepada kaum wanita yang beriman Allah S.W.T lebih

menekankan lagi tentang pentingnya mereka menjaga kehormatan dan

menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat membawa kepada timbulnya

permasalahan yang dapat menodai kesucian. Dalam al-Quran Allah berfirman,

an-Nur : 31

(12)

Artinya

:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur:31).

Dari dua ayat di atas, sudah sangat jelas bahwa Allah SWT melarang keras

(13)

kehormatannya kepada orang lain yang bukan suaminya , namun bagaimana

memahami fenomena seks bebas yang marak menjadi budaya hidup di kalangan

remaja saat ini, tentu tidak mudah menyadarkan remaja dengan hanya

membacakan dua ayat di atas kepada mereka, pada kenyataannya masalah cinta

adalah masalah terbesar yang dialami remaja, hampir 80 persen masalah yang

dihadapi remaja tentang cinta.1 Yang perlu difahami juga, paradigma umum

remaja tentang kasih sayang dan cinta hanya dengan “berpegangan, berpelukan

dan bahkan berciuman” menurut sebagian remaja itu hanya sebatas cinta. Dan

itulah kasih sayang dan bukti cinta. Sedangkan Allah juga memerintahkan kaum

beriman, laki-laki dan wanita untuk menjauhi perbuatan dan segala hal yang dapat

menyebabkan terjadinya perbuatan zina. Allah berfirman dalam surah al-Isra : 32

Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S Al-Isra: 32)

Untuk membahas jauh tentang prilaku seks bebas pada remaja, ada baiknya

jika peneliti menjelaskan siapakah remaja ini sehingga seringkali remaja menjadi

soroton tajam masyarakat. Sedangkan, sudah pasti seks bebas bukan hanya

dilakukan oleh remaja, namun ada juga sebagian besar dilakukan oleh mereka

yang sudah berada pada periode dewasa dalam hidupnya. Namun di sini peneliti

hanya ingin meyorot seks bebas yang dilakukan oleh remaja.

1

(14)

Seperti yang diketahui, masa transisi pasti dialami oleh semua remaja,

dimana pada masa transisi itu para remaja sedang mengalami perubahan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa. Kelabilan pada masa transisi ini membuat mereka

sering membuat sensasi untuk menarik perhatian umum tentang keberadaan

mereka. Ada sensasi yang mereka buat terkadang bermuatan positif. Namun bagi

remaja yang lemah aqidah dan mempunyai dasar akhlak yang kurang memadai,

seringkali membuat sensasi-sensasi yang bernada negatif, bahkan sering juga

menjurus kedalam kriminalitas. Dan sensasi negatif inilah yang membuat

sebagian remaja terjerumus dalam lingkaran maksiat yang berterusan seperti

prilaku seks bebas.

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual

menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.2 Secara

tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa

dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan

kelenjar.3 Perlu diketahui juga, tidak semua remaja mengalami masa badai dan

tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke

waktu sebagai konsukuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru

dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan

percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini dan oleh karena itulah,

perilaku seks bebas rentan menyambangi kehidupan anak pada periode ini.

2

Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, ( Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama ), edisi kelima. h. 206

3

(15)

Di antara salah satu fenomena psikologis anak pada masa remaja adalah

mempunyai perhatian yang besar terhadap masalah-masalah seks. Ini karena

pertumbuhan organ-organ seks pada diri anak dimasa baligh menyebabkan anak

itu banyak memperhatikan masalah-masalah seks secara berlebihan, hingga

menyita sebagian besar waktu dan fikirannya. Dengan itu mereka akan terdorong

untuk membaca buku-buku dengan harapan bisa memperoleh pengetahuan yang

cukup tentang seks. Bahkan yang menjadi masalah ketika mereka mencari

referensi yang kurang pas untuk memuaskan rasa hausnya tentang informasi

tersebut, seperti menerima informasi dari temannya, pembantu, dari jalan,

buku-buku murahan dan film-film porno yang banyak digandrungi belakangan ini.

Kondisi seperti ini berbahaya sekali bagi anak pada masa ini, dan juga bagi

manusia pada setiap fase umurnya. Dan terkadang hal ini yang dapat

menyebabkan sang remaja mengalami penyimpangan seksual. Biasanya remaja

menentang pengarahan orang tua yang berhubungan dengan kaidah-kaidah akhlak

dalam kelakuannya, akan tetapi mereka sebenarnya menanti-nanti bantuan orang

tua, bahkan boleh jadi merasa goncang apabila orangtua mereka berhenti

menasehati dan berusaha tidak mencampuri urusan mereka. Dari sebuah

penelitian yang dilakukan oleh H.H Remmers dan C. G. Hacket dan ditulis dalam

buku mereka4, menyatakan sembilan dari sepuluh orang remaja menyatakan

bahwa mereka mengharapkan dari orangtuanya untuk memberi tahukan tentang

hal yang salah dan benar. Hanya saja terkadang, banyak orang tua yang

4

(16)

siakan kesempatan yang memungkin untuk membantu anak-anak mereka,

terutama dalam usaha menghindari berbagai bentuk masalah, salah satunya

masalah seks bebas.

Jadi, sudah sangat jelas sering mendengar bahwa dalam jiwa pemberontakan

remaja, sebagian besar dari mereka masih banyak yang merindukan perhatian dan

dituntun oleh orangtua mereka. Oleh karena itu, peran orang tua atau anggota

keluarga yang lain sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak.

Sepintas lalu tampaknya mendengar itu adalah pasif. Padahal mendengar dapat

merupakan suatu kegiatan aktif dalam arti yang sebenarnya. Dan aktif dalam

mendengarlah yang memberikan arti bagi remaja. Orang yang penuh dengan

berbagai perasaan dan penderitaan kejiwaan, ingin menumpahkan apa yang

menyenak dadanya kepada seseorang yang penyayang, dapat dipercaya, yang

sangat penting adalah dua hal yaitu keras dan penyayang. Keras tanpa kekasaran

dan lembut tanpa kelemahan. Itulah sebuah arti dari mendengar, yang hendak

peneliti kemukakan di sini adalah dalam mendengar terhadap luahan remaja.

Remaja menderita berbagai persoalan, maka semua yang berada di

lingkungan mereka dituntut terlibat sama untuk duduk mendengarkan

persoalan-persoalan mereka, memahami dan membimbing mereka dalam mencari

penyelesaian bagi persoalan-persoalan tersebut baik dalam kelompok atau sendiri.

Maka ini sangat membutuhkan perhatian yang khusus, jangan menyangka bahwa

penyelesaian persoalan remaja, hanya menuntut kepada remaja saja tanpa dengan

orang yang lainnya, terutama sekali adalah keluarganya. Kenapa remaja

(17)

umur 13- 21 tahun sedang melalui suatu masa di mana ia meninggalkan di

belakangnya masa kanak-kanak yang lemah, menghadap masa dewasa yang

mantap, baik laki-laki atau wanita. Ketika orang melalui masa ini maka

pemikiran, angan-angan, cita-cita dan perasaannya terpengaruh oleh masa lalu dan

oleh harapan-harapan masa mendatang. 5

Maka di sini masalah-masalah tidak bertemu secara sehat dan mantap, akan

tetapi diganggu oleh berbagai goncangan, badai dan topan. Oleh karena itu, dari

sini penulis bisa menyimpulkan dan memahami bahwa seharusnya remaja kecil

itu dibantu untuk melalui masa peralihan dengan cara menambah kepercayaan

kepada dirinya dan orang-orang dalam lingkungannya.

Persoalan dilema remaja bukanlah seluruhnya persoalan remaja, tetapi ini

juga persoalan orangtua yang mengalami kesulitan dalam menghadapi

anak-anaknya, karena jalan pikiran anak-anak tidak sesuai dengan pemikiran mereka.

Seperti remaja yang dibesarkan dalam keluarga dimana bapaknya ingin

mengarahkan anak tersebut seperti ia membimbingnya diwaktu kecil. Remaja

berontak terhadap hal itu, karena ia tidak kecil lagi, bahkan ia telah merasa

dewasa, ia harus diperlakukan seperti orang dewasa yang merdeka dan bebas.

Maka dari sini juga bisa mulai persoalan, bahkan mungkin meningkat. Dalam hal

seperti ini, diperlukan pengarahan bagi orangtua dan bagi anak-anak secara

perseorangan dan bersama-sama. Apa yang dilakukan oleh remaja pada umumnya

merupakan produk dari konsitusi anggota keluarga dan lingkungan tetangga dekat,

ditambah dengan nafsu dan keinginan di masa remaja yang tidak terkendali.

5

(18)

Semua itu mempengaruhi mental dan kehidupan remaja yang belum matang dan

sangat labil.

Oleh karena itu, bahwa persoalan remaja adalah persoalan yang sangat rumit

dan perlu perhatian yang khusus dalam menanganinya. Apa sebenarnya yang

dibutuhkan remaja, mereka butuh perhatian, sebagian besar remaja sanggup

melakukan apa saja supaya lingkungannya terutama keluarga untuk

memperhatikannya, akan tetapi mereka juga tidak mau dikekang dalam arti ingin

bebas dan tidak mau siapapun mencampuri urusannya. Remaja bukan hanya

memiliki persoalan dengan dirinya saja, tetapi persoalannya dengan keluarga.

Diantara persoalan remaja dengan keluarga adalah persoalan dengan keluarga

yang membesarkannya, dan persoalannya tentang keinginannya untuk bebas.

Sedangkan keluarganya telah terbiasa memperlakukannya seperti anak kecil. Ini

adalah sebuah bentuk konflik yang sangat kompleks dan bisa berakhir dengan

suatu kejadian yang tidak diinginkan disebabkan oleh ketidak stabilan emosi di

usia remaja.

Dari situasi yang penuh konflik di atas, maka benang merah dalam

penelitian ini adalah, persoalan kenakalan remaja. Dalam penelitian ini, salah satu

bentuk kenalakan remaja akan dibahas secara mendalam yaitu perilaku seks bebas

pada remaja. Tentunya, perilaku ini tidak terbentuk begitu saja tanpa ada

faktor-faktor pendorong yang bisa mengakibatkan semua ini terjadi. Siapa yang harus

dijadikan kambing hitam ketika melihat kembali hasil penelitian Synovate

Research yang dilakukan sejak September 2004 tentang prilaku seksual remaja di

(19)

berusia 15-24 tahun yang tersebar di 4 kota tersebut, 44 persen responden

mengaku bahwa mereka sudah pernah mempunyai pengalaman seks di usia 16

sampai 18 tahun. Sementara 16 persen lainnya mengaku pengalam seks itu sudah

mereka dapatkan saat berusia antara 13-15 tahun.6 Selain itu, pengakuan mereka

menyatakan bahwa rumah adalah tempat paling favorit sebanyak 40 persen untuk

melakukan hubungan seks bebas dan sisanya, mereka memilih hubungan seks di

tempat kost, 26 persen, dan di hotel, 26 persen.

Data di atas menunjukkan bahwa pola hidup seks bebas sudah dianut oleh

sebagian remaja, ini jelas sangat memprihatinkan. Dengan fakta seperti ini,

hubungan seks seolah-olah menjadi suatu hal yang sangat gampang dan murah.

Hubungan seks bebas begitu mudahnya dilakukan atas nama “cinta” dan “kasih

sayang”. Sebagian remaja bahkan ada yang berpandangan bahwa tidak dinamakan

pacaran kalau belum melakukan persetubuhan. Tidak mengherankan jika seks

bebas menjadi tidak asing lagi di kalangan remaja.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk menganalisa

perilaku seks bebas pada remaja, dengan identifikasinya faktor-faktor yang

mendorong kenakalan remaja yang semakin memanas disana- sini, khususnya

prilaku seks bebas. Penelitian ini berdasarkan kasus di kawasan padat penduduk

di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat.

Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini dengan menentukan

judul, yakni “ ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA

REMAJA (Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat)”.

6

(20)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang, untuk

memfokuskan pembahasan maka peneliti membatasi masalah pada prilaku seks

bebas remaja. Untuk mempermudah dan menghindari salah pengertian serta

mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis memandang perlu

menyampaikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam

judul di atas. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain :

1. Prilaku seks bebas, atau lebih dikenal dengan freesex, yaitu segala

bentuk penyimpangan prilaku seksual pranikah pada remaja.

2. Remaja. Peneliti memfokuskan pada remaja akhir. Usia 16 sehingga 21

tahun.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Sejauh mana perilaku seks bebas sudah mewabak dikalangan remaja ?

2. Apakah penyebab kecendrungan remaja terlibat dalam seks bebas ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah :

1.1 Ingin menganalisa sejauh mana perilaku seks bebas sudah mewabak

dikalangan remaja

1.2 Ingin mengetahui penyebab kecendrungan yang sudah membuat

(21)

2. Manfaat Penelitian

2.1 Manfaat akademis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat merupakan sumbangan

pemikiran ilmiah yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang

ilmu dan bimbingan konseling remaja.

2.2 Manfaat Praktis

2.2.a. Remaja. Memberikan gambaran secara khusus mengenai

penyesuaian diri remaja yang dihadapkan dengan kepribadian yang

bimbang, karena dapat menjadi acuan untuk mengatasi

masalah-masalah remaja yang menjadi remaja yang bermasalah-masalah.

2.2.b. Orang Tua. Hal ini merupakan salah satu cara untuk

memberikan pengertian tentang pentingnya keterbukaan dan

perhatian yang khusus pada anak remaja yang terus beranjak

dewasa.

2.2.c. Masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah

satu bahan pertimbangan bagi orang tua dengan penuh kesadaran

untuk membangun keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah

dengan dilandaskan pada pendidikan agama dengan cara

memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dari sedini mungkin.

(22)

Metode adalah, cara kerja untuk memahami suatu objek. Dengan demikian

metode mempunyai arti yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, karena

akan memperlancar proses pembahasan dalam penelitian skripsi ini. Dalam

penelitian ini, peneliti memilih melakukan penelitian dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang

menghasilkan data deskiptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan

tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan

Bogdan) sebagaimana yang telah dikutip oleh Bagong Suyanto Sutinah dalam

bukunya 7 .

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Srengseng, Kembangan,

Jakarta Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada 12 Januari- 12

Februari 2010.

2. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

kualitatif berasal dari kata ’kualitas’ atau ’quality’ yang berarti mutu, sifat,

ciri-ciri.8 Berarti, jika berbicara tentang kualitatif, berarti berbicara

mengenai hal-hal yang bersifat mutu, ciri-ciri dan sifat sesuatu atau

seseorang. Demikian pula jika berbicara mengenai manusia sebagai bahan

pembicaraan atau kajian. Meskipun berasal dari latar belakang dan

populasi yang sama, dipastikan bahwa tak satu pun yang memiliki sifat,

ciri-ciri dan ’mutu’ yang sama. Maka dalam penelitian ini peneliti

7

Bagong Suyanto Sutinah (ed), Metode Penelitian Social, Berbagai Alternative Pendekatan, (Jakarta, Prenada Media Group. 2005), h. 166.

8

(23)

mengunakan diri sebagai instrumen. Dalam berupaya mencapai wawasan

imajinatif kedalam dunia informan, peneliti diharapkan fleksibel dan

reflektif tetapi tetap mengambil jarak. Pada hakekatnya penelitian

kualitatif ini digunakan karna beberapa pertimbangan antara lain: pertama,

menyesuaikan metode kualiatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat

hubungan antara peneliti dan informan; ketiga, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman, pengaruh

bersama dari terhadap pola-pola yang dihadapi. Adapun pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Studi Kasus (case

study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan

mendalam terhadap informan. Oleh karena itu hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang utuh dan terorganisasi

dengan baik tentang komponen-komponen tertentu, sehingga dapat

memberikan kevalidan hasil penelitian.

3. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah remaja

yang bertempat tinggal di kawasan Srengseng, Kembangan. Jakarta Barat.

Dari pengamatan selama ini, kehidupan remaja yang rata-rata harus

menikah karena mengalami kehamilan di luar nikah. Maka peneliti ingin

memahami lebih dekat kenapa sensasi seks bebas begitu menjamur di

kawasan ini.

(24)

Yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk mendapatkan data

yang valid dalam penelitian ini adalah:

4.1 Tiga orang remaja pelaku seks bebas yang terpenting adalah mereka

setuju untuk berbagi kisah tentang dirinya.

4.2 Keluarga dan juga kerabat remaja

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini

maka peneliti mengunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Penelitian Lapangan, yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis

untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat

pengumpulan data dapat dilakukan secara spontan dapat pula

dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya. Pada

dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau

mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan

berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas

(25)

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan terhadap dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan. Dalam penelitian ini, peneliti

mewawancarai tiga remaja yang bertempat tinggal di Srengseng,

Kembangan, Jakarta Barat, dan mereka melakukan seks bebas.

E. Tinjaun Pustaka

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan informasi-informasi apa saja sebagai

landasan teori terhadap buku-buku yang berkaitan dengan penelitian analisis

perilaku seks bebas pada remaja.

Untuk menentukan judul skripsi penulis melakukan tinjauan pustaka

1. Penelitian Dr. Sarlito Wirawan Sarwono tentang “Pergeseran

Norma Prilaku Seksual Kaum Remaja”. Sebuah penelitian

terhadap remaja di Jakarta, yang terdiri dari 417 responden.

2. Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Hasil

survei PKBI, dikutip Media Indonesia, menyatakan bahwa

sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah

berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2005 itu

dilakukan terhadap 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon,

(26)

3. Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation. 42,3 persen pelajar

SMP dan SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual.

Menurut pengakuan mereka, hubungan seks itu dilakukan suka

sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan.

Penelitian ini dilakukan Annisa Foundation (AF) pada

Juli-Desember 2006 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP

dan SMA negeri serta swasta.

Sedangkan judul skripsi penulis adalah “ Analisis Terhadap Perilaku Seks

Bebas ( Kasus Pada Remaja di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat )." Sebuah

penelitian yang berkaitan dengan perilaku seks bebas yang marak menjadi gaya

hidup sebagian remaja saat ini.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN , pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian. Manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI, pada bab ini diuraikan mengenai pengertian,

faktor, dan dampak dari prilaku seks bebas pada remaja. Dan juga

perkenalan secara mendetail tentang remaja dan tugas

perkembangannya.

BAB III : Pada bagian ini akan dibahas tentang letak geografis daerah Kawasan

(27)

Kembangan, Jakarta Barat, serta latar belakang kehidupan

masyarakat disini.

BAB IV : Bagian ini memuat dan membahas temuan lapangan, dan membahas

tentang hasil dari penelitian Analisis Terhadap Prilaku Seks Bebas

(Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan , Jakarta Barat).

BAB V : PENUTUP, Kesimpulan Dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

(28)

A. Perilaku Seks Bebas

1. Pengertian Perilaku Seks Bebas

Seks di dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia berarti jenis kelamin1.

Yaitu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan. Maka

perilaku seks adalah segala bentuk perilaku yang muncul berkaitan dengan

dorongan seksual. Seksual adalah sesuatu yang ada hubungannya dengan

seks atau yang muncul dari seks. Hubungan seksual mempunyai arti

hubungan kelamin sebagai salah satu bentuk kegiatan penyaluran

dorongan seksual.2 Bebas pula bermaksud lepas sama sekali ataupun

merdeka3.

Oleh karena itu, maka, secara deskriptif yang dimaksud dengan

perilaku seks bebas adalah perbuatan hubungan intim suami istri di luar

pernikahan dan tanpa ikatan yang jelas. Perilaku seks bebas bisa terjadi

kapan saja dan dimana saja. 4 Prilaku seks bebas adalah pergaulan seks

tanpa mengira pasangan, seks bebas merupakan aktivitas yang tidak sehat

karena banyak membawa dampak negatif baik pada kehidupan sosial

1

Tri Kurnia Nurhayati, M.Pd. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta. Eska Media . 2005), h. 687

2

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Kota Bandung. “Dampak Seks Bebas”artikel di akses pada 1 Januari 2010 di http://www.scribd.com/doc/19294352/dampak-seks-bebas

3

Tri Kurnia Nurhayati, M.Pd. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta. Eska Media . 2005), h. 130

4

Achmad Saptono (Mahasiswa Sosiologi FISIP-UNSOED) “Perilaku Seks Bebas di kalangan Remaja dan Orang (Dewasa) Sudah Berkeluarga (sebuah kajian tentang perilaku dan kebutuhan)”, artikel diakses pada 31 Desember 2009 dari http://www.scribd.com/doc/13753330/Free-Sex.

(29)

maupun pada pribadi remaja yang melakukan seks bebas tersebut. Namun

yang menjadi persoalannya, faktor apakah yang mendorong sebagian

remaja terjebak dalam prilaku seks bebas ini.

2. Faktor-faktor Seks Bebas Pada Remaja

2.1 Perkembangan Seksual

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan

dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan

perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Karakter

seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang

berbeda hal ini seiring dengan pendapat haurlock, yang

mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada

laki-laki dan perempuan. Menurut haurlock, pada remaja putra : tumbuh

rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat,

suara membesar dan lain-lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul

melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai

mengalami haid, dan lain-lain. Seiring dengan pertumbuhan primer

dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul

juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. 5

2.2 Rasa ingin tahu dan mencoba

Karena meningkatnya minat pada seks, remaja akan berusaha

mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja

5

(30)

yang merasa cukup mengetahui informasi tentang seks dari

orangtuanya. Orangtua sering kali menabukan seksual, seringkali

orangtua tidak senang mendengar pertanyaan anaknya tentang seks,

sehingga mereka pun akan menunjukkan sikap marah dan melarang.

Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi yang

mungkin dapat diperoleh, misalnya dengan cara membahas dengan

teman-teman, membaca buku-buku tentang seks, atau yang lebih

ekstrim mengadakan percobaan dengan masturbasi, bercumbu, atau

bahkan bersenggama. Pada akhir masa remaja sebagian remaja

laki-laki dan perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks

guna memuaskan keingintahuan mereka.6 Berkembang pula opini seks

adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba.

2.3 Zaman globalisasi dan Lemahnya Pegawasan

Terdapat berbagai macam alasan serta penyebab seks bebas bisa

terjadi, salah satunya adalah adanya kesempatan, mengingat

globalisasi zaman yang sudah semakin canggih dengan berbagai

macam penemuan baru dalam bidang teknologi khususnya media

massa, dalam hal ini seperti internet. Materi seks di media yang

secara sengaja ditujukan untuk membangkit hasrat seksual. Segenap

bentuk materi yang terkait dengan seks. Yang menjadi masalah

adalah apabila orang terdorong untuk terus menerus mengkonsumsi

tayangan atau bacaan tersebut karena dampak yang dirasakan adalah

6

(31)

terbangkitnya dorongan seksual. Dalam hal ini yang perlu

diperhatikan adalah dampak tontonan dan bacaan tersebut pada

kalangan remaja. Sangat wajar ketika manusia memiliki naluri seks

dan karena itu wajar jika mereka merasa senang dengan materi seks.

Namun demikian, bila remaja sering mengkonsumsi materi seks

secara terus menerus, dorongan untuk menyalurkan hasrat

seksualnya menjadi tinggi, karena itu, seperti sudah dikatakan,

mengkonsumsi materi seks di media, remaja potensial mendorong

tumbuhnya perilaku seks bebas yang tidak bertanggungjawab.

Maka dengan itu pengawasan dari orangtua sangat diperlukan.

Karena di zaman globalisasi ini budaya barat dengan mudah masuk

yang pada akhirnya selalu membuat kebudayaan bangsa ini semakin

terkikis, hidup berfoya-foya, gaya hidup bebas, dan lain sebagainya.

Pada saat yang lain gambar-gambar wanita dengan pakaian nyaris

telanjang itu dapat disaksikan pada tayangan televisi dirumah. Tidak

banyak pemirsa yang memprotes tayangan-tayangan itu.

Orangtuapun sering membeli dan membawa pulang tabloid dan

kalender dengan gambar wanita nyaris telanjang kemudian dipajang

dirumahnya. Hampir tidak satupun keluarga yang memprotesnya

seakan gambar-gambar itu sudah biasa. 7 Disamping ancaman media

hiburan yang sangat mengerikan, kelalaian orangtua yang suka

mengumbar kemesraan di depan anak juga menjadi salah satu faktor

7

(32)

yang kuat. Beberapa kasus pernah terjadi, seringkali disebabkan pada

waktu kecilnya, anak melihat kedua orangtuanya melakukan

persetubuhan. Meskipun mereka melihatnya dengan tanpa sengaja.

Kejadian seperti ini bisa mengakibatkan seorang anak menjadi

teransang dan mempraktekkannya dengan teman-temannya. Atau

pacarnya jika sudah miliki pacar. Sehingga mereka melakukan

pelanggaran seks pranikah. Dan diantara prilaku seksual yang sering

dilakukan remaja saat ini antara lain sebagai berikut 8 :

1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa

manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat

seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali

menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.

2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti

sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan

sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk

menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

3. Dampak dari Seks Bebas

3.1 Kehamilan di luar nikah

Dampak yang paling menonjol dari perilaku seks bebas adalah

meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Bagi remaja

8

(33)

putri yang harus menanggung kehamilan di luar nikah terancam putus

sekolah dan harus menjalankan pernikahan dini, jika pasangannya mau

bertanggung jawab, sebaliknya terjadi ketika pasangan tidak mau

bertanggung, maka yang terjadi adalah tindakan aborsi ataupun

melahirkan anak tanpa ayah yang pada akhirnya menjadi beban pada

remaja putri karena harus mencari nafkah demi biaya membesarkan

anaknya.

3.2 Dampak Psikologis

Secara psikologis seks bebas memberikan dampak hilangnya

harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil dan takut

ketahuan, lemahnya ikatan yang terjalin kedua belah pihak yang

menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta beban moral karena

mendapat penghinaan dari masyarakat. Dan akhirnya ia menjadi orang

yang rendah diri di lingkungan sekitar. Belum lagi dia memikirkan

tanggungjawab yang amat besar dan pasti terjadi, yaitu

pertanggungjawaban di padang mahsyar pada hari kiamat nanti.

Ditambah dengan siksa kubur yang menantinya sesudah ia meninggal

dunia nanti.

3.3 Aborsi

Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan

perempuan terutama jika dilakukan secara sembarangan yaitu oleh

mereka yang tidak terlatih. Pendarahan yang terus menerus serta

(34)

kematian perempuan yang melakukan aborsi. Selain kematian, aborsi

itu juga bisa berakibat kerusakan leher rahim, kanker rahim dan juga

kanker indung telur. Disamping itu aborsi juga berdampak pada

kondisi psikologis, perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin

akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang dapat

mengakibatkan depresi.

3.4 Meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit menular seksual

Berbagai penyakit menular seksual yang dapat ditularkan dari

seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual, seseorang

berisiko tinggi terkena penyakit ini bila melakukan hubungan seksual

dengan berganti-ganti pasangan. Ada banyak macam penyakit yang

bisa digolongkan sebagai penyakit menular seksual, diantaranya 9 :

a) Sifilis

b) Hepatitis

c) HIV dan AIDS

d) Dan lain-lain.

Perilaku seks bebas sangat berbahaya pada remaja sehingga banyak

menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun remaja putri.

Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari prilaku seks bebas tersebut lebih

berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja putra.

9

(35)

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa”.10 Hurlock Mendefinisikan masa remaja dimulai

pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia

mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja

dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir.

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual

menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. 11

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan

tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari

perubahan fisik dan kelenjar.12 Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, masa

remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa yang berada dalam

peralihan atau berada di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa

anak-anak dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.13

Maka remaja tidak hanya dikenali dari idealisme dan keadaan psikis

mereka saja yang sebagian telah disebut oleh peneliti di atas, tetapi dalam

Islam sendiri telah disebutkan secara sempurna bagaimana karakteristik

seorang anak remaja. Karakteristik artinya orang yang mempunyai sifat yang

khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Sedangkan Remaja adalah mereka

(36)

yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan

ketergantungan dan menuju pada masa kedewasaan. Pada masa itu seorang

remaja pasti akan mengalami sederetan perubahan-perubahan yang terjadi.

baik perubahan jasmani maupun perubahan rohani. Perubahan jasmani bisa

kita lihat dengan jelas, misalnya adanya pertumbuhan badan yang mencolok

sehingga para remaja akan sering berlama-lama di depan kaca, merasa resah

akan keadaan tubuhnya yang begitu cepat berkembang.

Adapun perubahan yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani),

misalnya 14 :

1. Suka mencari perhatian orang lain, agar ia dapat pujian.

2. Selalu berusaha melepaskan diri dari berbagai macam aturan yang menurutnya terlalu mengikat. Semua nasehat Orangtua atau Guru dianggap ketinggalan jaman (kuno/jadul), kolot, terbelakang dll. 3. Sering berontak terhadap sesuatu yang dipaksakan, baik yang

berasal dari orangtua, guru atau sahabat yang tidak sependapat dengan dia.

4. Kalau berbicara agak keras dianggapnya marah dan tidak suka kepada dia.

5. Yang lebih khas lagi, mulai melirik-lirik kepada lawan jenisnya\

2. Batas Usia remaja

Mengenai batas usia remaja, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menetapkan

batas usia remaja dari 13- 21 tahun.15 Sedikit berbeda dengan pendapat

yang di kemukakan oleh Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa

yang membatasi usia remaja yaitu antara 12 sampai 21 tahun, di mulai saat

14Ikram Ridha, Puber Tanpa Gejolak, (Qisti Press. Jakarta. 2005), h. 19

15

(37)

timbulnya perubahan yang berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik,

yakni pada usia 11 atau 12 tahun pada wanita, dan laki-laki lebih tua

sedikit.16

Dr. ikram Ridha seorang ahli psikologi berkebangsaan mesir,

dalam bukunya menyimpulkan bahwa masa baligh itu disertai

pertumbuhan jasmani internal dan eksternal, serta pertumbuhan perasaan

dan pengalaman. Pertumbuhan itu terjadi secara terus menerus, dimana

prosesnya dimulai dari awal masa baligh dan mencapai puncaknya pada

umur 15-18 tahun. Yaitu masa puber.17 Masa ini akan terus berlanjut

dipenuhi oleh perubahan-perubahan yang sudah dimulai pada awal masa

baligh tadi. Pada saat itu, perubahan tadi diiringin dengan

pengalaman-pengalaman dan pemahaman-pemahaman yang semakin berkembang.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa

remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Dr. H. Syamsu

Yusuf LN., M. Pd. Dalam bukunya mengutip pendapat dari Lustin Pikunas

yang membahas tentang tugas perkembangan ini, Lustin Pikunas

mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan

utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk

16

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), h. 23

17

(38)

membimbing perilakunya.William Kay mengemukakan tugas-tugas

perkembangan remaja sebagai berikut 18:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.

3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul bersama teman sebaya atau orang lain, baik secara individu atau kelompok.

4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan dirinya.

6) Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Disamping itu, mulai dari Erikson, banyak para ahli spikologi

memandang bahwa pembentukan identitas diri atau jati diri merupakn tugas

perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak mampu

menjawab pertanyaan “siapa saya?” dan “mengapa saya?” maka mereka

akan mengalami konflik dalam dirinya. Jika secara terus menerus remaja

aktif menanyakan tentang kebingungan mengenai idelogi dan ketidakjelasan

tentang peranan dirinya dalam kelompok sebaya dan orang dewasa, maka

remaja memerlukan tahun-tahun tambahan untuk menemukan solusi yang

dapat diterima sebelum mereka mencapai gaya hidup seperti orang dewasa.

4. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah

masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak

18

(39)

laki maupun anak perempuan. Perkembangan prilaku seksual yang

merupakan akibat langsung pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks, adalah hal

yang sangat penting dalam masa remaja. Perkembangan perilaku seksual

yang berhubungan dengan pergaulan sosial remaja, terasa sangat kuat

dorongannya bagi mereka untuk mendekati lawan jenis. Remaja mulai

terdorong kuat untuk mendekati remaja putri, dan sebaliknya remaja putri

terdorong ingin mendekati remaja putra. Perasaan mulai menyukai lawan

jenis pada dasarnya adalah hal yang alami, tidak mungkin seorangpun bisa

menghalangi.

Tumbuhnya rasa cinta kasih adalah fitrah bagi manusia yang

diciptakan oleh Allah., agar kehidupan manusia itu terasa tentram dan

bahagia , tanpa cinta kasih kehidupan manusia terasa hampa dan hambar.

Akan tetapi kecintaan pada lawan jenis ini harus disertai dengan tuntunan

akhlak dan pegangan agama yang kuat. Sebab ini adalah kendali utama agar

remaja tidak melampaui batas dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Ketika

remaja menerjang rambu-rambu yang diberikan oleh agama dalam

pergaulan maka akan terciptanya seks bebas.

Banyak hal yang menyebabkan remaja melakukan seks bebas sebagai

pelarian dari berbagai persoalan yang membelenggu jiwanya. Keadaan

remaja yang mana menjadi masa “badai dan tekanan” membuat remaja

sering frustasi dan konflik batin yang berat, sehingga sering kali melakukan

(40)

awal peneliti, ada beberapa sebab yang menjadikan remaja melakukan seks

bebas diantaranya adalah :

4.1 Kurangnya kemampuan remaja untuk mengontrol dan

mengendalikan diri, terutama emosi-emosinya. Ini sering kali

membuat remaja melakukan hal-hal negative, seperti prilaku seks

bebas, tanpa terfikir olehnya mengenai dampak dan resiko yang

ditimbulkan di kemudian hari.

4.2 Adanya ketidak stabilan psikis. Ini juga menjadi penyebab remaja

mudah terjerumus dalam perbuatan negative dalam hal ini prilaku

seks bebas. Ada kesan pada remaja bahwa seks itu menyenangkan,

puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak

perlu ditakutkan.

4.3 Kurang pemahaman agama. Konsep keimanan yang didapatkan dari

pembelajaran keagamaan perlu dihayati serta diyakini setiap ketika

oleh remaja. Pemahaman dan kesadaran tentang konsep ini akan

membuat manusia rajin beribadat dan takut membuat maksiat. Inilah

kunci atau intisari ilmu tauhid, pengesaan terhadap Allah dalam

perbuatan, sifat dan zatNya. Dan yang sangat penting dengan

nilai-nilai keimanan ini, tingkah laku remaja yang soleh, cerdas, bisa

dibentuk. Dengan mempunyai akhlak yang tangguh dan iman yang

kuat, meskiupun anak tersebut mencium bau-bau yang meransang

(41)

yang normal-normal saja, jadi bukan sesuatu yang harus disalurkan

saati itu juga, tanpa memandang efek-efek negatifnya.

Gambaran remaja dan seks bebas pada saat ini

1. Siswi gemar berbusana minim

2. Siswi yang merangkap gadis panggilan

3. Ayam kampus

4. Siswa yang merangkap gigolo

5. Parti seks dan striptease

6. Pernikahan usia muda dengan latar belakang hamil

Melihat pada gambaran di atas, remaja sering terlibat dalam hal-hal

negative karena mereka memiliki persoalan dan tidak mengetahui cara

pemecahannya. Karena itu mereka mencoba melupakan persoalannya tersebut

dengan menjadi remaja yang bermasalah dan bergaul dengan kelompok yang

salah. Orang dewasa atau orangtua sering mengeluh bahwa mereka tidak

mengerti kemauan para remaja. Sebaliknya remaja mengeluh bahwa orang di

sekitar tidak mau dan tidak bisa mengerti dunia mereka.

Sikap orang dewasa atau orang tua yang tidak mengerti dunia remaja

karena mereka memandang dari sudut pandang dan pengalaman yang selama

ini mereka miliki. Memahami perasaan (empatik) merupakan inti sukses

berkomunikasi dengan remaja. Sangat tidak tepat jika oraang dewasa atau

orangtua bersikap menggurui, karena harus disadari bahwa pada saat ini

memasuki masa dunia remaja, anak-anak mengalami masa transisi antara lain

(42)

tidak banyak bicara, serta tidak ingin banyak diawasi. Semua hal tersebut

harus disadari dalam membangun komunikasi dengan remaja. Remaja

membutuhkan bimbingan orangtua untuk membentuk pribadi yang baik dan

mengembangkan berbagai potensi diri. Remaja perlu di arahkan dengan

norma-norma yang berlaku, mereka harus dibantu untuk membentuk

nilai-nilai memungkinkan mereka untuk membuat pilihan dan menggunakan

(43)

A. Letak Geografis

Kelurahan Srengseng, Kembangan memiliki kode pos 11630. Kelurahan ini

terletak di kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Kelurahan ini memiliki

penduduk sebesar 29.425 jiwa dan luas 491.60 HA. Kelurahan ini berbatasan

dengan jln. Meruya Utara di sebelah utara, Kelurahan Meruya Utara di sebelah

barat, Kali Pesanggrahan di sebelah timur dan Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan

di sebelah selatan.

B. Kondisi Sosial Masyarakat Srengseng

Selama peneliti bermukim dan mengamati kondisi sosial masyarakat di

Srengseng ini terbilang baik. Penduduk yang rata-rata berpendapatan bercukupan,

hanya segelintir penduduk saja yang tergolong berpendapatan rendah. Kawasan

yang tergolong kawasan padat penduduk ini merupakan salah satu kawasan yang

sangat aman untuk bertempat tinggal. Sikap masyarakat yang ramah tamah dan

saling membantu antara satu sama lain. Tali persaudaraan yang kuat antara

mereka membuat peneliti merasa sangat nyaman untuk berada di sini.

Gambaran secara umum, kehidupan masyarakat di sini tergolong maju.

Kehidupan remaja yang mulai mengalihkan kiblatnya ke arah barat, dari hasil

(44)

observasi yang tidak singkat yang peneliti lakukan, peneliti menilai bahwa

kehidupan remaja di kawasan Srengseng semakin jauh dari harapan kita sebagai

bangsa yang menganut adat timur. Bukan sesuatu yang mengherankan ketika

remaja menikah disebabkan hamil pranikah, dan banyak anak-anak yang tidak

berdosa dilahirkan. Namun begitu, tidak sedikit juga remaja yang berhasil

mengukir prestasi. Ini karena secara keseluruhan remaja di sini mendapatkan

pendidikan selayaknya.

Melihat kondisi sosial masyarakat seperti ini, maka peneliti memilih

Srengseng sebagai tempat penelitian, semua ini terjadi karena masyarakat disini

seolah-olah sudah tidak tabu lagi jika ada salah satu remaja mereka harus hamil di

luar nikah dan bahkan melahirkan anak tersebut secara terang-terangan. Berbeda

dengan kehidupan di wilayah dimana anggapan masyarakat yang melihat ini hal

yang tabu. Meskipun kehidupan masyarakat disini tergolong kental dengan

agama.

Kesimpulannya, praktek prilaku seks bebas pada remaja sudah menjamur

di daerah ini tanpa mendapat penghakiman yang memalukan dari masyarakat.

Sedangkan dari sudut penilaian lain, peneliti tahu bahwa masyarakat di sini

adalah masyarakat yang baik, menjunjung tinggi nilai agama, saling membantu

dan mengasihi, serta saling menghormati satu sama lain. Namun, gambaran

kebaikan yang terukir oleh masyarakat tersebut tercoret dengan prilaku seks bebas

(45)

Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil dari penelitain ini, peneliti

mengkhususkan penelitian dengan memilih tiga dari remaja di kawasan Srengseng

ini, yang mana remaja tersebut menganut perilaku seks bebas. Meskipun

penelitian ini yang harus dibuktikan keabsahannya, namun, peneliti tetap harus

menjaga kerahasiaan dari tiga remaja tersebut.

C. Kondisi Fisik

Kelurahan Srengseng merupakan salah satu kelurahan yang berada di

kecamatan Kembangan, Jakarta Barat sehingga banyak terdapat fasilitas umum

yang tersedia, seperti pasar, lapangan bola, masjid, jalan raya, kantor pos,

puskesmas, bidan, sekolah dari mulai TK sampai dengan SMA, Wartel, Warnet,

dan lain sebagainya. Letak kelurahan Srengseng diapit oleh kota-kota lain di

sekelilingnya. Karena letaknya yang strategis itu, maka akses menuju ke

Srengseng sangat mudah. Banyak kendaraan yang dapat digunakan untuk menuju

ke sini mulai dari ojek, angkutan umum antar kota. Kelurahan ini salah satu

kelurahan yang berada di kota maju, penduduk yang sangat padat dan sudah tentu

berbagai fasilitas umum dapat di akses dengan mudahnya. Kelurahan ini memiliki

(46)

A. Identiifikasi Subyek Penelitian

1. Kasus 1

Rita adalah seorang gadis yang kini telah menginjak usia dua puluh tahun.

Rita telah mempunyai pacar, dan mereka pacaran di bawah restu orangtua.

Pacar Rita adalah teman satu sekolah waktu di SMA dulu. Mereka telah

menjalin hubungan selama 2 tahun. Rita dan pacarnya sama-sama datang

dari keluarga yang bercukupan secara materi.

2. Kasus 2

Vina remaja yang berusia 19tahun. Dia baru saja menjadi mahasiswa di

salah satu perguruan tinggi negri di Jakarta. Jarak rumah Vina dengan

kampus yang tidak terlalu jauh, maka Vina tidak tinggal di kost, dia tetap

tinggal dirumah orangtuanya. Di awal masa perkuliahannya Vina berhasil

memukau teman-teman dan dosennya sebagai gadis yang santun dan

menutup aurat. Latar belakang pendidikan Vina yang berasal dari

pesantren. Dan bahkan dari kecil Vina sudah dibiasakan dengan sekolah

agama. Vina berasal dari keluarga yang sederhana dan kuat pendidikan

agama.

(47)

3. Kasus 3

Rina seorang remaja yang berusia 21 tahun, lahir dalam keluarga yang

cukup secara materi dan keluarga yang menganut kebebasan dalam

berpikir dan bertindak. Tidak jauh berbeda dengan Rita, keluarga Rina

bukanlah keluarga yang menekan akan kepentingan pendidikan agama.

Rina adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara. Dan kini dia sedang menuntut di

salah satu perguruan swasta di Jakarta.

B. Deskripsi Kasus

1. Kasus 1

“Rita telah menjalin hubungan selama 2 tahun. Kebetulan Rita

tinggal di kost, dan Rita sangat mencintai Rendi dan begitu juga

sebaliknya. Rita sering datang ke kostnya Rendi, Rendi juga datang ke

kost Rita. Dalam kesempatan itulah mereka saling menumpahkan isi hati

masing-masing dan saling berjanji untuk setia walau dalam keadaan

apapun. Merekapun telah berjanji untuk membangun sebuah rumah jika

mereka selesai kuliah dan dapat kerja nantinya. Rita mengakui hampir

setiap hari mereka berduaan, bercumbu, hingga mereka terlena dan lupa

diri, mereka telah melakukan hubungan di luar batas. Dan hubungan

seperti ini sering mereka lakukan. Sampai akhirnya Rita sering bolos

kuliah. Rita juga sangat kecewa karena Rendi juga memilih untuk tidak

(48)

Semenjak mereka ambil keputusan untuk keluar dari kampus, Rendi

pulang ke kotanya, sedangkan Rita tetap menjadi anak kost, karena Rita

tidak mau orangtuanya tahu kalau dia sudah gagal kuliah. Rita masih

membohongi keluarganya kalau dia masih kuliah. Rita tidak harus pusing

masalah biaya sebab orangtuanya terbilang orang mampu. Pada awal

perpisahan mereka sering berhubungan lewat handphone dan email. Dan

Rita sesekali berkunjung ke rumah Rendi dan pernah menginap sekamar

bersama Rendi. Saat itu mereka mengulang melakukan hubungan lagi.

Namun setelah Rita jarang berkunjung, kabar Rendi sudah tidak pernah

terdengar lagi, apalagi mengharapkan dia datang menemui Rita.

Dulu Rendi pernah kerumah Rita dan sudah sempat dikenalkan

dengan orangtuanya, namun orangtua Rita tidak mengetahui hubungan

mereka sudah terlampau jauh. Rita sangat takut jika orangtuanya

mengetahui hal itu, karena itu saat ini Rita merasa sangat tertekan dan

sedih. Rita jadi curiga pada Rendi, mungkin dia sudah miliki gadis lain,

padahal Rita selama ini sudah coba untuk setia dan rela menyerahkan

dirinya sepenuhnya karena dia sangat mencintai dan takut kehilangan

Rendi. Pengorbanan yang dilakukan Rita selama ini pada akhirnya

membuat dia terjatuh dalam lubang ke gagalan dan kehancuran. Pada saat

ini Rita masih menggangur dan sering mengunci diri di kamar kosannya. ”

Setelah memperhatikan ungkapan dari kasus yang dialami oleh

(49)

sudah menghancurkan harapan orangtuanya. Cinta Rendi telah

membutakan Rita. Tapi penyesalan itu baru datang saat ini, ketika dia

sadar dia telah menghancurkan harapan dan kepercayaan orangtuanya.

Perasaan bersalah itu sering menghantui Rita belakangan ini. Rita saat ini

masih sangat bingung bagaimana harus keluar dari semua kisah

memalukan ini dan ingin memulai semua yang baru.

2. Kasus 2

“ Vina remaja yang berusia 19tahun. Di awal masa perkuliahannya

Vina berhasil memukau teman-teman dan dosennya sebagai gadis yang

santun dan menutup aurat. Latar belakang pendidikan Vina yang berasal

dari pesantren. Dan bahkan dari kecil Vina sudah dibiasakan dengan

sekolah agama, jadi bisa di maklumi kalau Vina berprilaku layaknya

wanita yang solehah. Namun semua itu tidak bertahan lama, sebagaimana

yang diluahkan oleh Vina pada penulis, pada saat kuliah dia sering merasa

beda dengan teman-teman yang lain. Teman-teman Vina bebas pacaran,

sedangkan Vina berbicara sama laki-laki aja bisa dihitung dengan jari.

Seiring waktu, Vina berteman akrab dengan Wati.

Wati seorang gadis yang peramah dan menyenangkan, namun dia

seorang mahasiswa yang nakal. Vina sering di ajak main dan bahkan

menginap di kosan Wati. Vina pernah mengajak Wati ke rumah dan

memperkenalkan kepada keluarganya, sikap Wati yang peramah dan

(50)

berteman dekat dengan Wati. Sedangkan sejak dari Vina kecil,

orangtuanya sering mengontrol dengan sapa Vina berteman. Saat ini

orangtua Vina kecelongan. Semakin hari Vina semakin dekat dengan Wati,

dan perlahan Wati memperkenalkan siapa dirinya pada Vina tanpa ada

rasa sungkan seperti di awal mereka dekat. Wati jujur akan dirinya yang

suka melakukan hal-hal yang tidak wajar bersama pacarnya.

Setiap hari Vina jadi tempat luahan cerita Wati. Tanpa di sadari

Vina yang tidak pernah kenal dengan pergaulan bebas mulai memendam

hasrat, ingin mencoba, dan merasakan hidup seperti Wati. Wati hidup

dengan kebebasan, sedangkan Vina sangat di kontrol oleh orangtuanya.

Jangankan pacaran dan keluar bersama laki-laki, untuk menonton televisi

saja Vina sangat dibatasi. Rasa ingin tahu dan mencoba itu semakin

menghampiri naluri Vina, walaupun pada awalnya Vina merasa sangat

takut, namun Wati memberi dukungan kepadanya, Wati mengenalkan

Vina pada temannya, dan pada akhirnya mereka pacaran. Jadi pada

intinya, mereka sering mengadakan kencan bersama pasangan

masing-masing.

Ringkas cerita, setelah beberapa waktu, Vina dan Wati berlibur ke

luar kota, dan mereka mengajak pasangannya. Vina beralasan pada

orangtuanya ada acara kampus ke sana, jadi Vina harus ikut. Tanpa

disadari oleh orangtuanya, Vina semakin hari semakin menunjukkan

(51)

ini tidak pernah dia tahu, dan dia merasakan itu sangat indah. Vina sudah

merelakan kesuciaannya dirampas oleh laki-laki yang baru dikenalinya.

Tidak lama kemudian, setelah dua bulan dari kejadian, Vina

merasa badan tidak enak. Dan dia tidak sadar kalau sudah 1bulan ini

haidnya tak kunjung tiba. Vina semakin resah, namun Wati memujuknya

semua itu tidak mungkin terjadi, liat saja dirinya yang sudah kesekian kali

melakukannya namun tidak terjadi apa-apa. Tetapi semua yang diyakini

itu menjadi mimpi buruk pada Vina dan keluarga. Vina akhirnya

mengetahui bahwa dirinya hamil disaat kandungannya menginjak 3bulan.

Vina berusaha menutupi dari keluarganya, pacar Vina mau

bertanggungjawab atas bayi tersebut. Karena tidak sanggup menutupi

keaiban yang ditanggungnya, maka Vina jujur kepada keluarganya. Sudah

tentu Vina siap dengan segala resiko yang akan dihadapi dan hukuman

yang diberikan keluarganya. Kekecewaan terpancar jelas dari raut wajah

orangtua Vina. Keluarga yang selama ini di junjung tinggi

kehoramatannya oleh penduduk sekitar, sekarang harus menangggung aib

yang sangat hina itu. akhirnya Vina menikah dengan laki-laki tersebut dan

sekarang sudah memiliki seorang putri cantik yang tidak pernah tahu dosa

(52)

3. Kasus 3

“ Rina seorang remaja yang berusia 21 tahun, mengaku pernah

melihat film-film porno, pada awalnya dia diajak oleh teman-temannya.

Perasaan yang timbul setelah menonton adalah senang ingin melakukan.

Rina mengakui melakukan senggama hampir setiap minggu, pasangannya

adalah kekasihnya sendiri yang dikenalinya beberapa tahun belakangan. Ia

tidak pernah malacurkan diri. Dalam berpacaran ia melakukan banyak hal,

mulai dari saling mengunjungi, berjalan berduaan, cium pipi, cium bibir,

pegang buah dada, pegang alat kelamin sampai senggama.

Rina berpendapat, hubungan seks di luar perkawinan adalah

normal. Seks adalah sesuatu yang indah, yang dapat dinikmati oleh setiap

orang. Tuhan yang menciptakannya. Asal mau tanggung resiko dan bisa

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan seks adalah normal. Tetapi

Rina tidak setuju seks bebas dengan tukar menukar pasangan. Tentang

dampak dari seks bebas, ia mengatakan tidak apa-apa, asalkan kehamilan

dicegah dengan obat atau alat kontrasepsi. Dan sekiranya terjadi

kehamilan yang tidak dikehendaki, maka kandungan itu digugurkan saja.”

C. Intepretasi Antar Kasus

Dari tiga kasus hasil penelitian yang dilakukan, merupakan contoh kasus

yang sedikit berbeda walaupun punya kesamaan yaitu kasus seks bebas pada

remaja. Dari penelitian ini , intepretasi antar kasus yang dilakukan oleh

(53)

Pada kasus seks bebas yang dialami Rita, sangat jelas bahwa

keluarganya terlalu memberikan kepercayaan dan tidak disertai kontrol yang

bagus. Orangtua Rita sangat menyayangi Rita yang menjadi putri tunggal

dirumahnya. Peneliti menilai, kebebasan yang diberikan orangtua Rita tidak

disertakan dengan kontrol yang baik. Perilaku seks bebas yang dilakukan Rita

adalah atas keterlewatan batasan pacaran antara dia dan pacarnya. Dan

hubungan yang sudah sangat jauh ini tidak diketahui oleh keluarganya.

Keterlanjuran yang dirahsiakan itu kini hanya dipikul sendiri oleh Rita, dan

dia merasa depresi sampai saat ini, Rita mengalami tekanan batin, karena

merasa dirinya sant bodoh dan hina. Seolah-olah dia sangat kotor. Perasaan

sesal dan kecewa ini sering menghantui dirinya.

Vina yang harus menanggung aib dan mencoreng nama baik keluarga

dengan mengandung anak di luar nikah. Kepolosan dan keluguannya membuat

dia salah langkah dan menghancurkan semua kesan positif tentang keluargnya

di depan masyarakat sekitar. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua Vina

adalah pendidikan yang sangat sarat akan pendidikan agama, dan bahkan Vina

sendiri alumni pesantren. Terjebaknya Vina dalam pergaulan yang salah

menjadi bukti bahwa sifat keras dan kontrol berlebihan dari orangtua juga

tidak bagus dalam perkembangan anak. Ini terjadi karena anak merasa tidak

pernah diberi kesempatan untuk mengenal hal-hal yang bersifat sensitif,

sehingga dia akan mencari tahu dari dunia luar. Vina merasa hidupnya

terkungkung sejak dari kecil, dan dia juga ingin merasakan kebebasan seperti

Gambar

Gambaran remaja dan seks bebas pada saat ini
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh permisif dengan sikap terhadap perilaku seks bebas pada remaja. 2) untuk mengetahui

Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh media sosial ( YouTube ) terhadap perilaku seks bebas remaja awal, madya, dan akhir di Yayasan Pendidikan X.. Metode: Jenis

Penelitian ini menerapkan metode deskriptif dengan data kualitatif dimana sumber data diperoleh dari wawancara mendalam dengan narasumber yang telah ditetapkan

Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh media sosial ( YouTube ) terhadap perilaku seks bebas remaja awal, madya, dan akhir di Yayasan Pendidikan X.. Metode: Jenis

Karakteristik responden terbanyak pada penelitian ini yaitu remaja dengan umur 14 tahun sebanyak 27 responden (30%) dan remaja umur 15 tahun sebanyak 18 responden (20%),

Adapun hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa (1) Terjadinya perilaku seks bebas pada remaja muslim religius disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : (a) Umumnya

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan wawancara yang mendalam dan observasi yang akan menggambarkan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap tiga (3) orang narapidana pria berusia 16, 18, dan 25 tahun. Ketiganya