BAB II KAJIAN PUSTAKA
D. Remaja
1. Pengertian Remaja
Siswa dalam penelitian ini memiliki batasan istilah, yaitu lebih
dikhususkan pada remaja awal yang kurang lebih berlangsung di masa
sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan
pubertal terbesar terjadi di masa ini. Masa remaja ini didefinisikan
sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri
memasuki masa dewasa (Santrock, 2007:20).
Remaja atau adolescence berasal dari kata kerja latin “adolescere”
yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Piaget menyatakan bahwa istilah
adolescence ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental,
emosional, dan sosial (Hurlock, 1990). Menurut Melly (1984) Remaja
adalah merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, di
mana seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lahi, tetapi juga
belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada
kanak-kanak menuju arah kedewasaan. Selain itu, WHO (dalam Sarwono,
2001) mendefinisikan tentang remaja sebagai berikut:
a. Individu yang berkembang dari pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mengalami kematangan secara
seksual.
b. Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak manjadi dewasa.
c. Terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Banyak ahli memberikan batasan tentang usia remaja. Sarwono
(2001) mengungkapkan bahwa batasan usia remaja di Indonesia adalah
antara 11 sampai 24 tahun dan belum menikah. Selain itu, Monks, dkk
(2004) membagi usia remaja ini dalam tiga bagian yaitu: masa remaja
awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa
remaja akhir (18-21 tahun). Dalam hal ini penulis lebih mengarahkan
kepada subjek masa remaja awal. Berbeda dengan pendapat Santrock
(2007), usia remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir
pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun.
Anna Freud menggambarkan masa adolecencia sebagai suatu
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan dengan
orang tua dan cita-cita mereka. Neidhart juga melihat masa adolecencia
dalam keluarga menuju ke kehidupan dengen kedudukan yang ”mandiri”
(Gunarsa, 2003).
Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa remaja merupakan proses perkembangan atau masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa untuk menuju
kehidupan yang lebih mandiri yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, kematangan psikologis dan terjadi
perubahan-perubahan organ seksual.
2. Tahap-tahap Perkembangan Masa Remaja
Perubahan organ-organ reproduksi yang semakin matang pada
remaja akan menyebabkan dorongan dan gairah seksual remaja yang
main kuat dalam dirinya (Dariyi, 2004). Remaja memasuki usia subur
dan produktif. Artinya, secara fisiologis, mereka telah mencapai
kematangan organ-organ reproduksi. Kematangan organ reproduksi
tersebut mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik
dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya
mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman
sebayanya. Selain itu, remaja harus belajar pola-pola tingkah laku sosial
yang dilakukan orang dewasa dalam lingkungan kebudayaan pada
masyarakat di mana mereka hidup (Meidina, 200)
Bloos (Sarwono, 2001) mengatakan bahwa terdapat tiga tahap
perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju
a. Remaja awal (12-15 tahun)
Tahap ini remaja merasa heran dengan perubahan-perubahan pada
tubuhnya beserta munculnya dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan tersebut. Mereka seperti terangsang dengan lawan jenis dan
mudah terangsang secara erotis.
Keadaan perasaaan emosinya juga sangat peka sehingga tidak
stabil. Remaja awal dilanda pergolakan, sehingga selalu mengalami
perubahan dalam perbuatannya. Remaja awal cenderung mempunyai
kepekaan berlebihan sehingga sulit dimengerti dan juga sulit mengerti
orang yang lebih dewasa.
b. Remaja Madya (15-18 tahun)
Remaja madya sangat membutuhkan kawan-kawan. Mereka
mempunyai kecenderungan mencintai diri sendiri dan menyukai
teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya.
c. Remaja akhir (18-24 tahun)
Tahap ini adalah masa menuju periode dewasa yang ditandai
pencapaian 5 hal, yaitu:
1) Minatnya yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan
pengalaman-pengalaman baru.
4) Egosentrisnya (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan sendiri dengan
kepentingan orang lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadi dari masyarakat
umum.
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Robert dalam bukunya Human Development and Education
(Melly, 1984) menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan remaja,
yaitu:
a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman
sebanyanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis
kelamin lain.
Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan
laki-laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa di antara orang-orang
dewasa. Mereka dapat berkerjasama dengan orang lain dengan
tujuan-tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan
pribadi dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.
b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin
masing, artinya mempelajari dan menerima peranan
masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan/ norma-norma masyarakat.
c. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya
d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang
tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungannya terhadap
orang tua atau orang lain.
e. Mencapai kebebasan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup
berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki.
Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanitapun tugas ini
berangsur-angsur menjadi tambah penting.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan. Artinya
belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakatnya dan
mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.
g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan
keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita ini harus dilengkapi dengan
pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga
(home management) dan mendidik anak.
h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya ialah,
bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki
pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi,
tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung
orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati
nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional
maupun nasional.
j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam
tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidupnya. Norma-norma tersebut
secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam menetapkan
kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang pencipta, alam
semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain;
membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara
nilai-nilai pribadi dengan yang lain.
Kesuksesan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada
suatu masa kehidupan tertentu akan mendatangkan keadaan di mana
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik. Keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang akan membuat seseorang
dapat melaksanakan tugas-tugas selanjutnya. Sebaliknya kegagalan
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan dalam masa
kehidupan tertentu dapat menyulitkan pelaksanaan tugas-tugas
perkembangan dalam masa kehidupan selanjutnya.
Mohammad Ali, dkk (2005: 12) mengatakan tugas-tugas
perkembangan remaja yang amat penting adalah mampu menerima
keadaan dirinya, memahami peran seks/jenis kelamin, mengembangkan
kemandirian, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial,
Selain itu tugas yang lain adalah belajar untuk memperoleh kemampuan
bersosialiasi, mengerti peranan sosial, tingkah laku secara sosial, serta
norma-norma sebagai pedoman hidup. Hal tersebut sangat berguna untuk
melakukan penyesuaian dengan kehidupan sehari-hari. Membentuk
hubungan sosial dengan teman sebayanya secara umum lebih cenderung
di mana individu banyak beraktivitas.
Tugas perkembangan tersebut harus mereka jalani dengan baik,
karena apabila tidak dijalani dan gagal maka dapat mempegaruhi
kehidupan sosialnya selanjutnya. Selain itu jika tidak dijalani dengan
baik, tidak sedikit remaja yang melakukan perbuatan antisosial maupun
asusila karena tugas-tugas perkembangan tersebut kurang berkembang
dengan baik, sebagai contoh jika siswa tidak memiliki pengetahuan dan
perkembangan norma yang baik serta rasa sosial dengan lingkungan tidak
baik maka ia cenderung melakukan tindakan mencontek.
4. Remaja Laki-laki dan Perempuan
Sang Pencipta menciptakan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan sesungguhnya memiliki tujuan yang jelas. Semua yang
diciptakan-Nya baik adanya. Kehidupan manusia dan maknanya dapat
mencapai hasil yang baik, maka perbedaan antara pribadi, perbedaan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan perlu dijajaki. Dalam hal ini,
pengetahuan mengenai perbedaan jenis kelamin ini dapat membawa
manusia menuju saling penyesuaian dan saling penyempurnaan,
pengetahuan dalam menjajaki proses penyesuaian dan penyempurnaan
untuk menjadi manusia yang baik.
Pemahaman tentang kepribadian manusia yang berdasarkan jenis
kelaminnya dan mempengaruhi perilaku dan nilai yang dikembangkan
oleh individu merupakan peran identitas jenis kelamin. Perkembangan
tersebut yang terjadi pada diri seseorang tidak bisa lepas dari unsur
biologis dan psikologis.
Kartono (1997:317) menyebutkan bahwa manusia diciptakan
menjadi dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Ahli gender yang
memiliki orientasi lingkungan yang kuat mengakui bahwa anak
perempuan dan anak laki-laki diperlakukan secara berbeda karena
perbedaan fisik mereka dan peran mereka yang berbeda dalam reproduksi
(Santrock, 2014:184). Lingkungan keluarga, terutama pola asuh kedua
orang tua memegang peran penting dalam menyikapi perbedaan ini.
Dengan pola asuh yang baik dan benar, seorang anak laki-laki dan
perempuan akan berperilaku sesuai dengan peran mereka masing-masing.
Secara pesikologis dan fisiologis ternyata laki-laki dan perempuan
mempunyai perkembangan yang berbeda. Seorang perempuan lebih
mempunyai sifat keibuan yang lemah lembut, berperasaan dan lebih
feminim. Sedangkan laki-laki mempunyai sifat yang maskulin, kasar, dan
lebih perkasa.
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang besar karena
perempuan. Oleh karena itu laki-laki cenderung lebih agresif dalam
menggapai cita-citanya daripada perempuan. Sifat perempuan berbeda
dengan laki-laki. Kepribadian seorang pria menunjukkan adanya
pembagian dan pembatasan yang jelas antara pikiran, rasio, dan
emosionalitas. Jalan pikirannya tidak dikuasai oleh emosi, perasaan
ataupun suasana hati. Perhatiannya lebih banyak tertuju pada pekerjaan
dengan kecenderungan mementingkan keseluruhannya dan kurang
memperhatikan hal-hal yang kecil (Gunarsa & Gunarsa, 1991). Dalam
beraktivitas pun seorang pria lebih agresif, lebih aktif dan tidak sabar
karena itu sifat pria lebih cenderung tidak mau menunggu, kurang tekun
dan kurang tabah dalam menghadapi kesulitan hidup dan cepat putus asa.