• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Remaja

1. Definisi Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin yaitu “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “ tumbuh menjadi dewasa”. Istilah

adolescence saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999).

DeBrun (dalam Rice, 2008) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Zakiah Darajad (1995) mendefinisikan remaja sebagai tahap umur yang datang setelah masa anak- anak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat yang terjadi pada tubuh

remaja luar dan membawah akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja. Hasan Bisri (1995) mengartikan remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.

WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Menurut Papalia, Old dan Feldman (2008), masa remaja adalah masa transisi kembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Monks (2004) juga membagi masa remaja ke dalam tiga tahap disertai karakteristiknya sebagai berikut:

Pada rentang ini, remaja sudah mulai memperhatikan bentuk dan pertumbuhan seksual dan fisiknya. Hal ini disebabkan karena pada masa ini remaja mulai mengalami perubahan bentuk tubuh dan perubahan proporsi tubuh.

b) Remaja Madya (15-18 tahun)

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Umumnya pada usia remja madya seseorang berintegrasi dengan sebayanya. c) Remaja akhir (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian:

1) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memutuskan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri snediri dengan orang lain. 5) Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum

2. Tugas Perkembangan Remaja

Havinghurst (dalam Hurlock, 1999, Bigner, 1994) secara umum menyebutkan tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu:

a) Memperluas hubungan antar pribadi dan komunikasi yang lebih baik dengan teman seusia dari sesama jenis kelamin maupun dengan lawan jenis kelamin. b) Mencapai peran sosial yang maskulin dan feminin.

c) Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang yang lebih dewasa.

e) Mencapai kepastian atau jaminan akan kemandirian ekonomi. f) Menyeleksi dan mempersiapkan pekerjaan.

g) Mempersiapkan diri untuk rencana pernikahan dan menghadapi kehidupan berkeluarga.

h) Mengembangkan kemampuan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan. i) Memiliki rasa tanggung jawab secara sosial.

Erikson (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2008) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self

yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2008).

3. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Remaja

Sesuai fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa

disebut juga sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata karma dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, perkembangan bahasa seseorang juga akan semakin meningkat. Perkembangan bahasa merupakan peningkatan kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi secara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat (Sunarto dan Hartono, 1995).

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dan terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Bersamaan dengan kehidupannya di masyarakat luas, anak remaja mengikuti proses belajar di sekolah. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat, khususnya teman sebaya, terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa remaja menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya (Sunarto dan Hartono, 1995).

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ditunjukkan dengan kemampuan dan pengetahuan remaja yang semakin bertambah tentang bahasa dan komunikasi. Remaja sudah mulai berpikir secara konseptual dan sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Remaja biasanya menghindari pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan kerahasiaan dalam berkomunikasi. Remaja juga semakin mengetahui apa yang diperlukannya untuk dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Ia sudah mulai memahami apa yang harus dilakukannya dalam

situasi-situasi komunikasi tertentu. Kemampuan remaja dalam berkomunikasi ditunjukkan dengan mampu berdiskusi membahas suatu masalah serta berdebat untuk mempertahankan pendapatnya. Pada masa ini, pola pikir remaja sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa (Monks, 2004).

Keinginan atau motivasi remaja untuk berkomunikasi juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena remaja harus dapat memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan orang lain sebagai salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhinya (Hurlock, 1999).

Dokumen terkait