• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Stres Pada Remaja

2. Remaja

a. Definisi dan Batasan Remaja

Istilah remaja sering dikenal dalam bahasa asing adolescence yang berasal

dari kata latin adolescere yang berarti to grow (tumbuh) atau to grow up to

maturity (tumbuh menjadi dewasa). Dikatakan tumbuh menjadi dewasa karena

merupakan jembatan antara anak-anak dan dewasa. Jadi masa remaja merupakan

masa transisi (peralihan) dari masa anak-anak ke masa dewasa (Hurlock, 1990).

Erickson (Gunarsa, 1984) mendefinisikan remaja dengan menitikberatkan

pada perkembangan psikis yang berlangsung pada masa tersebut, yaitu masa

terbentuknya suatu perasaan baru mengenai identitas dirinya yang mencakup cara

Bila dipandang dari segi perkembangan seksualitas, maka remaja

merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan yang meliputi

terjadinya perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi ego,

hubungan dengan orang tua dan cita-cita yang dikejarnya (Anna Freud dalam

Gunarsa, 1984).

Pada ilmu Kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti Biologi dan

Faal), remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan pada saat alat-alat

kelamin manusia mencapai kematangannya (Sarwono, 1989). Hal tersebut serupa

dengan pedoman yang digunakan oleh Hurlock (Gunarsa, 1984) dalam memberi

batasan umur bagi remaja yaitu berdasarkan pada tanda-tanda fisik yang

menunjukkan kematangan seksuil dengan timbulnya gejala-gejala biologis.

WHO pada tahun 1974, memberikan definisi tentang remaja yang lebih

bersifat konseptual (Sarwono, 1989). Pada definisi tersebut dikemukakan 3

kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yang secara lengkap

definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

Remaja adalah suatu masa di mana:

1). Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2). Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

3). Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun

sebagai usia pemuda (youth) dalam rangka menetapkan tahun 1985 sebagai Tahun

Pemuda Internasional (Sanderowitz & Paxman, dalam Sarwono, 1989). Santrock

(2003) sendiri memberikan batasan usia remaja yaitu 10/12 tahun sampai dengan

18/22 tahun.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja

merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai

dengan perkembangan psikologis, pertumbuhan alat-alat kelamin atau kematangan

seksuil serta peralihan lingkungan pergaulan sosialnya.

b. Tugas Perkembangan Remaja

Setiap orang dalam masa hidupnya selalu mempunyai tugas-tugas

perkembangan. Begitu pula dengan masa remaja yang juga mempunyai

tugas-tugas perkembangan sendiri. Tugas-tugas-tugas perkembangan remaja menurut

Havigurst (Gunarsa, 1984) adalah sebagai berikut:

1). Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik

pria maupun wanita.

2). Mencapai peran sosial pria dan wanita.

3). Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

4). Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

5). Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa

lainnya.

7). Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

8). Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi.

3. STRES PADA REMAJA

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Pada masa peralihan tersebut remaja mengalami perubahan dalam aspek

fisik dan psikologisnya. Remaja cenderung bersikap ambivalen terhadap

perubahan tersebut. Pada satu sisi remaja menginginkan kebebasan, tetapi di sisi

lain remaja takut untuk bertanggung jawab terhadap akibat yang dapat terjadi dan

juga remaja meragukan kemampuannya dalam mengatasi tanggung jawab

tersebut.

Pada saat remaja dihadapkan pada berbagai masalah, tuntutan, tugas-tugas

perkembangan serta tanggung jawab yang harus dipegangnya, remaja dihadapkan

pada suatu harapan masyarakat atau lingkungan di sekitarnya yang menginginkan

agar remaja dapat berhasil dalam mengatasi masalah, tuntutan maupun tugas-tugas

perkembangannya agar ia dapat diterima oleh lingkungannya (Hurlock, 1990).

Bila remaja tidak dapat memenuhi tugas tersebut maka ada suatu perasaan

tertekan yang menjadi suatu sumber timbulnya stres pada remaja. Hurrelman dan

Losel (Smet, 1994) menjelaskan stres sebagai suatu keadaan tegang secara

biopsikososial karena tugas-tugas perkembangan yang dihadapi orang sehari-hari

Goodyer (Smet, 1994) berpendapat bahwa pada setiap tahap

perkembangannya manusia dihadapkan pada tuntutan lingkungan yang spesifik,

sehingga ada stressor-stressor yang spesifik. Pada tahap perkembangan yang

berbeda, stressor yang sama dapat mempunyai arti yang berbeda dan memberikan

tingkat stres yang berbeda pula.

Menurut Watson (Zefanja, 1988) ada beberapa masalah pada diri remaja

pada umumnya yang dapat menjadi sumber stres pada saat remaja menghadapi

perubahan di masa peralihan yang sedang mereka jalani yaitu:

a. Kematangan Fisik. Secara tidak langsung bila remaja menuju dewasa, mereka

ingin mempunyai hak untuk bebas dan mengatur dirinya sendiri sehingga

mereka memberontak pada batasan-batasan dari orang tua.

b. Kesenjangan antar generasi. Remaja melawan kekuasaan orang dewasa karena

pertentangan pandangan antar kedua belah pihak. Hal ini dikarenakan

perbedaan latar belakang kehidupan yang menyebabkan adanya system nilai

yang berbeda.

c. Tingkat intelegensi yang rendah. Hal ini menimbulkan ketidaktahuan remaja

tentang apa yang baik dan yang buruk serta kurang dapat mengendalikan

emosinya.

d. Frustrasi yang terjadi karena adanya peraturan-peraturan, harapan-harapan dari

lingkungan yang harus diikuti oleh remaja.

e. Pengaruh lingkungan rumah. Pola asuh otoriter maupun permisif berasal dari

f. Pengaruh teman sebaya. Remaja lebih berorientasi pada kelompok teman

sebayanya. Mereka menyesuaikan diri dalam cara berpakaian, bertingkah laku

walaupun tidak sesuai dengan nilai-nilai dari orang tua mereka.

g. Pengaruh media masa. Pemberitaan atau pemuatan gambar-gambar pada

media masa tentang harapan masyarakat merupakan salah satu penyebab

tingkah laku remaja untuk memberontak, karena mereka beranggapan apa

yang dimiliki oleh kelompoknya ternyata kurang diakui oleh standar orang

dewasa.

h. Idealisme. Adanya idaman-idaman yang melambung dan membahagiakan

(unrealistic aspiration) mengakibatkan remaja memperlihatkan suatu

ketidaksenangan terhadap ketidakadilan.

i. Status sosial ekonomi. Adanya keterbatasan financial dan fasilitas dapat

menimbulkan perasaan kecewa serta iri yang dapat mengakibatkan

ketegangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Meer (Darley, Glucksberg & Kinchla,

1991) terhadap 172 remaja menunjukkan beberapa masalah yang secara signifikan

menjadi sumber stres pada remaja:

a. Gagal memperoleh nilai/ peringkat yang bagus dalam buku raport. (28%)

b. Pertengkaran antara kedua orang tuanya. (28%)

c. Penyakit serius yang diderita salah satu anggota keluarga. (28%)

d. Putus atau berpisah dengan pacar/kekasih. (24%)

e. Kematian dalam keluarga. (22%)

g. Pertengkaran dengan orang tua. (21%)

h. Menderita penyakit. (16%)

Berdasar penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum

masalah atau situasi yang dapat mempengaruhi timbulnya stres pada remaja di

masa peralihannya tersebut antara lain adalah:

a. Kematangan fisik, yaitu munculnya keinginan untuk bebas dan mengatur

dirinya sendiri dan memberontak pada batasan-batasan orang tua.

b. Kesenjangan antar generasi yaitu perbedaan pandangan dan latar belakang

kehidupan antara remaja dan orang dewasa (orang tua).

c. Tingkat intelegensi yang rendah serta nilai buruk.

d. Adanya rasa frustrasi karena peraturan yang ada dan tuntutan yang ditujukan

pada dirinya.

e. Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku dan nilai-nilai yang dianutnya.

f. Pengaruh lingkungan luar yaitu harapan masyarakat terhadap dirinya.

g. Idealisme dalam diri remaja berupa impian-impiannya yang tidak realistik

(unrealistic aspiration).

h. Status sosial ekonomi yaitu berupa jumlah financial dan fasilitas yang dimiliki

remaja.

i. Pengaruh lingkungan keluarga (masalah dengan orang tua, saudara atau

anggota keluarga lainnya), keluarga yang tidak harmonis dan kurangnya

perhatian yang diperolehnya.

k. Kehilangan seseorang yang disayanginya atau dekat dengan dirinya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres pada

remaja merupakan respon dari remaja sebagai hasil dari interaksinya dengan

lingkungannya terhadap situasi atau kondisi dan hal yang bersifat eksternal

(peristiwa, tuntutan dan masalah dari luar diri remaja yaitu keluarga, lingkungan

studi, tempat tinggal atau teman sebayanya) yang dianggap mengancam, menekan

atau mengganggu dirinya dan mengakibatkan terjadinya perubahan pada aspek

fisik, emosi, kognisi dan perilaku remaja.

Dokumen terkait