• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Aksi Jangka Panjang (2015-2025) :

Dalam dokumen ROADMAP INDUSTRI PETROKIMIA (Halaman 34-38)

Pusat Depperin,

VI. PROGRAM/RENCANA AKSI

6.2. Rencana Aksi Jangka Panjang (2015-2025) :

1. Meneruskan & meningkatkan diversifikasi sumber bahan baku dan sumber energi industri petrokimia.

2. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi.

3. Peningkatan kualitas SDM melalui trainning & standar kompetensi kerja nasional industri petrokimia.

4. Pemeliharaan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri petrokimia antara lain pelabuhan, jalan akses, dan utilitas.

Industri Inti

Produk Polimer

Industri Pendukung

Kondesat; Naphta; Gas Alam; Residu; Aromatic Centre; Olefin Centre

Industri Terkait

Produk Plastik; Tekstil; Coating/Painting Product; Speciality Chemical; Pharmacy ; Perlengkapan Otomotif ; Peralatan Listrik ; Karet Sintetis ; Serat Sintetis

Sasaran Jangka Menengah 2010 – 2014

1. Terpenuhinya pertumbuhan kebutuhan dalam negeri produk olefin sebesar 10-12 % per tahun; produk aromatik sebesar 8-10 % per tahun dan produk petrokimia C-1 sebesar 4-6 % per tahun.

2. Meningkatnya kapasitas industri olefin, yaitu ethylene menjadi 1,5 juta ton/tahun dan propylene menjadi 1,2 juta ton/tahun.

3. Meningkatnya kapasitas industri aromatik, yaitu benzene menjadi 900 ribu ton/tahun; paraxylene menjadi 1,6 juta ton/tahun; ortho-xylene menjadi 240 ribu ton/tahun dan toluene menjadi 200 ribu ton/tahun;

4. Meningkatnya kapasitas industri petrokimia C-1, yaitu ammonia menjadi 8,1 juta ton/tahun dan methanol menjadi 2,3 juta ton/tahun.

Sasaran Jangka Panjang 2015 – 2025

1. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu:

- Berbasis C1: pupuk NPK dari 700.000 ton/tahun menjadi 1,9 juta ton/tahun.

2. Terintegrasinya industri migas dengan industri petrokimia hulu, industri petrokimia antara dan industri petrokimia hilir melalui jaringan distribusi dan infrastruktur yang efektif dan efisien.

Strategi

Sektor : Peningkatan produksi guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri melalui diversifikasi produk, peningkatan nilai tambah, peningkatan kandungan lokal (bahan baku/penolong, peralatan

pabrik, jasa teknik dan konstruksi, jasa pendukung produksi), integrasi industri migas dengan industri petrokimia, restrukturisasi usaha (merjer dan akuisisi), dan promosi investasi industri petrokimia unggulan.

Teknologi : Meningkatkan litbang teknologi industri dengan memanfaatkan lisensi teknologi yang sudah habis masa berlakunya dengan inovasi dalam negeri serta pengembangan industri peralatan

pabrik.

Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah ( 2010 – 2014)

1. Revisi UU No. 22 / 2001 tentang Migas, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas, sebagai upaya pengamanan pasok migas nasional untuk bahan baku industri (sebagai tindak lanjut amandemen UU No. 22 / 2001 tentang Migas).

2. Mengupayakan insentif berupa split yang lebih besar bagi KPS yang memasok industri dalam negeri.

3. Proses Debottlenecking Unit Ethylene meningkatkan kapasitas produksi ethylene 30.000 Ton/Tahun.

4. Fasilitasi penerapan AICO (ASEAN Industrial Co-operation) scheme dan pengembangan Ethylene Cracker Unit PT. Titan Indonesia di Merak untuk mendukung industri polietilen pada tahun 2009.

5. Usulan kebijakan mengenai alokasi bahan baku dengan harga khusus yang diprioritaskan untuk industri petrokimia hulu;

6. Studi untuk mengkaji fasilitasi proses integrasi antara industri primer, petrokimia hulu, antara, dan hilir;

Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang ( 2015 – 2025)

1. Meneruskan & meningkatkan diversifikasi sumber bahan baku dan sumber energi industri petrokimia.

2. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi.

3. Peningkatan kualitas SDM melalui trainning & standar kompetensi kerja nasional industri petrokimia.

4. Pemeliharaan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri petrokimia antara lain pelabuhan, jalan akses, dan utilitas.

7. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri petrokimia antara lain pelabuhan, kereta api & aero-train, jalan akses, serta utilitas.

8. Revitalisasi 5 pabrik urea yang sudah tua, pembangunan 1 pabrik urea, pembangunan 5 pabrik compound, 6 pabrik amonia (terintegrasi dengan pabrik pupuk).

9. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi.

10. Peningkatan kualitas SDM melalui training dan kerjasama pihak industri dengan lembaga pendidikan/Perguruan Tinggi.

11. Promosi investasi industri petrokimia (pengembangan bahan baku industri plastik teknik) seperti polycarbonate, polyacetal, polyamide, ke negara a.l. Jepang, Korea dan China. 12. Pembentukan Working Group Klaster Industri Petrokimia, melalui kegiatan-kegiatan

pembahasan/evaluasi pengembangan industri petrokimia di wilayah klaster industri meliputi aspek bahan baku, teknologi, pemasaran, infrastruktur, sumber daya manusia, Corporate

Social Responsibility (CSR), pengelolaan lingkungan, manajemen tanggap darurat

(emergency response), sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah. 13. Pengembangan sistem informasi industri petrokimia.

14. Pembangunan centre of excellence industri petrokimia, yang mencakup aspek penyediaan, konservasi dan efisiensi bahan baku & energi, teknologi, pemasaran, infrastruktur, sumber daya manusia, Corporate Social Responsibility (CSR), kerjasama luar negeri, serta penerapan manajemen penanganan dampak Keselamatan, Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup (K3L) di lingkungan industri petrokimia.

15. Harmonisasi tarif bea masuk industri petrokimia dalam rangka AFTA maupun FTA.

16. New PP Plant (kapasitas 250.000 ton/tahun) yang terintegrasi dengan RCC Offgas to Propylene Project/Methatesis pada awal 2011 oleh Pertamina.

17. Kajian/bantuan teknik “Gas bumi melalui proses splitting untuk industri olefin dan aromatik”. 18. Dukungan berupa kajian/bantuan teknik untuk mengembangkan pusat Olefin berbasis pati

khususnya sagu di wilayah Riau yang akan dikembangkan oleh Mitsubishi Group.

19. Dukungan berupa kajian/bantuan teknik untuk mengembangkan pusat Olefin yang bahan bakunya berasal dari pati atau biomassa di wil.Banten yang akan dikembangkan oleh PT. Titan.

20. Mempercepat realisasi MOU antara PT. Pertamina /PT. Medco Energy dg PT. Pusri (holding) mengenai rencana pembangunan industri ammonia/urea dengan kapasitas global terintegrasi berbasis gas bumi, berlokasi di Sonoro (Sulawesi Tengah).

21. Mendorong perencanaan pembangunan infrastruktur industri petrokimia di Sonoro dan Papua Barat.

22. Pertemuan dengan instansi terkait untuk pengembangan, perawatan dan perawatan infrastruktur.

Unsur Penunjang Periodesasi Peningkatan Teknologi

a. Inisiasi 2004 – 2009 : Penguasaan lisensi teknologi (basic desain & detail desain);

b. Pengembangan Cepat 2010 – 2015 : Penguasaan pembuatan peralatan pabrik (industri manufaktur); c. Matang 2016 – 2025 : Aplikasi Penguasaan Teknologi proses melalui retrofitting

Pasar

a. Membangun jaringan pasar internasional. b. Meningkatkan efisiensi distribusi produk petrokimia c. Mengamankan pasar dalam negeri

SDM

a. Peningkatan kemampuan SDM di bidang petrokimia;

b. Peningkatan peran perguruan tinggi dan lembaga Litbang bidang petrokimia.

Infrastruktur

a. Mendorong investasi baru untuk kawasan industri yang kompetitif; b. Memberikan keringanan pajak untuk investasi baru

VI. KELEMBAGAAN

Eksportir Perusahaan Jasa Distribusi Perusahaan Industri Petrokimia Perusahaan Penghasil Bahan Baku

Perusahaan Penyedia Industri Penunjang, Perusahaan Penyedia Mesin Peralatan, Jasa Transportasi, Jasa Keuangan, Jasa Konsultasi

Produsen

Lembaga Litbang

INAPLAS, APKODI, APROBSI, APPI, AIFTA, ASRI Perguruan Tinggi

Asosiasi & Lembaga Litbang

Pemerintah Daerah

Badan Koordinasi Penanaman Modal Kement. Lingkungan Hidup

Kement. Ristek

Dept. Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Dept. Keuangan

Dept. Energi dan Sumber Daya Mineral Dept. Perdagangan

Dept. Perindustrian Pemerintah

Dalam dokumen ROADMAP INDUSTRI PETROKIMIA (Halaman 34-38)

Dokumen terkait