• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Situasi Bisnis

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten terluas di Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah mencapai 3 440.72 km2. Kabupaten Bogor berbatasan langsung dengan Provinsi Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kotamadya Depok, dan Provinsi Banten di sebelah utara yang merupakan pasar potensial untuk produk kesehatan. Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian 190-350 meter dari permukaan laut (mdpl), memiliki suhu udara rata-rata setiap bulannya mencapai 26 0C dengan suhu terendah mencapai 21.8 0C, dan kelembaban udara kurang lebih 70 persen. Curah hujan cukup tinggi di Kabupaten Bogor yaitu berkisar 3 500-4 000 mm per tahun pada bulan Desember hingga Januari. Kondisi lingkungan tersebut sangat cocok untuk tanaman pertanian kelapa.

Perencanaan bisnis dilakukan dengan target lokasi kecamatan penghasil kelapa terbanyak di Kabupaten Bogor yaitu pada lima kecamatan di wilayah Bogor Barat antara lain Kecamatan Leuwiliang, Ciampea, Cibungbulang, Rumpin, dan Pamijahan. Masing-masing kecamatan tersebut menghasilkan produksi kelapa yang dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5 Produksi kelapa lima kecamatan di Bogor Barat tahun 2013

No. Kecamatan Produksi (Ton/tahun)

1 Ciampea 1 167.88 2 Leuwiliang 1 059.68 3 Rumpin 997.65 4 Cibungbulang 983.03 5 Pamijahan 777.78 Total 4 986.02

Total produksi Kabupaten Bogor 16 208.40 Sumber: BPS Bogor (2013, diolah)

Produksi kelapa di lima kecamatan tersebut cukup besar dan wilayah antar kecamatan berdekatan satu sama lain. Jumlah total produksi kelapa tersebut sudah cukup untuk memenuhi kapasitas pabrik pengolahan VCO berkapasitas besar. Akan tetapi, pada perencanaan bisnis pengolahan VCO ini mempunyai kapasitas yang lebih kecil dan membutuhkan jumlah kelapa yang lebih sedikit. Pengambilan lima kecamatan dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahan baku lebih banyak dengan jumlah yang konsisten.

Produk VCO merupakan salah satu produk olahan kelapa yang mempunyai nilai jual tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri. Di luar negeri, VCO mempunyai nilai jual tinggi terutama di negara yang beriklim non tropis. Hal tersebut karena tanaman kelapa tidak dapat tumbuh di iklim tersebut. Permintaan yang tinggi di luar negeri juga karena kesadaran untuk menjaga kesehatan yang

22

tinggi. Berdasarkan hasil observasi, harga pada pasar luar negeri bisa mencapai $3.5 sampai $5 per kilogram VCO3. Harga tersebut setara dengan Rp45 500 sampai Rp65 000 per kilogram VCO dengan kurs mata uang satu dolar setara Rp13 000.

Harga di pasar dalam negeri bisa mencapai Rp35 000 sampai Rp50 000 untuk kemasan 100mL4. Harga di dalam negeri tersebut menunjukkan harga yang lebih besar dari harga ekspor karena harga di dalam negeri merupakan harga produk yang dijual setelah dikemas untuk dijual ke retail. Sedangkan harga ekspor tersebut merupakan harga VCO dalam bentuk penjualan curah.

Harga dalam negeri termasuk tinggi juga dipengaruhi oleh permintaan di dalam negeri yang tinggi. Masyarakat di Indonesia semakin memahami cara-cara untuk mencegah berbagai penyakit. Selain itu, sesuai fungsi VCO yang dapat mencegah berbagai penyakit termasuk penyakit yang mematikan sekaligus VCO akan mempunyai pasar dalam negeri yang baik. Sesuai dengan Kemenkes (2013), bahwa penyakit mematikan seperti HIV AIDS (Human Immunodeficiency Virus

dan Acquired Immune Deficiency Syndrome), kanker, dan diabetes semakin meningkat penderitanya juga banyak ditemukan di berbagai usia. Selain itu, Kemenkes (2013) juga menyebutkan bahwa penyakit mematikan tersebut dapat ditemukan di desa maupun kota dengan persentase penderita lebih tinggi berada di perkotaan. Berdasarkan hal tersebut, fungsi VCO sebagai obat dan pencegah terserangnya berbagai penyakit termasuk penyakit mematikan, mempunyai pasar yang baik. Sutarmi dan Rozaline (2006) mengatakan bahwa berbagai penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya dapat ditangkal dengan mengonsumsi VCO. Penyakit tersebut seperti HIV AIDS, flu burung, hepatitis, dan jenis virus lainnya. Selain itu, VCO dapat digunakan untuk mengatasi kegemukan, penyakit kulit, kanker prostat, jantung, darah tinggi, dan diabetes.

Pengolahan VCO berbahan baku kelapa mudah dilakukan bahkan oleh skala rumah tangga sekalipun. FAO (2006) menyebutkan bahwa skala usaha mikro pengolahan VCO dapat menggunakan peralatan manual atau semi-mekanis untuk produksi kurang dari seribu butir kelapa per hari. Sementara untuk skala usaha perkampungan, pengolahan VCO menggunakan peralatan semi-mekanis dan menggunakan kombinasi mesin pengolah bahan baku untuk menjadi VCO dengan kapasitas produksi mulai dari seribu sampai lima ribu butir per hari. Di samping itu, informasi mengenai pengolahan VCO dan berbagai informasi tentang kegunaan VCO telah ada pada berbagai media informasi, sehingga sangat mudah untuk mencari informasi yang dibutuhkan terkait dengan VCO.

Sebagai negara tropis, di Indonesia sudah banyak perusahaan yang mengembangkan perusahaan pengolahan VCO. Beberapa contoh perusahaan yang ada yaitu antara lain Herba Bagoes, PT Tri Tunggal Alfa Mandiri, CV Manna Anugerah Sejahtera, PT Nuraria Maju Bersama, CV Bonafide Anugerah Sejahtera, PT Amsi, Sumber Rejeki, PT Agro Restu, CV Cocos Coconut, dan CV Ahsan Global Pratama dan sebagainya5. Perusahaan pengolahan kelapa telah banyak berkembang di Indonesia, namun masih banyak perusahaan yang belum berbentuk

3

www.alibaba.com dan presentasi Market and Trade of Coconut Products, Bangkok, Thailand,

APCC 2013

4

www.tokopedia.com, www.alibaba.com, Sumber Rejeki

5

23 badan usaha koperasi, sehingga pemerataan kesejahteraan pada petani masih perlu ditingkatkan dengan adanya usaha dengan bentuk koperasi.

Target Bisnis

Target bisnis dari perencanaan bisnis pengolahan VCO dapat digambarkan melalui visi dan misi perusahaan. Visi merupakan sebuah pernyataan mengenai arah cita-cita yang ingin dicapai oleh sebuah perusahaan bisnis yang berdasarkan pemikiran logis sehingga perusahaan mampu berjalan fokus pada arah tersebut. Sedangkan misi merupakan suatu tindakan untuk mewujudkan visi. Miller (2008) menjelaskan bahwa misi rencana bisnis diletakkan langsung setelah bagian visi dan juga hanya terdiri atas satu kalimat atau satu paragraph. Bagian misi memiliki fokus yang lebih spesifik daripada bagian visi dan benar-benar mendefinisikan tipe bisnis yang sedang digeluti.

Perusahaan pengolahan kelapa menjadi VCO dibentuk sebagai koperasi dengan anggota koperasi yaitu petani kelapa yang ingin bergabung dengan koperasi. Bentuk koperasi tersebut akan mempunyai visi dan misi yang berlandaskan bisnis dan kepentingan atas dasar kebersamaan. Visi dari perusahaan pengolahan kelapa menjadi VCO yang berbentuk koperasi ini yaitu “menjadikan produk olahan VCO terjangkau oleh konsumen produk kesehatan di Indonesia”

Seperti dijelaskan di atas bahwa misi mengikuti visi atau menjelaskan mengenai tindakan yang harus dilakukan yang spesifik untuk mewujudkan visi. Misi pada perusahaan pengolahan VCO ini yaitu “Koperasi mampu menghasilkan produk berkualitas dan konsisten untuk kepentingan konsumen dan kesejahteraan anggota koperasi”. Misi tersebut merupakan garis besar dari kegiatan yang perlu dilakukan dan dicapai oleh perusahaan yang berbentuk koperasi. Berdasarkan misi tersebut, dapat dijabarkan hal yang harus dicapai perusahaan yaitu sebagai berikut. 1. Menjadi koperasi yang membina masyarakat dalam memproduksi tanaman

kelapa, menjadi pusat pengolahan kelapa menjadi VCO, dan pusat pemasaran produk VCO.

2. Mampu berproduksi dengan jumlah tertentu yang efisien untuk memenuhi permintaan pasar dan tetap menjaga kualitas produk sebagai produk kesehatan.

3. Mampu menyerap hasil panen masyarakat di lima kecamatan di Bogor Barat, serta mampu memasarkan produk VCO dengan kompetitif.

4. Menyejahterakan anggota koperasi dengan kenaikan penghasilan dan bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai pertanian kelapa.

Asumsi Dasar

Asumsi dasar pada perencanaan bisnis digunakan untuk memudahkan penggambaran berbagai situasi yang ada pada saat ini yang kemudian diterapkan

24

dalam proyeksi rencana bisnis pada aspek-aspek bisnis. Asumsi dasar juga membantu memudahkan penulis rencana bisnis untuk menghitung berbagai analisis keuangan.

Pada perencanaan bisnis pengolahan kelapa menjadi VCO digunakan beberapa asumsi dasar untuk menggambarkan jalannya usaha pengolahan dan perhitungan keuangan. Asumsi diawali dari keterangan pada subbab Gambaran Umum Tempat Bisnis, bahwa kelapa matang untuk produksi VCO didapatkan dari lima kecamatan yang mempunyai produksi kelapa cukup besar yaitu Kecamatan Ciampea, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Cibungbulang, dan Kecamatan Pamijahan. Beberapa kecamatan tersebut mempunyai lokasi yang cukup berdekatan, sehingga lokasi produksi VCO yang paling cocok yaitu bertempat di daerah Kecamatan Cibungbulang. Kecamatan Cibungbulang mempunyai lokasi yang berada di tengah dari lima kecamatan tersebut dan juga mempunyai kondisi yang tidak padat penduduk dan kondisi jalan yang baik.

Produksi VCO diasumsikan dilakukan selama 25 hari dalam sebulan untuk mendapatkan 3 200 liter VCO, sehingga dalam setahun dapat berproduksi sebanyak 38 400 liter VCO. Produksi tersebut dapat dipenuhi dari bahan baku sebanyak 549.1 ton per tahun yang artinya hasil panen lima kecamatan target lokasi cakupan usaha telah lebih dari cukup. Besaran hasil produksi dari bahan baku kelapa merupakan konversi dari satu butir kelapa menjadi VCO adalah sebesar 6.3persen6. Adapun harga bahan baku kelapa senilai Rp3 000 per butir secara merata selama sepuluh tahun umur bisnis.

Pada proyeksi keuangan, pemasukan pada tahun ke-dua hingga tahun ke- sepuluh dibuat sama karena diasumsikan pada tahun ke-dua telah dapat melakukan produksi sesuai target. Untuk tahun pertama, proses produksi belum dapat dilakukan secara penuh karena investasi peralatan dan bangunan yang belum sesuai target di awal tahun. Produksi penuh pada tahun pertama dilakukan pada bulan ke-sembilan, karena investasi alat dan bangunan sudah dipenuhi sesuai target. Asumsi untuk berbagai alat dan bahan produksi VCO dapat dilihat dalam Lampiran 1 sampai Lampiran 4. Selain itu, modal awal untuk menutupi pembelian barang investasi dan operasional pada bulan awal diasumsikan dari modal sendiri yang merupakan akumulasi dari modal sendiri dan dari investor.

Berdasarkan hasil survei harga VCO dalam negeri, harga penjualan tingkat produsen ditetapkan sebesar Rp12 000 per 75 mL. Harga tersebut ditetapkan di bawah harga pasar sebagai strategi harga yang dapat menarik konsumen. Harga tersebut menjadi harga produk yang juga ditulis dalam proyeksi keuangan. Selain itu, dalam proyeksi keuangan ditetapkan dengan umur bisnis selama sepuluh tahun. Pada sepuluh tahun tersebut, diasumsikan nilai-nilai dalam inflow maupun

outflow tidak mengalami perubahan, sehingga perhitungan selama sepuluh tahun menggunakan harga-harga dan besaran produksi yang sama pada setiap tahunnya.

Proyeksi keuangan yang direncanakan terdiri atas proyeksi arus kas dan proyeksi laba rugi. Discount rate pada proyeksi keuangan yaitu sebesar 7.5 persen sesuai discount rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pajak pada usaha pengolahan kelapa menjadi VCO dengan badan usaha koperasi ini ditetapkan hanya pajak penghasilan perusahaan pengolahan sebagai unit usaha. Sedangkan

6

25 pajak koperasi tidak dihitung. Unit usaha wajib membayar pajak karena seperti disebutkan oleh Dirjen Pajak (2012) bahwa koperasi yang sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil (600 juta), wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP (Penghasilan Kena Pajak) paling lambat akhir masa pajak berikutnya. Kemudian usaha koperasi memiliki perhitungan pajak sesuai skala produksi yang mencapai penghasilan bruto di atas Rp4.8 miliar, sehingga asumsi pajak yaitu 25 persen dari penghasilan kena pajak. Oleh karena itu, pajak penghasilan perusahaan yaitu penghasilan bersih perusahaan yang dikalikan 25 persen untuk yang kemudian ditambahkan pada outflow7.

Rencana Pemasaran

Rencana pemasaran dilakukan pada awal perencanaan bisnis untuk menggambarkan pasar yang berpotensi membawakan keuntungan dari bisnis yang akan dijalankan. Peluang pasar dianalisis untuk mengetahui pasar produk VCO dari data-data yang dapat menunjukkan kebutuhan pasar atau permintaan pasar. Setelah peluang pasar diketahui, rencana pemasaran menentukan tindakan untuk memasarkan hasil pengolahan VCO yang memperhatikan dua hal yaitu market selection dan marketing mix. Adapun merek VCO dalam perencanaan bisnis ini yaitu “Fresh VCO”.

Market Opportunities

Peluang pasar merupakan penjelasan mengenai besaran potensi pasar yang dapat menjadi acuan penjualan produk. Mendeskripsikan peluang sangat penting karena terkait dengan keyakinan bahwa produk akan dapat diterima oleh pasar atau tidak. Peluang pasar VCO dikaitkan dengan berbagai fungsi produk VCO. VCO populer dengan fungsinya sebagai pengobatan herbal dan kosmetik. Sebagai pengobatan herbal, VCO mempunyai kandungan yang dapat memperkuat sistem imun tubuh hingga menyembuhkan berbagai penyakit. VCO tidak memiliki efek samping yang buruk, sehingga VCO cocok untuk menu diet modern. Manfaat untuk kosmetik yaitu VCO mempunyai kandungan yang dapat mempercantik kulit, menghilangkan flek hitam, dan menjaga kelembaban kulit (Sutarmi dan Rozaline 2006).

VCO baik dikonsumsi bagi semua umur dan semua kalangan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit mematikan. FAO (2006) menyebutkan bahwa VCO mempunyai berbagai fungsi kesehatan yaitu antara lain:

1. MCFA (medium chain fatty) yaitu kandungan lemak rantai sedang yang setara dengan air susu ibu, sangat baik untuk mencegah penyakit pada bayi dan juga pada orang dewasa.

7

26

2. VCO mempnyai fungsi antimikroba dan antioksidan. 3. VCO meningkatkan sistem imun tubuh.

4. VCO mencegah penyakit jantung dengan meningkatkan HDL (high density lipoprotein) sehingga mampu membersihkan kolesterol yang menumpuk di tubuh untuk dibuang.

5. VCO membentuk perlindungan dari berbagai infeksi penyakit yang tidak mudah disembuhkan oleh obat-obatan yang telah ada.

6. VCO meningkatkan metabolisme tubuh dan mencegah penumpukan lemak sehingga terhindar dari obesitas.

7. VCO meningkatkan penyerapan vitamin dan mineral, serta menghalangi pembentukan kanker.

Peluang VCO sebagai produk kesehatan sangat besar karena di dalam negeri maupun di luar negeri, sudah banyak yang mengenal VCO. Di dalam negeri kasus penyakit mematikan yang seharrusnya dapat dicegah dengan VCO terus meningkat. Sebagai contoh, Kemenkes (2013) menyebutkan bahwa penemuan kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dan juga ditemukan di berbagai umur. Selain itu, Kemenkes (2013) juga menyebutkan diabetes dan kanker di Indonesia merupakan penyakit yang menyebabkan kematian terbesar di Indonesia. Kedua penyakit tersebut ditemui di berbagai daerah di Indonesia dengan presentase paling besar ada di perkotaan. VCO sebagai obat herbal dapat mencegah penyakit tersebut dan mempunyai peluang pasar yang besar dan akan terus meningkat.

Sebagai negara tropis dengan produksi kelapa yang melimpah, Indonesia cocok sebagai negara pengolah produk turunan kelapa termasuk VCO. Akan tetapi, Indonesia masih membutuhkan suplai dari luar negeri pada produk VCO. Tabel 6 menunjukkan bahwa Indonesia masih impor produk minyak VCO dan lainnya. Hal tersebut menjadi peluang bahwa di Indonesia masih membutuhkan produk VCO lebih banyak untuk menyuplai pasar dalam negeri.

Tabel 6 Impor minyak kelapa murni, zaitun, dan minyak sejenis lainnya oleh Indonesia pada tahun 2008-2011

Tahun Nilai ($ 000) Jumlah

2008 2209 648

2009 1735 468

2010 2481 601

2011 4209 974

Sumber: FAOSTAT (2015)

Market Selection: Segmenting, Targeting, Positioning 1. Segmenting

Perusahaan pengolahan kelapa menjadi VCO berproduksi hingga menjadi produk akhir dengan kemasan 75 mL per botol. Kemasan tersebut bermaksud di pasarkan langsung kepada konsumen akhir. Segmen untuk pasar VCO yaitu konsumen akhir pengguna obat herbal dari seluruh kalangan. Selain itu, harga

27 VCO dari perusahaan akan lebih murah yaitu Rp12 000 per botol karena produk yang dihasilkan dengan skala yang cukup besar.

Berdasarkan peluang pasar yang diterangkan, segmentasi pasar VCO sangat tepat bagi penderita penyakit HIV AIDS, diabetes, dan kanker maupun penyakit lainnya. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang banyak ditemui di Indonesia dan menyebabkan kematian yang cukup besar pada penderitanya. Selain itu, manfaat lain VCO yang sangat banyak baik untuk digunakan sebagai suplemen kesehatan sehari-hari. Selain itu, VCO juga dapat menjadi kosmetik untuk merawat kulit. Oleh karena itu, dengan kemasan 75 mL dan harga Rp12 000 per botol, maka produk diharapkan dapat dijangkau oleh semua kalangan yang membutuhkan pengobatan dan menjaga kesehatan.

2. Targeting

Target pasar untuk perusahaan ini yaitu produksi VCO untuk memenuhi pasar yang ada di Indonesia terutama di Jabodetabek dan sekitarnya. Target tersebut ditetapkan karena produksi yang dilakukan masih belum mencukupi untuk seluruh pasar. Pasar Jabodetabek merupakan pasar yang mudah diakses berdasarkan kedekatan dengan pusat produksi VCO yang berada di Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Selain itu, Jabodetabek merupakan pusat penduduk yang cukup padat, sehingga menjadi target pasar yang baik untuk produk kesehatan.

3. Positioning

Posisi produk merupakan produk akhir yang berarti langsung dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir tanpa diolah terlebih dahulu. Sesuai dengan manfaat dan harga yang direncanakan, VCO dari perusahaan ini membidik pasar di semua kalangan yang mempunyai kebutuhan akan kesehatan dengan harga rendah yang ditawarkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, produk dapat ditemukan pada banyak toko herbal.

Marketing Mix (4P) 1. Product

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan pengolahan yaitu kelapa menjadi produk akhir berupa VCO dengan masa kadaluarsa mencapai 12 bulan. Produk akhir tersebut dikemas dalam bentuk botol dengan ukuran 75 mL per botol. Produk dikemas dengan kemasan yang siap dikonsumsi oleh konsumen akhir. Label kemasan menggunakan keterangan manfaat produk yang dapat memudahkan pembeli untuk mengetahui kegunaan produk VCO. Keterangan detail produk terpisah dari label kemasan yang menjelaskan secara rinci kandungan dan manfaat VCO untuk penyebaran informasi yang lebih baik terkait dengan promosi. Keterangan pada label juga menunjukkan tanda sertifikasi BPOM (Badan Pengawas Obat dan Pangan) dari Departemen Kesehatan dan SNI dari Badan Standarisasi Nasional. Hal ini sesuai dengan Prawaka (2007) yang menyebutkan bahwa pertimbangan pelanggan membeli VCO karena telah mengetahui manfaat VCO dengan persentase 35 persen. Sedangkan pelanggan yang mementingkan perizinan Depkes sebesar 18 persen kemudian sebesar 13 persen mementingkan detail komposisi zat aktif yang bermanfaat.

28

Sesuai dengan peluang pasar VCO, produk hasil pengolahan tidak dikemas dalam bentuk lain atau sebagai campuran produk kecantikan. Perusahaan memfokuskan untuk mengolah kelapa menjadi VCO untuk mengincar peluang yang disebutkan. Produk VCO sesuai dengan pasar obat-obatan herbal yang cocok untuk menjaga dan memperkuat sistem imun pada manusia. Selain itu, produk VCO yang baik untuk kesehatan dan kecantikan kulit dapat dipakai langsung tanpa mengubah bentuk VCO dalam campuran sabun atau lotion. Penggunaan VCO untuk kecantikan bisa dioleskan begitu saja.

Sumber: www.indotrading.com

Gambar 4 Desain kemasan VCO Gambar 3 VCO dalam mangkuk

29 Produk dikemas dalam kemasan 75 mL dengan tujuan memperoleh konsumen lebih banyak, karena kecenderungan konsumen dalam mengkonsumsi obat-obatan dalam kemasan yang lebih kecil. Seperti yang ditunjukkan dalam Cahyani (2007) bahwa produk penjualan VCO oleh PT Bogor Agro Lestari yang paling tinggi adalah yang berkemasan paling kecil yaitu kemasan 125 mL dengan persentase 64 persen. Kemudian, dari hasil observasi di beberapa apotik, obat- obatan herbal banyak dikemas dengan kemasan yang kecil meskipun juga terdapat pilihan dengan kemasan yang lebih besar.

2. Price

Harga jual untuk produk akhir VCO yaitu ditetapkan sesuai dengan asumsi yaitu Rp12 000 per botol ukuran 75 mL pada tingkat produsen. Penetapan harga tersebut merupakan penetapan harga berdasarkan pesaing. Produk tersebut dibawah harga produk herbal di pasar yang saat ini berkisar Rp15 000 hingga Rp20 000 per botol ukuran 75 mL. Harga tersebut dimaksudkan juga untuk memperoleh pasar yang lebih baik sebagai strategi harga oleh perusahaan.

3. Place

Tempat produksi berlokasi di Kecamatan Cibungbulang. Sedangkan produk akan didistribusikan untuk memenuhi pasar Jabodetabek dan sekitarnya utamanya. Hal tersebut karena Jabodetabek terutama Jakarta mempunyai pasar yang ramai sesuai dengan peluang pasar yang dijelaskan untuk produk herbal dengan penduduknya yang cukup padat dan terpusat. Produk dapat didistribusikan dengan menggunakan beberapa cara yaitu pengiriman dari perusahaan atau dengan pihak distributor mendatangi perusahaan.

4. Promotion

Proses pemasaran yang mencakup kegiatan promosi dapat dilakukan dengan cara direct selling dengan perusahaan pedagang obat-obatan herbal. Dapat dilakukan kerja sama dengan perusahaan ritel yang saat ini banyak tersebar di daerah. Selain itu, dengan menggunakan website dapat membuka toko dengan sedikit biaya namun jangkauannya luas. Pelanggan yang membuka toko online dari perusahaan bisa mendapatkan harga yang lebih murah karena membeli langsung kepada produsen. Selain itu, pelanggan dapat menghubungi perusahaan yang menyediakan layanan konsumen.

Komunitas usaha sejenis, yaitu pengolahan kelapa, merupakan komunitas yang baik sebagai awal pemasaran dan juga sebagai sumber informasi bagi perusahaan. Berdasarkan hasil observasi, komunitas usaha jenis kelapa belum terbentuk, namun komunitas yang berhubungan dengan agribisnis kelapa cukup banyak. Komunitas tersebut antara lain Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia) dan The Green Coco Island.

Mengikuti pameran dapat meningkatkan penyebaran informasi mengenai produk VCO dari perusahaan. Hal tersebut cukup berguna untuk menjaga pemasaran produk dan bukan hanya saat pengenalan saja. Menurut Nuryanti (2011) yang menerangkan data penjualan VCO CV Genta Inhil selama 2006-2010 mengalami penurunan. Hal tersebut karena pada tahun awal yaitu 2006 hingga 2007 penjualan VCO meningkat karena promosi VCO melalui pameran-pameran.

Dokumen terkait