• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Sistem Sarana dan Prasarana (RIS)/Masterplan

BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPAEN KUTAI KARTANEGARA

5.3.1 Rencana Induk Sistem Sarana dan Prasarana (RIS)/Masterplan

Rencana sistem prasarana wilayah mencakup pengairan, telekomunikasi, energi listrik dan persampahan. Selanjutnya diuraikan pula rencana kebutuhan sarana sosial ekonomi yang terdiri dari sarana pendidikan, kesehatan dan peribadatan.

5.3.1.1 Rencana Sistem Prasarana Pengairan

Rencana sistem prasarana pengairan mencakup:

a. Sistem Prasarana Penyediaan Air Bersih, baik untuk permukiman maupun untuk keperluan industri dan kegiatan lainnya

b. Sistem Prasarana Irigasi Pertanian

Rencana Pengembangan Penyediaan Air Bersih Bagi Permukiman Tujuan pengembangan prasarana penyediaan air bersih adalah: a. Melayani wilayah perkotaan dan produksi tinggi.

b. Menciptakan tarikan perkembangan wilayah.

c. Melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas (tidak mencukupi kebutuhan).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara fisik, kimia dan biologis serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan

terutama pada jam puncak. Secara kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan biologis, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.

2. Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup.

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan aktivitas yang ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih di Kabupaten Kutai Kartanegara dikembangkan pada wilayah permukiman perkotaan dan perdesaan.

Rencana penyediaan air bersih untuk Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut: 1. Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM direncanakan melayani kawasan

perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun pusat pemerintahan. Daerah-daerah ini merupakan daerah yang menjadi kawasan perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari PDAM, direncanakan melayani daerah diluar kawasan perkotaan. Daerah ini meliputi daerah-daerah yang tidak termasuk dalam kawasan perkotaan Kabupaten Kutai Kartanegara. Untuk pengelolaannya dapat dilakukan oleh PDAM sendiri atau di serahkan kepada masyarakat dengan membentuk kelompok pemakai air.

3. Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat, sistem ini direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan dari PDAM.

Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Bagi Pertanian

Berdasarkan analisis produksi ekonomi wilayah, dimana dapat disimpulkan konsentrasi perkembangan produksi pertanian tanaman pangannya cukup tinggi (basis) meliputi Kecamatan Sanga-sanga, Kecamatan Kota Bangun, Kecamatan Loa Janan, Kecamatan Tengarong Seberang, Anggana dan Kecamatan Marang Kayu. Sehingga wilayah ini merupakan wilayah prioritas pelayanan prasarana irigasi. Untuk melayani aktivitas wilayah dalam rangka mendorong produksi pertanian, maka diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana irigasi, pada setiap kecamatan potensial produksi tinggi tersebut.

Wilayah prospektif, yaitu wilayah dengan potensi pertanian yang hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri sehingga dibutuhkan intervensi dan pengelolaannya agar dapat melayani kebutuhan ekspor. Yang termasuk wilayah prospektif pengembangan pertanian meliputi Kecamatan Loa Kulu, Muara Wis, Tenggarong, Sebulu dan Muara Badak, sehingga wilayah ini, merupakan wilayah prioritas pelayanan irigasi, dalam rangka menciptakan tarikan perkembangan pada wilayah (atau kecamatan) prospektif pertanian.

Jaringan irigasi diartikan sebagai upaya memanfaatkan air melalui perluasan irigasi guna mengembangkan penggunaan air, melindungi areal produksi dan menghindari kerusakan lahan

akibat banjir dan kekeringan serta mendukung pemanfaatan areal pertanian baru dan penyediaan air bagi masyarakat.

Rencana penyediaan air baku bagi pertanian adalah sebagai berikut:

1 Penambahan jaringan prasarana irigasi di Kecamatan Tenggarong Seberang dan Loa Kulu dengan karakteristik wilayah yang dilayani adalah wilayah yang memiliki potensial produksi pertanian tinggi.

2 Pengendalian terhadap pemanfaatan air baku yang dilayani oleh prasarana irigasi bagi kegiatan pertanian dilakukan dengan cara: a) inventarisai lahan, dan pemilik pertanian setra potensial kebutuhan air baku bagi kegiatannya; b) Menentukkan kapasitas air yang dapat digunakan oleh setiap pemilik pertanian dengan berdasarkan pada prinsip kesepakatan dan rasa adil bagi seluruh stakeholders; c) Memberikan sanksi bagi pemilik pertanian yang pemanfaatan air bakunya tidak sesuai dengan point b, sanksi diberikan sesuai dengan tingkat pelanggarannya dari teguran, disinsentif hingga hukuman pidana dan atau perdata. 3 Bagi kegiatan pertanian yang belum terlayani oleh prasarana irigasi akan tetapi potensial

produksi tinggi, maka kebutuhan air bakunya dapat dilayani oleh pembuatan sungai-sungai kecil yang dapat mengaliri lahannya.

4 Pembangunan sungai-sungai kecil terkait dengan poin 3 dilakukan dengan ketentuan: a) berdasarkan pada kesepakatan seluruh pemilik lahan yang terkait dengan pembangunan sungai; b) memperhatikan ketersedian air, dan dapat bersumber dari sungai utama dan atau mata air; c) memperhatikan kondisi topografi dan sifat air.

Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Bagi Industri

Berdasarkan hasil Analisis dimana pada akhir tahun Tahun 2017 diperlukan pengembangan industri dalam rangka menciptakan stabilitas ekonomi. Sementara itu, industri yang baru terlayani air baku adalah kawasan industri yang terletak di Tenggarong Seberang, Muara Jawa, Samboja, Sanga-Sanga, Sebulu dan Marang Kayu, karena mengembangkan sistem pengelolaan prasarana secara terpadu. Kondisi ini menunjukkan kurangnya pelayanan prasarana air baku bagi industri dibandingkan dengan kebutuhannya.

Rencana penyediaan air baku bagi industri adalah sebagai berikut:

1. Penambahan jaringan perpipaan oleh pemerintah untuk kepentingan industri.

2 Bagi kegiatan industri yang belum terlayani oleh prasarana perpipaan akan tetapi potensial produksi tinggi, maka kebutuhan air bakunya dapat dilayani oleh pembuatan sumur/pompa. 3. Pembangunan sumur dan atau pompa terkait dengan poin b dilakukan dengan kententuan; a) memperhatikan kapasitas air tanah yang ada; dan b) memperhatikan kondisi topografi dan sifat air.

4. Pengendalian terhadap pemanfaatan air baku yang dilayani oleh sumur dan atau pompa bagi kegiatan industri dilakukan dengan cara; a) inventarisasi unit industri, dan pemilik industri setra potensial kebutuhan air baku bagi kegiatannya; b) menentukkan kapaitas air yang dapat digunakan oleh setiap unit industri dengan berdasarkan pada prinsip kesepakatan dan rasa adil bagi seluruh stakeholders; c) memberikan sanksi bagi pemilik industri yang pemanfaatan air bakunya tidak sesuai dengan point 2, sanksi diberikan sesuai dengan tingkat pelanggarannya dari teguran, disinsentif hingga hukuman pidana dan atau perdata.

5.3.1.2 Rencana Sistem Prasarana Telekomunikasi

Konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kegiatan perkotaan) di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat di kecamatan Tenggarong, Kota Bangun, Samboja, Muara Badak dan Muara Jawa, sehingga wilayah ini merupakan wilayah prioritas pelayanan prasarana telekomunikasi. Terkait dengan hal tersebut, maka diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi untuk menunjang aktivitas di wilayah tersebut di seluruh kecamatan.

Wilayah prospektif (semi urban) meliputi Kecamatan Loa Kulu, Loa Janan, Sanga-Sanga, Anggana, Muara Wis, Muara Muntai, Muara Kaman dan Sebulu sehingga wilayah ini merupakan wilayah prioritas pelayanan telekomunikasi. Maka diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi dalam rangka menciptakan tarikan perkembangan pada wilayah semi urban.

Salah satu Indikator suatu wilayah tertinggal adalah belum terjangkaunya prasarana telekomunikasi atau telepon. Sementara itu, wilayah kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang terlingkup dalam wilayah yang terisolasi meliputi sebagian Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang. Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka prasarana telekomunikasi merupakan kebutuhan yang harus dapat terpenuhi pada wilayah ini. Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi pada wilayah tersebut, sehingga akan menciptakan tarikan perkembangan yang dapat menunjang aktivitas sosial-ekonomi wilayah tersebut.

Pembangunan SST didalam upaya mewujudkan pelayanan telekomunikasi, dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pembiayaan dan atau investasi, kemampuan masyarakat untuk membayar dari pelayanan fasilitas tersebut dan ketersediaan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung pembangunan prasarana telekomunikasi tersebut seperti; jaringan jalan, pusat permukiman, dll. Tingkat pendapatan per kapita setiap kecamatan yang ada menunjukkan keragaman dan nilai yang berbeda.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka target pelayanan disetiap wilayah kecamatan perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada, yaitu potensi serta kendalanya. Target pelayanan pembangunan SST hingga tahun 2017 adalah:

1. Kawasan perkotaan (urban) dengan target pembangunan SST adalah 70-90%. Kecamatan dengan tipologi kawasan perkotaan pada tahun tahun 2017 adalah Samboja, Muara Jawa, Kota Bangun, Tenggarong Seberang dan Muara Badak.

2. Kawasan perdesaan (rural) dengan target pembangunan SST adalah 60-70%. Sementara itu, kecamatan dengan tipologi kawasan perdesaan pada tahun tahun 2017 adalah Kecamatan Loa Janan, Sebulu, Muara Kaman, Muara Wis, Muara Muntai, Anggana, Loa Kulu, Marang Kayu.

Berdasarkan permasalah yang terjadi, maka rencana pengembangan prasarana telekomunikasi adalah sebagai berikut:

1. Penambahan Jaringan telepon rumah di wilayah yang termasuk kawasan perkotaan. 2. Penambahan telepon umum dan wartel di pusat permukiman perdesaan, baik dengan

jaringan kabel dan nirkabel.

3. Pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nirkabel di wilayah-wilayah tertinggal/terisolasi.

5.3.1.3 Rencana Sistem Prasarana Energi

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diperlukan penambahan kapasitas pembangkit. Penentuan lokasi pembangunan pembangkit harus mempertimbangkan lokasi sumber bahan bakar/penggerak, lokasi gardu induk dan jaringan transmisi serta lokasi beban. Pertimbangan yang tidak kalah pentingnya saat ini adalah aspek lingkungan, apakah pembangkit yang akan beroperasi tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap tingkat pencemaran serta apakah kontribusi tersebut masih dapat ditoleransi apabila lokasi pembangkit tersebut berada di pusat beban, atau kawasan berpenduduk padat. Arahan untuk mengatasi "krisis listrik" dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:

1. Membangun pembangkit baru

2. Membeli ekses daya dari pembangkit captive

3. Melaksanakan rehabilitasi dan mengaktifkan kembali secara terseleksi pembangkit yang rusak dan RSH (Reserve Shutdown)

A. Perencanaan Pembangkit Sistem Mahakam

Rencana penambahan pembangkit di Sistem Mahakam di samping untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan beban juga untuk memenuhi tambahan beban akibat perluasan area layanan sehubungan dengan dieselization of isolated system (perluasan jaringan transmisi).

Rencana pembangunan pembangkit dalam kurun waktu sampai dengan 10 tahun yang akan datang antara lain perluasan PLTGU Tanjung Batu Tanjung Batu 40 MW, Pembangunan PLTGU Cita Contract di Tanjung Batu 20 MW oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang direncanakan tahun 2006 dan 40 MW tahun 2008. Dengan penambahan pembangkit ini diharapkan sampai 10 tahun ke depan wilayah kerja Sistem Mahakam dapat terlayani.

B. Perencanaan Pembangkit Sistem Kota Bangun

Untuk mengantisipasi keterbatasan kapasitas pembangkit pada sistem Kota Bangun yang merupakan sistem isolated direncanakan penambahan pembangkit dengan beberapa rencana yaitu:

1. Mengembangkan pembangkit tanpa penambahan grid.

2. Perencanaan pengembangan pembangkit harus disesuaikan dengan penggabungan beberapa ULD ke sistem Kota Bangun. Pembangkit yang ada di ULD di tiga kecamatan yaitu ULD Muara Muntai, ULD Kahala, ULD Genting Tanah dihapus. Kapasitas terpasang pembangkit di beberapa ULD tersebut adalah 1,664 MW.

Untuk keperluan jangka panjang dalam rangka mengantisipasi kesulitan bahan bakar minyak dan diversifikasi energi perlu dikembangkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Tabang yang dapat melayani Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang. Berdasarkan pertimbangan

tersebut agar segera dibuat Feasibility Study dan dilanjutkan dengan pembangunan secara bertahap apabila ternyata proyek ini layak secara ekonomis, teknis dan lingkungan.

5.3.1.4 Rencana Sistem Prasarana Persampahan

Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2017 diperkirakan 820.904 jiwa. Implikasi perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan sampah. Agar dapat melayani pelayanan sampah pada tahun 2017, maka diperlukan penambahan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang antara lain meliputi alat angkut sampah, kontainer/TPS, sistem transfer depo dan TPA. Sementara itu wilayah dengan konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kawasan perkotaan) meliputi Kecamatan Tenggarong, Samboja, Tenggarong Seberang, Kota Bangun, Muara Jawa dan Muara Badak merupakan wilayah potensial produksi sampah sehingga menjadi prioritas pelayanan prasarana persampahan. Penanganan persampahan direncanakan dikelola perkota atau kecamatan. Timbunan sampah di Kabupaten Kutai Kartanegara sampai dengan akhir tahun perencanaan akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Arahan recana sistem pengelolaan persampahan disesuaikan dengan sistem perwilayah yang ada.

Merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penentuan lokasi TPA hal-hal atau faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi TPA antara lain:

1. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan daerah 2. Jenis tanah kedap air

3. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian 4. Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun

5. Tidak membahayakan atau mencemari sumber air 6. Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km

7. Merupakan daerah yang bebas banjir.

Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainnya dalam menentukan lokasi dan jenis TPA adalah: 1. Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah

2. Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan

3. Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah

4. TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualifikasi antara lain:

▪ Tidak menimbulkan bau

▪ Dapat minimalkan bahaya terhadap kesehatan, karena insect (lalat) dan roden tidak dapat berkembang biak

▪ Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran kecil

▪ Kebutuhkan lahan relatif kecil

▪ Setelah kapasitas TPA penuh, dalam beberapa jangka waktu tertentu lokasi TPA dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya, seperti taman, tempat rekreasi, lapangan olah raga, dan lain-lain.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan TPA di Kecamatan Muara Kaman, Muara Wis, Muara Jawa da Muara Badak 10 Ha untuk melayani setiap Wilayah Pembangunan.

2. Penambahan jumlah TPS, dan perluasan jangkauan pelayanan terutama di Kecamatan- kecamatan yang memungkinkan.

3. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah kering).

4. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah Controlled Landfill dan open dummping. 5. Peningkatan kesadaran (peranserta) masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. 6. Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang sampah menjadi

produk-produk yang berdayaguna.

7. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan, terutama diwilayah perkotaan.

8. Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah sampah tersebut.

9. Re-design Tempat/Lahan Pembuangan Akhir yang ada untuk mencegah akibat yang ditimbulkan kedepan.

10. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah sembarangan, sistem restribusi sampah, tarif pengelolaan dan lain-lain.

11. Frekwensi pelayanan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut :

▪ Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat Kabupaten, kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan daerah komersil.

▪ Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman teratur.

▪ Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran Kabupaten.

5.3.1.5 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial Ekonomi

Rencana pengembangan sarana dan prasarana telah mengacu pada kaidah stándar pelayanan minimun sarana pelayanan umum. Dasar perhitungan rencana kebutuhan sarana dan prasarana adalah proyeksi jumlah penduduk dan standar tingkat pelayanan minimum dari masing-masing fasilitas dan prasarana dasar wilayah.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dilakukan, maka diperoleh prediksi jumlah penduduk tahun 2005 adalah 531.039 jiwa, 2011 adalah 677.035 jiwa dan pada akhir tahun perencanaan (2017) adalah 820.904 jiwa.

A. Rencana Pengembangan Fasilitas Pendidikan

Pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Kutai Kartanegara tidak terlepas dari usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta strategi Strategi pokok yang terkait dengan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan publik dengan meningkatkan mutu dan jumlah sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Kondisi sarana pendidikan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara telah tersedia di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), pendidikan menengah (SMP, SMU, SMK) sampai Perguruan Tinggi/Universitas.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka rencana pengembangan sarana pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan sarana pendidikan tetap dilakukan, terutama di wilayah pengembangan perumahan baru dan daerah yang belum terjangkau pelayanannya dengan skala pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Adapun jenis sarana pendidikan yang dikembangkan terutama di daerah permukiman baru meliputi pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Perguruan Tinggi (PT). Selain itu juga akan dikembangkan dengan pembangunan Sekolah Kejuruan Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Untuk sarana pendidikan diarahkan juga dengan penambahan tenaga pengajar untuk semua tingkatan.

3. Sarana pendidikan TK akan diarahkan pembangunannya pada semua wilayah yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, peletakan akan dilakukan pada pusat lingkungan sebagai pengikat. Pengembangan sarana pendidikan yang berupa Taman Kanak-Kanak (TK) akan dikembangkan di seluruh wilayah perencanaan. Kebutuhan TK berdasarkan jumlah pada kondisi eksisiting dan proyeksi pada Tahun 2017 mencapai 826 unit dengan total lahan 104.4 Ha.

4. Sarana pendidikan SD dan diarahkan pembangunannya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan hasil prediksi, maka pengembangan sarana pendidikan pada akhir tahun perencanaan Tahun 2017 adalah sejumlah 707 unit dengan kebutuhan lahan seluas 254.52 Ha.

5. Sarana pendidikan SMP, SMA/SMK akan diarahkan pembangunannya sesuai dengan kebutuhan dan pembangunannya diarahkan di kota kecamatan dan pusat pertumbuhan. Pengembangan sarana pendidikan SMP sampai dengan SMU/SMK sebanyak 171 unit dan 170 unit dengan kebutuhan ruang masing-masing seluas 82.08 Ha dan 81.6 Ha.

6. Sarana pendidikan perguruan tinggi/universitas diarahkan pembangunannya sesuai kebutuhan dan diarahkan pembangunannya di kabupaten. Adapun hasil prediksi kebutuhan perguruan tinggi/universitas di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 12 unit dengan kebutuhan ruang sebesar 120 Ha.

B. Rencana Pengembangan Fasilitas Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan merupakan sarana dan prasarana penting untuk menunjang kehidupan penduduk. Selain pemenuhan kebutuhan pelayanan, perlu diperhatikan pula mengenai distribusi dan alokasi penyebaran sarana kesehatan di wilayah perencanaan. Hal ini disebabkan sarana tersebut harus dapat dicapai dengan cepat dan mudah dari setiap lingkungan perumahan supaya pertolongan untuk pengobatan dapat dilakukan segera mungkin.

Kebutuhan akan sarana kesehatan untuk masa datang akan berdasarkan tingkat pertumbuhan dari masing-masing wilayah, untuk semua jenis sarana perlu penambahan. Sedangkan untuk puskesmas telah memenuhi kebutuhan hanya perlu adanya peningkatan skala layanan. Adapun rencana pengembangan sarana kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pengembangan sarana kesehatan berupa Rumah Sakit terdapat penambahan sebanyak 2 unit, dimana dalam hasil prediksi 2 unit tersebut di tempatkan di Kecamatan Kembang Janggut dan Loa Janan. Secara keseluruhan luas kebutuhan ruang untuk sarana kesehatan Rumah Sakit adalah sebesar 34.56 Ha.

2. Rencana pengembangan sarana kesehatan berupa puskesmas dan puskesmas pembantu tidak mengalami perubahan, dikarenakan kondisi yang ada masih mencukup untuk kebutuhan masyarakat. Hanya saja dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Kebutuhan ruang untuk Puskesmas dan Puskesmas Pembantu adalah 10,8 Ha dan 25,4 Ha.

C. Rencana Pengembangan Fasilitas Peribadatan

Pola pengembangan sarana peribadatan mengacu pada kondisi eksisting yang telah ada, dengan penambahan pada pengembangan daerah baru. Rencana sarana peribadatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Untuk sarana peribadatan yang berskala lokal seperti mushola dan mesjid lingkungan, gereja, vihara maupun kelenteng untuk kebutuhan yang akan datang lokasinya tidak ditentukan, hal ini disebabkan sarana peribadatan tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan struktur ruang secara keseluruhan.

2. Kebutuhan sarana peribadatan yang akan dikembangkan akan disesuaikan dengan peraturan dan deregulasi yang berlaku pada masing-masing daerah.

3. Untuk Masjid kebutuhan sampai akhir tahun perencanaan 2017 dibutuhkan sebanyak 533 unit dengan luas 15.99 Ha.

4. Untuk Gereja Katholik dan Protestan, Klenteng dan Vihara pengembangannya akan diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan prosedur yang berlaku.

Untuk mengetahui beberapa sarana yang dibutuhkan dan dikembangkan serta indikator programnya. dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5-6

Longlist Kebutuhan Pembangunan Sarana di Kabupaten Kutai Kartanegara

No Kawasan Permasalahan Kebutuhan

Sarana Indikator Program

1 Seluruh Wilayah Pembanguna n

Kurang meratanya pembangunan sarana pendidikan

Sarana Pendidikan

▪ Penambahan sarana pendidikan sesuai hasil proyeksi kebutuhan

▪ Rehabilitasi sarana pendidikan Beberapa fasilitas yang mengalami

kerusakan 2 Seluruh

Wilayah Pembanguna n

Kurang meratanya pembangunan sarana kesehatan

Sarana Kesehatan

• Penambahan sarana pendidikan sesuai hasil proyeksi kebutuhan

• Rehabilitasi sarana kesehatan Beberapa fasilitas yang mengalami

kerusakan 3 Seluruh Wilayah Pembanguna n

Kurang meratanya pembangunan sarana peribadatan Sarana Peribadatan • Penambahan sarana peribadatan sesuai hasil proyeksi kebutuhan

• Rehabilitasi sarana peribadatan Beberapa fasilitas yang mengalami

kerusakan

No Kawasan Permasalahan Kebutuhan

Sarana Indikator Program

4 Seluruh Wilayah Pembanguna n

Masih belum terarahnya tujuan pengembangan dan fasilitas perdagangan dan jasa Perdagangan dan jasa • Pengembangan kualitas hasil produksi • Pengembangan

perdagangan internal dan regional • Pengembangan sektor- sektor jasa • Penyediaan sarana perdagangan (mall/pasar/toko/kios) Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 (Diolah)

Dokumen terkait