• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia adalah air bersih. Air bersih merupakan sumber air baku bagi pemenuhan derajat kesehatan manusia. Pada

konteks kehidupan di wilayah perkotaan dan pedesaan, saat ini kualitas air bersih sebagai sumber baku air minum menjadi semakin langka. Untuk itu, melalui PP Nomor 16 Tahun 2005, pemerintah mengamanatkan PDAM dan pihak terkait lain yang bergerak dalam bidang usaha sejenis, agar (baca: sudah/harus) memproduksi dan mendistribusikan air bersih dengan kualitas air minum. Bahkan, pemerintah menginginkan hal itu sudah harus diwujudkan tahun 2010 ini juga. Maka, seperti air kemasan yang marak saat ini (dapat langsung diminum tanpa dimasak lebih dahulu), diharapkan air PDAM pun, sudah harus dapat langsung diminum dari keran.

Pada konteks RPIJM, Direktorat Jenderal Cipta Karya – Departemen Pekerjaan Umum (Sub Bidang Air Minum), memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum di pedesaan maupun perkotaan. Selain itu juga meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan PS Air Minum.

Melalui peningkatan pelayanan air minum di pedesaan maupun perkotaan, maka langkah awal untuk mendukung suksesnya amanat Undang-Undang No. 16 Tahun 2005 di atas, dapat dicapai.

Pertanyaannya, sejauh mana potret kondisi air minum saat ini dan sebelumnya? Potret air minum pada tahun 2005 menunjukkan kinerja belum signifikan. Pelayanan air minum perpipaan di perkotaan baru tercover 42%, sedangkan di pedesaan baru 9%. Sementara itu akses air minum non perpipaan yang terlindungi sudah mencapai hasil baik, yaikni 61%. Target pemerintah ke depan meningkatkan akses non perpipaan menjadi terlindungi dengan target, untuk perkotaan 60% dan pedesaan 30%. Sedangkan air minum tak terlindungi turun dan meningkat menjadi perpipaan.

Pada tahun 1990 cakupan pelayanan perpipaan baru 14,11%, sedangkan pada tahun 2004 cakupan pelayanan melalui perpipaan 18% (39,4 juta jiwa). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur air minum secara nasional tidak mampu mengimbangi perkembangan penduduk. Kendala yang menyebabkan rendahnya pelayanan, antara lain adalah aspek kualitas dan cakupan, aspek kelembagaan dan perundang-undangan, aspek pendanaan, peran masyarakat, dan air baku.

Upaya yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah saat ini, antara lain:

 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kawasan MBR

 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Pedesaan (desa rawan air/pesisir/terpencil.

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk menjamin setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal pelayanan air minum yang dibutuhkan masyarakat tidak dapat diwujudkan oleh BUMN atau BUMD, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat membangun sebagian atau seluruh PS SPAM yang pelaksanaannya oleh Badan Layanan Umum (BLU). BLU – SPAM, adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa Penyediaan Air Minum yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Tantangan yang dihadapi pada masa kini maupun yang akan datang, adalah menjaga keberlangsungan investasi Sistem Penyelenggaraan Air Minum yang sudah dibangun khususnya sarana penyediaan air minum, secara efektif dan efisien.

a. Kondisi Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di lokasi perencanaan RPIJM Bidang PU Cipta Karya Kabupaten Kotawaringin Timur; untuk pemenuhan kebutuhan air minum menggunakan prasarana yang telah disiapkan oleh PDAM, kecuali pada 2 (dua) kecamatan, yaitu: Kecamatan Pulau Hanaut dan Kecamatan Teluk Sampit.

Tabel 4.8 Kondisi Prasarana Air Minum pada Lokasi Perencanaan RPIJM Tahap I

No. Kecamatan

Prasarana Air Minum Sumber Air Bersih Visualisasi 1. Mentaya Hilir Selatan (Samuda) PDAM, Air Sungai, Air Hujan 2. Teluk Sampit Sumur Gali, Air Hujan 3. Pulau Hanaut Air Sungai, Air Hujan

Air Sungai di-supply dari Wilayah Kec. Mty. Hilir Selatan dan Mty. Hilir Utara

Lanjutan Tabel 4.8 Kondisi Prasarana Air Minum pada Lokasi Perencanaan RPIJM Tahap I

No. Kecamatan Prasarana Air Minum

Sumber Air Bersih Visualisasi 4. Mentaya

Hilir Utara (Bagendang)

PDAM, Air Sungai, Air Hujan

5. MB. Ketapang

PDAM, Air Sungai, Air Hujan

6. Baamang PDAM, Air Sungai, Air Hujan

3. Seranau PDAM, Air Sungai, Air Hujan

Tidak Berfungsi

b. Permasalahan Yang Dihadapi

1. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana Sarana (PS) Air Minum Salah satu pendekatan fokus Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana Sarana (PS) Air Minum, adalah dengan berbasis kondisi eksisting. Dalam hal ini adalah, kondisi eksisting di wilayah perencanaan RPIJM Tahap I.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan input data, maka dapat disimpulkan permasalahan Air Bersih (Air Minum) di Lokasi Perencanaan RPIJM Bidang PU/ CK Tahap I – Kabupaten Kotawaringin Timur; sebagai berikut:

 Kapasitas pelayanan PDAM belum optimal. Saat ini hanya mampu melayani sebesar rata-rata 62% (Rendahnya kemampuan daya beli masyarakat. Walaupun struktur tarif sudah dipatok di bawah harga tarif pokok.

c. Rekomendasi

Berikut beberapa, rekomendasi yang penting untuk dipertimbangkan:

1. Menyempurnakan dan menambah utilitas instalasi produksi dan jaringan untuk dapat dioptimalkan meningkatkan kualitas air bersih layak minum dan untuk mengembangkan pelayanan.

2. Memperbaiki sistem distribusi dari sistem distribusi pemompaan menuju gravitasii sehingga biaya operasional bisa ditekan.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan baik dalam hal pelayanan penyediaan air bersih layak minum maupun pelayanan pengaduan dan pembayaran rekening.

4. Menyesuaikan tarif dasar air sehingga bisa menutupi biaya operasional untuk kelangsungan dan peningkatan operasional pelayanan

d. Usulan Program

1. Sistem Non Perpipaan

Berdasarkan hasil pengamatan dan kesimpulan pada halaman sebelumnya, gambaran daerah pelayanan sistem non perpipaan, adalah mencakup semua wilayah atau lokasi perencanaan RPIJM Tahap I. Adapun sumber air baku yang digunakan, meliputi air baku air permukaan, air baku hujan, maupun sumur gali. Pemanfaatan air baku tersebut, sebagai alternatif selain menggunakan jaringan distribusi PDAM. Mengingat kondisi lokasi Perencanaan RPIJM berada di sekitar sungai Mentaya dengan pengaruh intrusi air laut yang sering terjadi pada musim kemarau, maka direkomendasikan untuk memanfaatkan sungai-sungai yang berada jauh dari Sungai Mentaya. Mekanismenya menggunakan bauran teknologi konservasi.

Dimana mekanisme, adalah dengan:

1. Membangun embung-embung sebagai tandon alami kebutuhan air baku air minum.

2. Mendukung kebutuhan supply embung-embung tersebut dengan mengkonservasi kawasan resapan di sekitarnya, sehingga mampu secara alami menyimpan kebutuhan air ketika musim penghujan.

2. Sistem Perpipaan

Penyediaan air bersih layak minum untuk sistem perpipaan di lokasi perencanaan RPIJM Tahap I, adalah dengan menggunakan jaringan distribusi PDAM. Berdasarkan hasil analisis, backlog pelayanan yang terjadi masih cukup tinggi, selain Kota Sampit. Untuk itu, diusulkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan penambahan unit sistem, meliputi IPA, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan lain-lain.

3. Usulan dan Prioritas Program

Program penyediaan air minum untuk lokasi perencanaan RPIJM Bidang PU Cipta Karya Kabupaten Kotawaringin Timur, adalah Percepatan Penyediaan Air Bersih yang Layak Minum. Adapun rinciannya, meliputi:

1. Gerakan menyimpan air hujan.

2. Penyediaan dan pengolahan air minum. 3. Pembenahan jaringan transmisi dan distribusi. 4. Perluasan cakupan pelayanan air minum.

Usulan program di atas, langkah awalnya adalah melalui kegiatan Penyusunan Masterplan Penyediaan Air Minum. Melalui dokumen masterplan tersebut, maka akan diperoleh gambaran detail kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun usulan program tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. SPAM di Kawasan MBR (Optimalisasi IKK) 2. SPAM Ibu Kota kecamatan (IKK)

3. SPAM di Pedesaan (Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil) Dengan lokasi tersebar d hampir seluruh Kecamatan di Kotawaringin Timur.

Dokumen terkait