BAB II : KPKNL MEDAN
F. Rencana Kegiatan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara mengembangkan berbagai program kegiatan yang dapat memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa.
1. Melaksanakan pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pelantikan Jurusita Piutang Negara di Lingkungan Kanwil DJKN Sumatera Utara.
2. Mengkaji Ulang untuk pemanfaatan /pemindahtanganan Barang Milik Negara (BMD) dan Barang Milik Negara (BMN) di Kanwil DSumatera Utara, DJKN Medan, DJKN Siantar, DJKN Siantar dan DJKN Padang Sidempuan.
3. Membentuk Tim Gabungan AKB
4. Melakukan penilaian/ penghapusan aset Perum Perumnas 5. Menyelenggarakan Seminar penilai
6. Memasukkan peraturan 2014 ke Kepatuhan Internal Hukum dan Informasi 7. Menyelenggarakan Rakerda (Rapat Keja Daerah)
BAB III
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG
MEDAN
A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Untuk memenuhi lebih dalam tentang pengertian sistem informasi akuntansi, penulis akan mengutip beberapa definisi sistem, informasi, akuntansi dan sistem informasi itu sendiri. Keempat elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem
Menurut Romney, (2006 : 1) sistem adalah “Dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan, terdiri dari sub sistem yang mendukung sistem yang lebih besar”.
Menurut Hall, (2004 : 5) sistem adalah “Sekelompok dua atau lebih komponen yang saling berkaitan atau subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose)”.
Menurut Widjajanto, (2008 : 1) sistem adalah “Sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahap yaitu input, proses, dan output yang dalam kegiatan operasionalnya diterapkan dalam kegiatan operasi perusahaan dalam mencapai terget perusahaan dalam pengaplikasian sebuah sistem memerlukan adanya sebuah informasi yang diperlukan”.
Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem diciptakan untuk menangani sesuatu yang berulangkali atau yang secara rutin terjadi.
Sistem merupakan sumber daya yang diperlukan untuk mengubah input menjadi output.
Sedangkan akuntansi merupakan sistem pengolahan informasi yang menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi.
2. Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 1) informasi adalah :Data yang telah dikelola dan diproses untuk memberikan arti dan memperbaiki pengambilan keputusan”. Informasi berasal dari data. Untuk mengetahui arti dari informasi, kita harus mengetahui arti data terlebih dahulu. Data adalah fakta statistik dalam bentuk kumpulan simbol yang tidak mengartikan sesuatu. Bebrapa pendapat dari para ahli yang mendefenisikan informasi sering disebut bahwa informasi sebagai pengolahan data. Secara umum informasi terdiri dari bebrapa tugas dasar, yaitu :
a. Pengumpulan data.
b. Manipulasi data yang terdiri dari pengklasifikasian, penyortiran, perhitungan dan pengikhtisaran.
c. Penyimpanan data.
d. Penyimpanan dokumen.
Maka dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan pengumpulan data yang dimanipulasi, disimpan sehingga menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya, menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata, digunakan untuk pengambilan keputusan.
3. Akuntansi
Menurut Niswonger, (2005 :10) Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada para pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi keuangan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah suatu seni mencatat, mengklasifikasi dan meringkas data keuangan dengan cara yang berarti untuk
mendapatkan informasi yang bersifat keuangan yang dibutuhkan suatu organisasi agar dapat beroperasi secara efisien, mengetahui hasil kerja selama ini dan merencanakan kegiatan ke depan agar lebih baik.
Pengertian yang jelas mengenai sistem informasi akuntansi yang diuraikan oleh Bodnar, dkk (2007 : 1) adalah: “Kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi yang dikomunikasikan kepada beragam pengambilan keputusan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dengan tujuan memberikan informasi kepada para pengguna informasi untuk pengambilan keputusan manajemen dengan menggunakan berbagai sumber daya.
B. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Dalam pelaksanaan kegiatan instansi saat ini. Manajemen membutuhkan sistem informasi untuk melakukan perencanaan yang merupakan langkah awal sebelum melakukan kegiatan usaha. Perencanaan tersebut bertujuan menentukan tujuan, menyusun target yang akan dicapai, menyusun anggaran dan untuk mengambil keputusan yang efektif dalam mencapai tujuan-tujuan instansi yang terkait. Dalam perencanaan ditentukan apa yang harus dilakukan instansi pada waktu yang akan datang siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana jika terjadi kegagalan. Manfaat dari adanya perencanaan pada sistem informasi adalah :
1. Instansi bisa memperoleh dan mengikat sumber daya-daya sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.
2. Kemajuan dapat terus dipantau dan diukur sehingga tindakan korektif dapat diambil apabila tingkat pelayanan publik tidak memuaskan.
3. Dapat mempercepat dalam menghimpun dan mengkaji data objek kantor cabang dan pendapatan lainnya sesuai standar yang ditetapkan.
4. Dapat mempermudah pengembangan sistem otomatisasi dan komputerasisasi penyajian data objek, subjek dan potensi pendapatan dan pendapatan lainnya.
Tujuan utama pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan dapat terjadi. Untuk dapat merealisasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada tahap pertama bertujuan agar tahap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi-instruksi yang dikeluarkan.
C. Pengertian dan Klasifikasi Piutang 1. Pengertian Piutang
Untuk memahami pengertian piutang perlu dikemukakan beberapa defenisi oleh beberapa ahli, antara lain :
Menurut Keiso,Weygandt (2007:347) menyatakan bahwa : Piutang adalah klaim uang,barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 23 tahun 1960 tentang Rahasia Bank yang tercantum pada Pasal 8 yang dimaksud dengan piutang Negara atau hutang kepada Negara oleh Peraturan ini, ialah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau Badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu Peraturan, perjanjian atau sebab apapun”.
Didalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara Pasal 10 ayat (1) : “Setelah dirundingkan oleh Panitia dengan penanggung hutang dan diperoleh kata sepakat tentang jumlah hutangnya yang masih harus dibayar, termasuk bunga uang, denda yang tidak bersifat
pidana, serta biaya-biaya yang bersangkutan dengan piutang ini, maka oleh Ketua Panitia dan penanggung hutang dibuat suatu pernyataan bersama yang memuat jumlah tersebut dan memuat kewajiban penanggung hutang untuk melunasinya.” Pada ayat (2) dinyatakana bahwa “Pernyataan bersama ini mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti suatu keputusan hakim dalam perkara perdata yang berkekuatan pasti, untuk mana pernyataan bersama itu berkepala "Atas Nama Keadilan ".
Pada Pasal 12 ayat (I) : “Instansi-instansi Pemerintah dan Badan-badan Negara yang dimaksudkan dalam pasal 8 Peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang-piutangnya yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya kepada Panitya Urusan Piutang Negara.
Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 tentang Pengurusan Piutang Negara Menteri Keuangan yang menjadi Pedoman Pengelolaan Piutang Negara di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang dimaksud dengan Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh negara, berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.
Dari beberapa jenis pengertian piutang yang dikemukakan di atas menunjukkan suatu pengertian bahwa piutang merupakan tagihan kepada pihak lain sebagai suatu perkiraan penyelesaian yang dilakukan dengan adanya penerimaan sejumlah uang.
Penagihan piutang tersebut dilakukan bila hutang tersebut telah jatuh tempo.
2. Klasifikasi Piutang
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2004 : PSAK No. 9 Pasal 7) piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa
dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Perusahaan yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain.
Secara umum pengelompokan piutang atas piutang usaha dan piutang lain-lain adalah diterima, baik dikalangan praktisi dan akademisi. Piutang usaha dinyatakan meliputi piutang yang timbul. karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun atau satu siklus operasi diklasifikasikan sebagai aset lancar. Piutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar, disajikan setelah aset tetap. Rincian piutang yang dimiliki perusahaan berbeda, tergantung kegiatan operasi perusahaan, jenis piutang yang dimliki. Biasanya perusahaan memisahkan piutang berdasarkan piutang dagang dan piutang lain-lain.
D. Prosedur Piutang
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum Pasal 1 yaitu :
1. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh negara, berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.
2. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
3. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kekayaan Negara.
4. Panitia adalah Panitia Urusan Piutang Negara, baik tingkat pusat maupun cabang.
5. Kantor Pusat adalah Kantor Pusat Direktorat Jenderal.
6. Kantor Wilayah adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal.
7. Kantor Pelayanan adalah Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang pada Direktorat Jenderal.
8. Penyerah Piutang adalah Instansi Pemerintah, Lembaga Negara, atau badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara atau dimiliki Badan Usaha Milik Negara, yang untuk selanjutnya disingkat BUMN, atau Badan Usaha Milik Daerah, yang untuk selanjutnya disingkat BUMD, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang menyerahkan pengurusan Piutang Negara.
9. Penanggung Hutang adalah badan/atau orang yang berhutang menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun, termasuk badan/atau orang yang menjamin penyelesaian seluruh hutang Penanggung Hutang.
10. Penjamin Hutang adalah badan/atau orang yang menjamin penyelesaian sebagian atau seluruh hutang Penanggung Hutang.
11. Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara, yang untuk selanjutnya disebut SP3N, adalah surat yang diterbitkan oleh Panitia, berisi pernyataan menerima penyerahan pengurusan Piutang Negara dari Penyerah Piutang.
12. Pernyataan Bersama adalah kesepakatan antara Panitia Cabang dengan Penanggung Hutang tentang jumlah hutang yang wajib dilunasi, cara-cara penyelesaiannya, dan sanksi.
13. Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara adalah surat keputusan yang diterbitkan oleh Panitia, yang memuat jumlah hutang yang wajib dilunasi oleh Penanggung Hutang.
14. Surat Paksa adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Panitia Cabang kepada Penanggung Hutang untuk membayar sekaligus seluruh hutangnya dalam
jangka waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal diberitahukan.
15. Juru Sita Piutang Negara adalah Pegawai Negeri Sipil. di lingkungan Direktorat Jenderal yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawabkejurusitaan.
16. Barang Jaminan adalah harta kekayaan Penanggung Hutang dan/atau Penjamin Hutang yang diserahkan sebagai jaminan penyelesaian hutang.
17. Harta Kekayaan Lain adalah harta kekayaan milik Penanggung Hutang y a n g tidak diikat sebagai jaminan hutang namun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi jaminan penyelesaian hutang.
18. Penilai Internal adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal yang diangkat oleh atau atas kuasa Menteri Keuangan, yang diberi tugas, wewenang dan tanggung Jawab untuk melakukan penilaian.
19. Nilai Pasar adalah perkiraan jumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatuproperti, antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang penawarannya dilakukan secara layak dalam waktu yang cukup, dimana kedua pihak masing-masing mengetahui kegunaan properti tersebut, bertindak hati-hati, dan tanpa paksaan.
20. Nilai Likuidasi adalah nilai properti yang dijual melalui lelang setelah memperhitungkan risiko penjualannya.
21. Nilai Limit adalah nilai terendah atas pelepasan barang dalam lelang.
22. Nilai P embe ban an ad alah n ilai yan g te rcant um d alam a kta h ipot ik/ c re diet ve rband /h ak t anggun ga n/f idu sia.
23. Lelang adalah penjualan barang di muka umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
24. Penjualan tanpa melalui lelang adalah penjualan barang yang dilakukan oleh Penanggung Hutang dengan persetujuan Panitioa Cabang.
25. Penebusan adalah pembayaran yang dilakukan oleh Penjamin Hutang untuk mengambil kembali Barang Jaminan.
26. Pemeriksaan adalah serangkaian upaya yang dilakukanoleh Pemeriksa guna memperoleh informasi dan/atau bukti-bukti dalam rangka penyelesaian Piutang Negara.
27. Pemeriksa adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal yang diangkat oleh atau ataskuasa Menteri Keuangan, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan Pemeriksaan.
28. Paksa Badan adalah penyanderaan (gijzeling) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960, yaitu pengekangan kebebasan untuk sementara waktu terhadap diri pribadi Penanggung Hutang atau pihak lain yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku harus bertanggung jawab.
29. Tempat Paksa Badan adalah tempat tertentu yang tertutup, mempunyai fasilitas terbatas, dan mempunyai sistem pengamanan serta pengawasan memadai, yang digunakan untuk pelaksanaan Paksa Badan.
Penyerahan pengurusan piutang negara sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara, yaitu :
1. Piutang Negara pada tingkat pertama diselesaikan sendiri oleh Instansi Pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dalam hal penyelesaian Piutang Negara tidak berhasil, Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud di atas wajib menyerahkan pengurusan Piutang Negara kepada Panitia Cabang.
3. Penyerahan pengurusan Piutang Negara disampaikan secara tertulis disertai resume dan dokumen kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Penyerah Piutang.
4. Dokumen-dokumen yang dilampirkan dalam penyerahan pengurusan Piutang Negara seperti : Perjanjian kredit, Rekening koran, prima nota, mutasi piutang, faktur, rekening, bukti tagihan, Dokumen yang terkait dengan Barang Jaminan dan pembebanannya, dan surat menyurat antara Penyerah Piutang dan Penanggung Hutang.
5. Dalam hal piutang berasal dari kredit sindikasi/konsorsium, sepanjang terdapat Piutang Negara yang harus diselesaikan, pengurusannya dapat diserahkan kepada Panitia Cabang.
Selain mengenai penyerahan pengurusan piutang negara yang dibahaskan dalam peraturan menteri keuangan, terkait dengan penerimaan dan penolakan pengurusan piutang negara juga diatur , yaitu :
1. Piutang Negara terdiri atas hutangpokok, bunga, denda, ongkos, dan/atau beban lainnya sesuai perjanjian/peraturan/
putusanpengadilan.
2. Besarnya pembebanan bunga, denda, ongkos, dan/atau beban lainnya ditetapkan paling lama 9 (sembilan) bulan setelah kredit/piutang dikategorikan macet berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal :
a. piutang pokok terdapat beban bunga, denda, ongkos, dan/atau beban lainnya; atau
b. piutang denda terdapat beban bunga.
3. Dalam menghitung besarnya Piutang Negara:
a. polis asuransi, biaya pembebanan hak tanggungan/fidusia, biaya perpanjangan hak atas tanah, biaya pengukuhan hak atas tanah, dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan, diperhitungkan sebagai penambahan.
b. Piutang Negara dalam satuan mata uang asing tetap dihitung dalam satuan mata uang asing yang bersangkutan.
E. Penetapan Jumlah Piutang Negara
Sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum, penetapan jumlah piutang
negara yang didalam nya terdapat mengenai Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara, yaitu sebagai berikut :
1. Panitia Cabang menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara, dalam hal Pernyataan Bersama tidak dapat dibuat karena:
a. Penanggung Hutang tidak mengakui jumlah hutang baik sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak dapat membuktikan.
b. Penanggung Hutang mengakui jumlah hutang, tetapi menolak menandatangani Pernyataan Bersama tanpa alasan yang sah.
2. Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara memuat sekuran g-kurangnya
a. Berkepala "Keputusan Panitia Urusan Piutang Negara"
tentang Penetapan Jumlah Piutang Negara.
b. Pertimbangan diterbitkannya Penetapan Jumlah Piutang Negara.
c. Dasar hukum diterbitkannya Penetapan Jumlah Piutang Negara.
d. Besarnya Piutang Negara dengan rincian hutang pokok, bunga, beban lainnya dan Biaya Administrasi wajib dilunasi Penanggung Hutang.
Didalam Peraturan Menteri Keuangan terdapat aturan yang meringankan hutang tersebut, yaitu :
1. Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan diberi kewenangan untuk memberikan keringanan hutang dalam bentuk :
a. Keringanan jumlah hutang yang menyangkut bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya.
b. Keringanan jangka waktu, penyelesaian hutang.
2. Permohonan keringanan hutang atau permohonan kembali keringanan hutang diajukan selambat-lambatnya sebelum Pengumuman Lelang.
3. Dalam hal Lelang pernah dilaksanakan, permohonan keringanan hutang atau permohonan kembali keringanan hutang dapat diajukan dengan ketentuan selambat-lambatnya sebelum Pengumuman Lelang berikutnya.
4. Dalam hal kegiatan usaha Penanggung Hutang tidak berjalan/tidak ada, atau usaha masih berjalan tetapi hanya mengajukan permohonan keringanan jumlah hutang, analisis permohonan keringanan hutang meliputi sekurang-kurangnya : Latar belakang permohonan keringanan hutang, dan Itikad baik Penanggung Hutang.
5. Besar keringanan jumlah hutang dihitung dari sisa hutang bunga, denda, dan ongkos/beban lainnya pada saat keputusan persetujuan permohonankeringanan hutang diterbitkan.
F. Pemeriksaan Piutang
Pemeriksaan yang dilakukan dalam kasus Piutang Negara Sebagaimana telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara yang berlaku, yaitu:
1. Objek Pemeriksaan adalah:
a. Penanggung Utang, Penjamin Utang, atau pemegang saham b. Kemampuan Penanggung Utang
d. Fisik Barang Jaminan.
2. Dalam hal Penanggung Utang meninggal dunia, Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap diri, Harta Kekayaan Lain, dan/atau kemampuan ahli waris.
3. Penjamin Utang sebagaimana dimaksud , yaitu:
a. penjamin utang pribadi (borgtocht atau personal guarantee).
b. penjamin atas pembayaran wesel (avalist); atau
c. pengurus badan usaha atau badan hukum yang mengikatkan diri sebagai penjamin (corporate guarantee).
4. Harta Kekayaan Lain sebagaimana dimaksud, meliputi :
a. Barang tidak bergerak, antara lain tanah, tanah berikut bangunan, kapal dengan isi kotor lebih dari 20 m3 (dua puluh meter kubik).
b. Barang bergerak, antara lain kendaraan bermotor, perhiasan, furniture, peralatan elektronik.
c. Surat berharga, antara lain saham, obligasi, bukti piutang, penyertaan modal.
d. Barang tidak berwujud, antara lain hak cipta, hak paten, hak merek.
5. Dalam melaksanakan Pemeriksaan, Pemeriksa berwenang meminta keterangan kepada Penanggung Hutang dan/atau pihak lain, yang berkaitan dengan :
a. Tempat kediaman/rumah, kantor, tempat usaha/tempat kegiatan milik atau diduga milik Penanggung Utang.
b. Usaha dan/atau Harta Kekayaan Lain; dan/atau
c. Catatan dan pembukuan dari usaha milik atau diduga milik Penanggung Utang.
6. Dalam hal objek Pemeriksaan berupa tanah dan bangunan dalam keadaan kosong atau terkunci, Pemeriksaan harus didampingi oleh aparat pemerintah desa/kelurahan dan/atau aparat kepolisian setempat.
7. Dalam hal objek pemeriksaan berada di luar wilayah kerja Kantor Pelayanan, pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan memintabantuan Kantor Pelayanan tempat objek pemeriksaan berada.
G. Penilaian Piutang
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum perundang-undangan piutang negara penilaian yang berlaku, yaitu :
1. Objek penilaian adalah Barang Jaminan dan/atau Harta Kekayaan Lain.
2. Penilaian dilakukan dalam rangka penjualan melalui lelang, penjualan tanpa melalui lelang, penebusan dengan nilai di bawah nilai pengikatan,atau keringanan utang.
3. Penilaian terhadap objek penilaian dilakukan oleh Tim Penilai Internal.
4. Dalam hal objek penilaian bersifat khusus dan/atau barang tidak berwujud, penilaian dilakukan oleh Penilai Eksternal.
5. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud penilaian dapat dilakukan oleh Tim Penilai Internal dalam hal memilikikualifikasi untuk melakukan
penilaian terhadap objek penilaian bersifat khusus dan/atau barang tidak berwujud.
6. Penilaian terhadap objek penilaian yang bersifat tidak khususdapat dilakukan oleh Penilai Eksternal dalam hal Penyerah Piutang bersediamembiayai.
7. Hasil penilaian dituangkan dalam Laporan Penilaian yang memuat kesimpulan mengenai Nilai Pasar atau Nilai Pasar dengan Nilai Likuidasi.
8. Nilai Likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung dengan cara mengurangi Nilai Pasar den gan risiko -risiko penjualan melalui lelang.
9. Risiko- risiko penjualan melalui lelang sebagaimana dimaksud, ditetapkan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari Nilai Pasar.
10. Laporan Penilaian yang disampaikan Penyerah Piutang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan nilai penjualan melalui lelang,penebusan dengan nilai di bawah nilai pengikatan, penjualan tanpa melalui lelang, atau keringanan hutang, dengan ketentuan:
a. Penilai yang ditunjuk Penyerah Piutang adalah penilai atau perusahaan penilai yang independen.
b. Penilai atau perusahaan penilai memiliki izin resmi dari lembaga yang berwenang untuk melakukan kegiatan penilaian (appraisal) di Indonesia.
c. Laporan Penilaian harus ditandatangani oleh penilai yang lulus Ujian Sertifikasi Penilai (USP) dan telah mempunyai izin penilaian dari Menteri Keuangan.
d. Laporan Penilaian masih sesuai dengan kondisi barang atau kondisi pasar yang ada; dan
e. Laporan Penilaian masih berlaku.
H. Pembayaran Utang
Pada pasal 292 Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum dijelaskan bahwa dalam hal pembayaran dilaksanakan melalui Penyerah Piutang, Penyerah Piutang wajib segera memberitahukan data pembayaran hutang kepada Kantor Pelayanan dan wajib segera melimpahkan Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara ke rekening Bendahara Penerimaan Kantor Pelayanan dan pada Pasal 293 (1)Kantor Pelayanan menatausahakan penerimaan pembayaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2)Ketentuan mengenai penatausahaan penerimaan pembayaran diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal.
Dalam Pasal 294: “Direktorat Jenderal dapat melakukan kerjasama dengan Penyerah Piutang, perusahaan penjamin kredit, pihak-pihak yang mempunyai keahlian di bidang pengelolaan aset, restrukturisasi hutang, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan/atau instansi lain yang terkait dengan pengurusan Piutang Negara, dan Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
Dalam Pasal 294: “Direktorat Jenderal dapat melakukan kerjasama dengan Penyerah Piutang, perusahaan penjamin kredit, pihak-pihak yang mempunyai keahlian di bidang pengelolaan aset, restrukturisasi hutang, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan/atau instansi lain yang terkait dengan pengurusan Piutang Negara, dan Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan