• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG MEDAN. Oleh : OFI AUFIA ANDINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG MEDAN. Oleh : OFI AUFIA ANDINI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG

MEDAN

Oleh :

OFI AUFIA ANDINI 132102165

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : OFI AUFIA ANDINI

NIM : 132102165

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG MEDAN

Tanggal _________ 2016 Dosen Pembimbing Tugas Akhir

(Dra.Nurzaimah,MM,Ak) NIP. 19581114 198703 2 001

Tanggal _________ 2016 Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi

(Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA) NIP. 19511114 198203 1 002

Tanggal _________ 2016 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

(Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S) NIP. 19580602 198803 1 001

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : OFI AUFIA ANDINI

NIM : 132102165

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA

KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG MEDAN

Medan, 2016

(OFI AUFIA ANDINI) NIM. 132102165

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, sebagai ungkapan rasa syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dengan tujuan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Adapun Tugas Akhir ini dengan judul “Sistem Informasi Akuntansi Atas Piutang Negara Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Medan”.

Penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak dalam penulisan tugas akhir ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA sebagai Ketua Program Studi D-III Akuntansi.

3. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak sebagai Sekretaris Program Studi D-III Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra.Hj. Nurzaimah, M.M, Ak sebagai Dosen Pembimbing Penulis yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Pimpinan dan seluruh karyawan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Medan khususnya pada bagian lelang dan piutang negara yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan izin dan menyediakan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

(5)

6. Terisitimewa ibunda tercinta Misnatun Sri Ningsih yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan ayah tercinta Edy Surya yang telah memberikan semangat hidup kepada saya dan kepada adik saya Deril Andika atas dukungan moralnya.

7. Terima kasih untuk D-III Akuntansi Group D Angkatan 2013 dan Teman akrab saya Nina Unzila, Retno Nadya, Firhand Dezar, Karina Htb, Rendy Romero, Reza Multi, Sara Silva, Annisa Mayang, Gita Febria, Kak Yanti, Ulfa Utari, Hizbut Tahrir Indonesia, Teman magang di KPKNL dan Relawan Ketimbang Ngemis Medan atas semangat yang diberikan kepada saya.

Demikianlah tugas akhir ini disusun dengan segala keterbatasan Penulis, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Juni 2016 Penulis

Ofi Aufia Andini NIM. 132102165

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ……... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Maksud dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Rencana Penulisan ... 7

1. Jadwal Survey/Observasi ... 7

2. Rencana Isi ... 8

BAB II : KPKNL MEDAN... 10

A. Sejarah Kantor Pelayanan kekayaan Negara dan Lelang Medan ... 10

B. Struktur Organisasi ... 12

C. Job Description ... 13

D. Jaringan Kegiatan ... 19

E. Kinerja Kegiatan Terkini ... 19

F. Rencana Kegiatan ... 20

BAB III : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN

(7)

NEGARA DAN LELANG MEDAN ... 21

A. Pengertian Sistem Infornasi Akuntansi ... 21

B. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... 23

C. Pengertian dan Klasifikasi Piutang ... 25

1. Pengertian Piutang ... 25

2. Klasifikasi Piutang ... 26

D. Prosedur Piutang ... 27

E. Penetapan Jumlah Piutang Negara ... 33

F. Pemeriksaan Piutang ………. .... 35

G. Penilaian Piutang ... 37

H. Pembayaran Utang ... 40

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 45

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1. Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir ... 7

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1. Struktur Organisasi pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

Dan Lelang Medan ... 12

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1 Laporan Hasil Realisasi Piutang Negara Pada Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara Dan Lelang Medan ... 45 2 Surat Izin Riset ... 46

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sehubungan dengan perkembangan tekhnologi dan informasi pada zaman globalisasi saat ini, semakin banyak perusahaan yang berkembang pesat, terutama dalam hal pertukaran informasi. informasi saat ini sudah menjadi komoditas yang sangat penting dalam memenangkan persaingan di dunia bisnis. Sistem informasi merupakan suatu sistem dengan sistem lainya saling berhubungan untuk membantu operasional perusahaan.

Dengan adanya sistem informasi yang dirancang dengan baik, maka informasi yang dihasilkan akan tepat dan akurat sehingga dapat membuat perusahaan itu lebih unggul dalam bersaing dengan perusahan lain. Sistem informasi yang dirancang dengan baik akan menghasilkan keputusan yang tepat dan membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Kemampuan untuk mengakses dan menyediakan informasi secara tepat, cepat, dan akurat menjadi suatu kebutuhan yang mutlak bagi suatu perusahaan. Piutang juga menjadi sarana penunjang dalam pelaksanaan kegiatan penerapan sistem informasi akuntansi bagi setiap perusahaan dalam kegiatan bisnis.

Oleh karena itu, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan masing-masing perusahaan dituntut untuk menerapkan dan mengembangkan sistem informasi untuk menunjang proses pengambilan keputusan yang tepat dan mengontrol jalannya kegiatan operasional.

Menurut Bodnar dan Hopwood, (2000 : 5) dalam bukunya bahwa sistem informasi merupakan penggunaan teknologi komputer dalam suatu organisasi untuk

(12)

keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data menjadi informasi yang berguna.

Menurut Martani Dkk, (2012 : 12) dalam bukunya secara umum sistem informasi akuntansi membantu manajemen perusahaan untuk mengumpulkan data- data keuangan, mengelolanya menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna, dan menghasilkan laporan keuangan. Sistem informasi akuntansi yang baik dan efektif diharapkan membantu manajemen perusahaan dan para pihak yang berkepentingan mendapat informasi secara tepat, cepat dan akurat mengenai perusahaan.

Akuntansi juga berperan penting bagi setiap bagi setiap perusahaan di seluruh dunia, karena akuntansi merupakan sistem informasi yang memberikan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang kegiatan atau aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan di pihak internal dan eksternal. Tujuan setiap perusahaan adalah sama, yaitu mencari keuntungan (laba) yang sebesar-sebesarnya, sehingga diperlukan adanya sistem informasi yang akurat untuk memberikan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tersebut dalam penganbilan keputusan.

Standar Akuntansi instrumen keuangan PSAK 55, menyebutkan bahwa salah satu klasifikasi asset keuangan adalah pinjaman yang diberikan adalah piutang.

Piutang merupakan modal kerja yang diharapkan dapat memberikan tambahan penghasilan dan laba, oleh karena itu adanya piutang memerlukan analisis yang cukup besar dan mengandung resiko yang cukup besar pula dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen piutang memiliki peranan yang sangat vital di dalam kaitanya terhadap penilaian piutang, pencatatan piutang dan prosedur piutang sehingga dapat memberikan gambaran tentang untung ruginya dilaksanakan penjualan usaha secara piutang. Salah satu informasi yang penting untuk menunjang

(13)

dan mendukung kelancaran aktivitas bisnis perusahaan adalah laporan daftar piutang, untuk mengendalikan piutang perusahaan maka diperlukan sistem penagihan yang baik sehingga piutang dapat di tagih tepat waktu dan terhindar dari piutang tak tertagih. Karena jika kemungkinan piutang itu tidak tertagih maka ini dapat berpengaruh terhadap pendapatan dan laporan keuangan perusahaan.

Efektifitas pengelolaan piutang diperlukan pada perusahaan, tercermin dari jumlah piutang dan tingkat perputaran piutang yang dapat diantisipasi atau bahkan menghilangkan resiko yang mungkin terjadi dari piutang itu sendiri.

Karena itu, pada piutang sangat dibutuhkan adanya prosedur yang memuat pelaksanaan teknik pencatatan yang baik untuk menghindari kesalahan dan kecurangan. Piutang merupakan salah satu unsur aktiva lancar yang mudah disalah gunakan oleh pelaku atau pemegang internal, untuk itulah diperlukan adanya sistem akutansi piutang sebagai pencegahan penyelewengan tergadap piutang dan sekaligus merupakan alat untuk melindungi harta perusahaan.

Pengendalian terhadap piutang yang sangat perlu dilaksanakan dan di kendalikan untuk menghindari kecurangan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Disini lain piutang juga perlu penilaian terhadap resiko penagihan piutang dimana diharapkan adanya kontrol terhadap piutang dimana piutang yang memasuki umur ekonomis yang bisa ditagih dan menyisihkan piutang yang menurut perusahaan tidak lancar kemungkinan benar tidak tertagih.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakkan bahwa suatu perusahaan bertangggung jawab membentuk dan melksanakan sistem akuntansi yang baik sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia untuk dapat mengamankan harta perusahaan guna menghindari terjadinya manipulasi dan penyelewengan terhadap penerimaan piutang yang dapat merugikan perusahaan. Hal ini mendorong untuk membahas

(14)

sistem informasi akuntansi atas piutang. Untuk itu penulis mengambil judul :

“SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG MEDAN”.

B. Permasalahan

Masalah pokok yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah : “Tindakan apa yang dilakukan oleh KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG MEDAN dalam mengelola piutang negara dan apakah pengelolaan terhadap piutang negara telah dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

C. Maksud dan Manfaat Penelitian 1. Maksud Penelitian

a. Untuk Mengetahui sejauh mana peranan Sistem Informasi Akuntansi atas Piutang Negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan.

b. Untuk Mengetahui apakah Sistem Informasi Akuntansi atas Piutang Negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan sudah berjalan dengan baik.

c. Untuk Mengetahui apakah Sistem Informasi Akuntansi Piutang mempermudah manajerial dalam mengelola sumber – sumber pendapatan yang bersifat piutang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis

1. Merupakan ilmu yang telah di dapat selama bangku kuliah serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang peranan sistem informasi akuntansi atas piutang.

(15)

2. Diharapkan dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga karena dapat langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai peranan sistem informasi akuntansi atas piutang yang dibuat oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan.

3. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

b. Bagi perusahaan

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak perusahaan yang dapat dijadikan seebagai dasar dalam pemecahan suatu masalah yang sedang di hadapi agar dapat melaksanakan aktivitas dengan lebih efisien dan efektif.

c. Bagi peneliti lainnya

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti ( rekan – rekan mahasiswa) yang akan membahas masalah yang sama dengan topik yang sama.

D. Rencana Penulisan

1. Jadwal Survey/Observasi

(16)

Adapun jadwal yang dilakukan dari bulan april sampai selesai dibulan Juni 2016 di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan Agar lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Keterangan

April Mei Juni

Minggu ke-

Minggu ke-

Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengesahan Tugas Akhir

Pengajuan Judul Permohonan Izin Riset Pengumpulan Proposal Penunjukan Dosen Pembimbing

Pengumpulan Data Penyusunan Tugas Akhir Bimbingan Tugas Akhir Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Penulis membuat sistematika pembahasan dalam 4 (empat) bab, dimana setiap bab saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembuatan tugas akhir yang telah di tetapkan bahwa susunan tugas akhir harus praktis dan sistematis. Oleh karena itu, laporan penelitian tugas akhir ini disusun dan diperinci di dalam bab-bab ini.

(17)

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan yang terdiri dari jadwal survey/observasi dan rencana isi.

BAB II : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang sejarah Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Medan, struktur organisasi , job description, jaringan kegiatan,dan kinerja kegiatan terkini.

BAB III : Sistem Informasi Akuntansi Atas Piutang Negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang pengertian system informasi akuntansi, tujuan sistem informasi akuntansi, pengertian dan klasifikasi piutang, prosedur piutang, penetapan jumlah piutang negara, pemeriksaan piutang, penilaian piutang, dan pembayaran utang.

BAB IV : Kesimpulan dan Saran

Sebagaimana akhir dari tugas akhir ini, maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan LelangMedan dan saran yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Medan

(18)

BAB II

KANWIL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA

A. Sejarah Ringkas

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, pemerintah menggulirkan program pengucuran atau pemberian pinjaman dana untuk kredit bagi para pengusaha kecil dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat pasca penjajahan. Kebijakan ini digariskan oleh Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang didirikan oleh Muhammad Hatta pada tahun 1946.

Dalam perkembangannya, pengucuran atau pinjaman dana yang diberikan oleh pemerintah tersebut tidak dapat dikembalikan tepat pada waktunya, bahkan dana tersebut menjadi kredit macet. Bila keadaan tersebut tidak segera dilakukan langkah pengamanan, maka dikhawatirkan akan sangat merugikan keuangan dan kekayaan negara yang selanjutnya akan memperlambat pertumbuhan perekonomian negara. Atas dasar pertimbangan tersebut dan mengingat sistem penyelesaian perkara yang ada pada saat itu berdasarkan Pasal 195 HIR tidak mampu melakukan fungsinya dalam melakukan pengamanan terhadap keuangan dan kekayaan negara, maka berdasarkan Keputusan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kpts/Peperpu/0241/1958 tanggal 6 April 1958 dibentuk Panitia Penyelesaian Piutang Negara (P3N) dengan tugas melakukan penyelesaian piutang Negara dengan cara Parate Eksekusi(melaksanakan sendiri putusan-putusannya seperti surat paksa, sita, 8 lelang, dan keputusan hukum lainnya tanpa harus meminta bantuan lembaga peradilan).

Berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, negara Indonesia kembali ke keadaan tertib sipil yang dimulai pada tanggal 16 Desember 1960.Dalam situasi tertib sipil tersebut, maka dasar hukum yang memayungi Keputusan Penguasa Perang Pusat (yaitu Undang-Undang Dasar Sementara 1950) menjadi tidak berlaku lagi. Oleh karena itu, seluruh

(19)

Keputusan Penguasa Perang Pusat berikut semua aturan pelaksanaannya tidak akan berlaku lagi. Namun demikian, tugas dan kewenangan P3N untuk menyelesaikan piutang negara secara cepat dan efisien masih dipandang relevan untuk tetap dilaksanakan.Oleh karena itu, sebelum Keputusan Penguasa Perang Pusat tersebut dicabut, maka dipandang perlu untuk menyusun suatu ketentuan pengganti yang dapat mempertahankan eksistensi tugas dan kewenangan pengurusan piutang negara yang cepat dan efisien.

Pada tanggal 14 Desember 1960 pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara. Berdasarkan Undang-Undang tersebut pemerintah membentuk Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) sebagai pengganti P3N.Guna melestarikan dan mempertahankan eksistensi kewenangan P3N, maka PUPN juga diberikan kewenangan Parate Eksekusi dalam melaksanakan tugasnya.

Pada tahun 1971 penyerahan piutang negara yang berasal dari kredit investasi cukup banyak, namun struktur organisasi dan sumber daya manusia PUPN terbatas. Oleh karena itu,berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 9 1976 dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus penyelesaian piutang negara, sedangkan PUPN yang merupakan panitia interdepartemental hanya menetapkan produk hukum dalam pengurusan piutang negara. Sebagai penjabaran Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tersebut, maka Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 517/MK/IV/1976 tentang susunan organisasi dan tata kerja BUPN, dimana tugas pengurusan piutang negara dilaksanakan oleh Satuan Tugas (Satgas) BUPN.

Meningkatnya piutang negara yang pengurusannya diserahkan kepada BUPN menandakan makin banyaknya piutang negara yang bermasalah (macet), baik berasal dari perbankan yang mempunyai agunan maupun non perbankan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah memandang perlu mengeluarkan suatu kebijakan guna mempercepat proses pelunasan piutang negara. Untuk itu diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 21

(20)

Tahun 1991 yang menggabungkan fungsi lelang dan seluruh aparatnya dari lingkungan Direktorat Jenderal Pajak ke dalam struktur organisasi BUPN, sehingga terbentuklah organisasi baru yang bernama Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991, Menteri Keuangan memutuskan bahwa tugas operasional pengurusan piutang negara dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N), sedangkan tugas operasional lelang dilakukan oleh Kantor Lelang Negara (KLN). Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 10 tanggal 3 Januari 2001, BUPLN ditingkatkan menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN).

Untuk menyesuaikan tugas dan fungsi pada kantor operasional, maka Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N) dan Kantor Lelang Negara (KLN) dilebur menjadi satu dengan nama Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN).Penyatuan ini dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.01/2002 tanggal 2 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara dan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara.

Pada tahun 2006 terjadi penataan organisasi di lingkungan Departemen Keuangan dimana fungsi Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang digabung dengan fungsi Pengelolaan Kekayaan Negara Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara (PBM/KN) DJPb, sehingga Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Republik Indonesia. Dengan adanya perubahan organisasi tersebut, maka KP2LN berganti nama menjadi Kantor

(21)

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dengan tambahan fungsi pelayanan di bidang kekayaan negara dan penilaian sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 11 Hal ini merupakan salah satu hasil Reformasi Birokasi yaitu penyatuan fungsifungsi yang sejenis ke dalam satu unit Eselon I.

Unit kerja Kantor Pusat DJKN terdiri dari 8 unit eselon II, yaitu: Sekretariat, Direktorat Barang Milik Negara, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-Lain, Direktorat Penilaian, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi, Direktorat Lelang, dan Direktorat Hukum dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, DJKN juga mempunyai unit kerja vertikal yang tersebar di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 17 Kantor Wilayah dan 70 KPKNL.

VISI

Visi dari Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara yang telah ditetapkan adalah Menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

MISI

1. Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan kekayaan negara.

2. Mengamankan kekayaan negara secara fisik, administrasi, dan hukum.

3. Meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan investasi pemerintah.

4. Mewujudkan nilai kekayaan negara yang wajar dan dapat dijadikan acuan dalam berbagai keperluan.

5. Melaksanakan pengurusan piutang negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

(22)

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka yang mengelompokkan hubungan antara orang-orang pada suatu organisasi.Setiap bagian dalam organisasi memiliki pengertian tentang tanggung jawab dan pembagian tugas, bagaimana masingmasing bagian berhubungan satu dengan yang lainnya dan wewenang yang didelegasi pada masing-masing bagian.

Struktur organisasi yang terencana akan sangat membantu kelancaran usaha dan berfungsi menjalankan kewajiban dan tanggung jawab serta menghindarkan kesimpang siuran dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam struktur organisasi tersebut tercermin pembagian kerja dan tanggung jawab yang dimaksud untuk mempermudah penentuan serta mengarahkan dan mengatasi pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Dengan demikian sudah merupakan keharusan bagi seorang pimpinan atau atasan untuk memikirkan dan memciptakan pembagian tugas yang tepat bagi setiap tingkat. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat ditetapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.

(23)

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara

Sumber : Buku Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tentang Ketentuan Umum Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara.

C. Job Description

Berikut ini adalah job description dari setiap unit pada Kepala Kantor Wilayah, Bagian Umum, Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara, Bidang Penilaian, Bidang Piutang Negara, Bidang Lelang, dan BidangKepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi.

Berdasarkan keputusan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara pada Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara terdiri dari :

Kepala Kantor Wilayah

Kepala Kantor Wilayah

Kepala Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara

Kepala Bidang Penilaian

Kepala Bidang Piutang Negara

Kepala Bidang Lelang

Kepala Bidang Hukum dan

Informasi Kepala Bagian

Umum

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang

(24)

1. Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang.

2. Memberikan pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang kekayaan Negara.

3. Memberikan teknis, supervisi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang penilaian.

4. Memberikan bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengurusan piutang negara.

5. Memberikan bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, evaluasi dan verifikasi lelang serta pengembangan lelang.

6. Memberikan pelayanan bantuan hukum di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang.

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara terdiri dari:

a. Bagian Umum

b. Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara (PKN) c. Bidang Penilaian

d. Bidang Piutang Negara e. Bidang Lelang

f. Bidang Kepatuhan Internal Hukum dan Informasi

a. Bagian Umum

Bagian Umum terdiri dari Subbagian Kepegawaian, Subbagian Keuangan dan Subbagian Tatausaha.

Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas yaitu:

(25)

1. Melakukan telaahan dalam rangka penyelesaian kasus pelanggaran disiplin pegawai Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Melakukan penelaahan dalam rangka penyelesaian permohonan izin perkawinan dan penceraian atau surat izin beristri lebih dari satu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Melakukan penelaahan dalam rangka penyelesaian izin permohonan ke luar negeri pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Melakukan penelaahan dalam rangka mutasi pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

5. Melakukan penelaahan dalam rangka Usulan Kenaikan Pangkat Pegawai Golongan III/a keatas ke Kantor Pusat DJKN dan kenaikan pangkat ke BKN Regional untuk golongan II/d kebawah.

6. Melakukan penelaahan dalam rangka pembuatan Surat Kenaikan Gaji Berkala, melakukan penelaahan dalam rangka pemberian usulan pegawai mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat).

7. Melakukan penelaahan dalam rangka usulan pensiun pegawai ke kantor pusat dan BKN regional.

8. Melakukan penelaahan dalam rangka pemberian izin belajar pegawai yang melanjutkan pendidikan.

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas yaitu:

1. Menyiapkan konsep telaahan dalam rangka rencana kerja Subbagian Keuangan sebagai bahan penyusunan rencana kerja bagian umum.

2. Menyiapkan konsep telaahan dalam rangka penatausahaan peraturanperaturan di bidang keuangan.

(26)

3. Menyiapkan konsep telaahan dalam rangka menyusun Daftar Usulan Kegiatan (DUK) dan Daftar Usulan Proyek (DUP) kantor-kantor di lingkungan Kantor Wilayah agar penyusunan anggaran rutin dan pembangunan dilakukan secara terpadu.

4. Menyiapkan konsep telaahan dalam rangka menyusun konsep usulan Anggaran Belanja Rutin dan Pembangunan, Anggaran Belanja Tambahan (ABT), revisi DIPA dilakukan secara terpadu.

5. Menyiapkan konsep telaahan telaahan DIPA dan petunjuk pelaksanaan kepada kantor-kantor di lingkungan Kantor Wilayah DJKN sebagai dasar untuk menggunakan dana yang tertinggi yang tersedia bagi unitunit yang bersangkutan.

6. Menyiapkan konsep telaahan dalam rangka melakukan permintaan dana TKPKN kepada Bagian Keuangan berdasarkan jumlah kebutuhan dana yang sebenarnya.

7. Menyiapkan konsep telaahan dalam rangka menyusun konsep laporan pelaksanaan anggaran belanja rutin dan pembangunan Kanwil DJKN sebagai bahan bagi pimpinan untuk memantau realisasi pelaksanaan anggaran rutin lainnya agar sesuai dengan batas anggaran yang telah ditetapkan.

8. Menyiapkan konsep telaahan dalam rangka melakukan penatausahaan keuangan Kanwil DJKN berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas yaitu:

1. Melakukan penelaahan dalam rangka penyiapan rencana pelaksanaan pengadaan alat barang inventaris kantor/ATK/barang cetakan.

2. Melakukan penelaahan dalam rangka pemeliharaan atau perbaikan barang inventaris kantor/gedung kantor/ rumah dinas sesuai dengan dana yang tersedia.

3. Melakukan konsep telaahan dalam rangka permohonan penghunian rumah dinas di lingkungan Kantor Wilayah.

(27)

b. Bidang PKN

1. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengelolaan BMN Lingkup I.

2. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka penyelesaian usulan penetapan status penggunaan BMN Lingkup I.

3. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka penyelesaian usulan pemanfaatan BMN (sewa, pinjam pajak, Kerja Sama Pemanfaatan 18 (KSP), Bangun Serah Guna/

Bangun Guna Serah (BSG/BGS), dan Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI) Lingkup I.

4. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka penyelesaian usulan penghapusan BMN Lingkup I.

5. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka penyelesaian usulan pemindahtanganan (penjualan, tukar menukar, hibah, penyertaan modal pemerintah) BMN Lingkup I.

6. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka pelaksanaan inventarisasi, pembukuan dan pelaporan dalam rangka penatausahaan BMN Lingkup.

7. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka pelaksanaan akuntansi , penyusunan Laporan Barang Milik Negara, dan penyusunan Daftar Barang Milik Negara Lingkup I.

8. Menyiapkan konsep analisis dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pemantauan evaluasi dan pertanggungjawaban pengelolaan BMN Lingkup I.

c. Bidang Penilaian

1. Menyiapkan konsep rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis di bidang penilaian lingkup I.

(28)

2. Menyiapkan konsep rumusan pemantauan, evaluasi dan rekondasi terhadap pelaksanaan dan laporan penilaian kekayaan negara lingkup I yang dilakukan oleh Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan.

3. Menyiapkan konsep rumusan atas supervisi dan konsultasi pelaksanaan kebijakan teknis penilaian kekayaan negara lingkup I yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan.

4. Menyiapkan konsep rumusan bahan pembinaan, pengawasan, dan peningkatan kualitas penilai lingkup I.

5. Menyiapkan konsep rumusan terhadap penggalian potensi penilaian kekayaan negara lingkup I.

6. Menyiapkan bahan penyusunan konsep hasil verfikasi atas penilaian lingkup.

7. Menyiapkan konsep rumusan atas review laporan penilaian lingkup I oleh penilai eksternal atas permohonan direktorat lain, atau pihak lainnya.

8. Menyiapkan konsep rumusan terhadap pertimbangan usul penilaian kekayaan negara lingkup I yang menggunakan jasa penilai eksternal.

d. Bidang Piutang Negara

1. Menyiapkan konsep bahan perumusan bimbingan teknis pergurusan piutang negara.

2. Menyiapkan konsep penggalian potensi pengurusan piutang negara.

3. Menyiapkan konsep evaluasi penetapan, penagihan, dan eksekusi barang jaminandan/atau harta kekayaan milik penanggung hutang atau penjamin hutang.

4. Menyiapkan konsep bahan pertimbangan atas penetapan persetujuan/ penolakan keringanan hutang.

5. Menyiapkan konsep bahan pertimbangan atas usul paksa badan penanggung hutang dan/

atau penjamin hutang.

(29)

6 Menyiapkan konsep bahan pertimbangan atas usul penghapusan piutang negara.

7. Menyiapkan konsep bahan pertimbangan dan penetapan atas usul restrukturisasi piutang negara.

8. Menyiapkan konsep bahan pertimbangan atas usul pencegahan bepergian ke luar negeri atas dari penanggung hutang/penjamin hutang.

e. Bidang Lelang

1. Menyiapkan konsep bimbingan teknis pelaksanaan operasioanl lelang lingkup I 2. Menyiapkan konsep pelaksanaan penggalian potensi lelang lingkup I.

3. Menyiapkan konsep pemantauan pelaksanaan lelang lingkup I.

4. Menyiapkan konsep evaluasi pelaksanaan lelang lingkup I.

5.Menyiapkan konsep verifikasi dan penatausahaan Risalah Lelang lingkup I.

6. Menyiapkan konsep pengembangan lelang lingkup I.

7. Menyiapkan konsep pengawasan lelang lingkup I.

8. Menyiapkan konsep pemeriksaan lelang dan pembukuan hasil lelang.

f. Bidang Kepatuhan Internal Hukum dan Informasi Kepatuhan Internal :

1. Menyiapkan bahan bimbingan teknis pemantauan dan penjaminan kualitas pelaksanaan prosedur pada Kanwil.

2. Menyiapkan bahan penyusunan rencana pemantauan pengendalian internal di lingkungan Kantor Wilayah.

3. Menyiapkan bahan serta melaksanakan pemantauan pengendalian intern dan kepatuhan kode etik dan disiplin pegawai di lingkungan Kantor Wilayah.

4. Menyiapkan bahan rekomendasi hasil pemantauan pengendalian intern di lingkungan Kanwil.

5. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil pemantauan pengendalian internal di lingkungan kanwil.

(30)

6. Menyiapkan bahan perumusan rekomendasi proses bisnis di lingkungan Kantor Wilayah.

Hukum :

1. Melakukan bantuan hukum di bidang kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang dan lelang.

2. Melaksanakan penanganan perkara Tata Usaha Negara (TUN) yang ditujukan ke Kepala Kanwil.

3. Melaksanakan penanganan perkara perdata non Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang ditujukan ke Kanwil.

4. Melaksanakan penanganan perkara perdata yang mengandung TGR dan perkara perdata eks BPPN baik TGR dan non TGR yang di tujukan ke kanwil.

5. Menyusun laporan rekapitulasi perkembangan penanganan perkara triwulan.

6. Melakukan penyiapan bahan dalam rangka pendampingan perkara pidana di bidang kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang dan lelang baik di lingkungan Kanwil maupun permohonan pendampingan dari kantor vertikal di wilayah kerjanya.

Informasi :

1. Melakukan pengolahan dan pentabulasian data di bidang kekayaan negara. 2. Melakukan pengolahan dan pentabulasian data di bidang penilaian.

3. Melakukan pengolahan pentabulasian data di bidang piutang negara.

4. Melakukan pengolahan dan pentabulasian data di bidang lelang.

5. Melakukan pengolahan dan informasi di bidang kekayaan negara.pentabulasian data dalam rangka penyajian

6. Melakukan pengolahan dan pentabulasian data dalam rangka penyajian informasi di bidang penilaian.

(31)

D. Jaringan Usaha Kegiatan

Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara memiliki kantor operasional vertikal di bawahnya yg disebut Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Terdapat 4 (empat) KPKNL dibawanya, yaitu KPKNL P.Siantar, KPKNL Medan, KPKNL Padang Sidempuan dan KPKNL Kisaran. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut Kanwil Ialah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara. Disamping itu juga Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara melayani satuan kerja vertikal berupa kementerian dan lembaga di wilayah Sumatera utara. Pelayanan penilaian dan konsolidasi BMN, pelayanan lelang dan pelayanan pengurusan piutang negara.

E. Kinerja Kegiatan Terkini

Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu juga pada Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara .Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin, dan loyalitas dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hsil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja kegiatan terkini yang dijalankan Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara adalah menyelenggarakan program E- AUCTION (Lelang Elektronik) di bidang lelang, di bidang kepatuhan internal hukum dan informasi menyelenggarakan inventarisasi data untuk SDA dan melakukan penilaian Barang Milik Negara (BMN) dan Barang Milik Daerah (BMD) di bidang penilaian.

(32)

Kegiatan-kegiatan kerohanian juga tetap dilaksanakan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara seperti perayaan hari- hari besar keagamaan (misalnya: Buka Puasa Bersama dan Natal).

F. Rencana Kegiatan

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara mengembangkan berbagai program kegiatan yang dapat memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa.

1. Melaksanakan pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pelantikan Jurusita Piutang Negara di Lingkungan Kanwil DJKN Sumatera Utara.

2. Mengkaji Ulang untuk pemanfaatan /pemindahtanganan Barang Milik Negara (BMD) dan Barang Milik Negara (BMN) di Kanwil DSumatera Utara, DJKN Medan, DJKN Siantar, DJKN Siantar dan DJKN Padang Sidempuan.

3. Membentuk Tim Gabungan AKB

4. Melakukan penilaian/ penghapusan aset Perum Perumnas 5. Menyelenggarakan Seminar penilai

6. Memasukkan peraturan 2014 ke Kepatuhan Internal Hukum dan Informasi 7. Menyelenggarakan Rakerda (Rapat Keja Daerah)

(33)

BAB III

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS PIUTANG NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG

MEDAN

A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Untuk memenuhi lebih dalam tentang pengertian sistem informasi akuntansi, penulis akan mengutip beberapa definisi sistem, informasi, akuntansi dan sistem informasi itu sendiri. Keempat elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Sistem

Menurut Romney, (2006 : 1) sistem adalah “Dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan, terdiri dari sub sistem yang mendukung sistem yang lebih besar”.

Menurut Hall, (2004 : 5) sistem adalah “Sekelompok dua atau lebih komponen yang saling berkaitan atau subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose)”.

Menurut Widjajanto, (2008 : 1) sistem adalah “Sesuatu yang memiliki bagian- bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahap yaitu input, proses, dan output yang dalam kegiatan operasionalnya diterapkan dalam kegiatan operasi perusahaan dalam mencapai terget perusahaan dalam pengaplikasian sebuah sistem memerlukan adanya sebuah informasi yang diperlukan”.

Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem diciptakan untuk menangani sesuatu yang berulangkali atau yang secara rutin terjadi.

Sistem merupakan sumber daya yang diperlukan untuk mengubah input menjadi output.

(34)

Sedangkan akuntansi merupakan sistem pengolahan informasi yang menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi.

2. Informasi

Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 1) informasi adalah :Data yang telah dikelola dan diproses untuk memberikan arti dan memperbaiki pengambilan keputusan”. Informasi berasal dari data. Untuk mengetahui arti dari informasi, kita harus mengetahui arti data terlebih dahulu. Data adalah fakta statistik dalam bentuk kumpulan simbol yang tidak mengartikan sesuatu. Bebrapa pendapat dari para ahli yang mendefenisikan informasi sering disebut bahwa informasi sebagai pengolahan data. Secara umum informasi terdiri dari bebrapa tugas dasar, yaitu :

a. Pengumpulan data.

b. Manipulasi data yang terdiri dari pengklasifikasian, penyortiran, perhitungan dan pengikhtisaran.

c. Penyimpanan data.

d. Penyimpanan dokumen.

Maka dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan pengumpulan data yang dimanipulasi, disimpan sehingga menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya, menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata, digunakan untuk pengambilan keputusan.

3. Akuntansi

Menurut Niswonger, (2005 :10) Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada para pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi keuangan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah suatu seni mencatat, mengklasifikasi dan meringkas data keuangan dengan cara yang berarti untuk

(35)

mendapatkan informasi yang bersifat keuangan yang dibutuhkan suatu organisasi agar dapat beroperasi secara efisien, mengetahui hasil kerja selama ini dan merencanakan kegiatan ke depan agar lebih baik.

Pengertian yang jelas mengenai sistem informasi akuntansi yang diuraikan oleh Bodnar, dkk (2007 : 1) adalah: “Kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi yang dikomunikasikan kepada beragam pengambilan keputusan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dengan tujuan memberikan informasi kepada para pengguna informasi untuk pengambilan keputusan manajemen dengan menggunakan berbagai sumber daya.

B. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Dalam pelaksanaan kegiatan instansi saat ini. Manajemen membutuhkan sistem informasi untuk melakukan perencanaan yang merupakan langkah awal sebelum melakukan kegiatan usaha. Perencanaan tersebut bertujuan menentukan tujuan, menyusun target yang akan dicapai, menyusun anggaran dan untuk mengambil keputusan yang efektif dalam mencapai tujuan-tujuan instansi yang terkait. Dalam perencanaan ditentukan apa yang harus dilakukan instansi pada waktu yang akan datang siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana jika terjadi kegagalan. Manfaat dari adanya perencanaan pada sistem informasi adalah :

1. Instansi bisa memperoleh dan mengikat sumber daya-daya sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.

2. Kemajuan dapat terus dipantau dan diukur sehingga tindakan korektif dapat diambil apabila tingkat pelayanan publik tidak memuaskan.

(36)

3. Dapat mempercepat dalam menghimpun dan mengkaji data objek kantor cabang dan pendapatan lainnya sesuai standar yang ditetapkan.

4. Dapat mempermudah pengembangan sistem otomatisasi dan komputerasisasi penyajian data objek, subjek dan potensi pendapatan dan pendapatan lainnya.

Tujuan utama pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan dapat terjadi. Untuk dapat merealisasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada tahap pertama bertujuan agar tahap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi- instruksi yang dikeluarkan.

C. Pengertian dan Klasifikasi Piutang 1. Pengertian Piutang

Untuk memahami pengertian piutang perlu dikemukakan beberapa defenisi oleh beberapa ahli, antara lain :

Menurut Keiso,Weygandt (2007:347) menyatakan bahwa : Piutang adalah klaim uang,barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 23 tahun 1960 tentang Rahasia Bank yang tercantum pada Pasal 8 yang dimaksud dengan piutang Negara atau hutang kepada Negara oleh Peraturan ini, ialah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau Badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu Peraturan, perjanjian atau sebab apapun”.

Didalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara Pasal 10 ayat (1) : “Setelah dirundingkan oleh Panitia dengan penanggung hutang dan diperoleh kata sepakat tentang jumlah hutangnya yang masih harus dibayar, termasuk bunga uang, denda yang tidak bersifat

(37)

pidana, serta biaya-biaya yang bersangkutan dengan piutang ini, maka oleh Ketua Panitia dan penanggung hutang dibuat suatu pernyataan bersama yang memuat jumlah tersebut dan memuat kewajiban penanggung hutang untuk melunasinya.” Pada ayat (2) dinyatakana bahwa “Pernyataan bersama ini mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti suatu keputusan hakim dalam perkara perdata yang berkekuatan pasti, untuk mana pernyataan bersama itu berkepala "Atas Nama Keadilan ".

Pada Pasal 12 ayat (I) : “Instansi-instansi Pemerintah dan Badan-badan Negara yang dimaksudkan dalam pasal 8 Peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang- piutangnya yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya kepada Panitya Urusan Piutang Negara.

Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 tentang Pengurusan Piutang Negara Menteri Keuangan yang menjadi Pedoman Pengelolaan Piutang Negara di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang dimaksud dengan Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh negara, berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.

Dari beberapa jenis pengertian piutang yang dikemukakan di atas menunjukkan suatu pengertian bahwa piutang merupakan tagihan kepada pihak lain sebagai suatu perkiraan penyelesaian yang dilakukan dengan adanya penerimaan sejumlah uang.

Penagihan piutang tersebut dilakukan bila hutang tersebut telah jatuh tempo.

2. Klasifikasi Piutang

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2004 : PSAK No. 9 Pasal 7) piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa

(38)

dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Perusahaan yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain.

Secara umum pengelompokan piutang atas piutang usaha dan piutang lain-lain adalah diterima, baik dikalangan praktisi dan akademisi. Piutang usaha dinyatakan meliputi piutang yang timbul. karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun atau satu siklus operasi diklasifikasikan sebagai aset lancar. Piutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar, disajikan setelah aset tetap. Rincian piutang yang dimiliki perusahaan berbeda, tergantung kegiatan operasi perusahaan, jenis piutang yang dimliki. Biasanya perusahaan memisahkan piutang berdasarkan piutang dagang dan piutang lain-lain.

D. Prosedur Piutang

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum Pasal 1 yaitu :

1. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh negara, berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.

2. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

3. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

4. Panitia adalah Panitia Urusan Piutang Negara, baik tingkat pusat maupun cabang.

5. Kantor Pusat adalah Kantor Pusat Direktorat Jenderal.

6. Kantor Wilayah adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal.

(39)

7. Kantor Pelayanan adalah Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang pada Direktorat Jenderal.

8. Penyerah Piutang adalah Instansi Pemerintah, Lembaga Negara, atau badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara atau dimiliki Badan Usaha Milik Negara, yang untuk selanjutnya disingkat BUMN, atau Badan Usaha Milik Daerah, yang untuk selanjutnya disingkat BUMD, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang menyerahkan pengurusan Piutang Negara.

9. Penanggung Hutang adalah badan/atau orang yang berhutang menurut peraturan, perjanjian atau sebab apapun, termasuk badan/atau orang yang menjamin penyelesaian seluruh hutang Penanggung Hutang.

10. Penjamin Hutang adalah badan/atau orang yang menjamin penyelesaian sebagian atau seluruh hutang Penanggung Hutang.

11. Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara, yang untuk selanjutnya disebut SP3N, adalah surat yang diterbitkan oleh Panitia, berisi pernyataan menerima penyerahan pengurusan Piutang Negara dari Penyerah Piutang.

12. Pernyataan Bersama adalah kesepakatan antara Panitia Cabang dengan Penanggung Hutang tentang jumlah hutang yang wajib dilunasi, cara-cara penyelesaiannya, dan sanksi.

13. Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara adalah surat keputusan yang diterbitkan oleh Panitia, yang memuat jumlah hutang yang wajib dilunasi oleh Penanggung Hutang.

14. Surat Paksa adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Panitia Cabang kepada Penanggung Hutang untuk membayar sekaligus seluruh hutangnya dalam

(40)

jangka waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal diberitahukan.

15. Juru Sita Piutang Negara adalah Pegawai Negeri Sipil. di lingkungan Direktorat Jenderal yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawabkejurusitaan.

16. Barang Jaminan adalah harta kekayaan Penanggung Hutang dan/atau Penjamin Hutang yang diserahkan sebagai jaminan penyelesaian hutang.

17. Harta Kekayaan Lain adalah harta kekayaan milik Penanggung Hutang y a n g tidak diikat sebagai jaminan hutang namun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi jaminan penyelesaian hutang.

18. Penilai Internal adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal yang diangkat oleh atau atas kuasa Menteri Keuangan, yang diberi tugas, wewenang dan tanggung Jawab untuk melakukan penilaian.

19. Nilai Pasar adalah perkiraan jumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatuproperti, antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang penawarannya dilakukan secara layak dalam waktu yang cukup, dimana kedua pihak masing-masing mengetahui kegunaan properti tersebut, bertindak hati-hati, dan tanpa paksaan.

20. Nilai Likuidasi adalah nilai properti yang dijual melalui lelang setelah memperhitungkan risiko penjualannya.

21. Nilai Limit adalah nilai terendah atas pelepasan barang dalam lelang.

(41)

22. Nilai P embe ban an ad alah n ilai yan g te rcant um d alam a kta h ipot ik/ c re diet ve rband /h ak t anggun ga n/f idu sia.

23. Lelang adalah penjualan barang di muka umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24. Penjualan tanpa melalui lelang adalah penjualan barang yang dilakukan oleh Penanggung Hutang dengan persetujuan Panitioa Cabang.

25. Penebusan adalah pembayaran yang dilakukan oleh Penjamin Hutang untuk mengambil kembali Barang Jaminan.

26. Pemeriksaan adalah serangkaian upaya yang dilakukanoleh Pemeriksa guna memperoleh informasi dan/atau bukti-bukti dalam rangka penyelesaian Piutang Negara.

27. Pemeriksa adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal yang diangkat oleh atau ataskuasa Menteri Keuangan, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan Pemeriksaan.

28. Paksa Badan adalah penyanderaan (gijzeling) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960, yaitu pengekangan kebebasan untuk sementara waktu terhadap diri pribadi Penanggung Hutang atau pihak lain yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku harus bertanggung jawab.

29. Tempat Paksa Badan adalah tempat tertentu yang tertutup, mempunyai fasilitas terbatas, dan mempunyai sistem pengamanan serta pengawasan memadai, yang digunakan untuk pelaksanaan Paksa Badan.

(42)

Penyerahan pengurusan piutang negara sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara, yaitu :

1. Piutang Negara pada tingkat pertama diselesaikan sendiri oleh Instansi Pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Dalam hal penyelesaian Piutang Negara tidak berhasil, Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud di atas wajib menyerahkan pengurusan Piutang Negara kepada Panitia Cabang.

3. Penyerahan pengurusan Piutang Negara disampaikan secara tertulis disertai resume dan dokumen kepada Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Penyerah Piutang.

4. Dokumen-dokumen yang dilampirkan dalam penyerahan pengurusan Piutang Negara seperti : Perjanjian kredit, Rekening koran, prima nota, mutasi piutang, faktur, rekening, bukti tagihan, Dokumen yang terkait dengan Barang Jaminan dan pembebanannya, dan surat menyurat antara Penyerah Piutang dan Penanggung Hutang.

5. Dalam hal piutang berasal dari kredit sindikasi/konsorsium, sepanjang terdapat Piutang Negara yang harus diselesaikan, pengurusannya dapat diserahkan kepada Panitia Cabang.

(43)

Selain mengenai penyerahan pengurusan piutang negara yang dibahaskan dalam peraturan menteri keuangan, terkait dengan penerimaan dan penolakan pengurusan piutang negara juga diatur , yaitu :

1. Piutang Negara terdiri atas hutangpokok, bunga, denda, ongkos, dan/atau beban lainnya sesuai perjanjian/peraturan/

putusanpengadilan.

2. Besarnya pembebanan bunga, denda, ongkos, dan/atau beban lainnya ditetapkan paling lama 9 (sembilan) bulan setelah kredit/piutang dikategorikan macet berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal :

a. piutang pokok terdapat beban bunga, denda, ongkos, dan/atau beban lainnya; atau

b. piutang denda terdapat beban bunga.

3. Dalam menghitung besarnya Piutang Negara:

a. polis asuransi, biaya pembebanan hak tanggungan/fidusia, biaya perpanjangan hak atas tanah, biaya pengukuhan hak atas tanah, dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan, diperhitungkan sebagai penambahan.

b. Piutang Negara dalam satuan mata uang asing tetap dihitung dalam satuan mata uang asing yang bersangkutan.

E. Penetapan Jumlah Piutang Negara

Sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum, penetapan jumlah piutang

(44)

negara yang didalam nya terdapat mengenai Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara, yaitu sebagai berikut :

1. Panitia Cabang menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara, dalam hal Pernyataan Bersama tidak dapat dibuat karena:

a. Penanggung Hutang tidak mengakui jumlah hutang baik sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak dapat membuktikan.

b. Penanggung Hutang mengakui jumlah hutang, tetapi menolak menandatangani Pernyataan Bersama tanpa alasan yang sah.

2. Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang Negara memuat sekuran g- kurangnya

a. Berkepala "Keputusan Panitia Urusan Piutang Negara"

tentang Penetapan Jumlah Piutang Negara.

b. Pertimbangan diterbitkannya Penetapan Jumlah Piutang Negara.

c. Dasar hukum diterbitkannya Penetapan Jumlah Piutang Negara.

d. Besarnya Piutang Negara dengan rincian hutang pokok, bunga, beban lainnya dan Biaya Administrasi wajib dilunasi Penanggung Hutang.

Didalam Peraturan Menteri Keuangan terdapat aturan yang meringankan hutang tersebut, yaitu :

1. Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan diberi kewenangan untuk memberikan keringanan hutang dalam bentuk :

a. Keringanan jumlah hutang yang menyangkut bunga, denda, dan/atau ongkos/beban lainnya.

(45)

b. Keringanan jangka waktu, penyelesaian hutang.

2. Permohonan keringanan hutang atau permohonan kembali keringanan hutang diajukan selambat-lambatnya sebelum Pengumuman Lelang.

3. Dalam hal Lelang pernah dilaksanakan, permohonan keringanan hutang atau permohonan kembali keringanan hutang dapat diajukan dengan ketentuan selambat-lambatnya sebelum Pengumuman Lelang berikutnya.

4. Dalam hal kegiatan usaha Penanggung Hutang tidak berjalan/tidak ada, atau usaha masih berjalan tetapi hanya mengajukan permohonan keringanan jumlah hutang, analisis permohonan keringanan hutang meliputi sekurang- kurangnya : Latar belakang permohonan keringanan hutang, dan Itikad baik Penanggung Hutang.

5. Besar keringanan jumlah hutang dihitung dari sisa hutang bunga, denda, dan ongkos/beban lainnya pada saat keputusan persetujuan permohonankeringanan hutang diterbitkan.

F. Pemeriksaan Piutang

Pemeriksaan yang dilakukan dalam kasus Piutang Negara Sebagaimana telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara yang berlaku, yaitu:

1. Objek Pemeriksaan adalah:

a. Penanggung Utang, Penjamin Utang, atau pemegang saham b. Kemampuan Penanggung Utang

(46)

d. Fisik Barang Jaminan.

2. Dalam hal Penanggung Utang meninggal dunia, Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap diri, Harta Kekayaan Lain, dan/atau kemampuan ahli waris.

3. Penjamin Utang sebagaimana dimaksud , yaitu:

a. penjamin utang pribadi (borgtocht atau personal guarantee).

b. penjamin atas pembayaran wesel (avalist); atau

c. pengurus badan usaha atau badan hukum yang mengikatkan diri sebagai penjamin (corporate guarantee).

4. Harta Kekayaan Lain sebagaimana dimaksud, meliputi :

a. Barang tidak bergerak, antara lain tanah, tanah berikut bangunan, kapal dengan isi kotor lebih dari 20 m3 (dua puluh meter kubik).

b. Barang bergerak, antara lain kendaraan bermotor, perhiasan, furniture, peralatan elektronik.

c. Surat berharga, antara lain saham, obligasi, bukti piutang, penyertaan modal.

d. Barang tidak berwujud, antara lain hak cipta, hak paten, hak merek.

5. Dalam melaksanakan Pemeriksaan, Pemeriksa berwenang meminta keterangan kepada Penanggung Hutang dan/atau pihak lain, yang berkaitan dengan :

a. Tempat kediaman/rumah, kantor, tempat usaha/tempat kegiatan milik atau diduga milik Penanggung Utang.

b. Usaha dan/atau Harta Kekayaan Lain; dan/atau

(47)

c. Catatan dan pembukuan dari usaha milik atau diduga milik Penanggung Utang.

6. Dalam hal objek Pemeriksaan berupa tanah dan bangunan dalam keadaan kosong atau terkunci, Pemeriksaan harus didampingi oleh aparat pemerintah desa/kelurahan dan/atau aparat kepolisian setempat.

7. Dalam hal objek pemeriksaan berada di luar wilayah kerja Kantor Pelayanan, pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan memintabantuan Kantor Pelayanan tempat objek pemeriksaan berada.

G. Penilaian Piutang

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum perundang-undangan piutang negara penilaian yang berlaku, yaitu :

1. Objek penilaian adalah Barang Jaminan dan/atau Harta Kekayaan Lain.

2. Penilaian dilakukan dalam rangka penjualan melalui lelang, penjualan tanpa melalui lelang, penebusan dengan nilai di bawah nilai pengikatan,atau keringanan utang.

3. Penilaian terhadap objek penilaian dilakukan oleh Tim Penilai Internal.

4. Dalam hal objek penilaian bersifat khusus dan/atau barang tidak berwujud, penilaian dilakukan oleh Penilai Eksternal.

5. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud penilaian dapat dilakukan oleh Tim Penilai Internal dalam hal memilikikualifikasi untuk melakukan

(48)

penilaian terhadap objek penilaian bersifat khusus dan/atau barang tidak berwujud.

6. Penilaian terhadap objek penilaian yang bersifat tidak khususdapat dilakukan oleh Penilai Eksternal dalam hal Penyerah Piutang bersediamembiayai.

7. Hasil penilaian dituangkan dalam Laporan Penilaian yang memuat kesimpulan mengenai Nilai Pasar atau Nilai Pasar dengan Nilai Likuidasi.

8. Nilai Likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung dengan cara mengurangi Nilai Pasar den gan risiko -risiko penjualan melalui lelang.

9. Risiko- risiko penjualan melalui lelang sebagaimana dimaksud, ditetapkan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari Nilai Pasar.

10. Laporan Penilaian yang disampaikan Penyerah Piutang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan nilai penjualan melalui lelang,penebusan dengan nilai di bawah nilai pengikatan, penjualan tanpa melalui lelang, atau keringanan hutang, dengan ketentuan:

a. Penilai yang ditunjuk Penyerah Piutang adalah penilai atau perusahaan penilai yang independen.

b. Penilai atau perusahaan penilai memiliki izin resmi dari lembaga yang berwenang untuk melakukan kegiatan penilaian (appraisal) di Indonesia.

(49)

c. Laporan Penilaian harus ditandatangani oleh penilai yang lulus Ujian Sertifikasi Penilai (USP) dan telah mempunyai izin penilaian dari Menteri Keuangan.

d. Laporan Penilaian masih sesuai dengan kondisi barang atau kondisi pasar yang ada; dan

e. Laporan Penilaian masih berlaku.

(50)

H. Pembayaran Utang

Pada pasal 292 Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 128/PMK.06/2007 Tentang Pengurusan Piutang Negara Ketentuan Umum dijelaskan bahwa dalam hal pembayaran dilaksanakan melalui Penyerah Piutang, Penyerah Piutang wajib segera memberitahukan data pembayaran hutang kepada Kantor Pelayanan dan wajib segera melimpahkan Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara ke rekening Bendahara Penerimaan Kantor Pelayanan dan pada Pasal 293 (1)Kantor Pelayanan menatausahakan penerimaan pembayaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2)Ketentuan mengenai penatausahaan penerimaan pembayaran diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal.

(51)

Dalam Pasal 294: “Direktorat Jenderal dapat melakukan kerjasama dengan Penyerah Piutang, perusahaan penjamin kredit, pihak-pihak yang mempunyai keahlian di bidang pengelolaan aset, restrukturisasi hutang, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan/atau instansi lain yang terkait dengan pengurusan Piutang Negara, dan Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku”.

Mengenai pelunasan sebagaimana telah dijelaskan pada Pasal 305, yaitu “Dalam hal hutang Penanggung Utang telah lunas, Panitia Cabang menerbitkan Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas. (2)Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas diterbitkan berdasarkan hasil verifikasi. Dan pada Pasal 306, dijelaskan bahwa Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas disampaikan kepada Penanggung Hutang dan Penyerah Piutang”.

Terakhir mengenai roya, yang dimaksud dengan roya adalah pencoretan Hak Tanggungan yang melekat pada buku tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan, karena hapusnya Hak Tanggungan yang membebani atas tanah. Sebagaimana telah diatur dalam pasal 307 yaitu Penyerah Piutang wajib mengajukan permohonan roya, dalam hal Barang Jaminan telah terjual atau ditebus; atau Piutang Negara dinyatakan lunas.

(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir ini penulis mencoba untuk menarik bebebrapa kesimpulan mengenai sistem informasi akuntansi piutang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan. Penulis akan mencoba memberikan saran-saran yang bersifat membangun yang diharapkan dapat berguna bagi instansi dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian di atas yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, maka dengan ini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem akuntansi piutang dirancang untuk mancatat transaksi terjadinya piutang dan prosedur-prosedur piutang.

2. Terjadinya piutang negara berasal dari suatu perjanjian, suatu peraturan, dan akibat lainnya yang sah, misalnya tuntutan ganti atas kasus penggelapan uang, dan lain-lain.

3. Pengelolaan piutang negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dilakukan sesuai peraturan Perundang-undangan dan pasal-pasal yang berlaku.

4. Sistem Informasi Akuntansi Piutang Negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh besar terhadap informasi keuangan maupun non keuangan.

Sehingga tercipta laporan keuangan yang akuntabilitas.

5. Sistem Informasi Akuntansi Piutang Negara pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan memiliki peranan dalam menjaga/meninimalkan agar tidak terjadi kebocoran pendapatan.

(53)

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian yang telah di lakukan secara keseluruhan adalah :

1. Diharapkan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan dapat menyusun database piutang negara dengan rapi dan terintegritas sesuai peraturan yang berlaku.

2. Dengan mengingat bahwa pentingnya Sistem Informasi Akuntansi Piutang Negara dalam meningkatkan efisiensi waktu pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan sudah cukup baik maka diharapkan peningkatan kinerja karyawan dalam meningkatkan pelayanan sesuai visi dan misi yang ingin dicapai.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Proses yang terjadi pada fase pembelahan sel tersebut adalah. A. kromosom ditarik ke kutub

Skala Likert (1-5) Persepsi Kualitas Persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkan.

Kompetensi inti yang diharapkan setelah guru belajar dengan menggunakan modul ini adalah menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional,

In this paper we present a robust and efficient analytical pipeline for automatic urban scene classification based on point clouds from disparity maps, which is adapted to utilize

Apabila pegawai ke luar negeri bukan dalam rangka hubungan kerja, seperti ekspatriat berlibur kembali ke negaranya, maka pembayaran fiskal tersebut tidak boleh dimasukkan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang Perencanaan Rehabilitasi/ Rekonstruksi Sarana Pendukung. Pengungsi di 7

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak Dalam (Orang