• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAISUMBER BELAJAR BIOLOGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAISUMBER BELAJAR BIOLOGI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

GLOSARIUM ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Organisasi Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Konsep Nilai ... 11

B. Kearifan Lokal ... 15

C. Suku Anak Dalam Provinsi Jambi ... 19

D. Sumber Belajar Biologi ... 30

E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Metode Penelitian... 37

(2)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

C. Instrumen Penelitian... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Prosedur Penelitian... 47

G. Definisi Operasional... 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Verifikasi Studi Pendahuluan ... 49

1. Letak Geografis Kawasan ... 49

2. Tradisi Masyarakat Lokal Suku Anak Dalam (Orang Rimba) terhadap Pengelolaan Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas………..……… 55

A. Sistem Perladangan Orang Rimba ………. 55

B. Sistem Pengelolaan Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas ... 64

B. Pembahasan ... 73

1. Makna Nilai Tradisi Kearifan Lokal Orang Rimba… 73 2. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Orang Rimba Sebagai Sumber Belajar Biologi……... 87

3. Peran Orang Rimba sebagai Penyangga Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas ……….. 97

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI …………. 101

A. Simpulan ……… 101

B. Implikasi dan Rekomendasi ………... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(3)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Kawasan Hutan dan Fungsinya Berdasarkan Adat Istiadat………... 6 2.1. Daftar tumbuhan, Hasil Getah, dan Manfaat bagi Orang Rimba ………. 27 2.2. Perumusan Nilai-Nilai Karakter oleh Kementerian

Pendidikan Nasional ... 31 3.1. Indikator Nilai-Nilai Kearifan Lokal yang telah dikembangkan

oleh peneliti lain ... 39 3.2. Tokoh Informan Formal dan Informal ... 42 4.1. Pembagian Zona Pengembangan Hutan Taman Nasional

Bukit Duabelas ... 50 4.2. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Orang Rimba terhadap

(4)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.2. Komponen dalam Analisis Data (interaktif model) Miles dan Huberman ... 45

3.3. Alur Penelitian ... 47

4.1. Peta Zonasi Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas ... 53

4.2. Urutan Sistem Perladangan Orang Rimba ... 57

4.3. Kegiatan Mancah Orang Rimba... 59

4.4. Susudungon ... 62

4.5. Pohon Sialang ... 69

4.6. Salah satu bendungon Orang Rimba ... 72

4.7. Daur di Alam Menurut Mwalukisa dan Oinam ………... 81

4.8. Sungai Telentam ………... 82

4.9. Rotasi Penggunaan Sumber daya Hutan Orang Rimba ... 84

(5)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Observasi dan Dokumentasi ... 108

2. Pedoman Wawancara ... 109

3. Susunan Narasumber ... 111

4. Resume Hasil Observasi ... 113

5. Resume Hasil Wawancara... 123

(6)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan fungsi lingkungan merupakan masalah nyata yang dihadapi manusia dan disebabkan perilaku manusia yang tidak selaras dengan lingkungan. Masalah perubahan fungsi lingkungan hidup ini banyak dihadapi negara berkembang dan ditimbulkan oleh kemiskinan yang memaksa rakyat merusak fungsi lingkungan alam. Misalnya, di negara berkembang yang banyak penduduk, hutan dibabat untuk memperoleh tanah yang dirasa semakin langka.

(7)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, dalam ketentuan pasal 18B ayat (1) UUD 1945 juga dimaknai eksistensi masyarakat hukum adat diakui dan dijamin, namun bersifat kondisional karena terdapat empat unsur yang harus dipenuhi, yaitu sepanjang masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat, sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan diatur dalam undang-undang (Mariane, 2014).

Menurut Peursen (1976) salah satu unsur yang berperan dalam memelihara lingkungan adalah kemampuan mempertahankan budaya asli, kemampuan menyerap dan mengolah unsur budaya luar sesuai dengan orientasi, persepsi, sikap dan gaya hidup masyarakat, kemudian mewujudkannya sebagai kebudayaan nasional yang berfungsi sebagai perangkat dasar dalam proses dan pelaksanaan pembangunan nasional serta ketahanan nasional. Kepribadian budaya bangsa mempunyai kedudukan sentral dalam proses pembentukan kebudayaan nasional karena dapat bertahan terhadap benturan budaya luar dan dapat berkembang untuk masa-masa yang akan datang. Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kegiatan manusia memperlakukan lingkungan alamiahnya membentuk kebudayaan.

Upaya mengubah perilaku dan sikap peduli pada fungsi lingkungan yang dilakukan berbagai pihak seperti institusi pendidikan atau elemen masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Dengan belajar dari alam dalam memelihara lingkungannya yaitu dengan prinsip keberlanjutan dan menerapkan beberapa pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif secara mental sesuai dengan filsafat kontruktivis seperti pembelajaran berbasis masalah, pemecahan masalah, inkuiri, pembelajaran kontekstual dan klarifikasi nilai (Tim MKU PLH, 2014).

(8)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

karakter lokal masing-masing suku yang terdapat di Indonesia. Penanaman nilai dan karakter bangsa menuntut guru untuk bijaksana dalam memilih sumber belajar yang tepat dan dekat dengan karakter peserta didik dan memperhatikan karakter dan kearifan lokal daerah setempat.

Menurut Djulia (2005), perkembangan pendidikan sains sangat terdorong oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan sains formal seperti diajarkan di lingkungan pendidikan sekolah. Sementara di lingkungan masyarakat lokal terbentuk pengetahuan asli berbentuk pesan, adat istiadat yang diyakini oleh masyarakatnya dan disampaikan secara turun temurun tentang bagaimana harus bersikap terhadap alam. Bentuk pengetahuan ini tidak terstruktur secara sistematis dalam bentuk kurikulum yang diimplementasikan dalam pendidikan formal, melainkan berbentuk pesan, amanat yang disampaikan secara turun temurun di suatu masyarakat adat seperti cara memelihara hutan dengan memberlakukan hutan larangan.

Hingga kini dalam pendidikan formal di sekolah, kearifan alam seperti itu belum banyak terungkap. Pendidikan sains formal lebih berkonsentrasi pada upaya beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bercermin pada pola pendidikan sains di negara maju. Agar adat istiadat yang berupa kearifan terhadap alam ini tidak punah, maka pentingnya pelestarian nilai-nilai luhur ini perlu ditanamkan dan disosialisasikan kepada generasi penerus melalui proses pendidikan sains dalam konteks budaya. Oleh karena itu penggalian khusus mengenai pengetahuan asli (indigenous knowledge) di suatu masyarakat menjadi semakin penting untuk diteliti.

(9)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kehidupannya. Dengan demikian, pendidikan sains akan betul-betul bermanfaat bagi siswa itu sendiri dan bagi masyarakat luas (Suastra, 2010).

S. Swarsi Geriya dalam Menggali Kearifan Lokal (Local Wisdom) untuk Ajeg Bali dalam Iun (http://www.balipost.co.id) mengemukakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga. Kearifan lokal yang menjadi ciri khas dari masing-masing daerah berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.

Dalam penelitiannya, Abbas (2014) mengungkapkan masyarakat Bugis Makassar memiliki kekayaan nilai budaya yang terdapat pada kearifan lokal yang tertuang dalam naskah Lontaraq. Pada naskah-naskah Lontaraq yang ada, terdapat Lontaraq pappasêng/pappasang. Nilai-nilai tersebut meliputi berbagai nilai karakter yakni nilai yang berhubungan dengan Tuhan (religius dan tawakkal); nilai yang berhubungan dengan diri sendiri (jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca); nilai yang berhubungan dengan sesama (patuh, solidaritas, persatuan toleransi, menghargai karya dan prestasi orang lain, bersahabat/komunikatif, cinta damai dan demokratis); nilai yang berhubungan dengan lingkungan (peduli sosial dan peduli lingkungan); nilai yang berhubungan dengan kebangsaan (cinta tanah air dan semangat kebangsaan).

Secara psikologis, menurut Ratih (2013), pembelajaran berbasis kearifan lokal memberikan sebuah pengalaman psikologi kepada siswa selaku pengamat dan pelaksana kegiatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, green behavior (perilaku hijau) dapat dikembangkan dari nilai-nilai kearifan lokal hutan

(10)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mendapatkan malapetaka. Bahkan jika penebangan pohon dilakukan oleh banyak orang akan menimbulkan bencana bagi masyarakat. Apabila dikaji secara logis baik mitos maupun tabu dapat dimaknai sebagai bentuk penjagaan dan pemeliharaan kelestarian hutan. Melalui nilai-nilai kearifan lokal ini, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan tindakan nyata dalam upaya mewujudkan green behavior.

Sementara itu, di daerah seperti Kampung Naga, Tasikmalaya; Tenganan Pagringsingan, Bali; Suku Petalangan, Riau; Suku Anak Dalam, Jambi; dan Suku Dayak Meratus, Kalimantan Selatan, yang masyarakat adatnya tidak pernah mengetahui peraturan-peraturan tentang lingkungan hidup dan hutan, terdapat suatu kondisi lingkungan hidup yang asri dan lestari. Kehidupan mereka sangat bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Dalam menjaga lingkungan hidup termasuk lingkungan hutannya, mereka sangat berpegang teguh pada aturan para leluhurnya. Sebagai masyarakat adat, mereka menganggap hutan sebagai sumber kehidupan. Hutan telah membentuk sistem nilai, budaya, tradisi serta peradaban mereka. Semenjak leluhur mereka menetapkan suatu hutan sebagai hutan keramat atau hutan titipan atau hutan larangan, mereka sangat menjaga keberadaan hutan tersebut dari ulah manusia yang hendak merusak (Mariane, 2014).

(11)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kelompok Orang rimba dari Suku Anak Dalam yang menempati kawasan Kecamatan Air Hitam kabupaten Sarolangun, Jambi memiliki cara khas dalam menjaga kelestarian Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) yang menjadi tempat hidup mereka. Salah satu cara dengan pola Hompongan. Hompongan dalam bahasa Suku Anak Dalam berarti penahan. Hompongan ini dibuat untuk menjaga kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas dengan cara membuat ladang-ladang yang menyambung antara satu dengan lainnya dan digunakan sebagai pembatas antara ladang masyarakat Melayu atau masyarakat di luar mereka dengan kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas untuk menghambat proses perambahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu (Female Kompas, 2011).

Rokhdian (2012) menyatakan hutan bagi masyarakat adat Suku Anak Dalam merupakan suatu kawasan yang memiliki arti sangat penting baik dalam kehidupan sosial maupun ritual. Masyarakat adat Suku Anak Dalam memiliki hutan keramat yang tidak boleh diganggu bahkan dimasuki pihak tertentu tanpa

[image:11.595.108.515.517.706.2]

seijin dan kesepakatan bersama. Hutan keramat dipercaya sebagai tempat bersemayam segala macam makhluk gaib dan dewa. Beberapa jenis pembagian hutan dan pengaturannya berdasarkan fungsi kawasan terhadap adat istiadat menurut Suku Anak Dalam dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Kawasan hutan dan fungsinya berdasarkan adat istiadat

Kawasan Hutan Fungsi

Tanah Peranaon diperuntukan bagi keluarga Suku Anak

Dalam saat melahirkan anak

Benuaron kawasan hutan yang di dominasi pohon

buah-buahan

Tanah Pasoron meletakkan jasad Suku Anak Dalam

Tanah Terban kawasan hutan yang rentan longsor dan

dipercaya tempat setan-setan jahat bersemayam

Balo Balai tempat menikah

Balo Gejoh dipercaya sebagai tempat bersemayam

dewa tertinggi penguasa hutan

(12)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bendungon kawasan rawa-rawa yang dipercaya

tempat dewa-dewa mandi

Jamban Budak Tempat pertama kalinya bayi

dimandikan satelah lahir

Tempelanai kawasan hutan berkontur gelombang

yang dipercaya sebagai kuburan penguasa hutan

Sebuah tradisi dalam suatu kebudayaan memang tidak terpisahkan dari mitos yang mengiringi tradisi tersebut. Para leluhur mewarisi tradisi tersebut dari generasi ke generasi menjadi sebuah ritual yang penting dalam suatu kebudayaan. Terlepas dari unsur mistis yang ada di dalamnya, pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung dalam suatu tradisi masyarakat lokal sangat penting dimiliki oleh peserta didik, sekarang dan masa akan datang. Oleh karena itu nilai-nilai budaya masyarakat lokal yang dikembangkan dalam konteks kekinian, sangat penting dijadikan kajian dalam pembelajaran Biologi sehingga terinternalisasi pada diri peserta didik.

Indikator nilai kearifan lokal dalam penelitian ini menggunakan nilai kearifan lokal yang telah dikaji oleh peneliti sebelumnya (Aditya & Ratih, 2013). Tetapi tidak menutup kemungkinkan memunculkan nilai kearifan yang lain. Nilai-nilai kearifan lokal yang akan digunakan sebagai indikator yakni: 1) Nilai menghormati, menyayangi makhluk ciptaan Tuhan dan bersyukur; 2) Nilai keselarasan; 3) Nilai keseimbangan; 4) Nilai interaksi; 5) Nilai pelestarian lingkungan; dan 6) Nilai keindahan.

(13)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kepada peserta didik untuk memahami pentingnya melestarikan fungsi lingkungan untuk kehidupan di masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak Dalam (Orang Rimba) Provinsi Jambi terhadap pengelolaan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai Sumber Belajar Biologi?”.

C. Pertanyaan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana tradisi masyarakat lokal Suku Anak Dalam terhadap pengelolaan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas?

2. Nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam kearifan lokal Suku Anak Dalam Provinsi Jambi terhadap pengelolaan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas?

3. Bagaimana identifikasi nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak Dalam sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar biologi?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak Dalam (Orang Rimba) Provinsi Jambi terhadap pengelolaan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai sumber belajar biologi. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk.

1. Mengkaji bagaimana tradisi yang dilakukan masyarakat lokal Suku Anak Dalam terhadap pengelolaan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas.

(14)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak Dalam sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar biologi.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritik

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan referensi nilai-nilai kearifan lokal bagi masyarakat yang multikultural di Indonesia.

2. Manfaat praktik

Nilai-nilai kearifan lokal dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan rujukan untuk pengembangan bahan ajar pembelajaran di sekolah dan diharapkan dapat memberikan motivasi peserta didik, guru, masyarakat bahkan pemerintah untuk terus memahami pentingnya pewarisan nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat adat sebagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik akan nilai sejarah dan budayanya yang pada gilirannya akan mengantarkan dirinya menjadi manusia yang arif dan bijaksana terhadap lingkungannya.

F. Organisasi Penelitian

(15)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

serta manfaat praktik sebagai bahan rujukan untuk pengembangan bahan ajar bagi unsur-unsur terkait seperti sekolah, guru, siswa, serta peneliti lain.

Bab kedua kajian pustaka, menyajikan dasar teori yang digunakan dalam penyelesaian penelitian. Dasar teori meliputi konsep nilai, kearifan lokal, Suku Anak Dalam (Orang Rimba) Provinsi Jambi, dan sumber belajar biologi.

Bab ketiga metode penelitian, bab ini menyajikan metode yang digunakan dalam penelitian dan alasan-alasan menggunakan metode tersebut, subjek penelitian, dan analisis pengolahan data. Metode penelitian yang digunakan adalah metode verifikatif dengan pendekatan kualitatif, data hasil penelitian dianalisis dengan teknik triangulasi.

Bab keempat, temuan dan pembahasan, menyajikan temuan yang didapat dan hasil pembahasan yang telah dianalisis dengan metode yang digunakan. Hasil penelitian meliputi tradisi yang dilakukan Orang Rimba terhadap pengelolaan hutan meliputi sistem perladangan dan pembagian hutan, analisis nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi tersebut, serta identifikasi nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi.

(16)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abbas, I. (2014). Studi Penelusuran Nilai-nilai Pedagogik pada Naskah Lontaraq sebagai Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan IPS di Sekolah. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Achyani. (2010). Pengembangan Model Penulisan Buku Pelajaran Biologi SMA Berwawasan Ekologi dan Berbasis Realitas Lokal. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Aditya, Y.A. (2013). Nilai-nilai Kearifan Lokal Masyarakat Cigugur-Kuningan dalam Pelestarian Lingkungan Hidup sebagai Sumber Belajar Geografi. Tesis S2 pada FPIPS SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Alwasilah, et al. (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Apriana, E. (2012). Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Konservasi dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Aceh Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan dan Tindakan Konservasi. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Ardan, et al. (2015). Needs Assessment to Development of Biology Textbook for High School Class X-Based the Local Wisdom of Timor. International Education Studies. 8 (4). Pp. 52-59.

Aulia, T.O.S &Dharmawan. (2010). Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 4 (3). Pp. 345-355.

Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Azwar, S. (2012). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berta, A. E. V. (2014). People of the Jungle. Adat, Women and Change among Orang Rimba. Oslo: University of Oslo.

Budiwiyanto, J. (2005). Tinjauan Tentang Perkembangan Pengaruh Lokal Genius dalam Seni Bangunan Sakral (Keagamaan) di Indonesia. Jurnal Seni Rupa STSI Surakarta. 2 (1). pp. 24-35.

(17)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Capra, F. (2002). Jaring-jaring Kehidupan. Jogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Djulia, E. (2005). Peran Budaya Lokal dalam Pembentukan Sains: Studi Naturalistik Pembentukan Sains Siswa Kelompok Budaya Sunda tentang Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan dalam Konteks Sekolah dan Lingkungan Pertanian. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Fraenkel, J.R. (1977). How to Teach About Values; An Analytic Approach. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Hompongan Kearifan Lokal Untuk Kearifan Global. Di askes dari: http://www. metrojambi.com/v1/daerah/3880-hompongan-kearifan-lokal-untuk-kearifan-global.html

Husbani, Firsty. 1997. Kajian Atas Pengakuan Terhadap Hak dan Eksistensi Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan Hidup di Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan. (4) 1. pp 20-42.

Indrawan, M., Primack, R.B., &Supriatna, J. (2007). Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Japarudin.(2014). Kepercayaan Orang Rimba Jambi terhadap Betetutuh Sang Mesekin. Kontekstualita. (29) 1. Pp 15-40.

Kamonthip & Kongprasertamorn. (2007). Local Wisdom, Environmental Protection and Community Development: The Claim Farmers in Tambon Bangkhunsai, Phetchaburi Province, Thailand. Manusya: Journal of Humanities. 10 (1). pp. 1-10.

Koentjaraningrat. (1989). Pengantar Ilmu Atropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Kotoran-manusia-bisa-dimanfaatkan-untuk-pupuk-dan-biogas. Diakses dari: http://www.voaindonesia.com/content/kotoran-manusia-bisa-dimanfaatkan-untuk-pupuk-dan-biogas/2719931.html

Levi, & Strauss, C. (2007). Antropologi Struktural (Penerjemah: Sjams, N.R. , Antropologie Strukturale, PLON 1958). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

(18)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lubis. (2005). Pengetahuan Lokal dalam Sistem Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan, Warisan Budaya yang Terancam Hilang. Jurnal Antroplogi Sosial Budaya ETNOVISI.5 (1).pp 48-54.

Mariane, I. (2014). Kearifan Lokal Pengelolaan Hutan Adat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Meliono, I. (2011). Understanding the Nusantara Thought and Local and Local Wisdom as an Aspect of the Indonesian Education. International Journal for Historical Studies. 2 (2). pp. 221-234.

Menggali Kearifan Lokal (Local Wisdom) untuk Ajeg Bali. Diakses dari: http://www.balipost.co.id

Moleong, L, J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muchlas, M. (1975). Sedikit Tentang Kehidupan Suku Anak Dalam (Orang Kubu) di Provinsi Jambi. Jambi: Kanwil Depsos Provinsi Jambi.

Mudriah. (2012). Pendidikan Nilai Liliyuran dalam Masyarakat Suku Baduy Melalui Pembelajaran Sejarah (Penelitian Etnografi di SMP Negeri 4 Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Tesis S2 pada FPIPS SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Mungmachon, M.R. (2012). Knowledge and Local Wisdom: Community Treasure. Internatinal Journal of Humanities and Social Science. 2 (13). pp. 174-181.

Mwalukisa & Oinam.(2009). Kotoran Manusia Sebagai Penyubur Tanah. Salam. pp. 16-19.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurhadi.(2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:

Universitas Negeri Malang.

O’neal, W.F. (2002). Ideologi-ideologi Pendidikan. (penerjemah: Naomi, O.I., dari Educational Ideologies: Contemporary Expressions of Educational Philosophies). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(19)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyassastra.

Ratih, D. (2013). Nilai-nilai Kearifan Lokal Hutan Lindung Situ Lengkong dalam Mengembangkan Green Behavior Peserta Didik Melalui Pembelajaran Sejarah (Studi Naturalistik Inkuiri di SMA Negeri 1 Lumbung). Tesis S2 pada FPIPS SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Reksohadiprodjo, Sukanto & Pradono. (1998). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Yogyakarta: BPFE UGM.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rokhdian, D. (2012). Alim Rajo Disembah, Piado Alim Rajo Disanggah: Ragam

Bentuk Perlawanan Orang Rimba Makekal Hulu Terhadap Kebijakan Zonasi Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi. Tesis S2 pada FISIP Program Studi Pascasarjana Antropologi. Jakarta: Tidak Diterbitkan.

Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara, Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat. 37 (2). pp. 111-120.

Sibarani, R. (2012). Kearifan Lokal. Jakarta: ATL

Soeriaatmadja, R.E. (2000). Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soetomo, M. (1995). Orang Rimbo: Kajian Struktural-Fungsional Masyarakat Terasing di Makekal Provinsi Jambi. Bandung: Universitas Padjajaran.

Spredley, J, P. (2007). Terjemahan: Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suastra, I, W. (2010). Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk

mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. (43) 2. Pp. 8-16.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(20)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2013). Metode Peneltian Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suku Anak Dalam Pertahankan Hutan dengan Hompongan. Diakses dari: http://female.kompas.com/read/2011/09/27/06070524/

Suparmini, et al. (2013). Pelestarian Lingkungan Masyarakat Baduy Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Humaniora. 18 (1). pp. 8-12

Suparno, P. (2004). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriyadi, S. (2009). Status Unsur-Unsur Basa (Ca2+ , Mg2+, K+, dan Na+) di Lahan Kering Madura. Agrovigor. 2 (1). pp 35-41.

Suratno, T. (2010). Memaknai Etnopedagogi sebagai Landasan Pendidikan Guru di Universitas Pendidikan Indonesia. Proceedings of 4�ℎ International Conference on Teacher Education; Joint Conference UPI & UPSI. Bandung, Indonesia,8-10 November.

Suyanto. Urgensi Pendidikan Karakter. Diakses dari: www.educationplaner.org Syamsudduha, Rapi. (2012). Penggunaan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber

Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. Lentera pendidikan. 15 (1). pp. 18-31.

Takiddin.(2014). Nilai-nilai Kearifan Budaya Lokal Orang Rimba (Studi pada Suku Minoritas Rimba di Kecamatan Air Hitam Provinsi Jambi).Sosio Didaktika. 1 (2). pp 161-170.

Tilaar, H.A.R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, danMasyarakat Madani Indonesia.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim MKU PLH. (2014). Pendidikan Lingkungan Hidup. Universitas Negeri Semarang: PUSBANG MKU/MKDK.

Tim Warsi. (2012). Meretas Aksara di Belantara. Jakarta: Pustaka Jaya.

(21)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Yulianti, I. (2013). Pewarisan Nilai-nilai Budaya Masyarakat Adat Cikondang dalam Pembelajaran Sejarah di Madrasah Aliyah Al-Hijrah. Tesis S2 pada FPIPS SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(22)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI DAN DOKUMENTASI

A. OBSERVASI

No Jenis Bentuk-bentuk yang diobservasi

1 Fenomena Geografis 1. Letak Geografis

2. Tofografi 3. Luas Wilayah 4. Aksesibilitas

2 Aktivitas 1. Tradisi

2. Pembagian dan pengelolaan hutan

B. DOKUMENTASI

No Jenis Bentuk Dokumen

1 Dokumen 1. Literatur (buku, jurnal, tesis,

disertasi, dll) yang berhubungan dengan penulisan tesis

(23)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA

No Rumusan Masalah Pertanyaan Informan

1 Bagaimanakah tradisi masyarakat lokal Orang Rimba terhadap aktivitas perladangan?

a) Pada saat kapan dilakukan aktivitas perladangan? b) Dimana lokasi perladangan? c) Bagaimana ciri-ciri tanah yang

tidak cocok dijadikan kawasan berladang?

d) Apa yang dilakukan orang rimbo terhadap tanah bekas perladangan?

e) Jenis tumbuhan apa saja yang ditanam di ladang? Mengapa? f) Sebelum memulai

aktivitas-aktivitas perladangan, adakah tradisi atau upacara yang dilakukan terlebih dahulu? g) Adakah hambatan-hambatan

dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas perladangan?

h) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk tetap terus melakukan tradisi ini?

 Tumenggung  Pemuda Suku

Anak Dalam  Kepala Desa

2 Bagaimanakah tradisi masyarakat lokal Orang Rimba terhadap

pengelolaan hutan

a) Apa saja pembagian hutan dan pengaturannya menurut adat orang rimbo?

b) Apakah pembagian dan pengaturan hutan tersebut masih ada sampai sekarang? c) Berdasarkan apa orang rimbo

membagi hutan tersebut? d) Apakah dilakukan upacara

oleh orang rimbo pada saat

 Tumenggung  Pemuda Suku

Anak Dalam  Pegawai Resort

Taman

(24)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu pembagian hutan?

e) Apakah kelompok orang rimbo lainnya juga melakukan tradisi pengaturan hutan seperti ini? f) Apa akibatnya jika salah satu

hutan disalah fungsikan? g) - Mengapa pada Tanah

peranaon, hutan harus dinaungi kanopi pepohonan tinggi?

-Apa yang terjadi jika tidak ditemukan lagi lokasi hutan untuk Tanoh peranaon? -Apa ciri-ciri hutan Tanah

pasoron sehingga digunakan untuk meletakkan jasad orang rimba?

-Mengapa hutan Tanah terban dilarang dibuka?

-Pada hutan balo balaiyang digunakan sebagai kawasan untuk pernikahan, ditandai dengan tumbuhnya

pepohonan tinggi dan

disekitarnya ditumbuhi bunga untuk ritual dan dibuat balai dari kayu terpilih, mengapa? dan ritual seperti apa yang terjadi?

-Bagaimana ciri-ciri hutan Balo gejoh sehingga dipercaya sebagai tempat bersemayam dewa tertinggi penguasa hutan?

-Hutan Inum-inumon merupakan hutan sumber mata air, apa yang

menyebabkan kawasan hutan ini dihuni segala macam makhluk gaib?

(25)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu kawasan tempat pertama kali bayi dimandikan?

Lampiran 3

SUSUNAN NARASUMBER

No Nama Usia Status Jenis

Informan

1. Bajelo 50 tahun Tumenggung Informal

2. Pengendum Tampung

27 tahun Pemuda kelompok Suku Anak Dalam

Informal 3. Mujito 56 tahun Pegawai Balai Resort TNBD Formal

(26)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lampiran 4

Resume Hasil Observasi

Hari/Tanggal Field Notes

Sarolangun Rabu, 3 Juni 2015

Pukul 11.00 WIB

Observer tiba di kabupaten Sarolangun setelah menempuh perjalanan lima jam dengan menggunakan kendaraan pribadi dari kota Jambi. Sebelum masuk ke Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas,

diperlukan surat izin masuk kawasan konservasi (Simaksi). Observer mengurus simaksi di kantor Balai Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Kabupaten Sarolangun.

Izin penelitian diberikan selama lima hari.

(27)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Kampung

Ternak, Kamis, 4 Juni 2015

Pukul 08.00 WIB

Observer ditemani kepala desa masuk ke kampung Ternak untuk bertemu sebagian Orang Rimba yang tinggal disana. Dibutuhkan waktu 20 menit dari desa Bukit Suban ke kampung ternak. Di kampung Ternak ini, terdapat kurang lebih 10 rumah berdinding setengah beton dan papan. Rumah ini merupakan pemberian dinas sosial dalam upaya membudayakan Orang Rimba. Satu rumah dihuni oleh satu keluarga. Di dalam rumah disediakan tikar, penerangan berupa lampu semprong, dan peralatan masak seadanya. Jika di perhatikan, kediaman ini sangat tidak layak untuk dihuni oleh manusia pada umumnya.

(28)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Masyarakat yangbekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kelompok Peduli Suku Anak Dalam (KOPSAD) ini, tidak diterima oleh Orang Rimba pada awalnya.

Sulitnya Orang Rimba menerima tinggal di rumah pemberian dinas sosial ini adalah budaya melangun yang masih dipegang teguh Orang Rimba. Apabila ada anggota keluarga Orang Rimba yang meninggal dunia, maka peristiwa ini merupakan kejadian yang sangat

menyedihkan bagi seluruh anggota kelompok Orang Rimba terutama keluarganya. Oleh karena itu kelompok mereka yang berada di sekitar itu akan pergi karena Orang Rimba beranggapan bahwa tempat Orang Rimba yang meninggal itu dianggap sial, dan mereka ingin melupakan kesedihannya. Mereka meninggalkan tempat tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama yakni enam bulan hingga dua tahun. Dengan melangun ke tempat lain diharapkan hati yang sedih dapat terhibur dengan suasana yang baru. Terjadinya kematian di lokasi pemukiman Orang Rimba dipersepsikan tanah tersebut sebagai tanah yang tidak baik lagi untuk dipakai, karena akan memberikan kesialan selama mereka bertahan menempatinya. Dengan adanya tradisi melangun ini, pemukiman yang dibangun oleh dinas sosial ini kurang bermanfaat bagi Orang Rimba. Tetapi setelah dilakukan berbagai pendekatan, Orang Rimba mau tinggal di rumah tersebut, walaupun tidak semua keluarga Orang Rimba setuju. Observer dan rombongan memberikan beberapa bungkus kopi dan rokok yang menandakan ingin menjalin hubungan dengan Orang Rimba.

(29)

115

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Observer dan rombongan bertemu dengan kelompok wakil tumenggung Bajelo. Kesan pertama bertemu dengan Orang Rimba adalah sikap mereka yang masih enggan bertemu orang lain di luar kelompok mereka. Akan tetapi dikarenakan kepala desa sudah cukup dekat dengan kelompok Orang Rimba kelompok ini, mereka sedikit demi sedikit sudah mulai terbuka dengan edatangan orang asing.

Bahasa komunikasi yang digunakan adalah bahasa melayu Jambi, karena wakil tumenggung Bajelo sudah fasih dalam berbahasa melayu Jambi.

Beberapa anggota keluarga sudah memakai baju yang dibeli dari pasar di desa. Beberapa masih ada yang menggunakan pakaian tradisional mereka yaitu kasut untuk kaum laki-laki, dan kain yang dililitkan dari dada kebawah untuk kaum perempuan.

Hal yang unik untuk membedakan perempuan Orang Rimba yang sudah menikah dan yang belum menikah adalah penggunaan kain yang tidak menutupi payudara untuk perempuan yang sudah

(30)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lampiran 5

RESUME HASIL WAWANCARA Informan : Wakil Tumenggung Bajelo (50 tahun)

No. Rumusan Masalah Pertanyaan

1. Bagaimanakah tradisi masyarakat lokal Suku Anak Dalam terhadap pengelolaan hutan

a) Apa saja pembagian hutan dan pengaturannya menurut adat orang rimbo?

Rimbo iyoi kito bagi jadi rimbo benuaron samo keramat. Nah yang benuaron ni buat perladangan, dimano setelah selesai perladangan, lahan jadi sesap, trus beluko trus jadi rimbo lagi.

Nah kalu keramat tuh pembagian yang tadi, ado tanoh peranoan, pasoron, terban, balo balai, gejoh, inum-inumon, tempelanai. Jadi dak biso sembarang Orang Rimbo masuk, apolagi orang luar.

(31)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Oh masih lah, biak pun kito tinggal di rumah yang dikasih samo dinas sosial ni, tapi kalo adat kito di hutan tetaplah. Kito hormat samo enta-enta. Kito tau ngapo kito sebut diri kito orang rimbo, kito memang hidup dari rimbo. Rimbo tulah rumah kito.

Bagi kamia, hutan nioma tempat kamia hidup dan

beradat, kami berburu, mencari makan, jugo untuk masa depan anak cucu kamia, kamia berladang samo berburu di siko.

c) Berdasarkan apa orang rimbo membagi hutan tersebut?

Biasonyo kito tanyo dukun lah. Enta-enta kito dulu jugo tanyo dukun. Dukun bilang pohon-pohon besak itu ado dewanyo, kalo kito rusak, dewo marah samo kito. Banyak jugo kuburan-kuburan dewo, yang itu dak bole dibuko.

d) Apakah dilakukan upacara oleh orang rimbo pada saat pembagian hutan?

Iyp, ado beberapo besale, sebelum kito jadiin hutannyo, kito duduk samo-samo, mintak petunjuk samo dewo lewat dukun tuh. Kagek dukun tuh yang ngasih tau boleh dibuko ato idak.

Upacara besale tuh upacara pemanggilan dewo,pas nikah samo kalo ado kanti-kanti yang sakit. Pake seloko, ado rimbo ado bungo, ado bungo ado dewa. Maksudnyo bungo tubiso menghadirkan dewo, dan bunga itu jadi syarat sah buat pasangan yang nak kawin. Bungo yang biso dipake dalam besale itu banyak nian, boleh pake bungo apobe, asal bungo tu dari rimbo.

(32)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

melakukan tradisi pengaturan hutan seperti ini? Iyo, masih lah. Tapi ado jugo yang idak. Tapi untuk beberapo orang yang lah campur samo orang terang (yang telah memiliki keyakinan). Ado beberapo temenggung yang lah becampur samo orang terang. Kalu lah gitu, dio dak bole lagi jadi temenggung. Kami hormat nian samo enta-enta. Kagek enta-enta marah.

f) Apa akibatnya jika salah satu hutan disalah fungsikan?

Yo, dak bole. Dewo marah. Pernah ado yang buko ladang di hutan keramat. Beberapo hari tanahnyo jatuh nimpo kanti-kanti tu itulah dak nanyo-nanyo dukun dulu.

Kalo ado orang terang nak masuk, gimana pak?

Oh, kito bae dak bole melanggar, apolagi orang terang.

g) - Mengapa pada Tanah peranaon, hutan harus dinaungi kanopi pepohonan tinggi?

Yo, biak tertutup be. Jadi teduh.

Kito percayo di pohon-pohon tinggi besak tu la ado bahelo nyo, bahelo nil ah yang bantu dukun ko.

Kalu malam ado yang melahirkan, barulah pake damar supayo terang.

-Apa yang terjadi jika tidak ditemukan lagi lokasi hutan untuk Tanoh peranaon?

Yo, pasti adolah. Dak pernah dak do tempat. Selamo orang rimbo di rimbo, kito tetap jago tempat nenek moyang kito. Kito kasih tau anak anak cucu kito, kito kasih tau budak-budak sambil kito bawa ke tempat-tempat keramat. Kito kasih tau mano yang bole mano yang idak.

(33)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

La dari nenek moyang dulu, kalu ado orang rimbo yang la mati, ado daerahnyo, ditumbuhi pohon-pohon tinggi besak, dak bole jugo dilalui samo orang rimbo, apolagi orang luar.

-Mengapa hutan Tanah terban dilarang dibuka? Tanoh terban tu tempat kuburan dewo-dewo. Ngapo kito biso bilang gitu, karno kito tengok tanohnyo yang berbukit dan besak-besak. La nenek moyang dah kasih tau kito supayo jangan dekat-dekat, jangan ado kegiatan di situ, karno dulu pernah nenek moyang bikin lading di sano, nah runtuh tanohnyo. Dewo-dewo marah karno meraso tertanggu kan.

-Pada hutan balo balaiyang digunakan sebagai kawasan untuk pernikahan, ditandai dengan tumbuhnya pepohonan tinggi dan disekitarnya ditumbuhi bunga untuk ritual dan dibuat balai dari kayu terpilih, mengapa? dan ritual seperti apa yang terjadi?

Yo betong-betong tinggi kan biak tertutup bae. Upacaro pernikahan iyoi tertutup, dak boleh ado orang terang yang nengok.

Bungo-bungo ko buat dewo yang datang, dewo-dewo suko dengan bungo-bungo. Makonyo setiap ritual, kamia pake bungo-bungo yang elok. Karnonyo kito harus tetap harus jagoin bungo-bungo.

-Bagaimana ciri-ciri hutan Balo gejoh sehingga dipercaya sebagai tempat bersemayam dewa tertinggi penguasa hutan?

Dak ado lagi bale gejoh ni. Karno kito dak pernah liat gejoh lagi. Ngapo kito bilang penguasa hutan karno gejoh tu besak. Dewa yang paling besak. Tapi sekarang kito dak pernah liat gejoh lagi. Jadi hutan balo gejoh ni dak ado lagi

(34)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

air, apa yang menyebabkan kawasan hutan ini dihuni segala macam makhluk gaib?

Kito tau itu inum-inumon tuh tempat minum dewo dari nenek moyang kito. Pesan-pesan dari nenek moyang kito cubo turutin.

-Mengapa hutan Jamban budak dijadikan sebagai kawasan tempat pertama kali bayi dimandikan? Yo jamban budak ni yang paling dekat dengan tanoh peranoan. Jadi dukun tuh jugo kalo cari tempat untuk ngelahirin skalian liat ado jamban budak dak. Jadi kito dak jauh-jauh cari jamban budak, itu jugo kalo langsung ketemu. Skarang nih banyak yang dak bersih lagi aek-aek di hutan ni. Makonyo dak biso sembarangan orang terang nak masuk, bikin kotor.

(Dokumentasi foto setiap kawasan hutan) 2. Bagaimanakah

tradisi masyarakat lokal Suku Anak Dalam terhadap aktivitas

perladangan?

a. Pada saat kapan dilakukan aktivitas perladangan? Kito biasonyo mulai berladang bulan juni. Tapi kadang-kadang jugo juli. Kalu kito lah beraso udah lamo nian ujan dak turun. Barulah kito mulai buka lahan. Waktu untuk buka lahan be perlu waktu satu bulan.barulah kito mulai nanam. Nah ini kito kan lagi mancah, rencano nak nanam ubi kayu.

b. Dimana lokasi perladangan?

Kito tanyo dukun, pokoknyo dak boleh dekat dengan hutan keramat. Harus dekat dengan air. Yang penting lahan bukan punyo Orang Rimbo lain. Istilahnyo masih kosong.

c. Bagaimana ciri-ciri tanah yang tidak cocok dijadikan kawasan berladang?

Tanohnyo lembek yang tanohnyo hidup dak boleh ditanami.

d. Apa yang dilakukan orang rimbo terhadap tanah bekas perladangan?

(35)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kito tinggalin, di biak-in. kan kito tanam duo jenis tanaman selain yang pokok. Jadi kalo tanaman pokok dak biso dipanen lagi, ditinggal be kan ado tanaman sikok lagi yang kagek biso jadi rimbo lagi.

e. Jenis tumbuhan apa saja yang ditanam di ladang? Mengapa?

Yang untuk kito makan sehari-hari lah, seperti ubi, padi, jagung, pisang jugo.

Kalu rambutan, jengkol, duku, durian tu supayo ladang biso jadi benuaron lagi.

f. Sebelum memulai aktivitas-aktivitas perladangan, adakah tradisi atau upacara yang dilakukan terlebih dahulu?

Iyo, biasonyo kito makan bersamo satu kelompok. Skalian kito minta restu samo dewo dengan seloko kalu kito nak mulai berladang.

g. Adakah hambatan-hambatan dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas perladangan?

Ado be lah. Kadang-kadang kalu kito salah pilih lahan, dak tanyo dukun dulu.

Babi hutan jugo kadang-kadang suko ganggu ladang. Makonyo kito bikin bubungon jugo dekat ladang.

h. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk tetap terus melakukan tradisi ini?

Yo kito ajarin, kito bawak budak-budak ikut buka ladang.

Kito bawa ke hutan keramat, kito jelasin kawasan-kawasannyo, kito bilang lah akibatnyo kalu melanggar. Kito kasih tau dendo-dendonyo.

(36)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tetap lah kito ajarin, kito bawa ke hutan ikut tradisi-tradisi dari nenek moyang.

Informan : Pak Wawan (33 tahun) No Perihal yang

ditanyakan

Keterangan informan 1.

2.

3.

Sejak kapan Orang Rimba mendiami Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas ini? Apakah zona-zona pembagian hutan Taman Nasional Bukit Duabelas juga didasarkan dari adat istiadat Orang Rimba?

Lalu apa yang dilakukan balai resort untuk tetap menjaga tradisi Orang Rimba yang berkaitan dengan konservasi hutan?

Untuk pastinya kapan, kita nggak tahu. Tapi mengapa hutan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Bukit Duabelas sebenarnya karena keberadaan Orang Rimba ini. Hutan Taman Nasional Bukit Duabelas ini

tergolong unik, karena seharusnya taman nasional itu steril dari jangkauan manusia. Tetapi karena Orang Rimba ini memiliki suatu prinsip “hutan adalah penghidupan kami” , jadi cara hidup mereka dalam mengelola hutan dapat dikatakan sebagai tindakan konservasi.

Iya, karena bagaimana pun juga jika Orang Rimba tidak mendiami hutan ini, maka hutan ini akan habis. Justru karena kearifan lokal mereka yang kita anggap sebagai mitos dan hal yang tidak masuk akal karena percaya akan dewa hutan, mampu melestarikan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas ini, karena itulah kita membagi zona hutan Taman Nasional Bukit Duabelas juga berdasarkan pengelolaan hutan yang dilakukan Orang Rimba.

Ya salah satunya adalah kita membagi zona mana yang boleh dibuka untuk umum dan tidak boleh dibuka untuk umum. Kita juga menjelaskan kebijakan ini kepada temenggung, agar mereka tahu bahwa kita juga secara tidak langsung mendukung tradisi mereka yang

berkaitan dengan tindakan konservasi hutan.

(37)

Lia Yosephin Sinaga, 2015

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUKU ANAK DALAM (ORANG RIMBA) PROVINSI JAMBI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 4. Lalu mengenai

pemberian rumah tinggal oleh dinas sosial ini, apakah hal ini secara tidak langsung akan mengubah kebudayaan

mereka? Mengingat selama ini mereka hidup di hutan.

Ada sedikit ketidakcocokan pendapat antara kita dan dinas sosial. Mereka berpendapat bahwa Orang Rimba akan memiliki hidup yang lebih baik, kesehatan dan pendidikan akan terpenuhi. Tetapi justru yang kita takutkan adalah kebijakan ini berdampak kepada Orang Rimba yang tidak menganggap hutan sebagai tempat penghidupan mereka lagi.

Salah satu tindakan Orang Rimba terhadap konservasi adalah tindakan penolakan mereka terhadap

Gambar

Tabel 1.1. Kawasan hutan dan fungsinya berdasarkan adat istiadat

Referensi

Dokumen terkait

Data-data yang terkait dengan perilaku konsumen ini diperoleh dengan metode survey dengan memakai skala linkert 1-5 pada setiap pertanyaan pada masing-masing dimensi

In Emma, as does in other Jane Austens novels, Jane gives us a picture of the life of middle-up society along with customs that existed in the early of nineteenth century and

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat dalam Humanistic dan Altruistic adalah 91,7%, memberikan kepercayaan 82,3%, menumbuhkan kepekaan terhadap diri

Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain

This study aims to investigate the most dominant type of students’ motivation to learn English for Academic Purposes (EAP) at the Faculty of Economics and Business (FEB),

( ) ”Isu aktual” yang sedang terjadi dalam masyarakat tidak dapat digunakan sebagai salah satu kriteria perumusan isu strategis

Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Campaka Dan Kecamatan Cibatu Kabupaten

Beberapa kostum dan topeng sebagai gambaran yang digunakan oleh para penari topeng Kelaka kesenian Gubang di Jemaja, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. Sumber: