• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN, LAMANYA

BEKERJA JARAK DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA

MAHASISWA FK USU

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh:

FATIKA SARI HASIBUAN 060100126

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR KETURUANAN, LAMANYA BEKERJA JARAK DEKAT, DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU

Tujuan: untuk mengetahui pengaruh genetik dan lamanya bekerja arak dekat dengan miopia.

Metode: penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan kuesioner dari 93 orang mahasiswa FK USU yang berisi tentang status kelainan refraksi pada mahasiswa, status kelainan refraksi orang tua mahasiswa, lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan jark dekat ( seperti belajar, membaca untuk hobi, menonton TV, menggunakan komputer) dan waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah selain untuk kegiatan perkuliahan.

Hasil: mahasiswa yang mengalam miopia cenderung untuk mempunyai ayah dan ibu yang mengalami miopia (P=0,010). Namun, waktu yang dihabiskan untuk melakukan pekerjaan jarak dekat antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak terlalu signifikan (p>0,05)

(3)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

ABSTRACK

PARENTAL MYOPIA, NEAR WORK, AND UNIVERSITY of NORTH SUMATRA MEDICAL STUDENT

Purpose: to quantify the degree of association student myopia, parental myopia and

near work.

Methods: refractive error, parental refractive status, current level of near

activities( assumed working distance –weighted hours per week spent studying; reading

for pleasure, watching television, playing video gameor working on the computer), hours

per week spent in ut door were assessed in 93 medical student.

Result: student with myopia more likely to have parents with myopia (P=0,010).

and less time in out door, but the time that which nt for near work is not different between

myopic student and the normal student.

Conclusion: heredity was the most important factor associated with student

(4)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

KATA PENGANTAR

Assalammua’laikum wr.wb. Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan, motivasi dan kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja dalam Jarak Dekat, dengan Miopia pada Mahasiswa FK USU.

Skripsi ini diajukan ke Fakultas Kedokteran UniversitAS Sumatra Utara sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Dalam pelaksanaan Skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Staf pengajar FK USU yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

2. Ibu dr. Aryani A. Amra Siregar Sp.M, sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan fikiran dengan penuh kesabaran untuk membimbing penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Kedua orang tua tercinta, yang senantiasa mendo’akan, memberikan semangat dan mencurahkan kasih sayang.

(5)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan berguna bagi kita semua di masa yang akan datang.

Medan, November 2009

(6)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..5

2.1 Defenisi ………5

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep………..10

3.2 fenisi Operasional………...10

3.3 Hipotesis………11

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode penelitian………..12

4.2 Lokasi dan waktu penelitian ……….12

(7)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

4.4 Kriteria Seleksi……….12

4.5 Teknik Pengumpulan Data………13

4.6 Pengolahan dan Analisa Data……….….13

BAB V HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian………15

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….…..15

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden……….…..15

5.1.3 Hasil………...15

5.2 Pembahasan………18

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………21

6.2.Saran………21

DAFTAR PUSTAKA ………23

(8)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

DAFTAR TABEL

Hal Tabel I:

Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel……….………16

Table II .

Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya………...17

Tabel III:

(9)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranI: Kuesioner……….26

LampiranII: Uji Validitas………..………...27

(10)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang memiliki prevalensi tinggi di dunia. Di Amerika Serikat, berdasarkan data yang dikumpulkan dari 7.401 orang berumur 12-54 tahun oleh National Health and Nutrition Examination Survey pada tahun 1971-1972, diperkirakan prevalensi miopia di Amerika Serikat sebanyak 25%. Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat, Asia merupakan daerah yang memiliki prevalensi miopia yang lebih tinggi, terutama pada masyarakat Cina dan Jepang. Pada awal 1930, Rasmussen memperkirakan prevalensi miopia kira-kira 70% di Cina, tetapi prosedur pengambilan datanya tidak dijelaskan dengan rinci. Di Taiwan, sekitar 4000 anak sekolah didiagnosa mengalami kelainan refraksi dengan sikloplegia pada sebuah survey tahun 1983. Ada peningkatan prevalensi miopia seiring dengan peningkatan umur, dari 4% dari umur 6 tahun sampai 40% pada umur 12 tahun. Lebih dari 70% dari umur 17 tahun dan lebih dari 75 % pada umur 18 tahun(Saw, 1996). Di Indonesia, dari seluruh kelompok umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990), kelainan refraksi (12.9%) merupakan penyebab low vision/ penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah katarak (61,3%) (Saw, 2003).

Tingginya prevalensi ini mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian tentang keterkaitan genetik dan lingkungan terhadap miopia. Namun, sampai saat ini isu tentang hubungan antara lingkungan (bekerja dalam jarak dekat) dan keturunan dengan miopia masih sangat krusial dan belum dimengerti sepenuhnya.

(11)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

mengalami miopia yang ekstrem (≥10 D), sedangkan orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008).

Tingkat pendidikan sering digunakan untuk menghubungkankan lamanya waktu bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada orang-orang yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan penelitian ini, orang-orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak mengalami miopia (Wensor, 2009).. Penelitian cross sectional di Yunani menunjukan prevalensi miopia yang meningkat pada orang yang memiliki pendidikan tinggi (Konstantopoulos, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan Hong Kong menunjukan bahwa miopia lebih sering terjadi pada subjek yang bersekolah, dengan resiko terbesar pada anak-anak yang masuk sekolah pada umur yang lebih muda dan anak-anak yang lebih banyak mengahabiskan waktunya pada membaca dan menulis (Wong, 1992). Peneliti di Singapura mengamati bahwa anak yang menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton TV, bermain video game dan menggunakan komputer lebih banyak mengalami miopia (Guggenheim, 2007).

Peneliti lain mengungkapkan bahwa prevalensi miopia sekarang ini secara dominan karena perbedaan lingkungan, bukan karena genetik. Peneliti Australia membandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami miopia di Singapura (29%), hanya 3,3% anak-anak di Sidney yang menderita miopia. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008).

(12)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

menunjukkan bahwa mereka belajar lebih keras dan lebih memperhatikan pelajaran di kelas, mempunyai banyak hobi akademik dan sangat tidak berminat pada olah raga, mereka sangat sukses di sekolah, dan mempunyai ambisi yang tinggi untuk pendidikan yang lebih jauh dan pekerjaan kantoran (kepegawaian). Hasil temuan ini sangat berhubungan dengan usia awal ketika miopia dan lingkungan di sekitar rumah (Douglas, 1967).

Mahasiswa kedokteran cenderung mengalami miopia. Penelitian yang dilakukan di Universitas Nasional Singapura menunjukkan bahwa 89,8% mahasiswa kedokteran tahun kedua mengalami miopia (Woo, 2004). Penelitian lain di Fakultas Kedokteran Grant, Norwegia, juga menunjukkan bahwa 78% mahasiswa kedokteran tahun pertama mengalami miopia. Hal ini mungkin disebabkan mahasiswa kedokteran banyak melakukan kegiatan membaca buku, sehingga mereka cenderung mengalami miopia. Selain itu, berdasarkan uraian di atas, orang yang mengalami miopia cenderung mempunyai IQ yang lebih tinggi daripada populasi umum; begitu pula mahasiswa kedokteran. Oleh karena itu, miopia cenderung terjadi pada mahasiswa kedokteran (Midelfart, 2005).

Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa pengaruh lamanya bekerja jarak dekat dan keturunan terhadap miopia belum sepenuhnya dapat dibuktikan. Selain itu, terdapat kecenderungan mahasiswa kedokteran mengalami miopia. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang kelainan refraksi ini dan hubungannya dengan keturunan dan lamanya waktu yang dipakai dalam pekerjaan jarak dekat. Untuk melihat hubungan ini penulis melakukan penelitian di kampus FK USU dengan sampel mahasiswa FK USU.

1.2 Rumusan masalah

Dari uraian di atas di dapati uraian masalah sebagai berikut:

a. Apakah benar genetik mempengaruhi miopia pada mahasiswa? Atau karena pengaruh sering melakukan pekerjaan jarak dekat?

b. Seberapa besar pengaruh bekerja dalam jarak dekat terhadap kejadian miopia?

(13)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor penyebab mana yang paling berpengaruh terhadap miopia mahasiswa FK USU.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui besar pengaruh genetik terhadap miopia.

b. Mengetahui besar pengaruh lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia.

1.4Manfaat penelitian.

1. Dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh besar terhadap miopia, sehingga dapat dilakukan pencegahan agar tidak terjadi miopia atau tidak memperburuk kondisi miopia.

(14)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat jatuh di retina (Mansjoer, 2002).

2.2 Etiologi

Miopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami miopia. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan (Curtin, 2002).

Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa jenis miopia seperti:

a. Miopia refraktif, miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia refraktif ini, miopia bias atau miopia indeks adalah miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.

b. Miopia aksial, miopia yang terjadi akibat memanjangnya sumbu bola mata, dibandingkan dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal (Mansjoer, 2002).

Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi seseorang untuk cenderung mengalami miopia. Diantaranya ialah faktor genetik, lingkungan, tingkat intelegensi, dan faktor sosial.

(15)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

dalam keluarga, dari pada karena faktor genetik. Orang tua dengan miopia biasanya akan menetapkan standar akademik yang tinggi atau mewariskan kesukaan membaca pada anak-anak mereka daripada mewariskan gen itu sendiri. Suatu penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki status pendidikan tinggi, terutama ayahnya, lebih banyak mempunyai anak yang menderita miopia (Wedner, 2002).

Selain itu, teori mengenai adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi miopia didukung melalui penelitian yang dilakukan di Australia. Pada penelitian tersebut dibandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang sama di Singapura. Didapati prevalensi miopia di Singapura ada 29%, dan hanya 3,3% di Sidney. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008). Peneliti lain juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa eksposur sinar matahari pada usia anak-anak dan remaja dapat mencegah miopia (Jonathan Stone, 2009).

Hipotesis yang lain menyatakan bahwa ada pengaruh genetik yang membawa sifat miopia. Orang yang melakukan pekerjaan dekat secara intens tetapi tidak mengalami miopia mungkin tidak mempunyai gen tersebut. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia (P= 0,001). Hal ini cenderung mengikuti pola

dose-dependent pattern. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah

32,9%, namun jika anak dengan salah satu orang tua yang miopia berkurang menjadi 18,2%, dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Mutti, 2002).

(16)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008).

Selain faktor genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat, faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi kejadian miopia pada seseorang. Penelitian lain menunjukan prevalensi yang lebih tinggi pada anak di lingkungan urban, dan sosioekonomi tinggi di Malaysia (Hashim,2008). Hal yang sama juga ditemukan di Australia. Prevalensi miopia lebih rendah pada regio suburban dan paling tinggi pada regio pusat kota. anak yang tinggal di apartemen dari pada yang tingal di rumah biasa (Ip, 2008)

2.3 Klasifikasi

Menurut perjalanan penyakitnya, miopia dibagi menjadi: a. Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.

b. Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata.

c. Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif, dan dapat mengakibatkan ablasi retina serta kebutaan. Miopia ini dapat juga disebut miopia pernisiosa atau miopia maligna atau miopia degenerative. Disebut miopia degeneratif atau miopia maligna, bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan panjang bola mata sehingga terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan degenerasi papil saraf optik (Sidarta, 2005).

2.4 Manifestasi Klinis

(17)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

pinhole (lubang kecil). Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang

masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam keadaan konvergensi. Hal ini yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).

2.5 Penatalaksanaan

Orang yang mengalami miopia diberi kaca mata lensa sferis untuk membantu penglihatannya.

2.6. Pencegahan

Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah kelainan anak atau mencegah jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata.

Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini: a. Mencegah terjadinya kebiasaan buruk.

1) Hal yang perlu diperhatikan adalah anak dibiasakan duduk dengan posisi tegak sejak kecil.

2) Memegang alat tulis dengan benar.

3) Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.

4) Batasi jam membaca.

5) Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter), dan gunakanlah penerangan yang cukup.

6) Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.

7) Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang baik.

(18)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

c. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan menunggu sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal, maka kelainan yang ada bisa menjadi permanen, misalnya bayi prematur harus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang inkubator untuk melihat apakah ada tanda-tanda retinopati.

d. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling. Patuhi setiap perintah dokter dalam program rehabilitasi tersebut.

e. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama hamil.

f. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang memakai kacamata. Untuk itu, pahami perkembangan kemampuan melihat bayi.

g. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang, segeralah melakukan pemeriksaan.

(19)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep

Variabel independent Variable dependen

3.2 Defenisi Operasional

a. Miopi. Dalam penelitian ini miopia dideskripsikan sebagai gangguan untuk melihat jauh dengan visus di bawah 6/6.

b. Faktor genetik. Bila mahasiswa mempunyai salah satu atau kedua orang tua yang menderita miopi, maka dikatakan bahwa mahasiswa tersebut mempunyai faktor genetik. c. Pekerjaan jarak dekat dinilai dengan menanyakan pada mahasiswa lamanya waktu di luar kampus yang dihabiskan dalam lima aktivitas , yaitu:

a) Membaca atau belajar palajaran di kampus b) Membaca untuk kesenangan (hobi)

c) Menonton televisi.

d) Bermain video game, bekerja dengan komputer dirumah, menggunakan internet e) Menghabiskan waktu dengan berolah raga di luar rumah

Aktivitas-aktivitas ini dianalisa terpisah dan berfungsi sebagai bagian dari variabel pekerjaan jarak dekat dan diurutkan dari aktivitas nomor satu sampai empat. Tujuannya adalah untuk mengukur kuantitas eksposur pekerjaan dekat, tidak hanya dari segi waktu,

Pekerjaan jarak dekat

dalam waktu lama

Genetik

(20)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

tetapi juga usaha mata untuk berakomodasi (accomodative effort) dalam tiap-tiap aktifitas. Variabel dioptherhours (Dh) menurut Mutti (2001) didefinisikan sebagai jumlah waktu yang dihabiskan dalam bekerja jarak dekat dikali dengan kekuatan akomodasi mata atau dengan kata lain:

Dh=3 x (waktu yang dihabiskan untuk belajar + waktu yang dihabiskan dengan membaca untuk kesenangan) + 2 x (waktu yang dihabiskan untuk bermain video

game, bekerja dengan komputer, menggunakan internet) + 1 x (waktu yang

digunakan untuk menonton televisi)

Pekerjaan jarak dekat selama kuliah tidak diperhitungkan. Peneliti berasumsi bahwa waktu yang dihabiskan pada waktu kuliah tidak berpengaruh secara substansial pada variabilitas pekerjaan dalam jarak dekat untuk mahasiswa KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

3.3 Hipotesis

Ho: Tidak ada hubungan antara genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada mahasiswa.

(21)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara genetik dan

lamanya waktu yang digunakan pada pekerjaan jarak dekat dengan kejadian miopia pada mahasiswa FK USU.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada bulan Maret-November 2009. Pengumpulan data dilakukan pada Agustus-September 2009

4.3 Populasi dan sampel

Populasi: Mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, 2008

Sampel: Metode pengambilan sample dilakukan dengan stratified randomi

sampling dengan penghitingan sample menggunakan rumus:

n = N / [1+N(d)2] n = 1311 / [1+1311(0,1)2] = 93 orang

n = Besar sampel minimum N = Jumlah populasi

4.4 Kriteria Seleksi

(22)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

4.5 Teknik Pengumpulan Data 4.5.1 Data Primer

Data ini didapatkan langsung dari sampel dengan melalui kuesioner. 4.5.2 Data Sekunder

Data ini adalah jumlah populasi mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, 2008 yang didapatkan peneliti melalui bagian pendidikan FK USU.

4.5.3 Uji Validitas Lihat lampiran

4.6 Pengolahan dan Analisa Data 4.6.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan:

a. Pengecekan terhadap data-data yang terdapat pada kuesioner.

b. Melakukan seleksi terhadap data-data yang terkumpul. Pada tahap ini kita menilai apakah sampel tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi atau tidak.

c. Kemudian dilakukan pemisahan data antara mahasiswa miopia dan mahasiswa yang memiliki mata normal. Setelah itu dilakukan penghitungan terhadap variabel

diophterhour (Dh)

d. Selanjutnya dilakukan analisa data.

4.6.2 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan program komputer SPSS 15.0. Antara variabel

(23)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

BAB V

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus FK USU. Kampus ini terletak di jalan dr. Mansur, sebelah baratnya berbatasan dengan Fakultas Psikologi, sebelah selatannya berbatasan dengan Fakultas keprawatan, sebelah timurnya berbatasan degan pintu masuk I USU, dan utaranya berbatasan dengan Jln. dr.Mansur.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

(24)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

5.1.3 Hasil

Dalam penelitian ini, dari 93 orang mahasiswa, 59 orang (63,4%) mengalami miopia, 34 orang (36,6%) normal.

Tabel I: Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel

(25)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK

Secara keseluruhan, para mahasiswa ini menghabiskan waktu yang bervariasi antara mengerjakan tugas kuiah (16 ± 10 jam/minggu), menonton TV (12±11,7 jam/minggu), menggunakan komputer (15,4±12,8 jam/minggu). Membaca untuk hobi lebih sedikit dilakukan dari pada untuk mengerjakan tugas perkuliahan (6,5±6,2 jam/minggu), sedangkan waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah cukup sedikit (1,36±0,48 jam/minggu).

Hubungan antara lamanya pekerjaan jarak dekat ini dan miopia dapat dirinci sebagai berikut, yaitu: mengerjakan tugas kuliah (P=0,147), membaca untuk hobi (P=0,379), menonton TV (P=0,177), menggunakan komputer (P=0,025), dan diophter hour (P=0,208), sedangkan variabel lamanya waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah memiliki nilai P=.0.015 (Tabel I)

Table II: Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya

(26)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

Tabel III: Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia

apakah anda

mengalami miopia? Total

ya tidak

Konsisten dengan hasil penelitian sebelumya bahwa ada faktor keturunan yang mendasari seseorang mengalami miopia. Hal ini cenderung mengikuti dose respons

pattern. Dalam penelitian ini, anak yang kedua orang orang tuanya mengalami miopia,

semuanya mengalami miopia dibandingkan dengan anak yang salah satu oranr tuanya mengalami miopia (78,9%) atau anak yang memiliki orang tua yang tidak miopia (63,4%).(Tabel III)

5.1.4 Pembahasan

(27)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008).

Namun dalam penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda dalam hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dengan miopia pada mahasiswa kedokteran. Komponen individual dari faktor bekerja dalam jarak dekat mempunyai efek yang berbeda-beda. Asosiasi yang paling terkuat antara miopia dan aktivitas jarak dekat adalah menggunakan komputer(P=0,025). Dari penelitian ini diketahui bahwa lama waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan tugas kuliah(P=0,147), membaca untuk hobi (P=0,379), menonton TV (P=0,177), antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak jauh berbeda. Keterkaitan miopia dengan lamanya bekerja jarak dekat mungkin erat hubungannya dengan lamanya waktu yang dihabiskan untuk kegiatan ini ketika masih kanak kanak. Mempunyai televisi sebelum umur 12 tahun selama satu sampai tiga tahun dan menonton televisi dalam jarak dekat sangat berhubungan dengan kejadian miopia di Asia. Faktor resiko ini tidak mengikuti pola dose response fasion(Wong,1993). Di Amerika, orang dewasa yang lahir pada tahun 1917 dan 1927 (asumsi eksposur televisi ketika anak anak rendah) mempunyai prevalensi miopia pada umur 45 sampai 54 tahun. Namun orang yang lahir tahun 1947 dan 1960 dengan eksposur televisi yang lebih lama pada masa anak anak mengalami miopia pada umur 12 sampai 17 tahun. Penurunan prevalensi miopia seiring dengan umur dihipotesiskan karena meningkatnya lama bekerja jarak dekat (Sperduto,1983). Sebagai contoh, estimasi prevalensi dari Framingham

Offspring Eye Study 1996 memperkirakan bahwa 52% dewasa berumur 35 samapi 44

tahun adalah miopia, tetapi hanya 20% dewasa yang berumur 65 sampai 74 tahun yang mengalami miopia. Namun penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda dari asumsi ini., dimana penurunan prevalensi ini terjadi arena umur dari pada peningkatan lamanya bekerja jarak dekat selama masih anak anak dalam beberapa tahun ini(Mutti 200).

(28)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

(29)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada mahasiswa stambuk 2006, 2007,2008:

1. Faktor keturunan berpengaruh besar terhadap kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

2. Pengaruh faktor keturunan mengikuti dose respons pattern, dimana anak yang memiliki kedua orang tua mempunyai resiko paling besar mengalami miopia.

3. Perbandingan lamanya waktu yang dihabiskan mahasiswa yang miopia dan yang tidak miopia dalam melakukan kegiatan jarak dekat tidak jauh berbeda, sehingga hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dan kejadian miopia tidak tampak. 4. Mahasiswa kedokteran jarang mengahabiskan untuk berada di luar rumah selain

untuk kegiatan perkuliahan, dan hal ini memiliki hubungan dengan kejadian miopia pada para mahasiswa.

6.2. Saran

(30)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

berada di luar rumah, kegiatan-kegiatan di luar rumah seperti berolah raga hendaknya ditingkatkan.

(31)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2009. Fed:humans out living their eyeballs, Australian scientist say. AAP

General News Wire. Available from:

Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-38

Dirani M, Chamberlain M, Shekar SN, et al, 2008. Heritability of refractive error and

ocular biometrics:The gene in myopia (GEM) twin study . Investigative

Ophthalmology and Visual Science 49(10):4336-433. Available from:

Donald O. Mutti, 2001. Can We Conquer Myopia?Available from:

Douglas JW, Ross JM,Simpson HR, 1967. The ability and attainment of short sighted

pupils. Journal of the Royal Statistical Society. Series A (General), Vol. 131, No. 2

(1968), p. 229. Available from:

(32)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

Guggenheim JA, 2007. Correlation in refractive errors between siblings in the Singapore

cohort study of risk factor for myopia. British Journal of Ophtalmology

91(6):781-784. Available from:

Hahsim SE, 2008. Prevalence of refractive error in malay primary school children in

suburban area of Kota Bharu, Kelantan, Malaisya . Annals of Academy of Medicine

37(11):940-946. Available from:

Ilyas, S., 2006. Penuntun Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI

Ip Jenny M, Rose Kathryn A, Morgan Lang C,et al, 2008. Myopia and the urban

enviroment :findings in a sample of 12-year-old Australian school children.

Investigative Ophthalmology and Visual Science. 2008;49:3858-3863.Available

from:

Konstantopoulos A, Yadegar G, Elgohary M, 2008. Nearwork, education, family history

and myopia in Greek conscript .Eye 22:542-546. Available from:

Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta, FK UI

McCredie Jane, 2008. Outdoor time could cut risk of childhood myopia. Australian

doctor page:3.Available from:

Midelfart A., and Hjertnes S., 2005.Myopia Among Medical Students in Norway Invest

Ophthalmol Vis Sci 46: E-Abstract 562.Available from:

(33)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

Mutti DO, Zadnik K. Age-related decreases in the prevalence of myopia. Longitudinal

change of cohort effect? Investigative Ophthalmology and Visual Science.

2000;11:2103-2107.

Mutti O, Mitchell L, Moeschberger ML, 2002.Parental myopia , nearwork, school

achivement and children‘s refractive error. Investigative Ophthalmology and Visual

Science. .43:12. Available from:

Accesed 13th April 2009]

Sai Y-Y, Chiang C-C, Lin H-J, et al, 2008.A PAX6 gene polymorphism is associated with

genetic predisposition to extreme myopia. Eye 22:576-581. Available from:

Sastroasmoro S., Ismael S., 2002 .Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.ed:2.Jakarta .Sagung Seto

Saw Seang Mei,Husain R, Gazzard GM, et al, 2003. Causes of low vision and

blindness in rural Indonesia British Journal of Ophthalmology 87(9): 1075–1078.

Available from:

April 2009]

Saw Seang-Mei, Katz J, Schein OD, et al, 1996.Epidemiology of myopia .Epidemiol Rev 1 8:2. Available from:

Saw Seang Mei, Tan Say-Beng, Fung Daniel, et al, 2004.IQ and the association with

myopia in children. Investigative Ophthalmology and Visual Science 45:9. Available from:

(34)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

Sperduto RD, Seigel D, Roberto J, Roland M. Prevalence Myopia in United States. Arch

Ophtalmol.1983;101:405-407.

The Framingham Offspring Eye Study Group. Familial Aggregation and Prevalence of

Myopia in the Framingham Offspring EYE Study Arch Ophtalmol.1996;

114:326-332

Tjokronegoro A., Sudarsono S., 2001. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.ed:3.Jakarta:FK UI

Wensor Mattew, Borth, Carhty MS, 1999.Prevalence and risk factor of myopia in

Victoria, Australia. Arch Ophtalmol.117:658-663. Available from:

dtl.unimelb.edu.au/dtl_publish/28/65583.html [ Accesed 13th April 2009]

Wedner SH, Ross DA, Todd J, et al, 2002.Myopia in secondary school students in

Mwanza City, Tanzania:the need for a national screening programe. British Journal

of Ophtalmology 86:1200-1206. Available from:

bjo.bmj.com/cgi/content/abstract/86/11/1200 [ Accesed 13th April 2009]

Wong J, Coggon D, Cruddas M, et al, 1993. Education, reading, and familiar tendency

as risk factor for myopia in Hongkong fishermen. Journal of epidemiology and

community health 47:50-53. Available from:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=105971

Woo WW, Lim KA, Yang H, 2004.

[ Accesed 13th April 2009]

Singapore Med J Vol 45(10):470.Available from:

(35)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

LAMPIRAN 1. Kuesioner

Penelitian antara Genetik dan Lamanya

Bekerja dalam Jarak Dekat dengan Miopia pada

Mahasiswa FK USU Stambuk 2006,2007,2008

Initial responden:

Tanggal diisi:

Umur:

Stambuk:

Ceklistlah pilihan jawaban dari

pertanyaan di bawah ini

Apakah anda mengalami kelainan

refraksi?

a.ya

b.tidak

Jenis kelainan refraksi apa yang anda

alami?

a.miopi

b.astigmatisme(silindris)

c.Hipermetropi (rabun dekat)

Apakah orang tua anda berkaca mata ?

a.ya, ayah dan ibu

b.ya, ayah atau ibu

c.tidak

Jika ya, umur berapa orang tua anda

pertama kali

menggunakan kaca mata?

Ayah : ___________________ tahun

Ibu : ____________________ tahun

Pada usia tersebut, untuk tujuan apa

orang tua anda mengunakan kaca mata

a. melihat jauh

b. melihat dekat

c.melihat jauh dan dekat

Berapa lama waktu yang anda

habiskan untuk kegiatan di bawah ini dalam

seminggu

?

a. membaca pelajaran atau mengerjakan

(36)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

b. membaca untuk hobi ___________ jam

c. menonton tv ____________ jam

d. menggunakan komputer __________

jam

e. Berada di luar rumah (bukan untuk

kegiatan perkuliahan) _____________

(37)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

(38)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

Sig.

(2-tailed) .029 .186 .005 .013 .463 .001 .000

N

93 93 93 93 93 93 93 93

berapa lama anda berada di luar rumah?

Pearson Correlati

on -.238(*) -.018 .159 .071 .265(*) .327(**) 1 .340(**)

Sig.

(2-tailed) .021 .867 .128 .502 .010 .001 .001

N 93 93 93 93 93 93 93 93

kualitas and kuantitas lama bekarja jarak dekat?

Pearson Correlati

on -.265(*) .165 .802(**) .458(**) .234(*) .748(**) .340(**) 1

Sig.

(2-tailed) .010 .113 .000 .000 .024 .000 .001

N

93 93 93 93 93 93 93 93

(39)

Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU, 2010.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Fatika Sari Hasibuan Tempat, tanggal lahir : Medan, 18 Oktober 1988 Agama : Islam

Alamat : Jl. Binjai Km.10 Gg.Damai No 12 D

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 101731 Sunggal, lulus tahun 2000. 2. SLTP Negeri 1 Sunggal, lulus tahun 2003. 3. SMU Negeri 4 Medan, lulus tahun 2006.

Gambar

Tabel III:
Tabel I: Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel
Table II: Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya
Tabel III: Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah, urusan wajib yang

Brantas Teknik Unggul untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan : • Meningkatkan frekuensi pelatihan pada karyawan terkait pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008

Dari analisis yang telah dilakukan, dengan ini Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat 4 faktor yang terbentuk dalam membahas mengenai hubungan antara kualitas pelayanan

Bukan hanya itu, Bank Surya Yudha juga selalu mengingatkan Pak Tarji untuk mencatat lahan miliknya, banyaknya salak yang dihasil- kan dari masing-masing kebun, dan uang

Berdasarkan pengumpulan data validasi yang telah dilakukan oleh penilaian validator ahli media, ahli materi, dan siswa kelas IX, diperoleh persentase rata-rata sebesar

Judul : Relasi Pemerintahan Mukim Dengan Gampong Dalam Pelaksanaan Pemerintahan Daerah (Studi Penelitian Di Mukim Meuko Kabupaten Aceh Barat dan Mukim Meuraxa Kota

oryzae (Xoo). Kehilangan yang diakibatkan oleh penyakit tersebut di Indonesia mencapai 70 – 80%, di India mencapai 74 – 81% dan Jepang mencapai 20 – 50%, sehingga menyebabkan

15 Pengujian variabel secara parsial dilakukan untuk melihat pengaruh variabel indepneden firm size, free assets, expenses retrenchment, dan assets retrenchment