• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Aktivitas Domestik 1. Timbulan Limbah Cair

2. Timbulan Limbah Padat

2.6.2. Rencana Kegiatan Optimalisasi

Kegiatan Optimalisasi SPAM Sagalaherang meliputi kegiatan pengganti sumber air bersih dari Deep Well menjadi Mata Air, serta pembangunan reservoir yang berlokasi di Desa Cicadas dengan luas lahan yang dibutuhkan 1.066 m2. Berikut merupakan uraian mengenai kegiatan optimalisasi SPAM Sagalaherang:

a. Pengadaan Tenaga Kerja

Pada tahap ini dilakukan rekrutmen dan seleksi tenaga kerja untuk kegiatan pembangunan fisik bangunan Reservoir. perekrutan tenaga kerja konstruksi diserahkan kepada kontraktor pelaksana. Tenaga kerja yang akan direkrut diupayakan berasal dari masyarakat disekitar wilayah lokasi kegiatan. Tenaga kerja yang direkrut disesuaikan dengan keahlian dan kebutuhan proyek agar pekerjaan yang dilakukan dapat bekerja secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Perekrutan tenaga lokal bersifat sementara dan sebelum dilakukan perekrutan tenaga kerja lokal akan diberikan penyuluhan tentang aturan – aturan yang harus dipenuhi. Pada kegiatan pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja dampak yang ditimbulkan adalah terbukanya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan serta keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat terjadi karena terbatasnya jumlah tenaga kerja yang direkrut.

Kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan reservoir selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.8. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 Konsultan Pengawas S1 Teknik 1

2 Inspektor Lapangan S1 Teknik 2

3 Project Manager S1 Teknik 1

4 Mandor SMK Teknik 1

5 Juru Ukur SMK Teknik 1

6 Quantity Surveyor SMK Teknik 2

7 Kepala Tukang Pipa SMK Teknik 1

8 Tukang Pipa SMK Teknik 6

9 Operator Alat SMK Teknik 2

10 Tukang Las Pipa HDPE SMK Teknik 2

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-26

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

11 Tukang Gali SMK Teknik 6

12 Pekerja SMK Teknik 10

13 Logistik SMU Sederajat 2

Jumlah 37 Sumber: Perumda Air Minum Tirta Rangga, 2022

b. Pengoperasian Base Camp

mendirikan Base Camp sebagai tempat singgah atau tempat tinggal sementara para pekerja selama kegiatan kontruksi berlangsung. Diperlukan menyediakan air bersih, sarana dan prasarana, TPS dan sarana air limbah/MCK bagi pekerja untuk menunjang aktivitas pekerja dilokasi.

Berikut perhitungan kebutuhan air bersih, timbulan limbah domestik serta pengelolaan sampah pada saat kegiatan konstruksi berlangsung:

• Kebutuhan Air Bersih

Air bersih yang diperlukan untuk keperluan MCK/sanitasi pekerja dengan standar kebutuhan 60 liter/orang/hari* (diluar untuk minum karena dipenuhi dari air minum dalam kemasan)(Permen PU No.

14/PRT/M/2010), dengan jumlah pekerja konstruksi sebanyak 37 orang, maka :

Qkonstruksi = Jumlah Pekerja x standar kebutuhan air bersih

Qkonstruksi = 37 orang x 60 L/org/hr = 2220 L/hari = 2,22 m3/hari maka diperlukan sekitar 2,22 m3/hari.

Kebutuhan air sebanyak ini dapat dipenuhi dengan membeli dari penyedia air bersih.

• Air Limbah Domestik/sanitasi

Air limbah domestik (dari Kakus pekerja) yang diperhitungkan sebesar 80% x 2,22 m3/hari = 1,78 m3/hari akan disediakan MCK temporer (mobile latrine) sebanyak 1 unit, dimana lumpur tinjanya dapat disedot secara berkala oleh jasa penyedot lumpur tinja. Sehingga apabila pekerjaan konstruksi selesai, maka MCK temporer tersebut dapat dibongkar/dipindahkan ke tempat penyediaan jasa MCK temporer

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-27

tersebut. Sedangkan untuk grey water akan dialirkan ke saluran drainase lingkungan eksisting.

• Kebutuhan air untuk penyiraman tanah dan lainnya selama kegiatan konstruksi diasumsikan sebesar 1 m3/hari, penyiraman tanah dilakukan untuk mengurangi timbulan debu selama kegiatan konstruksi berlangsung.

Membeli 3,22 m3/hari

Pekerja 2,22 m3/hari

Penyiraman tanah dan kegiatan lainnya

1 m3/hari

MCK temporer/ mobile latrine 1,78 m3/hari

Meresap ke tanah 1 m3/hari Terserap/Menguap

0,44 m3/hari

• Pengelolaan Sampah:

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pekerja dengan jumlah 37 orang pekerja dan standar timbulan sampah sebesar 2,5 L/org/hari (SNI 19-3983-1995: Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia) maka besar timbulan sampah pekerja kontruksi sebesar 92,5 liter/o/hari atau 0.093 m3/hari. Sampah ini akan ditangani dengan penyediaan 2 jenis tempat sampah sampah, yaitu untuk jenis sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan dikelola dengan Komposter sedangkan sampah anorganik akan dikerjasamakan dengan penyedia jasa bank sampah terdekat.

Untuk sampah sejenis LB3 disarankan membuat TPS B3 untuk menyimpan sementara limbah B3 yang dihasikan pada tahap kontruksi agar tidak tercecer dan bekerja sama dengan pihak yang Pengelola LB3.

c. Mobilisasi Peralatan dan Material Konstruksi Keterangan :

Air Bersih

Air Limbah domestik

Gambar 2.12. Neraca Penggunaan Air Tahap Kontruksi

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-28

Peralatan dan material yang akan digunakan dalam kegiatan konstruksi akan didatangkan dari dalam dan luar wilayah Kabupaten Subang.

Peralatan yang digunakan dalam tahap konstruksi antara lain excavator, motor grader dan truk pengangkut. Peralatan tersebut digunakan dalam kegiatan persiapan yaitu untuk pondasi bangunan intake.

Dalam hal pengangkutan peralatan yang akan digunakan akan melakukan koordinasi kepada pihak Dishub, Dinas Binamarga dan Kepolisian. Jadwal mobilisasi peralatan dan material akan disesuaikan dengan kondisi lalu lintas dan kelas jalan sekitar lokasi kegiatan, sehingga tidak menggangu kelancaran arus lalu lintas yang telah ada, khususnya pada jam-jam sibuk.

Untuk bahan bangunan seperti pasir, semen, koral beton dan material lain untuk kegiatan konstruksi bangunan intake akan didatangkan dari kontraktor setempat. Jenis material dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan pada tahap konstruksi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Jenis Peralatan dan Material yang Digunakan

No. Tahap Kegiatan Peralatan Spesifikasi/

Satuan Material

1 Mobilisasi Peralatan, dan Material

• Truck (2 buah)

• Pick Up (1 buah)

5 ton 1,5 ton

-

2 Pembersihan Lahan • Parang

• Meteran

• Gergaji

• Teropong

• Chain Shaw

• Kendaraan

Buah Buah Buah Buah Buah Unit

-

3 Pemasangan Pondasi, penggalian dan pengurugan

• Automatic Level

• Ready Mix

• Cangkul

• Linggis

• Sekop

• Meteran Gulung

• Vibrator Concrete

• Pompa Air

• Hamer Crane/ Alat Pancang

• Compactor plate

• Sawcut concrete

Unit Unit Unit Unit Unit 50 meter IAIT & 3”56 T. 75 3 phase 30 Honda ST.

Hill Buah Buah

• Semen (zak)

• Batu pecah (m3)

• Kayu sebarang (m3)

• Pasir urug (m3)

• Pasir beton (m3)

• Kawat (m)

• Paku (kg)

• Kayu (m3)

• Playwood (9 mm)

• Sirtu (m3)

• Kerikil

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-29

No. Tahap Kegiatan Peralatan Spesifikasi/

Satuan Material

• Concrete breaker

• Injector hammer

• Compactor

Buah Buah Buah 4 Keselamatan (safety) • Rambu-rambu keselamatan

• Tangga

• Panel kayu

• Generator

• Pompa dan selang air

• Kit select repair

• Kit for water repair

• Lampu-lampu pengaman

• Alat pelindung diri

Buah Buah Buah Unit Unit Unit Unit Buah Buah

Sumber: Perumda Air Minum Tirta Rangga, 2022

d. Pematangan Lahan

Pekerjaan pematangan lahan berupa pembersihan vegetasi dan pengupasan lahan yang meliputi pemotongan pohon-pohon kecil dan semak-semak yang berada di lahan yang akan dipersiapkan untuk pembuatan pondasi bangunan Reservoir yang meliputi bangunan sadap, pipa dan bangunan penampung air baku. Pada kegiatan pematangan lahan terdapat kegiatan penggalian dan penimbunan untuk pemasangan pipa dan pembangunan reservoir.

Pada kegiatan pematangan lahan akan menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas udara (debu), peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan dan keresahan masyarakat pada pemukiman disekitar lokasi kegiatan pembangunan reservoir.

e. Pembangunan Reservoir

Setelah dilakukan pematangan lahan dilanjutkan dengan pembangunan bangunan utama reservoir, rumah jaga, Gudang dan bangunan pelengkap.

Pada legiatan pembangunan reservoir dan bangunan pelengkap akan menimbulkan dampak berupa kualitas udara, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air sungai dan keresahan masyarakat.

f. Penggalian Jalur Pipa

Penggalian untuk pipa dilakukan dengan menyingkirkan semua bahan dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan sesuai jalur dan kemiringan yang sudah sudah ditetapkan dalam gambaran

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-30

rencana. Lebar galian yang direncanakan 0,7 m dengan kedalaman galian 1,5 m.

Sebelum dilkukan penggalian jalur pipa, perlu dilakukan penggalian lapisan bawah permukaan (subsurface) dan lubang pengujian (test pit) untuk mengetahui infrastruktur yang sudah ada di dalam tanah. Dalam proses penggalian ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu (SNI 7511, 2011):

• Pembuatan sudut galian yang aman atau cara lain yang berfungsi untuk menstabilkan diding galian.

• Pemompaan atau pengeringan air genangan yang sudah ada atau dapat masuk ke dalam galian.

Berikut jalur penggalian pipa secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Sumber: FS Perumda Air Minum Tirta Rangga Subang, 2021

g. Penanaman dan Pengurugan Pipa

a. Penanaman Penanaman pipa merupakan perletakan pipa dan penyambungan pipa sebagaimana yang telah direncanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan pipa yaitu penganan khusus terhadap semua bahan pipa yang akan digunakan untuk menghindari kerusakan pada bahan tersebut selama pengangkutan, penurunan, pemasangan dan penyambungan sampai penyelesaian (SNI 7511, 2011).

b. Pengurugan Pipa

Pengurugan pipa yang dilakukan meliputi menyediakan, menempatkan dan memadatkan semua bahan untuk mengisi/mengurug galian pemasangan pipa dan galian untuk bangunan lainnya. Urugan tidak boleh dijatuhkan secara langsung pada pipa dan pengerjaan urugan

1 Penambahan Jalur Pipa Transmisi GI Dia. 200 mm sepanjang 1830 m' dan HDPE Dia. 200 mm sepanjang 780 m'

Pemasangan Pipa Transmisi baru GI Dia. 200 mm sepanjang 1830 m' dan jenis HDPE Dia. 200 mm sepanjang 780 m' dari bak pengumpul Mata air Cimada sampai Reservoir baru Kap. 350 m3 beton Desa Cicadas. Pipa Transmisi ini sebagai alternatif untuk pemenuhan rencana pengembangan dari sumber baru mata air Cimada mengganti sumber eksisting sumur dalam yang kualitas kuantitas dan kontinuitas nya semakin menurun.

2 Penambahan Jalur Pipa Distribusi HDPE Dia.

200 mm sepanjang 2.196 m'

Pemasangan Pipa Distribusi baru HDPE Dia. 200 mm sepanjang 2.196 m' dari Reservoir baru Desa Cicadas sampai JDU Eksisting di Alun-alun Kec. Sagalaherang. Pipa Distribusi ini sebagai alternatif untuk pemenuhan rencana pengembangan dari sumber baru mata air Cimada mengganti sumber eksisting sumur dalam yang kualitas kuantitas dan kontinuitas nya semakin menurun.

3 Penambahan Jalur Pipa Distribusi HDPE Dia.

100 mm sepanjang 2.490 m dan Penambahan Jalur Pipa Distribusi HDPE Dia. 75 mm sepanjang 570 m

Pemasangan Pipa Distribusi bagi HDPE Dia. 100 mm sepanjang 2.490 m dan HDPE Dia. 75 mm sepanjang 570 m dari pipa Distribusi Utama untuk Pelayanan Desa Leles

NO URAIAN PEKERJAAN PENJELASAN

Tabel 2.10. Penambahan Jalur Pipa Distribusi

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-31

dilakukan setelah semua pipa terpasang dan terperiksa (SNI 7511, 2011).

h. Penggunaan Bangunan Sebagai Tutupan Lahan

Tutupan lahan dapat menimbulkan air larian (run off) yang bilamana tidak dikelola jika terjadi akumulasi dengan kegiatan lainnya dapat menyebabkan banjir di lokasi kegiatan maupun di area hilir berikut merupakan perhitungan timbulan air larian yang disebabkan oleh kegiatan tersebut menggunakan rumus rasional, (Otto Soemarwoto, 1998) :

Dimana :

Q = Debit air larian (run-off) (m3/hari hujan) C = Koefisien air larian

I = Intensitas hujan (m/hari hujan) A = luas daerah (m2)

Tabel 2.11. Nilai Koefisien Aliran Permukaan

No Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran (C) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Jalan beton dan jalan aspal Jalan kerikil dan jalan tanah Bahu jalan :

- Tanah berbutir halus - Tanah berbutir kasar - Batuan masif keras - Batuan masif lunak Daerah perkotaan

Daerah pinggir kota Daerah industri Permukiman padat Permukiman tidak padat Taman dan kebun

0.70 – 0.95 0.40 – 0.70

0.40 – 0.65 0.10 – 0.20 0.70 – 0.85 0.60 – 0.75 0.70 – 0.95 0.60 – 0.70 0.60 – 0.70 0.40 – 0.60 0.40 – 0.60 0.20 – 0.40

Q = C.I.A

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-32

No Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran (C)

10.

11.

12.

Persawahan Perbukitan Pegunungan

0.45 – 0.60 0.70 – 0.80 0.75 – 0.90

Diasumsikan untuk nilai C lahan sebelum dibangun di area Persawahan adalah 0,40 dan setelah dibangun nilai C (bangunan) diambil 0,95 (diambil C terbesar) sedangkan nilai intensitas hujan (I) adalah 0,008 m/hari.

Tabel 2.12. Prakiraan Jumlah Air Larian Tata Guna Lahan Luas

(m2) ( C ) I ( m / hari )

Volume ( m3 / hari ) Sebelum Ada Kegiatan

Luas Lahan 1066 0,40 0,008 3,41

Seletah Ada Kegiatan

Luas Lahan Tertutup 748,42 0,95 0,008 5,69 Luas Lahan Terbuka 317,58 0,40 0,008 1,02

Jumlah 20.140 6,71

Sumber : Hasil Perhitungan, 2021

Dari tabel di atas diketahui besarnya air larian sebelum ada kegiatan adalah 3,41 m3/hari sedangkan sesudah adanya kegiatan adalah 6,71 m3/hari, sehingga terjadi peningkatan air larian sebesar 3,3 m3/hari.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan, pengelolaan air larian melalui upaya pemanfaatan air hujan yang menjadi air larian akibat adanya tutupan lahan yang disebabkan oleh pembangunan di lingkungan perumahan, maka untuk konservasi air tanah dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan dangkal, sumur resapan dalam dan lubang resapan biopori. Berikut ini adalah ketentuan jumlah sumur resapan dangkal, sumur resapan dalam dan lubang resapan biopori yang diperlukan berdasarkan luas tutupan bangunan:

berdasarkan Intensitas Curah Hujan maksimum Wilayah Kabupaten Subang

0,008 m/hari. Permeabilitas tanah adalah 6,5 cm/jam atau sama dengan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-33

1,56 m/jam dan diketahui asumsi untuk sumur resapan 100%. peningkatan debit air larian sebelum ke setelah terbangun adalah ± 3,3 m3/hari. Jadi:

Sumur Resapan

1. Besaran Debit Air Larian Untuk Sumur Resapan = 3,3 m3/hari x 100%

= 3,3 m3/hari

2. Luas Bidang Resapan = 3,3 m3/hari : 1,56 m/hari = 2,12 m2/hari

3. Diameter Sumur Resapan diambil 1 m dengan tinggi 3 m (SNI) Luas penampang sumur resapan

= ¼ x π . D2 + 2. π.R.t

= ¼ x 3,14 (1)2 + 2 x 3,14 x (0,5) x 3 = 0,785 + 9,42

= 10,20 m2

Jumlah Sumur Resapan = 2,12 m2: 10,20 = 0,21 ( 1 buah) Jadi Sumur Resapan yang wajib dimiliki adalah 1 buah.

Untuk jumlah unit sumur resapan bisa juga mengacu pada Permen LH No. 12 Tahun 2009 seperti pada Tabel 2.16.

Tabel 2.13. Jumlah Sumur Resapan Dangkal, Sumur Resapan Dalam dan LRB

Jenis Pemanfaatan

Luas Tutupan Bangunan

(m2)

Volume rasapan per unit

(m3)

Daya Resap per Unit (m3/hari

)

Jumlah Unit Resapan

yang diperluk

an

Keterangan

Sumur Resapan

Dangkal 50 1 - 1

Setiap tambahan 25 – 50 m2 luas tutupan

bangunan diperlukan tambahan 1

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-34

Jenis Pemanfaatan

Luas Tutupan Bangunan

(m2)

Volume rasapan per unit

(m3)

Daya Resap per Unit (m3/hari

)

Jumlah Unit Resapan

yang diperluk

an

Keterangan

unit atau volume 1 m3

Sumur Resapan

Dalam 1000 - 40 1

Setiap tambahan 500 – 1000

m2 luas tutupan bangunan diperlukan tambahan 1

unit

Lubang Resapan

Biopori 20 0,25 - 3

Setiap tambahan 7

m2 luas tutupan bangunan diperlukan tambahan 1

unit LRB Sumber : Permen LH No 12 Tahun 2009

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-35

i. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi di pasok oleh PLN sebagai suplay energi utama dan Genset sebagai cadangan sebesar 180 - 200 KVA. Kegiatan ini dapat menyebabkan bahaya kebakaran dan kecelakaan kerja.

Sistem Bahaya Kebakaran

Untuk pencegahan terjadinya kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan (APAR) yang ada harus memenuhi standar keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu Pemrakarsa menyediakan kebutuhan Alat Pamadam Api Ringan (APAR).

Sistem Keamanan dan Keselamatan Kerja Metode pengelolaan yang diterapkan antara lain :

- Penempatan petugas keamanan proyek sebanyak 2 orang dengan sistem kerja secara bergantian

- Pemasangan CCTV disetiap lokasi strategis

- Ikut berpartisipasi dan berkoordinasi dengan pemerintahan Desa atau Kecamatan.

- Pemasangan rambu / tanda keselamatan kerja, seperti:

Dilarang merokok dan dilarang menggunakan handphone pada saat kerja.

✓ Pakailah alat pelindung keselamatan kerja

✓ Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Jalur evakuasi dan titik kumpul (Evacuation Assembly Point)

Menempatkan AHLI K3 dilokasi kegiatan

Gambar 2.13. Sumur Resapan

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN II-36

Gambar 2.14. Standar Keselamatan Kerja dan APD

STANDAR PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP III-1

BAB III

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA STANDAR

Dokumen terkait