• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL LEMBAGA

F. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara antara lain: 1. Persiapan kuliah mahasiswa semester genap/ganjil.

2. Perkuliahan semester genap/ganjil.

3. Ujian mid semester/ujian semester genap/ ganjil. 4. Wisuda mahasiswa.

Untuk mencapai program kerja dan rencana kerja Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara menyusun beberapa langkah kegiatan sebagai berikut: 1. Peningkatan proses belajar mengajar, silabus, metode dan peralatan yang

lebih modern/ berteknologi tinggi.

2. Jumlah lulusan meningkat dengan kelulusan tepat waktu, serta indeks prestasi yang lebih tinggi.

3. Melakukan inovasi database Mahasiswa, Kartu Rencana Mahasiswa, Kartu Hasil Studi, Jadual Kuliah, Jadual Ujian Mid Semester, dan Jadual Ujian Semester yang telah terprogram.

4. Memperbaiki ruang kuliah Mahasiswa dan Dosen, Departemen dan Ruang baca.

5. Meningkatkan kompetensi Mahasiswa, setiap penerimaan mahasiswa baru diadakan kepemimpinan Mahasiswa untuk kegiatan perkenalan dengan mahasiswa baru.

6. Dosen muda diwajibkan untuk mengikuti Program Pekerti Applied Approach, Workshop, Seminar, dan Lokakarya.

7. Mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa harus sesuai dengan kurikulum dan harus ada rumpun ilmunya.

8. Proses kenaikan pangkat dan jabatan Dosen.

9. Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat dengan terlebih dahulu dirapatkan oleh Departemen.

10. Memberi dorongan kepada Dosen muda untuk melanjutkan program studi S2 dan S3 baik dalam maupun di Luar Negeri.

11. Menambahakan jumlah mahasiswa yang diterima

12. Menambahkan kegiatan Seminar, Lokakarya, Kuliah umum yang dikoordinasi Pimpinan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

13. Memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan magang/praktek kerja lapangan agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

14. Departemen menyiapkan Laporan Evaluasi per semester untuk meningkatkan nilai Akreditas masing-masing departemen.

BAB III

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori Pelaksanaan Penatausahaan Barang Milik Negara Pada Sub Bagian Perlengkapan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

1. Pengertian Penatausahaan Barang Milik Negara

Dalam bab I pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa keuangan negara adalah “Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Kemudian pada bab I pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 pengertian keuangan negara diperjelas kembali sebagai berikut:

Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.

Pengertian barang milik negara dapat dijelaskan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep-225/MK/V/4/1971 tentang Pedoman Pelaksanaan inventarisasi Barang-Barang Milik Negara. Dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut diberikan pengertian dari barang-barang

milik negara yaitu “semua barang-barang milik negara/kekayaan negara yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber untuk seluruhnya ataupun sebagian dari Angaran Belanja Negara yang berada di bawah pengurusan atau penguasaan departemen-depertemen, lembaga negara, lembaga-lembaga pemerintah non departemen serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam negeri maupun di luar nergeri, tidak termasuk kekayaan negara yang telah dipisahkan (kekayaan Perum atau Persero) dan barang-barang atau kekayaan daerah otonom”.

Pengaturan tentang penatausahaan barang milik negara diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan yaitu pada bab VII pasal 44 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 yang berbunyi: “Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya”. Kemudian dalam pasal 42 ayat 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 juga diterangkan bahwa “Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalah kuasa pengguna barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan”.

Dalam bagian ini perlu juga dijelaskan pengertian dari Sistem Informasi dan Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Pengertian SIMAK-BMN sebagai berikut: “SIMAK-BMN merupakan sistem terpadu yang merupakan gabungan prosedur manual dan komputerisasi dalam rangka menghasilkan data transaksi untuk mendukung penyusunan neraca”. Dalam bagian Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 dijelaskan tujuan SIMAK-BMN sebagai berikut: “SIMAK-BMN diselenggarakan

dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan pelaporan manajerial (Manajerial Report)”

2. Penggolongan Barang Milik Milik Negara a. Barang-barang tidak bergerak

Yang termasuk ke dalam barang-barang tidak bergerak antara lain adalah:  Tanah-tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olah raga dan

tanah-tanah yang belumdipergunakan, jalan-jalan (tidak termasuk jalan daerah), jalan kereta api, jembatan, terowongan, waduk, lapangan terbang, bangunan-bangunan irigasi, tanah pelabuhan dan lain-lain tanah seperti itu;

 Gedung-gedung yang dipergunakan untuk kantor, pabrik-pabrik, sekolah, rumah sakit, studio, laboratorium, dan lain-lain gedung seperti itu;

 Gedung-gedung tempat tinggal tetap atau sementara sepertirumah-rumah tinggal, tempat istirahat, asrama, pesanggrahan, bungalow, dan lain-lain gedung seperti itu;

 Monumen-monumen seperti monumen purbakala (candi-candi), monumen alam, monumen peringatan sejarah, dan monumen purbakala lainnya. b. Barang-barang bergerak

 Alat-alat besar seperti bulldozer, traktor, mesin pengebor dan lain-lain alat besar seperti itu;

 Peralatan-peralatan yang berada dalam pabrik, bengkel, studio, laboratorium, stasiun pembangkit tenaga listrik dan sebagainya seperti

mesin-mesin, dynamo, generator, mikroskop, alat-alat pemancar radio, alat-alat pemotretan, frigidair, alat-alat proyeksi dan lain sebagainya;  Peralatan kantor seperti mesin tik, mesin stensil, mesin pembukuan, mesin

hitung, komputer, mesin jumlah, brankas, radio, jam, kipas angin, almari, meja, kursi dan lain-lainnya; sedangkan inventaris kantor yang tidak seberapa harganya seperti asbak, keranjang sampah, dan sebagainya tidak usah dimasukkan;

 Semua inventaris perpustakaan dan lain-lain inventaris barang-barang bercorak kebudayaan;

 Alat-alat pengankutan seperti kapal terbang, kapal laut, bus, truck, mobil, sepeda motor, scooter, sepeda kumbang, sepeda dan lain-lain;

 Inventaris perlengkapan rumah sakit, sanatorium, asrama, Rumah Yatim dan/atau Piatu, Koloni Penderita Penyakit Kusta, Rumah Penjara dan lain-lain, seperti Rontgenapparaat, mokroskop dan lain-lain;

c. Hewan-hewan seperti sapi, kerbau, kuda, anjing, kerbau, dan lain-lain hewan;

d. Barang-barang persediaan adalah barang-barang yang disimpan dalam gudang veem atau tempat penyimpanan lainnya.

3. Penatausahaan Barang Milik Negara.

a. Menteri keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara.

b. Menteri/pimpinan lembaga adalah pengguan barang bagi kementerian negara/lembaga, dan kepala kantor adalah kuasa pengguna barang di kantor yang bersangkutan;

c. Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah.

d. Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah melakukan pengawasan atas penyelanggaraan pengelolaan barang milik daerah, sedangkan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah pengguna barang bagi satuan kerja daerah.

e. Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya. f. Barang milik negara yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas

pemerintahan negara tidak dapat dipindahtangankan, pemindahtanganan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal pemerintah setelah mendapat persetujuan dari DPR/DPRD untuk pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai labih dari seratus miliar rupiah, sedangkan yang bernilai lebih dari sepuluh miliar sampai dengan seratus miliarrupiah dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Presiden, dan yang bernilai sepuluh miliar rupiah atau kurang dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. g. Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan barang

milik negara diatur dengan peraturan pemerintah.

h. Larangan penyitaan uang dan barang milik negara dan/atau yang dikuasai negara.

Sesuai dengan tujuan penatausahaan barang milik negara yaitu mewujudkan tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan barang milik negara maka ketaatan pada peraturan perundang-undangan mutlak diperlukan. Hal ini mendorong para pejabat yang berwenang dalam penatausahaan barang milik negara untuk selalu melaksanakan penatausahaan barang milik negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga terwujud penatausahaan barang milik negara yang transparan dan akuntabilitas.

Selain itu, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan akan membuat pelaksanaan penatausahaan barang milik negara terhindar dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, ketaatan terhadap dasar hukum yang mengatur sangat diperlukan dalam pelaksanaan penatausahaan barang milik negara.

Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan penatausahaan barang milik negara adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar,

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara,

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara,

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara,

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

B. Pembahasan Penatausahaan Barang Milik Negara Pada Sub Bagian Perlengkapan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara

Sub Bagian Perlengkapan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dalam melaksanakan penatausahaan barang milik negara terlepas dari kekurangan,

hambatan, maupun kelemahan telah menggunakan aplikasi Sistem Informasi dan Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

1. Evaluasi terhadap Pelaksanaan Pembukuan Barang Milik Negara

Sub Bagian Perlengkapan dalam hal ini sebagai pelaksana penatausahaan barang milik negara telah melaksanakan kegiatan pembukuan terlepas adanya kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya. Sub Bagian Perlengkapan dalam melaksanakan penatausahaan barang milik negara telah melakukan pembukuan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya dengan membuat Buku Barang Intrakomptabel dan Buku Barang Ekstrakomptabel. Pembuatan Buku Barang Intrakomptabel dan Buku Barang Ekstrakomptabel yang dilaksanakan oleh Sub Inventaris dan Kekayaan Negara telah sesuai dengan prosedur semesteran SIMAK-BMN yang diatur dalam bagian Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 yaitu membukukan data transaksi BMN ke dalam DBKP Intrakomptabel, DBKP Ekstrakomptabel.

Namun penulis menemukan bahwa Sub Bagian Perlengkapan belum membuat Buku Persediaan. Sebagaimana yang tertuang dalam bagian Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 dan masih banyak dokumen-dokumen yang belum dibuat seperti Kartu Identitas Barang (KIB) Tanah, Kartu Identitas Barang (KIB) Bangunan Gedung, dan lainnya.

Sub Bagian Perlengkapan telah melaksanakan penyimpanan dokumen penatausahaan barang milik negara yang dikelolanya. Penyimpanan atau pengarsipan semua dokumen penatausahaan barang milik negara tersebut

dilaksanakan pada setiap semester dan back up data dilaksanakan pada setiap akhir tahun. Pelaksanaan penyimpanan atau pengarsipan dilakukan dalam bentuk Arsip Data Komputer (ADK) maupun dalam almari atau filling cabinet. Namun dari wawancara yang dilakukan penulis didapat fakta bahwa masih terdapat dokumen sumber barang yang hilang atau yang belum dikomputerisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa Sub Bagian Perlengkapan telah melaksanakan pembukuan namun belum sepenuhnya sesuai dengan aplikasi SIMAK-BMN yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007. Oleh karena itu, kekurangan-kekurangan yang ada hendaknya segera diperbaiki dimasa yang akan datang.

2. Evaluasi terhadap Pelaksanaan Pelaporan Barang Milik Negara

Sebagaimana ketentuan dalam bab XI pasal 71 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa : “Kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) untuk disampaikan kepada pengguna barang”. Dengan dibuatnya Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan juga Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) oleh Sub Bagian Perlengkapan membuktikan bahwa Sub Bagian Perlengkapan telah melaksanakan ketentuan sebagaimana terdapat dalam bab XI pasal 71 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006.

Selain itu, untuk prosedur tahunan setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) juga diwajibkan untuk membuat Laporan Kondisi Barang

(LKB) sebagaimana yang terdapat dalam lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 yang berbunyi : “Menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) dan Laporan Kondisi Barang (LKB) beserta Arsip Data Komputer (ADK) ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk dilakukan rekonsiliasi”. Sub Bagian Perlengkapan telah membuat dan memutakhirkan Laporan Kondisi Barang (LKB) untuk dilaporkan pada setiap akhir tahun.

Namun, Sub Bagian Perlengkapan belum membuat laporan rincian kondisi barang yaitu Laporan Kondisi Barang (LKB) Baik, Laporan Kondisi Barang (LKB) Rusak Ringan, Laporan Kondisi Barang (LKB) Rusak Berat. Dari wawancara penulis, didapatkan data bahwa tidak dibuatnya laporan rincian kondisi barang dikarenakan semua barang di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dikategorikan baik. Barang yang rusak ringan dan rusak berat telah dihapuskan sehingga Sub Bagian Perlengkapan tidak membuat laporan rincian kondisi barang.

Sub Bagian Perlengkapan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara melaksanakan pelaporan ke kantor biro rector dan selanjutnya biro rector melapor ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPNL).

Dengan dilaksanakannya pelaporan barang milik negara maka Sub Bagian Perlengkapan telah mematuhi ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 namun masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki dikemudian hari.

3. Kendala-kendala dalam Penatausahaan Barang Milik Negara

Pelaksanaan penatausahaan barang milik negara di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara dalam penerapannya tak luput dari kendala-kendala serta hambatan. Kendala serta hambatan yang dialami dalam penatausahaan barang milik negara adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM).

Sub Bagian Perlengkapan memiliki pegawai yang berjumlah empat orang terdiri dari satu orang Kepala Sub Bagian Perlengkapan beserta tiga orang staf. Jumlah sumber daya manusia yang minim dan hal ini berdampak pada belum maksimalnya penatausahaan barang milik negara di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sebagai contoh banyak dokumen-dokumen atau laporan yang seharusnya dibuat tapi belum dilaksanakan oleh bagian inventaris dan kekayaan negara.

b. Tidak Adanya Dokumen Sumber Barang Milik Negara.

Dokumen sumber yang digunakan dalam penatausahaan barang milik negara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 antara lain : kuitansi, faktur pembelian, serta dokumen lain yang sah. Salah satu kendala yang dihadapi Sub Bagian Perlengkapan adalah tidak adanya dokumen sumber atau data sumber pada sebagian barang milik negara. Hal ini sangat menyulitkan Sub Bagian Perlengkapan dalam melakukan pencatatan nilai dari barang milik negara tersebut. Karena

nilai dari barang milik negara sangat penting dalam penyusunan Buku Barang.

c. Banyaknya Barang Milik Negara yang Hilang.

Sub Bagian Perlengkapan juga menghadapi kendala bahwa banyak barang milik negara yang hilang dan tidak ada di tempat yang sebagaimana mestinya. Hal ini sangat menyulitkan bagi penatausahaan barang milik negara karena dalam Laporan Barang Milik Negara (LBMN) barang yang dimaksud masih tercatat namun dalam kenyataan di lapangan barang tersebut sudah tidak ada.

d. Banyaknya Barang Milik Negara Bernilai Kecil yang Rusak.

Kendala yang juga dihadapi Sub Bagian Perlengkapan adalah banyaknya barang milik negara bernilai kecil yang rusak. Hal ini cukup menyulitkan bagi Sub Bagian Perlengkapan untuk melakukan pencatatan barang-barang yang rusak tersebut karena jumlahnya yang sangat banyak. Selain itu, kesulitan yang lain adalah sulitnya dalam penyimpanan maupun penghapusan barang-barang yang rusak.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diuraikan serta pembahasan terhadap pelaksanaan penatausahaan barang milik negara pada Sub Bagian Perlengkapan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sub Bagian Perlengkapan telah melaksanakan kegiatan pembukuan, namun masih terdapat dokumen sumber perolehan barang milik negara yang hilang.

2. Sub Bagian Perlengkapan telah melaksanakan pembukuan namun belum sepenuhnya sesuai dengan aplikasi SIMAK-BMN yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007.

3. Dengan dilaksanakannya pelaporan barang milik negara maka Sub Bagian Perlengkapan telah mematuhi ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007

4. Pelaksanaan penatausahaan barang milik negara di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Sub Bagian Perlengkapan dalam penerapannya tak luput dari kendala-kendala serta hambatan.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Jakarta: 2003 Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Jakarta:

2004

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN/D. Jakarta: 2006

PMK No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Peraturan Pemerintah. Jakarta: 2007

Renyowijoyo, M, 2008, ASP: Organisasi Non-Laba. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Widjaja, Gunawan. 2002. Pengelolaan Harta Kekayaan Negara. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers

Dokumen terkait